Anda di halaman 1dari 34

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar


penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian, sektor pertanian
mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional,
bekerja di sektor tersebut. Tujuan pembangunan pertanian adalah untuk
meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan
industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, pendapatan petani,
memperluas lahan pekerjaan dan mendorong pemerataan berusaha.

Petani merupakan salah satu pelaku utama pembangunan pertanian


dan merupakan bagian dari masyarakat Indonesia. Keberhasilan
pembangunan pertanian lebih banyak ditentukan oleh peranan petani itu
sendiri dalam kenyataannya tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan
pemerintah. Penyuluh juga sangat berperan penting dalam kemajuan para
petani.
Penyuluhan pertanian bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan serta merubah sikap dan perilaku petani beserta
keluarganya dari tradisional menjadi dinamis rasional. Tujuan tersebut
dapat dicapai jika kegiatan pelatihan dan program penyuluhan yang
dilakukan oleh penyuluh pertanian untuk masyarakat petani ditingkatkan.
Kegiatan pelatihan dan program penyuluhan tidak akan berjalan dengan
lancar apabila petani tidak ikut mendungkung atau berpartisipasi aktif
dalam kegiatan ini.
Penyuluhan pertanian berperan penting bagi pembangunan pertanian,
sebab penyuluhan merupakan salah satu upaya pemberdayaan petani dan
pelaku usaha pertanian lain untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan
dan kesejahteraannya. Kegiatan penyuluhan pertanian harus dapat
mengakomodasikan aspirasi dan peran aktif petani dan pelaku usaha
pertanian lainnya melalui pendekatan partisipatif. Pengembangan

1
2

pembangunan pertanian di masa mendatang perlu memberikan perhatian


yang khusus terhadap penyuluhan pertanian, karena penyuluhan pertanian
merupakan salah satu kegiatan yang strategis dalam upaya pencapaian
tujuan pembangunan pertanian. Melalui kegiatan penyuluhan, para petani
ditingkatkan kemampuannya agar dapat mengelola usaha taninya dengan
produktif, efisien dan menguntungkan, sehingga petani dan keluarganya
dapat meningkatkan kesejahteraanya. Meningkatnya kesejahteraan petani
dan keluarganya adalah tujuan utama dari pembangunan pertanian.
Uraian diatas menjelaskan bahwa untuk menyukseskan
pembangunan dibidang pertanian tidak terlepas dari peran penyuluh
pertanian sebagai komunikator, fasilitator, mediator, motivator dan
edukator yang dapat memberikan kontribusi bagi para petani dalam hal
menyelesaikan permasalahan dibidang pertanian. Tujuan program
penyuluhan adalah untuk mengubah petani yang kemudian dapat membuat
keputusan untuk mengubah usaha taninya. Perubahan inilah yang menjadi
tujuan terpenting pendidikan penyuluhan.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dilaksanakannya Praktikum Penyuluhan Pertanian adalah
agar mahasiswa memiliki kemampuan sebagai berikut:Mahasiswa dapat
melihat langsung proses pemberdayaan masyarakat yang terjadi di Pesisir
Pantai Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo,
Yogyakarta.
1. Mahasiswa dapat mengetahui proses pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan oleh Sabila Farm di Kaliurang, Yogyakarta.
2. Mampu menyusun materi penyuluhan secara tepat berdasarkan
kebutuhan sasaran, lengkap dengan alat bantu dan alat peraganya.
C. Manfaat Praktikum
Praktikum Penyuluhan Pertanian di Desa Bugel, Kecamatan
Panjatan, Kabupaten Kulonprogo, diharapkan dapat memberikan manfaat,
antara lain:

1. Bagi Mahasiswa
3

Manfaat diadakannya praktikum Penyuluhan Pertanian bagi mahasiswa


adalah sebagai berikut:
Mahasiswa dapat lebih berpikir kritis terhadap permasalahan-
permasalahan yang dihadapi petani, dapat membantu tugas pemerintah
untuk memberikan penyuluhan kepada petani, guna meningkatkan
kesejahteraan hidup para petani. Menambah pengalaman belajar secara
langsung penyuluhan pertanian. Kemampuan bernegosiasi dan
mengkomunikasikan ide atau pemikiran tentang pengembangan
agribisnis secara efektif yang berkelanjutan. Kemampuan memimpin,
bekerja secara mandiri, maupun dalam sebuah tim yang multidisiplin
sebagai pihak yang berkontribusi dalam kegiatan agribisnis secara
efektif. Memberikan informasi tentang peran penyuluh pertanian,
manajemen penyuluh, dan memberikan arah pengembangan sumber daya
manusia pertanian setempat. Mempraktekkan atau menerapkan teori-teori
yang selama ini telah dipelajari di bangku perkuliahan.
2. Bagi Petani
Manfaat diadakannya praktikum Penyuluhan Pertanian bagi petani adalah
sebagai berikut:
Petani mendapatkan informasi baru tentang pertanian, sehingga
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya saat ini. Petani dapat
meningkatkan penghasilannya sehingga kualitas hidup dapat ikut naik.
Petani dapat saling berbagi/sharing pengalaman dengan sesama petani
dan juga penyuluh. Informasi berdasarkan hasil penelitian ini secara tidak
langsung memberikan kontribusi terhadap terwujudnya usaha
meningkatkan kehidupan masyarakat sesuai potensi dan keragaman
wilayah setempat. Memberikan informasi yang jelas dan akurat kepada
petani tentang pengetahuan dan perkembngan pertanian.Membantu
petani memperoleh pengetahuan yang lebih terperinci tentang cara
memecahkan masalah-masalah pertanian.

3. Bagi Praktikum
Manfaat diadakannya praktikum Penyuluhan Pertanian bagi Praktikum
adalah sebagai berikut:
4

Hasil praktikum ini akan memberikan gambaran tentang peran


penyuluh pertanian dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Untuk
memenuhi tridharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian,
sekaligus pengabdian masyarakat.

II. LANDASAN TEORI


A. Pengertian Penyuluhan Pertanian
Dalam perkembangan di dunia pertanian, seorang petani haruslah
mengembangkan usaha taninya melalui berbagai cara, salah satunya dengan
5

mengikuti penyuluhan pertanian. Proses penyuluhan ataupun proses belajar


mengajar pada dasamya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media
yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran.
Penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan untuk masyarakar
pedesaan yang bersifat non formal yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan para petani dan keluarganya (Abdul, 2001).
Penyuluhan pertanian merupakn bagian dari sistem pembangunan
pertanian yang merupakan sistem pendidikan di luar sekolah (pendidikan non
formal) bagi petani beserta keluarganya dan anggota masyarakat yang terlibat
dalam pembangunan pertanian, dengan demikian penyuluhan pertanian
adalah suatu upaya untuk terciptanya iklim yang kondusif guna membantu
petani beserta keluarga agar dapat berkembang menjadi dinamis sertamampu
untuk memperbaiki kehidupan dan pen ghidupannya dengan
kekuatan sendiri dan pada akhirnya mampu menolong dirinya sendiri
(Soeharto N.P., 2005).
Sekaligus penyuluhan pertanian melibatkan segala aspek dalam
masyarakat. Salah satunya adalah aspek pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarkat adalah upaya yang disengaja untuk memfasilitasi
masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan, dan mengelola sumber
daya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga
pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara
ekonomi, ekologi, dan sosial” (Subejo dan Supriyanto, 2004).
Ide dasar desentralisasi penyuluhan pertanian adalah memberi
kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengembangkan SDM
(Sumber Daya Manusia). Pengembangan SDM yang didukung oleh Litbang,
unit usaha yang berskala ekonomis, dan perusahaan swasta (Mawardi, 2004).
5
B. Prinsip-prinsip Penyuluhan Pertanian
Terkait dengan pergeseran kebijakan pembangunan pertanian dari
peningkatan produktivitas usahatani ke arah pengembangan agribisnis, dan di
lain pihak seiring dengan terjadinya perubahan sistem desentralisasi
6

pemerintah di Indonesia, telah muncul pemikiran tentang prinsip-prinsip


(Soedijanto,2001).
Maka penyuluhan memiliki prinsip-prinsip: Mengerjakan, artinya
kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin melibatkan masyarakat untuk
mengerjakan/menerapkan sesuatu. Karena melalui mengerjakan akan
mengalami proses belajar. Akibat, artinya kegiatan penyuluhan harus
memberikan akibat atau pengaruh yang baik atau bermanfaat,sebab
perasaan akan mempengaruhi semangatnya untuk mengikuti
kegiatan penyuluhan dimasa-masa mendatang.Asosiasi, artinya setiap
kegiatan penyuluhan harus dikaitkan dengan kegiatan lainnya. Sebab setiap
orang cenderung untuk mengkaitkan /menghubungkan kegiatannya dengan
kegiatan/peristiwa yang lainnya
C. Sistem penyuluhan pertanian
Penyuluhan pertanian sebagai sebagai suatu sistem pemberdayaan
petanimerupakan suatu sistem pendidikan non-formal bagi keluarga petani
yang bertujuanmembantu petani dalam meningkatkan keterampilan teknis,
pengetahuan,mengembangkan perubahan sikap yang lebih positif dan
membangun kemandiriandalam mengelola lahan pertaniannya. Penyuluhan
peretanian sebagai perantara dalam proses alih teknologi maka tugas utama
dari pelayanan penyuluhan adalah memfasilitasi proses belajar, menyediakan
informasi teknologi, informasi input dan harga input-output serta informasi
pasar. (Badan SDM Pertanian, 2003)
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan mengamantkan bahwa penyelenggaraan
penyuluhan menjadi wewenag dan tanggung jawab Pemerintah dan
Pemerintah Daerah. Wewenang dan tanggung jawab pemerintah tersebut
diwujudkan antara laindengan memantapkan sistem penyelenggaraan
penyuluhan pertanian yang meliputiaspek penataan kelembagaan, ketenagaan,
penyelenggaraan, prasarana dan sarana,serta pembiayaan penyuluhan.
Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem
PenyuluhanPertanian, Perikanan, dan Kehutanan menyebutkan fungsi sistem
7

penyuluhanmeliputi : 1.Memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan


pelaku usaha, 2.Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku
usaha ke sumberinformasi, teknologi, dan sumberdaya lainnya agar mereka
dapatmengembangkan usahanya, 3.Meningkatkan kemampuan
kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku
usaha
Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuh
kembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing
tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan
berkelanjutan. Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta
merespon peluangdan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku
usaha dalam mengelolausaha. Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan
pelaku usaha terhadap kelestarianfungsi lingkungan. Melembagakan nilai
-nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan, dankehutanan yang maju
dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.
D. Landasan Filosofi
Bahua (2016) menyatakan bahwa pemahaman falsafah atau filosofi
penyuluhan dalam perkembangannya dapat bermakna pendidikan karena
filosofi itu memberikan arah dan merupakan pedoman bagi suksesnya
kegiatan yang dilaksanakan. Filosofi pendidikan merupakan pengarah utama
pelaksanaan misi para agen pembaruan/penyuluh. Filosofi dalam bahasa
Yunani adalah philosophia (philo = cinta; Sophia = hikmah). Falsafah dalam
bahasa Greek berarti love of wisdom, cinta akan kebijaksanaan yakni
menunjukkan harapan/kemajuan untuk mencari fakta dan nilai kehidupan
yang luhur.
Menurut Asngari (2003), penyuluhan adalah kegiatan mendidik orang
(pendidikan) dengan tujuan mengubah perilaku klien sesuai dengan yang
direncanakan/ dikehendaki yakni orang makin modern. Ini merupakan salah
satu falsafah penyuluhan yaitu usaha mengembangkan (memberdayakan)
potensi individu klien agar lebih berdaya secara mandiri.
Bertolak dari pemahaman penyuluhan sebagai salah satu sistem
pendidikan, falsafah penyuluhan dapat dikaitkan dengan pendidikan yang
8

memiliki falsafah: idealisme, realisme dan pragmatism (Siswanto, 2012).


Artinya, penyuluhan harus mampu menumbuhkan cita-cita yang melandasi
untuk selalu berpikir kreatif dan dinamis sebagai bentuk percerminan nilai-
nilai ideal. Penyuluhan harus selalu mengacu kepada kenyataan-kenyataan
yang ada dan dapat ditemui di lapangan sebagai wujud dari nilai real sebagai
sebuah kenyataan sekaligus juga harus selalu disesuaikan dengan keadaan
yang dihadapi sebagai sisi pragmatisnya. Falsafah dasar dari penyuluhan
mengandung sejumlah prinsip yaitu : 1) mengerjakan, artinya, kegiatan
penyuluhan harus sebanyak mungkin melibatkan masyarakat untuk
mengerjakan/menerapkan sesuatu; 2) akibat, artinya, kegiatan penyuluhan
harus memberikan akibat atau pengaruh yang baik atau bermanfaat; 3)
asosiasi, artinya, setiap kegiatan penyuluhan harus dikaitkan dengan kegiatan
lainnya.
Menurut Siswanto (2012), dalam falsafah penyuluhan pembangunan
juga mengasumsikan adanya sikap kerja yang positif, penuh dengan nilai dan
etos kerja yang tinggi. Etos kerja sekaligus “etika kerja penyuluh” juga
berkaitan dengan usaha menemukan prinsip-prinsip yang paling tepat dalam
bersikap penyuluh untuk membuat hidup sasarannya menjadi sejahtera secara
keseluruhan. Etika kerja penyuluh terkait dengan kemampuan penyuluh
dalam berperilaku di masyarakat sehingga senantiasa mendapat dukungan
secara tulus ikhlas untuk kepentingan bersama. Pemahaman yang
komprehesif mengenai falsafah penyuluhan pembangunan dan etos kerja
penyuluh sebagai sebuah ikatan yang integral akan mampu mendorong
pemahaman bersama mengenai pentingnya falsafah pembangunan untuk di
implementasikan dalam lapangan pemberdayaan masyarakat.

E. Partisipasi Masyarakat
Pembangunan yang partisipatif (participatory Development) merupakan
proses yang melibatkan masyarakat secara aktif dalam seluruh keputusan
subtansial yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat di pedesaan
(Rayuddin et.all, 2010). Dalam bidang kesejahteraan sosial, konsep
partisipasi dapat dimaknai sebagai upaya melawan ketersingkiran
9

(marginality) sehingga dalam partisipasi masyarakat, siapapun dapat


memainkan peranan secara aktif, memiliki control terhadap kehidupannya
sendiri, mengambil peran dalam kegiatan dimasyarakat, serta menjadi lebih
terlibat dalam pembangunan.
Keberhasilan pembangunan daerah dan nasional sangat ditentukan oleh
tingkat partisipasi masyarakat khususnya petani yang sebagian besar berada
di pedesaan. Hampir 80 persen penduduk hidup di pedesaan yang jauh dari
pusat-pusat administrasi pembangunan yang umumnya berada di kota-kota
kabupaten sehingga tidaklah mengherankan jika masih banyak rakyat yang
belum tersentuh kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan
termasuk menikmati hasil pembangunan (Slamet, 2003). Pertanyaan-
pertanyaan mengenai partisipasi masyarakat, biasanya mengenai keefektifan
program-program pemerintah yang penting dalam sector pedesaan, keluarga
berencana, pembangunan desa, dan kesejahteraan sosial- ekonomi masyarakat
desa.
Menurut Hawkins dan Van Den Ban (2010), partisipasi memiliki
konotasi yang berbeda-beda untuk berbagai orang, sebagaimana terumus
dalam pokok-pokok berikut: (1) Sikap kerja sama petani dalam melaksanakan
program penyuluhan dengan cara menghadiri rapat-rapat penyuluhan,
mendemonstrasikan metode baru untuk usaha tani mereka, mengajukan
pertanyaan pada agen penyuluhan, dsb; (2) Pengorganisasian kegiatan-
kegiatan penyuluhan oleh kelompok- kelompok petani, seperti pertemuan-
pertemuan tempat agen penyuluhan memberikan ceramah, mengelola kursus-
kursus demonstrasi, menerbitkan surat kabar tani yang ditulis oleh agen
penyuluhan dan peneliti untuk petani, dsb; (3) Menyediakan informasi yang
diperlukan untuk merencanakan program penyuluhan yang efektif; (4) Petani
atau para wakilnya berpartisipasi dalam organisasi jasa penyuluhan dalam
pengambilan keputusan mengenai tujuan, kelompok sasaran, pesan-pesan dan
metode, dan dalam evalusi kegiatan; (5) Petani atau organisasinya membatar
seluruh atau sebagian biaya yang dibutuhkan jasa penyuluhan; (6) Supervisi
agen penyuluhan oleh anggota dewan organisasi petani yang
mempekerjakannya.
10

Hawkins dan Van Den Ban (2010) menyatakan bahwa partisipasi


melalui pengikutsertaan petani dapat menjadi cara yang lebih efisien untuk
mencapai tujuan program penyuluhan yang telah dirumuskan oleh politisi dan
pejabat penyuluhan. Memberikan kesempatan yang lebih kepada petani untuk
mempengaruhi masa depan mereka sendiri dapat pula menjadi tujuan,
sebagaimana memberi kekuasaan lebih kepada masyarakat. Studi evaluasi
Bank Dunia menyimpulkan : “Proyek-proyek pertanian, termasuk partisipasi
kelompok, sering mengalami kegagalan karena kelompok- kelompok tersebut
tidak menjiwai proyek tersebut dan lebih sering bertindak sebagai penyuluh
pemerintah daripada organisasi yang mewakili ahli waris.”
Ada beberapa alasan mengapa petani dianjurkan berpartisipasi dalam
keputusan-keputusan yang berkaitan dengan program penyuluhan
(Van Den Ban dan Hawkins, 2005). Petani memiliki informasi yang sangat
penting untuk merencanakan program yang berhasil, termasuk tujuan, situasi,
pengetahuan serta pengalaman mereka dengan teknologi dan penyuluhan,
serta struktur sosial masyarakat mereka. Petani akan lebih termotivasi untuk
bekerja sama dalam program penyuluhan jika ikut bertanggung jawab di
dalamnya. Masyarakat yang demokratis secara umum menerima bahwa
rakyat yang terlibat berhak berpastisipasi dalam keputusan mengenai tujuan
yang ingin mereka capai. Banyak permasalahan pembangunan pertanian ,
seperti pengendalian erosi tanah, perolehan sistem usaha tani yang
berkelanjutan dan pengelolaan pendekatan komersial pada pertanian, tidak
mungkin lagi dipecahkan dengan pengambilan keputusan perorangan.
Partisipasi kelompok sasaran dalam keputusan kolektif sangat dibutuhkan.
Menurut Van Den Ban dan Hawkins (2005), partisipasi memungkinkan
perubahan- perubahan yang lebih besar dalam cara berpikir manusia.
Perubahan dalam pemikiran dan tindakan akan lebih sedikit terjadi dan
perubahan- perubahan ini tidak akan bertahan lama jika mereka menuruti
saran-saran agen penyuluhan dengan patuh daripada bila mereka ikut
bertanggung jawab. Sehingga lebih baik jika bertanggung jawab daripada
patuh pada agen-agen penyuluhan.
11

Secara umum, sisi positif dari partisipasi adalah program yang


dijalankan akan lebih respon terhadap kebutuhan dasar yang sesungguhnya,
sebagai suatu cara penting untuk menjamin keberlanjutan program
pembangunan kesejahteraan sosial masyarakat, akan lebih efisien karena
membantu mengidentifikasi strategi dan teknik yang lebih tepat, serta
meringankan beban program dari sisi dana, tenaga maupun material.
Sedangkan sisi negatif dari partisipasi tersebut, akan melonggarkan
kewenangan pihak pemangku kebijakan program sehingga akuntabilitas
pemangku program sulit diukur, proses pembuatan keputusan menjadi lambat,
demikian pula pelaksanaannya, serta bentuk program juga akan berbeda-beda
karena masyarakat yang beragam. Disamping itu, program juga berpeluang
untuk diselewengkan oleh pihak tertentu untuk kepentingan kelompoknya
sendiri (Syahyuti, 2006).
F. Adopsi Inovasi
Proses adopsi inovasi merupakan proses kejiwaan/mental yang terjadi
pada saat menghadapi suatu inovasi, dimana terjadi proses penerapan suatu
ide baru sejak diketahui atau didengar sampai diterapkannya ide baru
tersebut. Proses adopsi melalui beberapa tahapan yaitu kesadaran
(awareness), perhatian (interest), penaksiran (evaluation), percobaan (trial),
adopsi dan konfirmasi (Mundy, 2000). Proses adopsi oleh pengenalan suatu
inovasi (introduksi) kepada masyarakat, selanjutnya terjadi proses mental
untuk menerima atau menolak inovasi tersebut. Jika hasil dari proses mental
tersebut adalah keputusan untuk menerima suatu inovasi maka terjadilah
adopsi.
Adopsi, dalam proses penyuluhan (pertanian), pada hakekatnya dapat
diartikan sebagai proses penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik
yang berupa: pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan
(psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang
disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya (Mardikanto, 2009).
Penerimaan di sini mengandung arti tidak sekedar tahu, tetapi sampai benar-
benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar serta
menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya. Penerimaan inovasi
12

tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh
orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan: sikap, pengetahuan, dan
atau ketrampilannya.
Menurut Mardikanto (2009), pengertian adopsi sering rancu dengan
adaptasi yang berarti penyesuian. Di dalam proses adopsi, dapat juga
berlangsung proses penyesuaian, tetapi adaptasi itu sendiri lebih merupakan
proses yang berlangsung secara alami untuk melakukan penyesuaian terhadap
kondisi lingkungan. Sedang adopsi, benar-benar merupakan proses
penerimaan sesuatu yang baru (inovasi), yaitu menerima sesuatu yang baru
yang ditawarkan dan diupayakan oleh pihak lain (penyuluh).
Pada dasarnya, proses adopsi pasti melalui tahapan-tahapan sebelum
masyarakat mau menerima/menerapkan dengan keyakinan sendiri, meskipun
selang waktu anatr tahapan satu dengan yang lainnya itu tidak selalu sama
(tergantung sifat inovasi, karakteristik sasaran, keadaan lingkungan (fisik
maupun sosial), dan aktivitas/kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh).
Tahapan-tahapan adopsi menurut Mardikanto (2009), adalah: pertama,
Awareness, atau kesadaran, yaitu sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi
yang ditawarkan oleh penyuluh. Kedua, Interest, atau tumbuhnya minat yang
seringkali ditandai oleh keinginannya untuk bertanya atau untuk mengetahui
lebih banyak/jauh tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan inovasi yang
ditawarkan oleh penyuluh. Ketiga, Evaluation atau penilaian terhadap
baik/buruk atau manfaat inovasi yang telah diketahui informasinya secara
lebih lengkap. Pada penilaian ini, masyarakat sasaran tidak hanya melakukan
penilaian terhadap aspek teknisnya saja, tetapi juga aspek ekonomi, maupun
aspek-aspek sosial budaya, bahkan seringkali juga ditinjau dari aspek politis
atau kesesuaiannya dengan kebijakan pembangunan nasional dan regional.
Keempat, Trial atau mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan
penilaiannya, sebelum menerapkan untuk skala yang lebih luas lagi. Dan
kelima, Adoption atau menerima/menerapkan dengan penuh keyakinan
berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah dilakukan/diamatinya sendiri.
Di dalam praktek penyuluhan pertanian, penilaian tingkat adopsi
inovasi biasa dilakukan dengan menggunakan tolok ukur tingkat mutu
13

intensifikasi, yaitu dengan membandingkan rekomendasi yang ditetapkan


dengan jumlah dan kualitas penerapan yang dilakukan di lapangan.
Sehubungan dengan itu, Totok Mardikanto (2009) mengukur tingkat adopsi
dengan tiga tolok-ukur, yaitu: kecepatan atau selang waktu antara diterimanya
informasi dan penerapan yang dilakukan, luas penerapan inovasi atau
proporsi luas lahan yang telah diberi inovasi baru, serta mutu intensifikasi
dengan membandingkan penerapan dengan rekomendasi yang disampaikan
oleh penyuluhnya.
Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi
petani terlihat dari sifat atau karakteristik inovasi, sifat atau karakteristik
calon pengguna, pengambil keputusan adopsi inovasi, saluran komunikasi
dan keadaan atau kualifikasi penyuluh lapangan (Asnamawati, 2015). Inovasi
akan mudah diterima apabila memiliki sifat yang sesuai dengan nilai yang
ada, pengalaman sebelumnya, dan kebutuhan yang diperlukan penerima.
Petani sebagai pelaku dalam mengadopsi mesin tanam indojarwo transplanter
akan memperhatikan kesesuaian dengan kondisi dan kebutuhan dari petani.
Pokok- pokok pemikiran tentang adopsi inovasi kaitannya dengan
pembangunan pertanian menurut Mardikanto (2009), sebagai berikut:
(1) Adopsi inovasi memerlukan proses komunikasi yang terus-menerus untuk
mengenalkan, menjelaskan, mendidik, dan membantu masyarakat agar tahu,
mau, dan mampu menerapkan teknologi terpilih (yang disuluhkan); (2)
Adopsi inovasi merupakan proses pengambilan keputusan yang berkelanjutan
dan tidak kenal berhenti, untuk: memperhatikan, menerima, memahami,
menghayati, dan menerapkan teknologi terpilih yang disuluhkan. (3) Adopsi
inovasi memerlukan kesiapan untuk melakukan perubahan-perubahan dalam
praktek berusahatani, dengan memanfaatkan teknologi terpilih (yang
disuluhkan)
G. Difusi-Inovasi
Difusi Inovasi dimaknakan sebagai penyebaran dari gagasan
inovasitersebut melalui proses komunikasi yang dilakukan dengan
menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu di antara
anggota sistem sosial masyarakat. Penerima manfaat akan dapat merasakan
14

banyak hal positif dengan menerima inovasi – inovasi. Namun, yang


dinamakan inovasi adalah sebuah gagasan yang belum diketahui dari
penerima manfaat tersebut (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan, 2007).
Difusi inovasi merupakan gabungan dua kata yang kemudian
membentuk satu arti baru. Difusi diartikan dengan suatu proses dimana suatu
inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu
tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial budaya. Difusi dapat dikatakan
juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru.
Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebagai suatu jenis perubahan sosial
budaya yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
sistem sosial budaya. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata
inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi
oleh anggota sistem sosial budaya tertentu. Anggota sistem sosial budaya
dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem.
Inovasi merupakan ide, praktek, atau objek yang dianggap baru oleh manusia
atau unit adopsi lainnya. Teori ini meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke
seluruh masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok
orang akan mengadopsi sebuah inovasi segera setelah mereka mendengar
inovasi tersebut. Sedangkan beberapa kelompok masyarakat lainnya
membutuhkan waktu lama untuk kemudian mengadopsi inovasi tersebut.
Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi oleh sejumlah orang, hal itu dikatakan
exploded atau meledak (Rizal, 2012).
H. Kelembagaan
Lembaga adalah badan, organisasi, kaidah, dan/ atau norma – norma
baik formal maupun informal sebagai pedoman untuk mengatur prilaku
segenap anggota masyarakat, baik dalam kegiatan sehari–hari maupun dalam
usahanya mencapai suatu tujuan tertentu. Kelembagaan bertujuan untuk
membantu, dalam kontek penyuluhan dapat diartikan sebagai lembaga yang
membantu proses penyuluhan kepada penerima manfaat. Aktivitas ekonomi
sering melibatkan kelembagaan dan kelembagaan sangatlah berperan dalam
perkembangan pertanian (Hanafie, 2010).
15

Dalam kehidupan komunitas petani, posisi dan fungsi kelembagaan


petani merupakan bagian pranata sosial yang memfasilitasi interaksi sosial
atau social interplay dalam suatu komunitas. Kelembagaan petani juga
memiliki titik strategis (entry point) dalam menggerakkan sistem agribisnis di
pedesaan. Untuk itu segala sumberdaya yang ada di pedesaan perlu diarahkan
dan diprioritaskan dalam rangka peningkatan profesionalisme dan posisi
tawar petani (kelompok tani). Saat ini potret petani dan kelembagaan petani di
Indonesia diakui masih belum sebagaimana yang diharapkan
(Firmansyah, 2017).
I. Kemandirian
Kemandirian dapat dipikirkan sebagai kontinum, proses dimana
organisasi hendaknya bertujuan menjadi kurang tergantung pendanaan dari
donor. Seorang penerima manfaat akan menjadi mandiri dan menerima
manfaat – manfaat positif lainnya setelah menerima informasi dari penyuluh
maka dari itu pengembangan kemandiriian sangatlah penting. Peningkatan
kemadirian dapat dilakukan dengan pemanasan atau didikan dari pihak
penyuluh dimana penerima manfaat merasakan peranan dari penyuluh yang
berujung pelatihan kemandirian dari penerima manfaat (Cannon, 2005).
Kemandirian (self-reliance) petani diyakini sebagai muara dari suatu
usaha pembangunan pertanian. Sarana untuk mencapai kemandirian adalah
adanya keswadayaan. Kemandirian dan keswadayaan individu dapat terwujud
melalui proses-proses sosial dalam kelembagaan yang ada di masyarakat).
Melalui interaksi yang dibangun antar individu dalam masyarakat terjadi
proses pembelajaran yang mampu meningkatkan kapasitas individu.
Kapasitas atau capacity, menurut Kamus Webster, merujuk pada kemampuan
untuk atau melakukan (ability for or to do); kesanggupan (capability); suatu
keadaan yang memenuhi syarat (a condition of being qualified). Kapasitas
petani berarti kemampuan petani untuk melakukan kegiatan pertanian,
mempunyai kesanggupan dalam menjawab tantangan, serta memenuhi syarat
sebagai petani yang unggul (Anantanyu, 2011).
J. Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat adalah konsep pembanguan ekonomi yang
merangkum nilai-nilai masyarakat untuk membangun paradigma baru dalam
16

pembangunan yang bersifat people-centered, participatory, Dalam kerangka


ini upaya untuk memberdayakan masyarakat (empowering) dapat dikaji dari 3
(tiga) aspek : Pertama, ENABLING yaitu menciptakan suasana yang
memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang. Kedua,
EMPOWERING yaitu memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat melalui
langkah-langkah nyata yang menyangkut penyediaan berbagai input dan
pembukaan dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat semakin
berdaya. Ketiga, PROTECTING yaitu melindungi dan membela kepentingan
masyarakat lemah. Pendekatan pemberdayaan pada intinya memberikan
tekanan pada otonomi pengambilan keputusan dari kelompok masyarakat
yang berlandaskan pada sumberdaya pribadi, langsung, demokratis dan
pembelajaran social. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat bawah (grass root)
yang dengan segala keterbatasannya belum mampu melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan, sehingga
pemberdayaan masyarakat tidak hanya penguatan individu tetapi juga
pranata-pranata sosial yang ada. Menanamkan nilai-nilai buaya modern
seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, tanggung jawab adalah bagian
penting dalam upaya pemberdayaan (Noor, 2011).
Pemberdayaan merujuk pada pengertian perluasan kebebasan memilih
dan bertindak, yang bagi masyarakat miskin, kebebasan ini sangat terbatas
karena ketidakmampuan bersuara (voicelessness) dan ketidakberdayaan
(powerlessness) dalam hubungannya dengan negara dan pasar. Kemiskinan
bersifat multi dimensi, masyarakat miskin membutuhkan kemampuan pada
tingkat individu (seperti kesehatan, pendidikan dan perumahan) dan pada
tingkat kolektif (seperti bertindak bersama untuk mengatasi masalah).
Memberdayakan masyarakat miskin dan terbelakang menuntut upaya
menghilangkan penyebab ketidakmampuan mereka meningkatkan kualitas
hidupnya. Oleh karena itu, pemberdayaan merupakan sebuah proses, dan
sebagai sebuah pemberdayaan merupakan serangkaian aktivitas yang
terorganisir dan ditujukan untuk meningkatkan kekuasaan, kapasitas atau
17

kemampuan personal, interpersonal atau politik yang memungkinkan


individu, keluarga atau masyarakat dapat melakukan tindakan memperbaiki
situasi-situasi yang mempengaruhi kehidupannya. Proses pemberdayaan
tidak hanya mencakup peningkatan kemampuan seseorang atau sekelompok
orang, melainkan juga memiliki daya untuk merubah sistem dan stuktur
sosial, yaitu seperti ekonomi, sosial, dan politik. Pemberdayaan masyarakat
memang ditujukan untuk memberikan kekuatan pada setiap anggotanya
dalam menyikapi dan mengambil tindakan yang tepat, untuk keberlangsungan
hidup mereka secara berkelanjutan. Keberlangsungan hidup ini tidak hanya
terkait pada pembentukan dan pembangunan struktur kelembagaan
danmekanisme kerja masyarakat, tetapi juga terkait dengan pembangunan
nilainilai, dan pemberian makna baru pada struktur-struktur tradisional
(Prayitno, 2013).

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Fieldtrip ke Kelompok Tani Desa Bugel


1. Latar Belakang
Field Trip adalah perjalanan lapangan yang dikenal sebagai
perjalanan sekolah. Pengertian lain dari Field Trip adalah perjalanan oleh
sekelompok orang ke tempat yang jauh dari lingkungan yang normal.
Tujuan perjalanan umumnya pengamatan untuk penelitian pendidikan,
non-eksperimental atau untuk menyediakan mahasiswa dengan
pengalaman luar kegiatan sehari-hari.
Desa Bugel Kulonprogo Daerah Istimewa Yogayakarta merupakan
daerah yang unik dalam pengembangan inovasi pertanian. Daerah ini
mengembangkan suatu varietas cabai yang mana tanaman ini ditanam pada
lahan tanah berpasir. Umunya lahan tanah berpasir kurang baik jika
ditanami suatu varietas tanaman pertanian. Namun berbeda halnya dengan
warga di daerah ini. Mereka berupaya menghasilkan suatu inovasi untuk
18

menghasilkan suatu produk pertanian yang dapat digunakan sebagai hasil


produksi yang melimpah dan dapat dijual ke berbagai daerah di Indonesia.
Terkait dengan kompetensi dalam kemampuan bernegosiasi dan
mengkomunikasikan ide atau pemikiran tentang pengembangan agribisnis
secara efektif dan berkelanjutan, Praktikum Penyuluhan Penyuluhan ini
berusaha mengenalkan mahasiswa secara langsung akan kegiatan dan
praktik langsung kegiatan penyuluhan pertanian. Pencapaian kompetensi
tersebut dapat dilakukan adanya praktikum lapang (Field Trip) ke suatu
daerah pengembangan sumberdaya pertanian. Mahasiswa disini
diharapkan dapat berpartisipasi melihat secara langsung keberlangsungan
proses pengembangan pertanian cabai di Kulonprogo ini. Mahasiswa juga
harus memhami secara kritis proses tersebut.
Tujuan Field Trip ini merupakan suatu perjalanan studi secara
langsung yang dapat membuat mahasiswa mudah dalam menyerap materi
penyuluhan pertanian secara langsung. Kuliah lapangan memang perlu dan
mutlak dilakukan, sehingga mahasiswa tidak hanya memahami teori
dengan materi penyuluhan pertanian secara mentah saja. Namun,
19
mahasiswa disini juga dituntut untuk mampus menganalisis dengan baik
apabila dihadapkan secara langsung di lapangan.
Kegiatan Field Trip ini terdapat kelebihan dan kekurangannya.
Manfaat diadakannya kegiatan Field Trip ini adalah agar mahasiswa
memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dilihat, menghayati
tugas atau pekerjaan orang lain, dapat bertanya langsung sehingga mampu
memecahkan permasalahan yang dihadapinya dalam pelajaran ataupun
pengetahuan umum, memperluas wawasan dan informasi, serta
meningkatkan kemampuan hidup bermasyarakat. Kekurangannya adalah
karena Field Trip biasanya dilakukan di luar kampus maka akan memakan
waktu diperjalanan hingga terkadang kegiatan diskusi berjalan dengan
tidak semestinya dan memerlukan biaya yang cukup banyak.

2. Profil Kelompok Tani Desa Bugel Kecamatan Panjata Kabupaten


Kulonprogo
19

Kelompok tani Desa Bugel Kulonprogo Yogyakarta merupakan


suatu kelompok tani cabai yang dikembangkan oleh beberapa petani yang
dapat menghasilkan komoditas cabai meningkat sejak didirikan tahun
1985. Komoditas cabai ini ditanam pada lahan tanah berpasir yang mana
lahan tersebut cukup sulit untuk diaplikasikan pada tanaman pertanian.
Namun, kelompok tani ini tersebut bekerja keras mengolah lahan pesisir
pantai sebagai bentuk dukungan peningkatan hasil produktivitas lahan
pertanian berkelanjutan. Kelompok Tani Desa Bugel Kulonprogo ini
menghasilkan produksi yang cukup besar pada tanaman cabai keriting,
petai, dan bawang merah. Hasil panen yang dihasilkan pada musim tanam
terakhir ini mencapai 8 – 10 ton/hektar. Struktur Kelompok Tani di Desa
Bugel ini terdiri dari Ketua, Bendahara dan juga Humas.
Awal mula usaha tani lahan pasir di Desa Bugel ini dicetuskan oleh
salah satu warga desa pada tahun 1985 yang menemukan cara menanam
cabai di lahan pasir. Cara yang digunakan sangat mudah yaitu dengan
mencangkul tanah pasir yang akan ditanami, lalu mencampurnya dengan
pupuk kandang. Penemuan tersebut akhirnya diikuti oleh warga yang lain,
sehingga setelah merasakan hasilnya, para warga dapat membangun
sebuah sumur di sebelah lading berpasir tersebut. Sumur tersebut masih
berfungsi sampai sekarang untuk membantu petani lahan berpasir tersebut
dalam proses pengairan sawah.
Lahan pertanian berpasir di Desa Bugel ini merupakan bagian dari
wilayah pengembangan pangan dan sayuran nasional. Berdasarkan Zona
Agro Ekologi (ZAE) di lahan pesisir pantai yang merupakan bagian dari
upaya menata penggunaan lahan melalui pengelompokan Desa Bugel
sudah sesuai dengan kondisi wilayahnya. Hal ini dapat dilihat bahwa
usaha tani cabai merah yang berlangsung di Desa Bugel sesuai dengan
peta perwilayahan komoditas pertanian yang disarankan balai pengkajian
teknologi pertanian Daerah Istimewa Yogayakarta.
Persamaan wilayah dengan komoditas cabai yang ditanam oleh
warga Desa Bugel tersebut memberikan keuntungan yang sangat besar
dalam panen komoditas per tahunnya. Faktanya, mulai tahun 2005 sampai
20

sekarang Kelompok Tani Desa Bugel ini dapat menciptakan suatu program
yang sebelumnya belum ada di pertanian Indonesia yaitu Pasar Lelang
Cabai. Pasar lelang sudah sukses dilaksanakan setiap tahunnya yang mana
pasar lelang ini bertujuan untuk membantu petani cabai di daerah
Kulonprogo untuk mendapatkan penghasilan usaha tani yang pantas
didapatkan oleh seorang petani. Sebelum adanya pasar lelang ini, banyak
petani yang sengsara karena harga cabai yang dibeli oleh seorang
pedagang tidak sebanding dengan usaha yang dilakukan petani bahkan
sampai melewati tujuh rantai pedagang. Namun, setelah adanya pasar
lelang ini masalah tersebut dapat teratasi.

3. Proses Pemberdayaan Masyarakat pada Kelompok Tani Desa Bugel


Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulonprogo
Proses pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan sosial; suatu
pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan
bertindak. Jadi pemberdayaan itu pada hakekatnya bertujuan untuk
membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk
mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan
dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial
dalam melakukan tindakan.
Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan
melalui kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk lebih
diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan,
ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa
tergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal.
Pemberdayaan masyarakat di Desa Bugel pertama kali terbentuk
kelompok usaha tani sekitar tahun 1985, yang diprakarsai oleh semua
anggota masyarakat dengan inisiatif mereka, sebab adanya lahan
penghijauan yang digalakan oleh pemerintah dengan menanam pohon
akasian fan pepohonan lainnya justru merugikan pada sektor peetanian
mereka pasalnya masyarakat bertani dengan menanam tanamannya di
21

bawah naungan pepohonan tersebut, semakin lama semakin merugikan


pada hasil pertaniannya sebab kanopi yang rimbun menghalangi cahaya
matahari menuju ke tanaman mereka, menyebabkan tanaman kurang
cahaya dan menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.
Penyuluh pertanian biasanya tidak datang dengan sendirinya
melainkan diundang oleh para penduduk ke desa mereka, tetapi para
penyuluh biasanya datang pada siang hari ketika para petani sedang
bekerja di lahan, seiring dengan situasi tersebut maka para penyuluh
datangnya sore hari sampai malam hari.
Terkait dengan tujuan pemberdayaan, tujuan yang ingin dicapai dari
pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk individu dan
masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian
berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan.
Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh
masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan
sertamelakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan
masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya/kemampuan yang
dimiliki.
Selain mengundang para penyuluh pertanian biasanya para
kelompok usaha tani mengadakan pertemuan dengan kelompok usaha tani
lainnya. Mereka saling bertukar informasi dan pikiran dalam pertanian,
contohnya tentang pemberian pupuk dan pupuk kimia dengan dosis yang
cukup dan tidak berlebihan agar hasil panen lebih maksimal.
4. Peran Pemerintah/LSM/Swasta
Perananan pemerintah dalam petanian di Desa Bugel sangat penting,
pasalnya pemerintah selali mendukung dan membiayai kegiatan pertanian
di Desa Bugel atau dapat juga petani mengadakan suatu kegiatan yang
diberi stimulan-stimulan oleh pemerintah guna kelancaran usaha taninya.
Setiap 35 hari sekali diadakan pertemuan dengan membahas hasil tani dan
keluar masuknnya keuangan mereka yang disaksikan salah satu anggota
22

pemerintah dan aspek-aspek yang dibahas adalah kebutuhan petani


selanjutnya, permodalan guna usaha tani berikutnya, dan lainnya.
Pada suatu struktur organisasi kelompok tani juga ada ketua,
pengawas, dan anggota lainnya yang tugasnya masing-masing
bertanggung jawab atas jalannya usaha tani dan kebutuhan modal dan
hasilnya dan selalu melaporkan hasil selama satu tahun pada tiap tanggal
31 Desember, sebab kelompok usaha tani ini seperti koperasi tapi bukan
koperasi dan sudah berbadan hukum.
Manfaat yang didapat dari peran pemerintah dalam usaha tani di
Desa Bugel, petani menjadi semakin maju dalam menjalankan usaha
taninya sebab dukungan dan partisipasi pemerintah yang ikut serta sangat
signifikan dalam peningkatan usaha tani, seperti halnya dalam inovasi dan
biaya suka rela dari pemerintah juga berpengaruh terhadap hasil.
5. Partisipasi Masyarakat
Berkaitan dengan kegiatan yang dapat meningkatkan produktivitas
usaha tani, para masyarakat Desa Bugel sangat antusias mengikuti seluruh
kegiatan yang ada. Disamping itu juga memberi manfaat pribadi bagi
kesejahteraan rumah tangga petani.
Pada umumnya manusia haus akan segala sesuatu, tak luput juga
para petani yang terkadang berencana untuk memiliki atau membeli
sesuatu dari hasil usaha taninya. Para petani jika mengamati pertumbuhan
dan perkembangan usaha taninya mereka ingin nanti jika hasilnya
memuaskan akan membeli atau memiliki sesuatu seperti contoh sepeda
motor, atau pun ingin menyisihkan hasilnya sebagian ditabung dan
sebagian di buat modal untuk usaha tani berikutnya.
Mereka ingin agar hasil taninnya memuaskan maka dari itu mereka
senang dan berperan aktif dalam seluruh kegiatan yang melibatkan
peningkatan usaha tani, meningkatkan mutu kwalitas san kwantitas hasil
tani mereka agar hasil yang diperoleh juga maksimal, dan dari hasil
tersebut petani dapat menyejahterakan keluarganya.
6. Adopsi Inivasi
Adopsi dalam proses penyuluhan (pertanian) merupakan proses
penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa
pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan
23

(psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang


disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Dalam hal ini,
penerimaan yang dimaksud tidak sekedar tahu, tetapi sampai benar-benar
dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar serta
menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya. Penerimaan inovasi
tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung
oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan: sikap,
pengetahuan, dan atau keterampilannya.
Petani di Desa Bugel bisa dikatakan maju karena mereka memiliki
inovasi. Inovasi tersebut berupa teknologi penyiraman baru, cara
pemupukan baru, dan sebagainya. Inovasi-inovasi tersebut datang dari
berbagai masalah yang ada dan barulah kemudian diciptakannya solusi.
Solusi-solusi tersebut lah yang akhirnya menjadi inovasi baru dalam
pertanian Desa Bugel. Banyak manfaat yang dapat diambil dari adanya
inovasi dalam bidang pertanian. Sebagai contoh, para petani di Desa Bugel
mulai menerapkan sistem irigasi tetes yang membuat proses penyiraman
tanaman menjadi lebih mudah.
Inovasi-inovasi baru membuat para petani mampu bertukar
informasi, baik antar anggota kelompok maupun satu kelompok dengan
kelompok lainnya. Kelompok tani di Desa Bugel melakukan pertemuaan
35 hari sekali untuk membahas inovasi-inovasi tersebut yang kemudian
dapat diterapkan oleh petani-petani lain di desa. Hasil dari inovasi di Desa
Bugel mampu meningkatkan hasil produksi, maka petani di desa lain pun
ikut menggunakan inovasi teknologi tersebut.
7. Difusi Inovasi
Difusi Inovasi dimaknakan sebagai penyebaran dari gagasan inovasi
tersebut melalui proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan
saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu di antara anggota
sistem sosial masyarakat. Penerima manfaat akan dapat merasakan banyak
hal positif dengan menerima inovasi – inovasi. Namun, yang dinamakan
inovasi adalah sebuah gagasan yang belum diketahui dari penerima
manfaat tersebut.
24

Penyebar informasi yang terjadi di Desa Bugel biasanya berupa


perkembangan teknologi dan cara bertani. Misalkan di Desa Bugel
menerapkan inovasi baru dalam pertanian. Nantinya akan ada pertemuan
rutin untuk membahas masalah pertanian. Inovasi yang ada di Desa Bugel
tersebut kemudian dibahas agar desa lain dapat mencoba. Anggota dari
desa lain pun berhak untuk membagi informasi atau menerapkan informasi
yang mereka terima. Beberapa minggu atau bulan kedepan akan diadakan
pertemuan lagi untuk membahas hasil dari inovasi maupun informasi yang
didapat dari pertemuan sebelumnya. Kelompok Tani di Desa Bugel
Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulonprogo sudah memiliki inovasi.
Dalam proses difusi inovasinya sudah berkembang dengan baik. Inovasi
yang ada menyebar dengan baik antar anggota dalam kelompok ataupun
antar kelompok lain, sehingga proses saling memberikan informasi sudah
berjalan dengan baik dan tepat sasaran.
Proses adopsi inovasi juga dapat didekati dengan pemahaman bahwa
proses adopsi inovasi itu sendiri merupakan proses yang diupayakan
secara sadar demi tercapainya tujuan pembangunan pertanian. Inovasi
yang didapat Kelompok Tani Kelompok Tani di Desa Bugel Kecamatan
Panjatan Kabupaten Kulonprogo tentu bukan hanya dari dalam anggota
kelompok sendiri. Sering kali Kelompok Tani Kelompok Tani di Desa
Bugel Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulonprogo juga mendapatkan
informasi inovasi dari luar kelompok. Jadi Kelompok Tani Kelompok Tani
di Desa Bugel Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulonprogo sering
melakukan kegiatan saling berbagi informasi mengenai inovasi dalam
dunia pertanian dengan tujuan pembangunan pertanian.
8. Kelembagaan
Lembaga merupakan badan atau organisasi baik formal maupun
informal sebagai pedoman untuk mengatur perilaku masyarakat.
Kelembagaan bertujuan untuk membantu dalam proses penyuluhan kepada
penerima manfaat. Lembaga memiliki fungsi antara lain untuk memberi
pedoman kepada masyarakat bagaimana harus berbuat dalam menghadapi
permasalahan di masyarakat terutama yang menyangkut kebutuhan pokok
25

manusia, menjaga keutuhan masyarakat, serta memberikan pegangan


kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengadilan sosial yang
merupakan pengawasan masyarakat terhadap perilaku anggotanya.
Aktivitas ekonomi seringkali melibatkan kelembagaan, dan kelembagaan
sangat berperan dalam perkembangan pertanian.
Posisi dan fungsi kelembagaan petani merupakan bagian dari
kehidupan sosial yang memfasilitasi interaksi sosial dalam kehidupan
komunitas petani. Kelembagaan petani memiliki titik strategis dalam
menggerakkan sistem agribisnis di pedesaan. Untuk itu, segala
sumberdaya yang ada di pedesaan perlu diarahkan dan diprioritaskan
dalam rangka peningkatan profesionalisme dan posisi tawar petani, yang
dapat diwujudkan dalam bentuk kelompok tani.
Sama halnya dengan yang terjadi di Desa Bugel, di lokasi tersebut
terdapat kelembagaan berupa kelompok tani. Kelompok tani merupakan
kelembagaan tani yang langsung mengorganisir para petani dalam
mengembangkan usahataninya. Beberapa kelompok tani memiliki kegiatan
lain seperti gotong royong dan usaha simpan pinjam, disamping fungsinya
sebagai wahana penyuluhan dan penggerak anggotanya. Peningkatan
kelembagaan petani di Desa Bugel dilakukan dengan penguatan kelompok
tani dan koperasi tani, dimana para petani dapat meminjam sejumlah uang
sebagai modal dalam usahataninya. Status dari kelompok tani di Desa
Bugel memang sudah berbadan hukum, namun belum merangkap sebagai
koperasi sebab koperasi harus membuat laporan keuangan setiap sebulan
sekali sedangkan para petani hanya membuat laporan keuangan setahun
sekali. Laporan keuangan tersebut dilaporkan tiap tanggal 31 Desember
dalam kegiatan pertemuan kontak tani, selain itu juga dilakukan forum
pertemuan penyuluh pertanian di desa tersebut.
9. Kemandirian
Tumbuh dan berkembangnya kelompok-kelompok dalam
masyarakat, umumnya didasari oleh adanya kepentingan dan tujuan
bersama. Kekompakan kelompok tersebut tergantung pada faktor pengikat
yang dapat menciptakan keakraban individu-individu anggota kelompok.
26

Dalam aspek keorganisasian kelompoktani yang mandiri adalah kelompok


tani yang mampu mengambil keputusan sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan para petani dan anggotanya. Kemampuan mengambil keputusan
dalam setiap aspek kegiatan harus didukung oleh kemampuan para
anggota kelompoktani dalam pengelolaan komponen organisasi yang ada.
Begitu pula dengan Kelompok Tani Cabai di Desa Bugel,
Kecamatan Panjatan, Kabupaten Yogyakarta yang sudah memiliki
kemandirian sendiri dalam mengembangkan pertanian yang ada. Hal ini
dapat terlihat dari keputusan dalam anggota kelompok untuk mewujudkan
pasar lelang guna menghindari persaingan dan kerugiaan harga cabai.
Dalam kelompok tani tersebut, anggota turut ikut berpartisipasi aktif
dalam kegiatan yang ada dengan atas dasar kesadaran diri sendiri. Anggota
kelompok tani juga mencari informasi mengenai pertanian kemudian
saling menyebarkan informasi guna mewujudkan inovasi demi
pembangunan pertanian yang ada.
Petani yang mandiri dan tangguh adalah hal yang diinginkan sejak
dahulu. Keinginan tersebut yang menjadikan dasar bagi pengembangan
suatu sistem pendidikan pertanian untuk petani yang lazim disebut
penyuluhan pertanian. Dalam perjalanan waktu penyelenggaraan
penyuluhan pertanian belum dapat mempertahankan kemurniannya
sebagai mitra petani untuk mengembangkan kemampuan sesuai keinginan
dan kesempatannya menuju kemandirian sebagai subjek. Kemandirian
kelompoktani harus timbul dari keinginan kolompoktani itu sendiri.
Penyuluh pertanian hanya membantu mendampingi dan menjadi fasilitator
dalam proses kelompoktani tersebut menjadi mandiri.

B. Field Trip Sabila Farm Kaliurang Yogyakarta

1. Profil Sabila Farm

Profil Sabila Farm yaitu sebuah usaha yang bergerak di bidang pertanian
dan Perkebunan dan fokus kepada Hortikultura. Sabila Farm memiliki lahan
seluas kurang lebih 10. Luasan 5-6 hektar untuk komoditas buah naga dan luas
lainnya ditanami oleh komoditas jambu kristal, srikaya, papaya, jambu air,
27

ciplukan, lemon, alpukat, dan lain lain. Sabila Farm berdiri mulai tahun 2006
yang berlokasi di Jalan Kaliurang KM 18,5 Dusun Kertodadi Pakem Sleman
Yogyakarta. Sabila Farm didirikan oleh Bapak Gunung Soetopo, beliau lulusan
Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor tahun 1981.

Kebun Sabila Farm dibagi menjadi 5 tempat, yang Sabila farm 1


digunakan untuk budidaya buah naga dan srikaya, dan juga untuk tempat
edukasi, agrowisata, dll. Sabila Farm tidak hanya berfokus pada budidaya
saja, akan tetapi juga pada olahan hasil produk pertaniannya, misalnya
dibuat manisan, kue, dalam bentuk kemasan. Sabila Farm 2 juga bisa
dikunjungi apabila keadaan kebun Sabila Farm 1 sedang tidak berbuah
atau buah habis dipanen. Namun untuk Kebun Sabila Farm 3,4 dan 5
hanya difokuskan untuk kebun produksi.

Struktur organisasi Sabila Farm dipimpin oleh Bapak Gunung


Soetopo yang juga sekaligus menjadi pemilik perusahaan. Terdapat banyak
Staf diantaranya adalah Staf Produksi, Staf Edukasi dan Rekreasi, Staf
pemasaran dan staf Administrasi dan Keuangan untuk membantu
mempermudah pembagian tugas tugasnya. Jumlah pekerja yang bekerja di
Sabila Farm berjumlah 17 termasuk dengan pemiliknya. Semua staf yang
bekerja di Sabila Farm berpendidikan S1, karena staf memiliki wewenang
dan tanggung jawab serta diperlukan ilmu khusus untuk bekerja pada
masing-masing bidang staf. Struktur organisasi pada Sabila Farm ini
menggunakan struktur organisasi garis (lini) sehingga pelimpahan
wewenang secara langsung dari atasan kepada bawahan sesuai dengan
koordinasi, sebaliknya pertanggungjawaban dari pihak bawahan juga
dilakukan secara langsung kepada atasan.

2. Proses pemberdayaan Masyarakat yang di Lakukuan Sabila Farm

Di Kebun Buah Sabila Farm pemberdayaan dilakukan dengan


proses yang di lakukan pak Gun selamu pemilik sekaligus petani di Kebun
Buah Sabila Farm dengan cara perekrutan karyawan secara resmi dan
28

berdasarkan rekomendasi. Pak Gun juga mempekerjakan warga sekitar


Sabila Farm kurang lebih 10% dari jumlah total karyawannya.

Karyawan Sabila Farm juga terdapat mahasiswa pertanian berbagai


perguruan tinggi di Indonesia yang pernah melakukan penelitian disitu,
disamping dibantu oleh masyarakat sekitar perkebunan Sabila Farm.

3. Upaya pemberdayaan kewirausahaan pada petani sekitar Sabila Farm

Berbagai olahan buah naga hasil tangan dari kreatifitas ibu elly ini
seperti cookies, cake, bolu, selai, syrup, jelly, susu, bahkan pizza buah
naga pun menjadi kreasinya. Banyak pengunjung Sabila Farm yang kaget
kalau buah naga bisa diolah menjadi berbagai makanan-makanan tersebut.

Kebun Buah Sabila Farm merasakan berkah dari ramainya


pesanan produk olahan buah naga. Uniknya selalu menggunakan buah
naga hasil kebun sendiri dalam tiap olahannya. Mengutaman kualitas tentu
menjadi alasannya.Inovasi yang dilakukan dengan membuat berbagai
olahan buah naga, tak terlepas dari pengalamannya mengikuti beberapa
pelatihan.
Tak puas hanya mendalami olah panganan, Sabila juga tertarik
mengembangkan agrowisata Sabila Farm. Tak tanggung-tanggung, Sabila
menambah ilmu hingga ke Taiwan dan Philippines. Pertanian Taiwan
cukup maju. Berbeda dengan Indonesia, petani disana mendapat posisi
yang bagus, penghasilan serta gengsi yang bagus.
Sabila Farm menjelaskan beberapa agrowisata yang
mengembangkan wisata pertanian terintegrasi. Menurutnya agrofarm tidak
harus luas, yang penting pemanfaatan lahan secara maksimal serta
pengelolaan yang baik. Termasuk sarana pendukung seperti jalan yang
memadai.Tak mau kalah dengan pertanian negara lain, Sabila yang sering
mengikuti berbagai pameran di luar negeri ini tak pernah lelah
mengenalkan berbagai produk buah tropis Indonesia. Buah Indonesia
memiliki kualitas yang bagus, banyak pasar dari luar yang tertarik, seperti
Zwitzerland termasuk juga Australia
29

Hasil berguru ke beberapa negara pak Gun gunakan untuk


mengembangkan Sabila Farm.Ia dengan ramah akan menyambut
pengunjung yang ingin belajar tentang buah naga di Sabila Farm
khususnya berbagai produk olahan serta pengembangan bisnis buah naga.
Tak lupa Sabila juga mendekatkan anak anak dengan buah naga dengan
story telling berupa wayang buah naga. Bagi Sabila pertanian memegang
potensi besar.

4. Pertanian Organik
Pertanian organik adalah suatu sistem manajemen produksi yang
menyeluruh untuk meningkatkan dan mengembangkan kesehatan
agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi dan aktivitas
biologi tanah. Syarat pertanian organik adalah menggunakan benih lokal
yang telah beradaptasi dengan alam, menghindari penggunaan pupuk
anorganik, meminimalkan semua bentuk polusi, pengendalian hama dan
penyakit tidak menggunakan pestisida sintesis. Pertanian organik penting
untuk menghasilkan pangan yang sehat dan sebagai upaya pelestarian
alam. Selain itu, pertanian organik sangat penting bagi kesehatan manusia.
Sabila Farm menggunakan benih lokal yang telah beradaptasi
dengan alam sekitar agar tahan dengan iklim lokal tetapi bukan benih dari
hasil rekayasa genetika. Penggunaan pupuk di Sabila Farm adalah pupuk
organik yang diberikan dalam jumlah besar untuk mengembalikan
kesuburan tanah marjinal. Teknologi yang diterapkan di Sabila Farm
adalah teknologi pencahayaan lampu yang mengondisikan penyinaran
tanaman lebih dari dua belas jam untuk menstimulus munculnya bunga
dan buah di luar musim. Hal itu dilakukan agar Sabila Farm akan tetap
berproduksi di luar musim panen Buah Naga walaupun kuantitasnya tidak
sama dengan pada saat masa panen.
Penanganan hama dan penyakit dilakukan tanpa menggunakan
pestisida sintesis. Pengendalian dilakukan dengan membuat lubang biopori
di sekitar kebun dan mengisinya dengan cabang dan ranting tanaman.
Biopori juga berperan dalam meresapkan air hujan ke dalam tanah
sehingga kebun tidak banjir saat musim penghujan dan ketersediaan air
30

terjaga saat musim kemarau. Pertanian organik di Sabila Farm


menghasilkan buah dengan kualitas prima. Hal ini terbukti dari harga
penjualan yang meningkat 150% dari perkiraan pemilik.
5. Budidaya Buah Naga Organik
Budidaya merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber
daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat
atau hasil panennya. Budidaya buah naga organik di Sabila Farm diawali
oleh tekad Pak Gun Soetopo selaku pemilik Sabila Farm untuk
membudidayakan buah naga putih di lahan yang cadas. Masyarakat
pesimis Pak Gun mengembangkan buah naga ini. Konsultan ahli dari
Taiwan pun meragukan Pak Gun akan sukses menghasilkan buah naga.
Hal ini disebabkan karena kebun itu berada di ketinggian lebih dari 500
meter di atas permukaan laut sedangkan salah satu syarat tumbuh buah
naga adalah tumbuh pada dataran rendah dengan ketinggian 0-500 meter
diatas permukaan laut. Pada akhirnya setahun berselang setelah
penanaman tanaman naga tersebut berbuah dan berkualitas prima. Hal ini
tidak terlepas dari teknik budidaya yang dikembangkan Pak Gun.
Teknik budidaya yang digunakan Pak Gun adalah pertanian yang
organik sehingga tidak ada unsur kimia. Kegiatan budidaya pertama
adalah persiapan lahan. Lahan yang digunakan Sabila Farm adalah lahan
marjinal atau lahan miskin. Teknik budidaya yang digunakan adalah
dengan memperbaiki unsur tanah terlebih dahulu melalui pembenaman
100 ton pupuk kandang atau setara dengan 20 truk bervolume masing-
masing 5 ton sehingga lahan menjadi subur kembali. Cara tanam Buah
Naga adalah dengan jarak tanam 3 m x 3 m, jadi 1 hektar berjumlah 1000
tiang. Tiang panjat sangat diperlukan untuk menopang tumbuhnya
tanaman. Bentuk tiangnya silinder dengan diameter sekitar 10-15 cm.
Penanganan hama dan penyakit dilakukan tanpa menggunakan
pestisida sintesis maupun mesin. Misalnya, penanganan hama bekicot
masih menggunakan tenaga manual. Begitu pula dalam penanganan
penyakit yang terdapat pada tanaman buah naga seperti bercak oren dan
busuk batang. Penanganan yang dilakukan yaitu dengan pemangkasan.
31

Sulur dipangkas pada bagian yang dekat dengan pangkal, namun lebih
baik dipangkas pada bagian pangkalnya agar tidak menyebar pada sulur
yang lain.
Pengendalian dilakukan dengan membuat lubang biopori di sekitar
kebun dan mengisinya dengan cabang dan ranting tanaman. Lubang
resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke
dalam tanah sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi
genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Biopori
juga berperan dalam meresapkan air hujan ke dalam tanah sehingga kebun
tidak banjir saat musim penghujan dan ketersediaan air terjaga saat musim
kemarau.
Pada budidaya buah naga super untuk penyerbukan memerlukan
bantuan dari tenaga manual manusia. Buah naga super perlu diserbuki agar
dapat menghasilkan buah yang berukuran besar dan lebih enak.
Penyerbukan dilakukan ketika bunga mekar sekitar pukul sepuluh sampai
dua belas malam. Pada buah naga putih, penyerbukannya tidak perlu
bantuan manusia. Tanpa diserbuki buah naga putih sudah dapat
menghasilkan buah yang berukuran besar. Jika diserbuki buah naga putih
akan menjadi pecah dan hasilnya kurang memuaskan. Buah naga kuning
tidak perlu diserbuki. Walaupun ukurannya kecil, namun buah naga kuning
memiliki rasa yang lebih manis.
Pemanenan buah naga pada bulan November hingga April setiap
tahun. Selama 6 bulan musim panen tersebut, ada panen biasa dan ada
panen raya. Panen raya merupakan kondisi apabila buah-buah serentak
matang bersama-sama. Ciri-ciri buah yang siap panen adalah kulitnya
sudah mulai berwarna merah mengkilap, jumbai buah berwarna
kemerahan, warna hijaunya sudah mulai berkurang. Satu tiang di Sabila
Farm dapat menghasilkan 20 kg/tahun. Income petani buah naga satu
Hektar sebesar 600 juta per tahun.
C. Materi Penyuluhan
Menurut UU No.6 tahun 2006, disebutkan bahwa materi penyuluhan
pertanian merupakan bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para
penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang
32

meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum,


dan kelestarian lingkungan. Fungsi penyuluhan pertanian antara lain mampu
memfasilitasi dalam bimbingan, pendampingan dalam pengelolaan usaha
pertanian, memfasilitasi dan memotivasi penumbuhan dan pengembangan
kelompok tani, dan sebagainya. Manfaat yang didapat dari adanya
penyuluhan pertanian adalah untuk mengetahui sejauh mana program yang
dapat dicapai, mencari bukti apakah perubahan yang terjadi sudah sesuai yang
diinginkan, mengetahui segala kegiatan yang dihadapi atau dijumpai
berkaitan dengan pencapaian tujuan, mengukur keefektifan dan efisiensi
metode atau sistem kerja penyuluhan pertanian, dan sebagainya. Adanya
penyuluhan pertanian bertujuan agar membantu masyarakat memperoleh
informasi atau pengetahuan guna memecahkan suatu masalah pertanian yang
sedang dihadapi, membantu menemukan masalah yang sedang dihadapi,
membantu masyarakat agar dapat memperkirakan besarnya resiko atas suatu
keputusan yang diambil, serta membantu dalam menganalisis masalah yang
akan dihadapi kedepannya.
Masyarakat Desa Bugel telah mendirikan kelompok usaha tani pada
tahun 1985 yang berasal dari buah pikiran dan kemandirian dari masyarakat
itu sendiri. Kurangnya informasi menyebabkan masyarakat disana belum
dapat memanfaatkan potensi untuk mengembangkan komoditas yang cocok
ditanam pada tanah berpasir. Berdasar hal tersebut maka diperlukan adanya
kegiatan penyuluhan di Desa Bugel. Penyampaian materi penyuluhan kami
lakukan secara langsung tanpa menggunakan alat bantu, sehingga kami harus
menjelaskan dengan suara yang agak lantang agar dapat terdengar hingga ke
belakang. Agar para petani lebih mudah memahami apa yang disampaikan,
kami menggunakan alat peraga berupa contoh tanaman yang berhasil tumbuh
dengan baik pada tanah yang berpasir. Hal tersebut terbukti berhasil sebab
banyak petani yang bertanya saat kegiatan penyuluhan berlangsung. Materi
penyuluhan yang kami sampaikan di Desa Bugel berlingkup pada bagaimana
cara mengolah tanah berpasir sebagai media tanam yang subur bagi tanaman,
serta merawat tanaman sehingga dapat tumbuh baik di tanah tersebut.
33

Beberapa hal yang kami sampaikan antara lain mengenai penggunaan pupuk
organik dari kotoran ternak, pengurangan atau bahkan penghindaran
penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang dapat menyebabkan kematian
pada tanaman ketika dosisnya tidak tepat, menjelaskan tentang hama yang
berpotensi menyerang tanaman beserta penanganannya yang tepat dan
terpadu, seperti memotong bagian yang terkena hama agar hama tidak
menyebar luas ke bagian tanaman lainya, serta memangkas jika sudah terlalu
parah penyakit maupun hama yang menyerang tanaman tersebut.
Lain cerita dengan kegiatan penyuluhan di Sabila Farm. Kegiatan disini
awalnya kami lakukan dengan menggunakan alat bantu berupa pengeras suara
sehingga sasaran dapat mendengar dengan jelas apa yang kami sampaikan.
Kami mengajak para petani berkeliling kebun untuk melihat secara langsung
kebun buah naga dan srikaya jumbo. Momen tersebut kami gunakan untuk
menjelaskan apa saja jenis dari buah naga dan srikaya, cara agar dapat
berbuah manis dan besar, serta cara menanam dan memanen yang baik dan
benar. Penggunaan alat peraga secara langsung dalam wujud tanaman asli
membuat mereka penasaran. Para petani banyak yang bertanya, meskipun
cuaca saat itu cukup panas. Kegiatan selanjutnya kami lakukan didalam
ruangan, dengan menggunakan alat bantu laptop, proyektor, dan mikrofon.
Kami menjelaskan materi dengan powerpoint, tanpa menggunakan alat
peraga. Kami menjelaskan komoditas apa saja yang dapat ditanam di lahan
Sabila Farm, namun saat itu kami lebih berfokus pada tanaman buah naga
sebab tanaman tersebut dapat hidup di lahan yang kering, seperti di Sabila
Farm. Lahan di wilayah tersebut memang berupa tanah yang dipenuhi batuan
padas, namun dengan pengetahuan yang kami dapatkan lahan tersebut dapat
diolah sedemikian rupa hingga menjadi lebih bermanfaat. Kami menjelaskan
bagaimana pengolahan lahan padas tersebut hingga dapat ditumbuhi berbagai
tanaman yang menghasilkan buah naga yang berbuah banyak, besar, dan
manis. Pengolahan lahan awalnya dilakukan dengan menggali kotak-kotak
berukuran 3x3 meter lalu ditancapkan patok semen bertulang sebagai
sandaran pohon buah naga. Hal ini tentu lebih efisien dibandingkan harus
34

mengolah seluruh lahan, yang tentu tidak hanya akan membuang waktu
namun juga membuang tenaga dan biaya. Stek buah naga tersebut mulai
belajar berbuah saat menginjak usia satu tahun. Budidaya buah naga tersebut
menggunakan POC atau pupuk organik cair, sebab unsur hara mudah tersedia
dan lebih mudah diserap tanaman. Pemasaran produk buah naga tersebut
tidak dijual di swalayan, namun dijual di pasar tradisional untuk mengajak
petani lain dan penjual buah untuk bewirausaha dan berinovasi.

Anda mungkin juga menyukai