Anda di halaman 1dari 7

JURNAL BELAJAR

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Dosen Pengampu Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd

Hari, tanggal : Senin dan Rabu / 17 dan 19 September 2018


Nama/ NIM : Atika Eka Rachmasari / 160341606084
Kelas :A
Prodi : S1 Pendidikan Biologi
Topik : Teori Humanis beserta Aplikasinya dalam Pendidikan
Tujuan : Menjelaskan Humanis beserta Aplikasinya dalam
Pendidikan

I. Konsep Belajar

Pengertian
Teori Pembelajaran

Menurut para ahli

Teori Konstruktivisme

Tahap-tahap

Aplikasi dalam
Pendidikan
II. Bukti Belajar
Teori Belajar Humanisme
1. Pengertian Teori Humanisme
Teori humanisme adalah teori pendekatan terhadap pengalaman dan tingkah
laku manusia yang berfokus dan menekankan pada keunikan dan aktualisasi diri
manusia. Teori humanisme merupakan pengembangan dari ketidakpuasan terhadap
teori behavioristik. Teori humanistik muncul pada 1940 an dan dapat dikatakan
sebagai aliran yang muda
2. Teori Humanisme Menurut Para Ahli
a. Abraham Maslow
Abraham H. Maslow (selanjutnya ditulis Maslow) adalah tokoh yang
menonjol dalam psikologi humanistik. Sebagian dari teorinya yang penting
didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan positif
untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang melawan atau menghalangi
pertumbuhan (Rumini, dkk. 1993).
Maslow membedakan antara empat kebutuhan yang pertama dengan
tiga kebutuhan yang kemudian. Keempat kebutuhan yang pertama disebutnya
Deficiency need (kebutuhan yang timbul karena kekurangan) yang pemenuhan
kebutuhan ini pada umumnya bergantung pada orang lain. Sedangkan ketiga
kebutuhan yang lain dinamakan growth need (kebutuhan untuk tumbuh) yang
pemenuhannya bergantung pada manusia itu sendirio.
b. Carl R. Rogers
Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip belajar yang
humanistik, yang meliputi hasrat untuk belajar, belajar yang berarti, belajar
tanpa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri, dan belajar untuk perubahan
(Rumini,dkk. 1993).
c. Arthur Combs
Menurut Combs, perilaku yang keliru atau tidak baik terjadi karena
tidak adanya kesediaan seseorang melakukan apa yang seharusnya dilakukan
sebagai akibat dari adanya sesuatu yang lain, yang lebih menarik atau
memuaskan. Misalkan guru mengeluh murid-muridnya tidak berminat belajar,
sebenarnya hal itu karena murid-murid itu tidak berminat melakukan apa yang
dikehendaki oleh guru. Kalau saja guru tersebut lalu mengadakan aktivitas-
aktivitas yang lain, barangkali murid-murid akan berubah sikap dan reaksinya
(Rumini, dkk. 1993).
d. Aldous Huxley
Huxley (Roberts, 1975) menekankan adanya pendidikan non-verbal
yang juga harus diajarkan kepada siswa. Pendidikan non verbal bukan
berwujud pelajaran senam, sepak bola, bernyanyi ataupun menari, melainkan
hal-hal yang bersifat diluar materi pembelajaran, dengan tujuan menumbuhkan
kesadaran seseorang. Proses pendidikan non verbal seyogyanya dimulai sejak
usia dini sampai tingkat tinggi.
e. David Mills dan Stanley Scher
David Mills dan Stanley Scher memaparkan tujuan pendidikan terpadu
ini secara detail sebagai berikut :
1. Membantu murid untuk mengalami proses ilmu pengetahuan,
termasuk penemuan ide-ide baru, baik proses intelektual maupun
afektif.
2. Membantu murid dalam mencapai kemampuan untuk menggali dan
mengerti diri mereka sendiri dan lingkungan sekitarnya dengan
cara yang ilmiah.
3. Meningkatkan pengertian dan ingatan terhadap konsep-konsep dan
ide-ide dalam ilmu pengetahuan.
4. Menggali bersama-sama murid, implikasi-implikasi dari aplikasi
yang mungkin dari ilmu pengetahuan.
5. Memungkinkan murid untuk menerapkan baik proses maupun
pengetahuan ilmiah untuk diri mereka, serta meningkatkan
kesadaran murid terhadap dunia mereka dan setiap pilihan yang
mereka ambil. Penerapan metode gabungan antara kognitif dan
afektif ini menunjukkan hasil yang lebih efektif dibanding
pengajaran yang hanya menekankan aspek kognitif. Para siswa
merasa lebih cepat menangkap pelajaran dengan menggunakan
fantasi, role playing dan game , misalnya mengajarkan teori
Newton dengan murid berperan sebagai astronot.
3. Aplikasi Toeri Humanistik dalam Pembelajaran
1. Open Education atau Pendidikan Terbuka
Ciri utama dari proses ini adalah murid bekerja secara individual atau
dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam proses ini mensyaratkan adanya pusat-
pusat belajar atau pusat-pusat kegiatan di dalam kelas yang memungkinkan murid
mengeksplorasi bidang-bidang pelajaran, topik-topik, ketrampilanketrampilan
atau minat-minat tertentu. Pusat ini dapat memberikan petunjuk untuk
mempelajari suatu topik tanpa hadirnya guru dan dapat mencatat partisipasi dan
kemajuan murid untuk nantinya dibicarakan dengan guru (Rumini, 1993).
2. Cooperative Learning atau Belajar Kooperatif
Belajar kooperatif merupakan fondasi yang baik untuk meningkatkan
dorongan berprestasi murid. Dalam prakteknya, belajar kooperatif memiliki tiga
karakteristik yakni :
a. Murid bekerja dalam tim-tim belajar yang kecil (4 – 6 orang anggota),
dan komposisi ini tetap selama beberapa minggu.
b. Murid didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan
yang bersifat akademik dan melakukannya secara berkelompok.
c. Murid diberi imbalan atau hadiah atas dasar prestasi kelompok.

3. Independent Learning (Pembelajaran Mandiri)


Pembelajaran Mandiri adalah proses pembelajaran yang menuntut murid
menjadi subjek yang harus merancang, mengatur dan mengontrol kegiatan
mereka sendiri secara bertanggung jawab. Proses ini tidak bergantung pada
subjek maupun metode instruksional, melainkan kepada siapa yang belajar
(murid), mencakup siapa yang memutuskan tentang apa yang akan dipelajari,
siapa yang harus mempelajari sesuatu hal, metode dan sumber apa saja yang akan
digunakan, dan bagaimana cara mengukur keberhasilan upaya belajar yang telah
dilaksanakan (Lowry, dalam Harsono, 2007).
4. Student Centered Learning (Belajar yang Terpusat pada Siswa)
Student Centered Learning atau disingkat SCL merupakan strategi
pembelajaran yang menempatkan peserta didik secara aktif dan mandiri, serta
bertanggung jawab atas pembelajaran yang dilakukan. Dengan SCL peserta
diharapkan mampu mengembangkan ketrampilan berpikir secara kritis,
mengembangkan system dukungan social untuk pembelajaran mereka, mampu
memilih gaya belajar yang paling efektif dan diharapkan menjadi life-long learner
dan memiliki jiwa entrepreneur. Sama seperti model sebelumnya, SCL banyak
diterapkan dalam system pendidikan di tingkat Perguruan Tinggi (Harsono, 2007).
III. Relevansi
Berikut ini merupakan relevansi saya dalam mengikuti perkuliahan teori belajar
Konstruktivisme dan teori prespektif -deskriptif :
Teori Humanis
Secara umum saya sudah memahami Setelah pertemuan mata kuliah ini,
apa itu teori humanisme yang saya lebih memahami teori humanis
menekankan pada memanusiakan lebih luas lagi, bahwa teori humanis
manusia berfokus pada keunikan dan
aktualisasi diri individu

IV. Identifikasi Masalah


Berikut ini permasalahan yang dapat diidentifikasi dari presentasi dan diskusi pada
pertemuan pekan ini :
1. Bagaimana ciri teori humanisme dipakai dalam pendidikan?
Jawab :
Teori belajar humanisme merupakan teori belajar yang dan menekankan pada
keunikan dan aktualisasi diri manusia.
2. Bagaimana karakteristik belajar kooperatif ?
Jawab :
Dalam prakteknya, belajar kooperatif memiliki tiga karakteristik yakni :
a. Murid bekerja dalam tim-tim belajar yang kecil (4 – 6 orang anggota),
dan komposisi ini tetap selama beberapa minggu.
b. Murid didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan
yang bersifat akademik dan melakukannya secara berkelompok.
c. Murid diberi imbalan atau hadiah atas dasar prestasi kelompok.
III. Elemen yang Menarik
Elemen yang menarik dari perkuliahan ini adalah ketika diberi penguatan oleh dosen
Model mengenai Teori Humanisme. Serta diskusi di dalam juga berlangsung menarik sekali
karena semua mahasiswa ikut berpartisipasi.
IV. Refleksi Diri (Umum)
Secara umum,semua mahasiswa mampu memahami perkuliahan dan pelaksanaan
proses perkuliahan Belajar dan Pembelajaran.
VI. Refleksi Diri (Khusus)
Secara pribadi untuk pertemuan ini saya sangat senang karena mengetahui bagaimana
maksud dari salah satu teori belajar yakni Humanisme. Saya juga akhirnya mampu
membedakannya. Saya merasa harus lebih semangat lagi dari semester sebelumnya.

DAFTAR RUJUKAN
Harsono, 2007. Student Centered Learning (makalah dalam Lokakarya Peningkatan
Pembelajaran melalui SCL, FPISB UII, Yogyakarta, 4 April 2007).
Ratna.2008. Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam Pendidikan.Yogyakarta : Dosen
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII Yogyakarta.
Roberts, T. B., 1975. Four Psychologies Applied to Education : Freudian, Behavioral,
Humanistic, Transpersonal. New York: Schenkman Pub. Co.
Rumini, S. dkk. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta

KRITERIA PENILAIAN JURNAL BELAJAR


MATAKULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
SEMESTER GENAP 2016-2017
ATIKA EKA RACHMASARI
160341606084/ S1 Pendidikan Biologi/Off A Jurnal Minggu ke- 4
Skor Penilaian
No. Elemen
Maks DS T D
I. Identitas
1 Nama dicantumkan 5 5 5
2 Seluruh masukan dibubuhi tanggal 5 5 5
3 Konsep yang dipelajari dicantumkan 5 5 5

II. Sistematika
4 Jurnal terorganisasi dengan baik dan lengkap 10 8 9

III. Isi Jurnal


5 Mengeksplor beragam konsep yang dipelajari 10 7 9
6 Menyajikan hasil eksplorasi berupa informasi sebagai bukti 10 9 9
belajar
7 Terdapat pernyataan yang menunjukkan relevansi dan keter- 10 9 8
kaitan terhadap konsep yang dipelajari
8 Mengidentifikasi permasalahan beserta pemecahannya 15 14 13
9 Mengidentifikasi elemen yang menarik beserta alasannya 15 14 14
10 Jurnal menunjukkan bahwa mahasiswa dapat melihat dirinya 3 4
sendiri sebagai pembelajar, menemukan dan menyelesaikan
masalah serta bekerja untuk meningkatkan kebiasaan
belajarnya
 Umum (terkait dengan hal-hal yg sifatnya umum) 5
 Khusus (terkait dengan hal-hal yang sudah dibahas/ 10 8 8
substansial)
87 89
Jumlah Skor Maksimal 100

Instrumen penilaian dikembangkan oleh Indriwati, S.E. (2003)

Keterangan dan Korektor :

DS : penilaian diri sendiri : Atika Eka Rachmasari / 160341606084

T : penilaian teman : Novela Memiasih / 160341606079

D : penilaian dosen :

Anda mungkin juga menyukai