Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu


exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan
tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari
total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan
ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya.

Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan
di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal
disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh
mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada di milieu interior.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol
osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai
kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan
garam tersebut.

Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan


mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan.
Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru
dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimi dalam
cairan tubuh.

B. Tujuan
1. Mengetahui Cairan Tubuh dan Elektrolit
2. Mengetahui Pengaturan Cairan Tubuh
3. Mengetahui Pengaturan Elektrolit
4. Mengetahui Keseimbangan Asam Basa
5. Mengetahui Faktor yang Memengaruhi Keseimbangan Cairan Tubuh, Elektrolit,
dan Asam Basa

BAB II
ISI

A. Cairan Tubuh dan Elektrolit


Proporsi tubuh manusia terdiri atas cairan dengan proporsi yang besar yaitu
sekitar 49-60% berat badan rata-rata orang dewasa adalah air. Air sangat penting
untuk kesehatan dan fungsi sel normal, yang berpern penting sebagai medium untuk
reaksi metabolik di dalam sel, pengangkut zat gizi, produk sisa, dan zat lain, serta
mengatur dan mempertahankan suhu tubuh.
1. Distribusi Cairan Tubuh
Cairan tubuh dibagi ke dalam dua komponen utama, intrasel dan ekstrasel.
Cairan intrasel (CIS) ditemukan berada di dalam sel-sel tubuh. Cairan intrasel
menyusun sekitar dua pertiga cairan tubuh total pada orang dewasa. Cairan
ekstrasel (CES) ditemukan berada di luar sel dan menyusun sekitar sepertiga
cairan tubuh total. Cairan ekstrasel dibagi menjadi beberapa kompartemen. Dua
kompartemen utama cairan ekstrasel adalah intravaskular dan interstisial. Cairan
intravaskuler atau plasma ditemukan berada di dalam sistem vaskular. Cairam
interstisialmengelilingi sel. Kompartemen cairan ekstrasel yang lain adalah cairan
limfe dan transselular. Contoh cairan transelular adalah cairan serebrospinal,
perikardial, pankreatik, pleural, intraokular, biliaris, peritoneal, dan sinovial.
Cairan intrasel (CIS) sangat penting untuk fungsi normal sel. CIS
mengandung zat terlarut seperti oksigen, elektrolit, dan glukosa, CIS juga
menyediakan medium untuk tempat berlangsungnya proses metabolisme sel. CES
merupakan sistem transpor yang membawa zat gizi ke sel dan produk sisa dari sel.
Misalnya plasma membawa oksigen dari paru dan glukosa dari saluran
pencernaan ke pembuluh darah kapiler pada sistem pembuluh darah. Oksigen dan
glukosa tersebut melintasi membran kapiler ke ruang interstisial dan melintasi
membran sel untuk masuk ke dalam sel. Rute sebaliknya digunakan untuk produk
sisa seperti karbondioksida yang keluar dari sel menuju paru dan sisa metabolisme
asam pada akhirnya akan keluar menuju ginjal. Cairan interstisial yang
menmenyusiun tiga perempat dari CES menstransportasikan zat sisa dari sel
melalui sistem limfe serta secara langsung menuju plasma darah melalui kapiler.
2. Komposisi Cairan Tubuh
Partikel yang bermuatan disebut ion, sedangkan partikel yang bermuatan
listrik disebut dengan eletrolit. Ion yang membawa muatan positif disebut dengan
kation, sedangkan ion yang membawa muatan negatif disebut anion. Contoh
kation adalah natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca2+), dan magnesium (Mg2+).
Contoh anion adalah klorida (Cl-), bikarbonat HCO3-, fosfat HPO42-, dan sulfat
(SO42-). Elektrolit pada umumnya diukur dalam miliequivalen per liter air (mEq/L)
atau miligram per 100 mililiter (mg/100 ml). Miliequivalen merupakan daya ikat
kimia ion, atau kemampuan kation berikatan dengan anion untuk membentuk
suatu molekul.
Komposisi cairan bervariasi antara satu kompartemen tubuh dengan
kompartemen tubuh lain. Elektrolit utama dalam cairan ekstrasel adalah natrium,
klorida, dan bikarbonat. Elektrolit lain seperti kalium, kalsium, dan magnesium
hanya terdapat dalam jumlah yang lebih kecil. Plasma dan cairan interstisial
mengandung sedikit atau tidak mengandung protein. Kalium dan magnesium
merupakan kation primer yang terdapat dalam CIS dengan fosfat dan sulfat
sebagai anion utama.

3. Pergerakan Cairan dan Elektrolit Tubuh


Kompartemen cairan tubuh dipisahkan oleh membran sel dan membran
kapiler. Partikel kecil seperti ion, oksigen, dan karbondioksida bergerak dengan
mudah menyeberangi membran ini, tetapi untuk molekul yang besar seperti
glukosa dan protein mengalami kesulitan yang lebih besar untuk menyeberangi
membran antar kompartemen ini. Metode pergerakan elektrolit dan zat terlarut
diantaranya adalah dengan osmosis, difusi, filtrasi, dan transpor aktif.
a. Osmosis
Osmosis adalah pergerakan air menembus membran sel, dari larutan
yang berkonsentrasi rendah ke larutan yang berkonsentrasi tinggi (Kozier,
2010). Melalui osmosis, air bergerak menuju zat terlarut yang berkonsentrasi
lebih tinggi sebagai upaya untuk menyeimbangkan konsentrasi cairan. Di
dalam tubuh, air merupakan zat terlarut . Zat terlarut adalah zat yang larut di
dalam cairan. Zat terlarut terdiri atas elektrolit, oksigen, dan karbondioksida,
glukosa, urea, asam amino, dan protein. Konsentrasi zat terlarut di dalam
tubuh disebut dengan osmolalitas. Osmolalitas ditentukan oleh konsentrasi zat
terlarut total di dalam kompartemen cairan dan diukur sebagai bagian dari zat
terlarut per kilogram air.
Sebuah larutan isotonik memiliki osmolalitas yang sama dengan cairan
tubuh.salin normal, NaCl 0,9% merupakan contoh dari larutan isotonik.
Larutan hipertonik merupakan larutan yang memiliki osmolalitas yang lebih
tinggi dibandingkan cairan tubuh. Contoh larutan hipertonik adalah NaCl
0,3%. Larutan hipotonik adalah larutan yang memiliki osmolalitas yang lebih
rendah dibandingkan dengan cairan tubuh. Contoh larutan hipotonik adalah
NaCl 0.45%.
Tekanan osmotik merupakan kekuatan larutan untuk menarik air
menyeberangi membran semipermeabel. Jika dua larutan dengan konsentrasi
zat terlarut berbeda dipisahkan oleh membran semipermeabel maka larutan
yang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi mengeluarkan tekanan osmotik
yang lebih tinggi, menarik air menyeberangi membran untuk
menyeimbangkan konsentrasi larutan. Protein plasma yang terdapat di dalam
tubuh mengeluarkan tekanan osmotik yang disebut tekanan osmotik kolpid
atau tekanan onkotik yang menarik air dari ruang interstisial ke kompartemen
pembuluh darah. Mekanisme ini penting dalam upaya mempertahanan volume
pembuluh darah.
b. Difusi
Difusi merupakan percampuran kontinue beberapa molekul di dalam
cairan, gas, atau zat padat yang disebabkan oleh gerakan konstan dari
molekulnya (Kozier, 2010). Difusi air, elektrolit, dan zat lain terjadi melalui
pori-pori celah membran kapiler. Kecepatan difusi suatu zat dipengaruhi oleh
ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan suhu larutan. Molekul yang
berukuran lebih besar akan bergerak sedikit lebih lambat dibandingkan
molekul yang lebih kecil karena memerlukan energi yang lebih besar untuk
bergerak. Pada difusi, molekul bergerak dari larutan konsentrasi tinggi ke
larutan berkonsentrasi rendah. Peningkatan suhu akan meningkatkan
kecepatan pergerakan molekul sehingga kecepatan difusi akan meningkat.
c. Filtrasi
Filtrasi merupakan proses pergerakan cairan dan zat terlarut secara
bersama menyeberangi sebuah membran dari satu kompartemen ke
kompartemen lain (Kozier, 2010). Pergerakan terjadi dari area bertekanan
tinggi ke area bertekanan rendah. Contoh pergerakan filtrasi adalah pergerakan
cairan dan zat gizi dari kapiler arteriola ke cairan interstisial di sekitar sel.
Tekanan di dalam kompartemen yang menghasilkan pergerakan cairan dan sat
terlarut di dalam cairan keluar dari kompartemen disebut dengan tekanan
filtrasi. Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang dikeluarkan oleh cairan di
dalam sebuah sistem tertutup pada dinding wajah penampung cairan tersebut.
Prinsip tekanan hidrostatik adalah cairan bergerak dari area bertekanan tinggi
ke area bertekanan rendah. Pembuluh darah, plasma protein di dalam darah
mengeluarkan tekanan osmotik koloid atau tekanan onkotik yang melawan
tekanan hidrostatik dan menahan cairan di dalam kompartemen pembuluh
darah untuk mempertahankan volume pembuluh darah. Apabila tekanan
hidrostatik lebih besar dibandingkan tekanan osmotik, maka cairan akan
tersaring keluar dari pembuluh darah. Contoh tekanan filtrasi adalah
perbedaan antara tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik.
d. Transpor aktif
Transpor aktif merupakan pergerakan zat menyeberangi membran sel
dari larutan berkonsentrasi rendah ke larutan berkonsentrasi tinggi (Kozier,
2010). Perbedaan antara transpor aktif dengan difusi dan osmosis adalah
terletak pada energi metabolik yang dihabiskan. Dalam transpor aktif, sebuah
zat berikatan dengan sebuah pembawa di permukaan luar membran sel dan
keduannya bergerak ke permukaan dalam membran sel lalu zat dan pembawa
akan berpisah dab zat dilepaskan ke bagian dalam sel. Sebuah pembawa
spesifik diperlukan untuk setiap zat, enzim dibutuhkan untuk transpor aktif
dan energi dikeluarkan. Proses transpor aktif berperan untuk mempertahankan
perbedaan konsentrasi ion natrium dan kalium di dalam CIS dan CES.
Normalnya jumlah konsentrasi natrium lebih tinggi di dalam sel, sehingga
untuk mempertahankan proporsi ini, mekanisme transpor aktif (pompa
natrium-kalium) diaktivasi, untuk memindahkan natrium ke luat sel dan
kalium ke dalam sel.

B. Pengaturan Cairan Tubuh


1. Haluaran Cairan
Asupan cairan orang dewasa sekitar 1500 sampai 2500 mm per hari
dan butuh tambahan 1000 ml (Kozier, 2010). cairan tambahan tersebut
diperoleh dari makanan dan oksidasi makanan selama proses metabolik.
Mekanisme haus merupakan pengatur primer asupan cairan dengan berpusat
di hipotalamus. Sejumlah stimulus yang dapat memicu pusat rasa haus
diantaranya seperti osmotik cairan tubuh, volume vaskuler, dan angiotensin.
Terdapat empat rute haluaran cairan, diantaranya adalah:
a. Urin
Urin yang di bentuk oleh ginjal dan diekskresikan oleh kandung
kemih merupakan cara utama haluaran cairan. Haluaran urin normal orang
dewasa adalah 1.400 sampai 1.500 ml per hari atau minimal 0,5 ml/kg
BB/jam (Kozier, 2010). Volume urin akan meningkat jika asupan cairan
meningkat. Namun, jika kehilangan cairan melalui keringat cukup besar,
maka volume urin berkurang agar keseimbangan cairan dalam tubuh dapat
dipertahankan.
b. Kehilangan yang tidak dirasakan (IWL)

Kehilangan cairan yang tidak dirasakan terjadi melalui kulit dan


paru. Disebut kehilangan yang tidak dirasakan karena biasanya cairan
diekskresikan dengan tidak disadari dan tidak dapat diukur. Kehilangan
cairan yang tidak dirasakan melalui kulit terjadi dengan dua cara yaitu
melaui difusi dan keringat. Air yang hilang melalui difusi tidak terlihat
jelas tetapi normalnya terjadi sebesar 300 sampai 400 ml per hari (Kozier,
2010). Kehilangan ini dapat bermakna apabila lapisan pelindung kulit
hilang akibat luka bakar atau abrasi yang luas. Keringan dapat disebabkan
oleh suhu lingkungan dan aktivitas metabolisme. Demam dan plehraga
dapat meningkatkan aktivitas metabolisme dan produksi panas sehingga
akan meningkatkan kehilangan cairan melalui kulit. Jenis lain dari IWL
adalah air yang terdapat dalam udara yang diekspirasikan dengan jumlah
sekitar 300 sampai 400 ml per hari pada orang dewasa. Apabila kecepatan
pernapasan meningkat, seperti ketika olahraga dan demam, maka
kehilangan cairan dapat meningkat melalui ekspirasi pernapasan.

c. Feses
Kime yang melewati usus halus ke usus besar mengandung air dan
elektrolit dengan volume kime sekitar 1.500 ml/hari. Dari jumlah total
tersebut, sekitar 100 ml akan diserap kembali di setengan bagian proksimal
usus besar (Kozier, 2010).

2. Mempertahankan Homeostatis
Volume dan komposisi cairan tubuh daiatur melalui beberapa
mekanisme homeostatik. Beberapa sistem tubuh yang berperan dalam
pengaturan homeostatik tubuh diantaranya adalah:
a. Ginjal
Ginjal adalah pengatur utama keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh. Ginjal menatur volume dan osmolalitas cairan ekstrasel dengan
mengatur ekskresi air dan elektrolit ginjal menyesuaikan penyerapan
kembali air dari filtrasi plasma dan akhirnya akan dikeluarkan sebagai
urin. Umumnya pada orang dewasa sekitar 135 sampai 180 L plasma
perhari yang disaring, namun hanya sekitar 1.500 ml urin yang
diekskresikan (Kozier, 2010). Keseimbangan elektrolit dipertahankan oleh
retensi dan ekskresi oleh ginjal. Ginjal juga berperan penting dalam
pengatusan asam-basa, mengekskresikan ion hidrogen dan
mempertahankan bikarbonat.
b. Hormon antidiuretik
Hormon antidiuretik yang mengatur ekskresi dari ginjal, disintesis di
bagian anterior hipotalamus dan bekerja pada duktus kolektivus nefron.
Apabila osmolalitas serum meningkat, ADH diproduksi, menyebabkan
duktus kolektivus menjadi permeabel terhadap air. Peningkatan
permeabilitas ini mungkin lebih banyak air diserap kembali ke dalam
darah. Apabila lebih banyak air yang diserap kembali maka haluaran urin
akan berkurang dan osmolalitas serum menurun karena air mengencerkan
cairan tubuh. Sebaliknya, jika osmolalitas serum menurun, ADH ditekan,
duktus kolektivus menjadi kurang permeabel terhadap air dan haluaran
urin meningkat. Air yang berlebihan akan diekskresikan dan osmolalitas
serum kembali normal. Faktor yang memengaruhi produksi dan pelepasan
hormon ADH diantaranya adalah volume darah, suhu, nyeri, stres, dan
beberapa obat seperti opiat, barbiturat, dan nikotin.
c. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
Respon khusus di sel jukstaglomelurus nefron ginjal berespons
terhadap perubahan perfusi renal sehingga memulai sistem renin-
angiotensin-aldosteron. Renin akan dilepaskan jika aliran darah atau
tekanan ginjal menurun. Renin menyebabkan pengubahan angiotensinogen
menjadi angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II oleh
enzim pengubah angiotensin (Black, 2014). Angiotensin II bekerja
langsung pada nefron untuk meningkatkan retensi natrium dan air. Selain
itu, angiotensin II menstimulasi pelepasan aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron juga meningkatkan retensi natrium di nefron distal. Efek bersih
dari sistem renin-angiotensin-aldosteron adalah mengembalikan volume
darah dan perfusi renal melalui retensi natrium dan air.
d. Faktor natriuretik atrial
Faktor Natriuretik Atrial (ANF) dilepaskan dari sel di dalam atrium
jantung sebagai respon terhadap kelebihan volume darah dan peregangan
dinding atrium. ANF meningkatkan pengeluaran natrium dan bekerja
sebagai sebuah diuretik kuat, sehingga mengurangi volume vaskular. ANF
juga menghambat rasa haus sehingga mengurangi asupan cairan.
C. Pengaturan Elektrolit
Elektrolit merupakan ion bermuatan yang mampu menghantarkan
listrik, terdapat diseluruh cairan tubuh dan kompartemen tubuh. Elektrolit
berperan penting untuk mempertahankan keseimbangan cairan, berperan
dalam pengaturan asam-basa, memfasilitasi reaksi enzim, dan
mentransmisikan reaksi neuromuskular. Sebagian besar elektrolit memasuki
tubuh melalui asupan diet dan diekskresikan di dalam urin. Beberapa elektrolit
seperti natrium dan klorida tidak disimpan di dalam tubuh dan harus
dikonsumsi setiap hari untuk mempertahankan tingkat yang normal. Di sisi
lain, kalium disimpan di dalam sel dan kalsium disimpan di dalam tulang. Saat
kadar serum menurun, ion dapat keluar dari tempat penyimpanan menuju
datah untuk mempertahankan kadar serum yang adekuat sehingga dapat
berfungsi secara normal. Mekanisme pengaturan dan fungsi elektrolit
dirangkum di dalam tabel berikut:

TABEL 1. Pengaturan dan Fungsi Elektrolit

No Elektrolit Pengaturan Fungsi


.
1. Natrium - Reabsorpsi atau ekskresi - mengatur volume dan distribusi
(Na+) ginjal CES
- Aldosteron meningkatkan - Mempertahankan volume darah
- Menstrasmisikan impuls saraf dan
reabsorpsi Na+ dalam duktus
mengontraksikan otot
kolektivus nefron ginjal
2. Kalium - Ekskresi dan penyimpanan di - Mempertahankan osmolalitas
+
(K ) ginjal CES
- Aldosteron meningkatkan - Menstransmisikan impuls saraf
ekskresi K+ dan impuls listrik lain
- Pergerakan ke dalam dan ke - Mengatur transmisi impuls
luar sel jantung dan kontraksi otot
- Insulin membantu - Fungsi otot rangka dan otot polos
- Mengatur keseimbangan asam-
memindahkan K+ keluar sel
basa
menuju CES
3. Kalium - Pendistribusian kembali antara - Pembentukkan tulang dan gigi
(Ca2+) - Mentransmisikan impuls saraf
tulang dan CES
- Hormon paratiroid dan - Mengatur kontraksi otot
kortitriol meningkatkan kadar - Mempertahankan pacu jantung
serum Ca2+ kalsitonin - Pembekuan darah
- Mengaktivasi enzim seperti lipase
menurunkan kadar serum
dan fosfolipase pankreas
4. Magnesiu - Penyimpanan dan ekskresi - Metabolisme intrasel
m (Mg2+) - Mengoperasikan pompa natrium-
oleh ginjal
- Penyerapan di usus kalium
- Merekalsasi kontraksi otot
ditingkatkan oleh vitamin D
- Menstransmisikan impuls saraf
dan hormon paratiroid - Mengatur fungsi jantung
5. Klorida - Diekskresikan dan diserap - Produksi HCl
(Cl-) - Mengatur keseimbangan CES dan
kembali bersama dengan
volume vaskular
natrium di dalam ginjal
- Aldosteron meningkatkan - Mengatur keseimbangan asam-
basa
penyerapan kembali klorida
- Sebagai bufer dalam pertukaran
bersama dengan natrium
oksigen-karbondioksida di sel
darah merah
6. Fosfat - Ekskresi dan penyerapan - Pembentukkan tulang dan gigi
(PO4-) - Memetabolisme karbohidrat,
kembali oleh ginjal
- Hormon paratiroid protein, dan lema
- Metabolisme selular,
menurunkan kadar serum
menghasilkan ATP dan DNA
dengan meningkatkan
- Fungsi otot, saraf, dan SDM
ekskresi ginjal - Mengatur keseimbangan asam-
- Hubungan timbal balik
basa
dengan kalsium peningkatan - Mengatur kadar kalsium
kadar kalsium serum
menurunkan kadar fosfat;
penurunan kalsium serum
meningkatkan fosfat
7. Bikarbonat - Ekskresi dan penyerapan - Bufer tubuh utama yang terlibat
(HCO3-) kembali oleh ginjal dalam pengaturan asam-basa
- Regenerasi oleh ginjal

D. Keseimbangan Asam Basa


Bagian penting dalam pengaturan keseimbangan kimia atau homeostatis cairan
tubuh adalah pengaturan asiditas atau alkalinitas cairan. Sebuah asam adalah
sebuah zat yang melepaskan ion hidrogen dalam larutan. asam yang kuat seperti
asam hidroklorida melepaskan semua atau hampir semua hormon hidrogennya,
asam yang lemah seperti asam karbonat melepaskan beberapa ion hidrogen. Basa
atau alkali memiliki konsentrasi ion hidrogen rendah dan dapat menerima ion
hidrogen di dalam larutan. asiditas atau alkalinitas diukur dengan pH yang
menggambarkan konsentrasi ion hidrogen dakam larutan. semakin tinggi
konsentrasi ion hidrogen, maka semakin rendah pH, dan sebaliknya. Larutan yang
memiliki pH lebih rendah dari 7 bersifat asam, sedangkan larutan yang memiliki
pH lebih tinggi dari 7 maka bersifat basa.
1. Pengaturan Keseimbangan Asam-Basa
pH normal darah arteri adalah 7,35-7,45. asam secara kontinue diproduksi
selama metabolisme. Beberapa sistem tubuh termasuk bufer, sistem
pernapasan, dan sistem renal terlibat aktif dalam mempertahankan kisarah pH.
Bufer membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan
menetralkan kelebihan asam-basa. Paru dan ginjal membantu
mempertahankan pH normal baik dengan mengekskresikan atau
mempertahankan asam dan basa.
a. Bufer
Bufer mencegah perubahan berlebihan pH dengan mengeluarkan
atau melepaskan atau melepaskan ion hidrogen. Jika kelebihan ion
hidrogen terdapat dalam caira tubuh, bufer berikatan dengan ion hidrogen,
meminimalkan perubahan pH. Saat cairan tubuh menjadi terlalu basa,
bufer dapat melepaskan ion untuk meminimalkan perubahan pH. Kerja
bufer berlangsung cepat tetapi kemampuannya terbatas dalam
memepertahankan atau mengembalikan keseimbangan asam-basa normal.
Sistem utama dalam cairan ekstrasel adalah sistem bikarbonat dan asam
karbonat. Apabila pH menurun, maka akan terjadi sebuah kondisi yang
disebut dengan asidosis, sedangkan jika pH meningkat maka akan
menimbulkan kondisi yang disebut sebagai alkalosis. Selain sistem bufer
bikarbonat-asam bikarbonat, protein plasma, hemoglobin, dan fosfat juga
berfungsi sebagai bufer dalam cairan tubuh.
b. Pengaturan Pernapasan
Paru-paru membantu mengatur keseimbangan asam-basa dengan
membuang atau mempertahankan karbondioksida. Jika bergabung dengan
air, karbondioksida akan membentuk asam karbonat. Reaksi kimia ini
bersifat reversibel, asam karbonat akan diuraikan menjadi karbondioksida
dan air. Sistem pernapasan ini bekerja sama dengan sistem bufer
bikarbonat-asam bikarbonat dalam mengatur keseimbangan asam-basa dan
pH dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernapasan. Respon sistem
pernapasan bersifat cepat dalam hitungan menit. Apabila kadar asam
karbonat dan karbondioksida dalam darah meningkat, maka pusat
pernapasan distimulasi dan kecepatan serta kedalaman pernapasan akan
meningkat. Karbondioksida dikeluarkan dan kadar asam karbonat akan
menurun. Sebaliknya, apabila kadar bikarbonat berlebihan, maka
kecepatan dan kedalaman pernapasan berkurang sehingga menyebabkan
karbondioksida ditahan sehingga kadar asam karbonat meningkat dan
kelebihan bikarbonat dinetralkan. Kadar karbondioksida dalam darah atau
tekanan parsial gas terlarut dalam darah vena diukur sebagai PCO2,
sedangkan tekanan karbondioksida di dalam darah arteri adalah PaCO2
dengan nilai normal 35 sampai 45 mmHg.
c. Pengaturan Ginjal
Ginjal merupakan pengatur akhir jangka panjang dalam
keseimbangan asam-basa. Ginjal lebih lambat berespon terhadap
perubahan, memerlukan beberapa jam sampai beberapa hari untuk
memperbaiki ketidakseimbangan, tetapi responnya lebih permanen dan
selektif dibandingkan dengan sistem lain. Ginjal mempertahankan
keseimbangan asam-basa dengan mengekskresikan atau mempertahankan
ion bikarbonat dan hidrogen. Apabila terdapat kelebihan ion hidrogen dan
ion turun, maka ginjal menyerap kembali dan meregenerasi bikarbonat dan
mengekskresikan ion hidrogen. Dalam kasus alkalosis dan pH tinggi,
kelebihan bikarbonat diekskresikan dan ion hidrogen dipertahankan. Kadar
normal bikarbonat serum adalah 22 sampai 26 mEq/L.

E. Faktor yang Memengaruhi Keseimbangan Cairan Tubuh, Elektrolit, dan


Asam Basa
1. Usia
Bayi dan anak memiliki perpindahan cairan yang lebih besar dibandingkan
orang dewasa karenan laju metabolisme yang tinggi dapat meningkatkan
keseimbangan cairan. Bayi lebih banyak kehilangan cairan melalui ginjal karena
belum matur. Pernapasan bayi lebih cepat dan area permukaan tubuhnya lebih
besar dibandingkan orang dewasa sehingga meningkatkan kehilangan cairan
yang tidak dirasakan.
Pada lansia, respon haus sering kali berkurang sehingga asupan cairan juga
kurang dari kebutuhan normal. Kemampuan nefron menjadi berkurang untuk
menyimpan air sebagai respon terhadap ADH. Peningkatan kadar faktor
natriuretik atrial juga dapat menimbulkan gangguan kemampuan untuk
menyimpan air di dalam tubuh sehingga risiko dehidrasi pada lansia akan
meningkat.
2. Jenis kelamin dan ukuran tubuh
Sel lemak mengadung sedikit atau tidak sama sekali air sedangkan jaringan
tanpa lemak memiliki kandungan air yang tinggi. Individu yang memiliki
presentase lemak di tubuh yang tinggi memiliki cairan tubuh yang lebih sedikit.
Wanita secara proporsional memiliki proporsi lemak tubuh yang lebih banyak
dibandingkan pria sehingga memiliki proporsi cairan yang lebih sedikit
dibandingkan pria. Air menyusun sekitar 60% berat badan pria dewasa dan 52%
untuk wanita dewasa.
3. Suhu lingkungan
Kehilangan cairan melalui keringat meningkat di lingkungan yang panas karena
karena tubuh berupaya untuk menghilangkan panas. Jika suhu tubuh meningkat,
maa individu berisiko untuk mengalami keletihan akibat panas atau heatstroke.
Mengonsumsi cairan dingin dalam jumlah yang memadai, terutama setelah
beraktivitas berat akan mengurangi risiko dehidrasi.
4. Gaya hidup
Diet, latihan, dan stres mempengaruhi keseimbangan cairan, elektrolit, dan
asam-basa. Orang yang menderita anoreksia nervosa atau bullimia berisiko
mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat karena asupan yang
tidak adekuat. Stres dapat meningkatkan metabolisme seluler, kadar konsentrasi
gula darah, dan katekolamin. Selain itu, kadar ADH juga akan meningkat
sehingga menurunkan produksi urin. Respon tubuh terhadap stres adalah
meningkatkan volume darah.
BAB III
PENUTUP

1. Cairan tubuh dibagi ke dalam dua komponen utama, intrasel dan ekstrasel
2. Komposisi cairan bervariasi antara satu kompartemen tubuh dengan kompartemen
tubuh lain. Elektrolit utama dalam cairan ekstrasel adalah natrium, klorida, dan
bikarbonat. Elektrolit lain seperti kalium, kalsium, dan magnesium hanya terdapat
dalam jumlah yang lebih kecil.
3. Metode pergerakan elektrolit dan zat terlarut diantaranya adalah dengan osmosis,
difusi, filtrasi, dan transpor aktif.
4. Terdapat empat rute haluaran cairan, diantaranya adalah: urin,IWL, fases
5. Elektrolit merupakan ion bermuatan yang mampu menghantarkan listrik, Elektrolit
berperan penting untuk mempertahankan keseimbangan cairan, berperan dalam
pengaturan asam-basa, memfasilitasi reaksi enzim, dan mentransmisikan reaksi
neuromuscular
6. Sebuah asam adalah sebuah zat yang melepaskan ion hidrogen dalam larutan. asam
yang kuat seperti asam hidroklorida melepaskan semua atau hampir semua hormon
hidrogennya, asam yang lemah seperti asam karbonat melepaskan beberapa ion
hidrogen. Basa atau alkali memiliki konsentrasi ion hidrogen rendah dan dapat
menerima ion hidrogen di dalam larutan.
7. Faktor yang Memengaruhi Keseimbangan Cairan Tubuh, Elektrolit, dan Asam Basa
adalah: usia, jenis kelamin, ukuran tubuh, suhu lingkungan, gaya hidup.

DAFTAR PUSTAKA
Black, J.M., Hawks, J.H. (2014). Buku Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinik
untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8. Jakarta: PT Salemba Medika
Kozier, B., Erb, G., Snyder, S.J. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperwatan Konsep, Proses,
dan Praktik, Edisi 7 Volume 2. Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai