Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMERIKSAAN FISIK

Disusun oleh

Wardatun Ishani Aulia

20184030063

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017

TAHAP-TAHAP TEKNIK PENGKAJIAN FISIK KEPERAWATAN


A. Pengkajian keadaan umum
Keadaan umum pasien di amati mulai saat pertama bertemu dengan pasien di lanjutkan
sewaktu memeriksa TTV (Suhu, Nadi, Respirasi, dan Tekanan darah). Amati pasien sewaktu
menuju keruangan, apabila pasien berbaring, amati dari kepala hingga kaki (head to toe).
Selama pemeriksaan, lihatlah cara berbaring dan mobilitas pasien, apakah aktif atau pasif,
apatis atau gelisah dan ada keluhan nyeri atau tidak. Kesadaran pasien di amati apakah sadar
sepenuhnya (kompos mentis), apatis, somnolen, delirium, semikoma atau koma.

Ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum melakukan pemeriksaan fisik, antara lain
ruangan, peralatan dan juga pasien. Ruangan di atur agar pasien merasa nyaman dan privasi
tetap terjaga. Pencahayaan di atur secukupnya dan pertahankan ketenangan ruangan misalnya
dengan membatasi pengunjung. Peralatan yang di siapkan bergantung pada jenis dan tujuan
pengkajian. Pada pengkajian dasar, peralatan yang disiapkan adalah stetoskop, tensimeter,
termometer, senter, dan alat tulis. Sebelum memulai pengkajian, pasien perlu disiapkan
sehingga kenyamanan tetap terjaga, misalnya jika pasien ingin BAK dapat di minta untuk
BAK terlebih dahulu. Jaga privasi pasien dengan hanya membuka bagian yang akan di
periksa,beritahu pasien tindakan yang akan di lakukan, atur waktu seefisien mungkin
sehingga pasien ataupun perawat tidak kelelahan. Atur posisi pasien untuk mempermudah
pengkajian.
B. PEMERIKSAAN HEAD TO TOE

Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap
system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat
untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi
yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005)
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010)

1. INSPEKSI
Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan mata. Inspeksi dilakukan
untuk mendeteksi tanda-tanda fisik berhubungan dengan status fisik. amati hal-hal yang
umum kemudian hal-hal yang khusus.
CARA KERJA INSPEKSI
 Atur pencahayaan yang cukup sebelum melakukan inspeksi
 Atur suhu dan suasana ruangan yang nyaman
 Buka bagian yang diinspeksi dan yakinkan bahwa bagian tersebut tidak
tertutup baju,selimut,dan sebagainya
 Bila perlu gunakan kaca pembesar untuk membantu inspeksi
 Selalu yakin dalam menetapkan apa yang anda lihat
 Perhatikan kesan pertama pasien yang meliputi perilaku, ekspresi,
penampilan umum, pakaian
 Lakukan inspeksi secara sistematis

2. PALPASI
Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan. Metode ini dikerjakan
untuk mendeterminasi cirri-ciri jaringan atau organ. Dalam melakukan palpasi,hanya
sentuh bagian tubuh yang akan diperiksa.
Ada dua jenis palpasi,yaitu palpasi ringan dan palpasi dalam. Palpasi ringan digunakan
dalam pengkajian, dilakukan dengan cara ujung-ujung jari pada satu atau dua tangan
digunakan secara simultan. Palpasi dalam dikerjakan untuk merasakan isi abdomen.
CARA KERJA PALPASI

o Pastikan bahwa area yang akan dipalpasi benar-benar tampak


o Cuci tangan sampai bersih dan keringkan
o Beri tahu pasien tentang apa yang akan dikerjakan
o Secara prinsip palpasi dapat dikerjakan dengan semua jari, tetapi jari
telunjuk dan ibu jari lebih sensitive
o Untuk mendeterminasi bentuk dan struktur organ gunakan jari ke-2,3,dan
4secara bersamaan, untuk abdomen gunakan telapak tangan
o Bila diperlukan, lakukan palpasi dengan dua tangan
o Perhatikan dengan seksama muka pasien selama palpasi untuk mengetahui
adanya nyeri tekan
o Lakukan palpasi secara sistematis dan uraikan cirri-ciri ukuran ,bentuk, dan
ukurannya

3. PERKUSI
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk
menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi,
dan posisi struktur di bawahnya.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu
untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan
suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan. Dewi
Sartika, 2010)
CARA KERJA PERKUSI
o Lepaskan pakaian pasien sesuai yang diperlukan
o Luruskan jari tengah tangan kiri, tekan bagian ujung jari, dan letakkan
dengan kuat pada permukaan yang diperkusi
o Lenturkan jari tengah tangan kanan keatas dengan lengan bawah relaks
o Gerakkan pergelangan tangan kanan dengan cepat,jelas, dan relaks serta
ketukkan ujung jari tengah tangan kanan pada jari tengah tangan kiri
o Segera angkat jari tengah tangan kanan
o Pertahankan gerakan pada pergelangan tangan ,tidak pada jari,siku, atau
pundak

4. AUSKULTASI
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-macam
organ dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara
yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop.
Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi
Sartika, 2010)
CARA KERJA AUSKULTASI

o Lakukan pengkajian dalam ruangan yang tenang dan nyaman


o Pasang bagian telinga (earpiece) ditelinga
o Pastiakan stetoskop benar-benar terpasang tepat ditelinga dan tidak menimbulkan
rasa sakit
o Pastikan bahwa aksis longitudinal telinga luar dengan earpiece benar-benar tepat
o Pilih bagian diafragma atau bel sesuai dengan apa yang akan didengar

C. Tujuan Pemeriksaan Fisik


Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:
o Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
o Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam
riwayat keperawatan.
o Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
o Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.
o Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.

Namun demikian, masing-masing pemeriksaan juga memiliki tujuan tertentu yang akan di
jelaskan nanti di setiap bagian tibug yang akan di lakukan pemeriksaan fisik.

D. Manfaat Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi profesi
kesehatan lain, diantaranya:
o Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose
keperawatan.
o Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
o Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat
o Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan
E. Indikasi
Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada:
o klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat.
o Secara rutin pada klien yang sedang di rawat.
o Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien
F. Prosedur Pemeriksaan
a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur
c) Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien dan pasang sarung
tangan bila di perlukan
d) Pemeriksaan umum meliputi : penampilan umum, status mental dan nutrisi.
e) Posisi klien : duduk/berbaring
1) Pengukuran tanda vital (Dibahas kelompok 2 lebih dalam)
Posisi klien : duduk/ berbaring
 Suhu tubuh (Normal : 36,5-37,50c)
 Tekanan darah (Normal : 120/80 mmHg)
 Nadi
1. Frekuensi=Normal: 60-100x/menit, Takikardia: >100, Bradikardia:
<60x/menit
2. Keteraturan= Normal : teratur
3. Kekuatan= 0: Tidak ada denyutan; 1+:denyutan kurang teraba; 2+:
Denyutan mudah teraba, tak mudah lenyap, 3+: denyutan kuat dan
mudah teraba.
 Pernafasan
1. Frekuensi: Normal: 15-20x/menit; takipnea : >20x/menit, bradipnea=
<15x/menit.
2. Keteraturan= Normal:teratur
3. Kedalaman: dalam/dangkal
4. Penggunaan otot bantu pernafasan: Normal:tidak ada
5. setelah diadakan pemeriksaan tanda-tanda vital evaluasi hasil yang di
dapat dengan
6. membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat.
G. Pemeriksaan Head To Toe
1. Pemeriksaan kulit dan kuku
Tujuan
 Mengetahui kondisi kulit dan kuku
 Mengetahui perubahan oksigenasi, sirkulasi, kerusakan jaringan setempat,
dan hidrasi.
Persiapan
 Posisi klien: duduk/ berbaring
 Pencahayaan yang cukup/lampu
 Sarung tangan (utuk lesi basah dan berair)
Prosedur Pelaksanaan
a. Pemeriksaan kulit\
Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat, sianosis,
dan ikterik.
Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor
kulit, dan edema.
Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.
setelah diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
2. Pemeriksaan kuku
Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku
Normal: bersih, bentuk normaltidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing
finger), tidak ikterik/sianosis.
Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile ( pengisian kapiler ).
Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.
setelah diadakan pemeriksaan kuku evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
3. Pemeriksaan kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan leher
Posisi klien : duduk , untuk pemeriksaan wajah sampai dengan leher perawat
berhadapan dengan klien
Pemeriksaan kepala
Tujuan
a) Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
b) Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala
Persiapan alat
a) Lampu
b) Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau luka)
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau tidak,
kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan distribusi rambut.
Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda
kekurangan gizi(rambut jagung dan kering)
Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.
Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan kuat/tidak
rapuh.
setelah diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat.
4. Pemeriksaan wajah
Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik, simetris.
Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
setelah diadakan pemeriksaan wajah evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.
5. Pemeriksaan mata
Tujuan
a) Mengetahui bentuk dan fungsi mata
b) Mengetahui adanya kelainan pada mata.
Persiapan alat
a) Senter Kecil
b) Surat kabar atau majalah
c) Kartu Snellen
d) Penutup Mata
e) Sarung tangan
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata,
kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik),
penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon terhadap cahaya.
Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink, dan
sclera berwarna putih.
6. Pemeriksaan Pergerakan Bola Mata
Pemeriksaan pergeraka bola mata dilakukan dengan cara Cover-Uncover Test /
Tes Tutup-Buka Mata
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi adanya Heterophoria.
Heterophoria berhubungan dengan kelainan posisi bola mata, dimana terdapat
penyimpangan posisi bolamata yang disebabkan adanya gangguan keseimbangan
otot-otot bolamata yang sifatnya tersembunyi atau latent. Ini berarti mata itu
cenderung untuk menyimpang atau juling, namun tidak nyata terlihat.
Pada phoria, otot-otot ekstrinsik atau otot luar bola mata berusaha lebih tegang atau
kuat untuk menjaga posisi kedua mata tetap sejajar. Sehingga rangsangan untuk
berfusi atau menyatu inilah menjadi faktor utama yang membuat otot -otot tersebut
berusaha extra atau lebih, yang pada akhirnya menjadi beban bagi otot-otot tersebut,
wal hasil akan timbul rasa kurang nyaman atau Asthenopia.

Daftar Pustaka

Priharjo,Robert.2006.Pengkajian Fisik Keperawatan.Jakarta:Buku Kedokteran


EGC.

Anda mungkin juga menyukai