Anda di halaman 1dari 11

B.

DESKRIPSI PENYAKIT ARTERIOVENTICULAR BLOCK


ARTERIOVENTICULAR BLOCK adalah suatu penyakit karena penyumbatan sebagian
atau seluruh konduksi implus listrik dari atrium jantung menuju ventrikal. Kondisi ini umumnya
karena fibrosis atau nekrosis pada system konduksi. Gangguan pada nodus AV atau system
konduksi menyebabkan kegagalan transmisi gelombang P ke ventrikel (Davey, 2005).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa AV block adalah gangguan system konduksi AV
yang menyebabkan transmisi gelombang P ke ventrikel dan ditimbulkan sebagai bagian
komplikasi IMA.
C. TUJUAN
D. PEMBAHASAN
1. definisi
Gangguan pada nodus AV dan/atau system konduksi menyebabkan kegagalan transmisi
gelombang P ke ventrikel (Davey, 2005). AV block merupakan komplikasi infark miokardium
yang sering terjadi (Boswick, 1988). Sehingga dapat disimpulkan bahwa AV block adalah
gangguan system konduksi AV yang menyebabkan transmisi gelombang P ke ventrikel dan
ditimbulkan sebagai bagian komplikasi IMA.
2. klasifikasi

A. Derajat 1 AV Blok

Terjadi pemanjangan interval PR pada EKG (> 200/ lebih dari 5 kotak kecil msec pada dewasa
dan > 160 pada anak-anak). Pada AV blok derajat 1 semua impuls atrium mencapai ventrikel.
Namun, kunduksinya mengalami keterlambatan sampai ke AV node. Interval PR konstan.
B. Derajat 2 AV Blok

Tipe 1 AV Blok Derajat 2

Yaitu Derajat 2 AV blok Mobitz I (Wenckenbach blok), yang terdiri dari pemanjangan interval
PR yang progresif dengan diikuti single P nonkonduksi.

Episode Mobitz I blok biasanya terdiri dari 3-5 irama, dengan rasio non konduksi dengan irama
konduksi 4:3, 3:2, dan begitu seterusnya.
Tipe II AV Blok Derajat 2

Mobitz II blok

PR interval konstan yang diikuti kegagalan dari konduksi gelombang P ke ventrikel, jadi tipe
konduksinya 2:1 (2konduksi dan 1 blok), 3:1 (3konduksi dan 1 blok), dan begitu seterusnya
C. Derajat III AV Blok

Didiagnosa ketika tidak ada konduksi impuls suparventrikular ke ventrikel. Gelombang P di garis
irama merefleksikan irama nodus sinus yang independen dari gelomb

ang QRS komplek. Komplek QRS yang muncul adalah irama escape, juga junctional atau
ventrikular. Irama escape bersumber dari junctional atau septum atas yang memiliki karakteristik
QRS komplek yang sempit dengan frekuensi 40-50 gelombang/menit, dimana irama escape dari
ventrikel bagian bawah yang memiliki karakteristik komplek QRS yang luas denga frekuensi 30-
40 gelobang/menit.

Tidak ada hubungan yang terlihat antara irama gelombang P dan irama komplek QRS di AV blok
derajat tiga. Frekuensi dari gelombang P (atrial rate) adalah lebih tinggi daripada frekuensi
komplek QRS (ventrikular rate).
C, Etiologi
a. AV blok derajat I
Terjadi pada semua usia dan pada jantung normal atau penyakit jantung. PR yang memanjang
lebih dari 0,2 detik dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti digitalis, ß blocker, penghambatan
saluran kalsium, serta penyakit arteri koroner, berbagai penyakit infeksi, dan lesi congenital.
b. AV blok derajat II
- AV blok derajat II Mobitz I (Wenckebach)
Tipe ini biasanya dihubungkan dengan blok di atas berkas His. Demikian juga beberapa obat
atau proses penyakit yang mempengaruhi nodus AV seperti digitalis atau infark dinding inferior
dari miocard dapat menghasilkan AV blok tipe ini.
- AV blok derajat II Mobitz II
Adanya pola Mobitz II menyatakan blok di bawah berkas His. Ini terlihat pada infark dinding
anterior miokard dan berbagai penyakit jaringan konduksi.
c. AV blok derajat III (komplit)
Penyebab dari tipe ini sama dengan penyebab pada AV blok pada derajat yang lebih kecil. Blok
jantung lengkap atau derajat tiga bisa terlihat setelah IMA. Dalam irama utama ini, tidak ada
koordinasi antara kontraksi atrium dan ventrikel. Karena kecepatan ventrikel sendiri sekitar 20
sampai 40 kali permenit, maka sering penderita menyajikan tanda-tanda curah jantung yang
buruk seperti hipotensi dan perfusi serebrum yang buruk.

D. 4. Manifestasi klinis
a. AV blok sering menyebabkan bradikardia, meskipun lebih jarang dibandingkan dengan
kelainan fungsi nodus SA.
b. Seperti gejala bradikardia yaitu pusing, lemas, sinkop, dan dapat menyebabkan kematian
mendadak
c. AV blok derajat I
- Sulit dideteksi secara klinis
- Bunyi jantung pertama bisa lemah
- Gambaran EKG : PR yang memanjang lebih dari 0,2 detik
d. AV blok derajat II
- Denyut jantung < 40x/menit
- Pada Mobitz I tampak adanya pemanjangan interval PR hingga kompleks QRS menghilang.
- Blok Mobitz tipe II merupakan aritmia yang lebih serius karena lebih sering menyebabkan
kompleks QRS menghilang. Penderita blok Mobitz tipe II sering menderita gejala penurunan
curah jantung dan akan memerlukan atropine dalam dosis yang telah disebutkan sebelumnya.
e. AV blok derajat III (komplit)
- Atrium yang berdenyut terpisah dari ventrikel, kadang-kadang kontraksi saat katup tricuspid
sedang menutup. Darah tidak bisa keluar dari atrium dan malah terdorong kembali ke vena leher,
sehingga denyut tekanan vena jugularis (JVP) nampak jelas seperti gelombang “meriam
(cannon)”
- Tampak tanda-tanda curah jantung yang buruk seperti hipotensi dan perfusi serebrum yang
buruk.

E. Patofisiologi (terlampir)
Blok jantung adalah perlambatan atau pemutusan hantaran impuls antara atrium dan venrikel.
Impuls jantung biasanya menyebar mulai dari nodus sinus, mengikuti jalur internodal menuju
nodus AV dan ventrikel dalam 0,20 detik (interval PR normal); depolarisasi ventrikel terjadi
dalam waktu 0,10 detik (lama QRS komplek). Terdapat tiga bentuk blok jantung yang berturut-
turut makin progresif. Pada blok jantung derajatderajat satu semua impuls dihantarkan melalui
sambungan AV, tetapi waktu hantaran memanjang. Pada blok jantung derajat dua, sebagian
impuls dihantarkan ke ventrikel tetapi beberapa impuls lainnya dihambat. Terdapat dua jenis
blok jantung derajat dua, yaitu Wnckebach (mobitz I) ditandai dengan siklus berulang waktu
penghantaran AV ang memanjang progresif, yang mencapai puncaknya bila denyut tidak
dihantarkan. Jenis kedua (mobitz II) merupakan panghantaran sebagian impuls dengan waktu
hantaran AV yang tetap dan impuls yanglain tidak dihantarkan.
Pada blok jantung derajat tiga, tidak ada impuls yang dihantarkan ke ventrikel, terjadi henti
jantung, kecuali bila escape pacemaker dari ventrikel ataupun sambungan atrioventrikuler mulai
berfungsi. Blok berkas cabang adalah terputusnya hantaran berkas cabang yang memperpanjang
waktu depolarisasi hingga lebih dari 0,10 detik.
F. . Pemeriksaan diagnostic
a. EKG
Pada EKG akan ditemukan adanya AV blok sesuai dengan derajatnya
b. Foto dada
Dapat ditunjukkan adanya pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel
dan katup
c. Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium, dan magnesium dapat menyebabkan disritmia.
G. Penatalaksanaan

Tindakan yang dapat dilakukan sesuai derajat AV blok.


1.8.1 Obat antiaritmia
Reseptor Kelas Obat Cara kerja obat
Saluran Na+, K+ 1A Procainamide,- Mencegah masuknya Na ke dalam
Quinidine, sel
Amiodarone - Menghambat konduksi,
Saluran Na+ 1B Lidocaine, memperlambat masa pemulihan
Phenitoin (recovery) dan mengurangi kecepatan
otot jantung untuk discharge secara
spontan
- Class 1A memperpanjang aksi
potensial
ß-adrenergik 2 Esmolol, - Anti simpatetik, mencegah efek
Metoprolol, katekolamin pada aksi potensial
Propanolol, - Termasuk golongan ß-adrenergik
Sotalol*, antagonis
Amiodarone
Saluran K+ 3 Sotalol*, Memperpanjang waktu aksi potensial
Bretylium,
Ibutilide,
Dofetilide
Saluran Ca+ 4 Verapamil, - Mencegah masuknya Ca ke dalam
Diltiazem, sel otot jantung
Amiodarone - Mengurangi waktu plateau aksi
potensial, efektif memperlambat
konduksi di jaringan nodal.

1.8.2 AV blok derajat I


Tidak ada tindakan yang diindikasikan.
Interval PR harus dimonitor ketat terhadap kemungkinan blok lebih lanjut,
Kemungkinan dari efek obat juga harus diketahui
1.8.3 AV blok derajat II Molitz I
Tidak ada tindakan yang diindikasikan. Kecuali menghentikan obat jika ini merupakan agen
pengganggu
Monitor klien terhadap berlanjutnya blok.
Tipe ini biasanya tidak diterapi kecuali sering kompleks QRS menghilang dengan akibat gejala
klinis hipotensi dan penurunan perfusi serebrum. Bila ada gejala ini maka pada penderita bisa
diberikan 0,5 sampai 1,0 mg atropine IV sampai total 2,0 mg.

1.8.4 AV blok derajat II Molitz II


Observasi ketat terhadap perkembangan menjadi blok jantung derajat III.
Obat seperti atropine atau isopreterenol, atau pacu jantung mungkin diperlukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala atau jika blok terjadi dalam situasi IMA akut pada dinding anterior.

1.8.5 AV blok derajat III (komplit)


Atropin (0,5 sampai 1 mg) bisa diberikan dengan dorongan IV. Bila tidak ada kenaikan denyut
nadi dalam respon terhadap atropine maka bisa dimulai tetesan isoproterenol 1 mg dalam 500 ml
D5W dengan tetesan keciluntuk meningkatkan kecepatan denyut ventrikel. Penderita yang
menunjukkan blok jantung derajat tiga memerlukan pemasangan alat pacu jantung untuk
menjamin curah jantung yang mencukupi.
Pacu jantung diperlukan permanen atau sementara

1.8.6 Implantasi pacu jantung (pace maker)


Merupakan terapi terpilih untuk bradiatritmia simtomatik. Pacu jantung permanen adalah suatu
alat elektronik kecil yang menghasilkan impuls regular untuk mendepolarisasi jantung melalui
electrode yang dimasukkan ke sisi kanan jantung melalui system vena.

Suatu pacu jantung satu bilik memiliki electrode pada ventrikel kanan atau atrium kanan. Pacu
jantung dua bilik memberikan impuls ke atrium dan ventrikel melalui dua electrode dan bisa
menghasilkan impuls yang sinkron pada ventrikel setelah tiap gelombang P yang terjadi di atrium.
Sehingga timbul impuls yang mendekati depolarisasi fisiologis pada jantung, dan memungkinkan
jantung berdenyut sesuai dengan nodus sinus.

Nomenklatur pacu jantung :


Huruf pertama -- rongga yang dipacu (V : ventrikel, A : atrium, D : keduanya)
Huruf kedua – rongga yang dituju (V, A, atau 0 bila tidak ada)
huruf ketiga – pacu jantung merespon terhadap deteksi aktivitas listrik jaunting (I : diinhibisi, T :
dipicu, D : keduanya)
huruf keempat – menunjukkan apakah pacu jantung menstimulasi lebih cepat saat aktivitas fisik
yang disimbolkan dengan huruf R, artinya denyut responsive (misal VVI-R) (Davey, 2005).

H. Rencana Asuhan Keperawatan dengan gangguan AV BLOK


2.1 Pengkajian
Pengkajian primer :
2.2.1 Airway : Penilaian akan kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan mengenai adanya
obstruksi jalan nafas, karena benda asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat dianggap bahwa
jalan nafas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara nafas tambahan misalnya stridor
2.2.2 Breathing : Inspeksi frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu nafas, adanya
sesak nafas, palpasi pengembangan paru, auskultasi adanya suara nafas tambahan seperti ronchi,
wheezing, kaji adanya trauma pada dada yang dapat menyebabkan takipnea dan dispnea.
2.2.3 Circulation : Dilakukan pengkajian tentang volume darah dan kardiak output serta
adanya perdarahan. Monitor secara teratur status hemodinamik, warna kulit, nadi.
2.2.4 Disability : Nilai tingkat kesadaran serta ukuran dan reaksi pupil.

Pengkajian sekunder :
Meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat menggunakan format AMPLE (Alergi,
Medikasi, Post illness, Last meal, dan Event/environment, yang berhubungan dengan kejadian
perlukaan).

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Penurunan curah jantung b.d disfungsi konduksi listrik
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
3. Defisit pengetahuan: proses penyakit dan prosedur terapi b.d kurangnya paparan informasi
4. Resiko Infeksi b.d pertahanan sekunder inadequate dan prosedur invasive

RENCANA TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN


1. Penurunan curah jantung b.d disfungsi konduksi listrik
NOC:
Klien dapat memiliki pompa jantung, sirkulasi, perfusi jaringan & status tanda vital yang normal.
Dengan kriteria hasil: Mendemonstrasikan curah jantung yang cukup dilihat dari TD, nadi, ritme
normal, nadi perifer kuat, melakukan aktivitas tanpa dipsnea
NIC:
 Monitor gejala gagal jantung dan CO menurun termasuk nadi perifer yang kualitasnya
menurun, kulit dingin dan ekstremitas, RR ↑, dipsnea, HR↑, distensi vena jugularis, ↓ kesadaran
dan adanya edema
 Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, ritme, adanya S3&S4&bunyi baru
 Observasi bingung, kurang tidur, pusing
 Observasi adanya nyeri dada/ketidaknyamanan, lokasi, penyebaran, keparahan, kualitas,
durasi, manifestasi spt mual&factor yang memperburuk&mengurangi
 Jika ada nyeri dada, baringkan klien, monitor ritme jantung, beri oksigen, medikasi&beri tahu
dokter
 Monitor intake&output/24 jam
 Catat hasil EKG&XRay dada
 Kaji hasil lab, nilai AGD, elektrolit termasuk kalsium
 Monitor CBC, [Na], kreatinin serum
 Memberi oksigen sesuai kebutuhan
 Posisikan klen dalam posisi semi fowler atau posisi yang nyaman
 Cek TD, nadi&kondisi sbl medikasi jatung spt ACE inhibitor, digoxin&β bloker. Beritahu
dokter bila nadi&TD rendah sebelum medikasi
 Selama fase akut, pastikan klien bedrest&melakukan aktivitas yang dapat ditoleransi jantung
 Berikan makanan rendah garam, kolesterol
 Berikan lingkungan yang tenang dgn meminimalkan gangguan&stressor. Jadwalkan istirahat
stlh makan & aktivitas
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
NOC:
Penghematan energi
- Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
- Menggunakan teknik penghematan energi
- Merubah gaya hidup sesuai dengan tingkat energi
- Menjaga keadekuatan nutrisi
NIC:
a. Pengelolaan energi
 Pantau respon kardiorespirasi terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, pucat, frekuensi
respirasi)
 Pantau respon oksigenasi pasien ( nadi, irama jantung, dan frekuensi respirasi)
 Pantau asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan energi
 Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik menejemen waktu untuk mencegah kelelahan
 Bantu pasien dalam aktivitas fisik secara teratur
 Bantu pasien dalam mengidentifikasi pilihan aktivitas
b. Terapi aktivitas
- Kaji kemampuan klien melakukan aktivitas
- Evaluasi motivasi dan keinginan klien untuk meningkatkan aktivitas
- Jelaskan pada klien manfaat aktivitas secara bertahap
- Bantu dalam pemenuhan aktivitas perawatan diri jika klien belum dapat mentoleransi aktivitas
tersebut
- Orientasikan klien beraktivitas secara bertahap sesuai toleransi
- Tetap sertakan O2 selama aktivitas
- Bantu klien mengidentifikasi pilihan aktivitas
3. Defisit pengetahuan: proses penyakit dan prosedur terapi b.d kurangnya paparan informasi
NOC:
Pengetahuan: proses penyakit dan prosedur terapi
- Familiar terhadap nama penyakit
- Mampu mendiskripsikan proses penyakit
- Mampu mendiskripsikan penyeban, tanda dan gejala, komplikasi dari penyakit
NIC:
a. Pembelajaran : proses penyakit
- Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
- Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana kaitannya dengan anatomi dan fisiologi tubuh
- Identifikasi kemungkinan penyebab dan tanda dan gejala umum penyakit
- Berikan informasi tentang kondisi klien dan hasil pemeriksaan diagnostik
- Instruksikan klien untuk melaporkan tanda dan gejala kepada petugas
b. Pembelajaran : prosedur/perawatan
- Informasikan klien waktu dan lama waktu pelaksanaan prosedur/perawatan
- Kaji tingkat pengetahuan klien tentang prosedur yang akan dilakukan
- Jelaskan tujuan prosedur/perawatan dan hal-hal yang perlu dilakukan setelah
prosedur/perawatan
- Instruksikan klien menggunakan tehnik koping untuk mengontrol beberapa aspek selama
prosedur/perawatan (relaksasi da imagery)
4. Resiko Infeksi b.d pertahanan sekunder inadequate dan prosedur invasive
NOC:
a. Pengendalian risiko
- Monitor factor risiko lingkungan
- Monitor perubahan status kesehatan
- Pengguanaan strategi kontrolrisikoyang efektif
b. Deteksi risiko
- Mengenali tanda dan gejala timbulnya risiko
- Mengidentifikasi risiko potensial kesehatan
- Menggunakan perawatan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
NIC:
a. Pengendalian infeksi
- Ajarkan kepada pengunjung untuk cuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruangan
- Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang tanda/gejala infeksi
- Kolaborasi pemberian antibiotic bila diperlukan
- Lakukan tindakan perawatan secara aseptic
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
- Gunakan universal precaution
- Batasi jumlah pengunjung
b. Perlindungan terhadap infeksi
- Pantau tanda dan gejala adanya infeksi
- Monitor hasil laboratorium (limfosit, leukosit, granulosit, DPL, protein serum)
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor kulit dan membrane mukosa adannya kemerahan, panas, dan drainase
- Anjurkan untuk meningkatkan intake cairan sesuai dengan kebutuhan
- Anjurkan untuk istirahat yang cukup
- Anjurkan untuk meningkatkan mobilitas dan latihan
- Ajarkan pada pasien dan keluarga bagaimana menghindari infeksi.

Anda mungkin juga menyukai