Anda di halaman 1dari 20

SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DALAM

PENANGANAN INSTALASI LISTRIK

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu : Dra. Sehati Kaban, M.Pd

Disusun Oleh :
Dede Ramdhani (5115164927)

PENDIDIKAN VOKASIONAL TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya yang
melimpah, sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Bahasa Indonesia”.
Pada kesempatan ini pula penyusun menayampaikan rasa terima kasih kepada Dra. Sehati
Kaban, M,Pd. dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah membimbing dalam penyusunan
makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini penulis sadar bahwa banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang bersifat
membangun sehingga tercapainya kesempurnaan isi maupun penulian makalah ini.

Jakarta, 21 Juni 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan ................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1

1.3. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 1

Bab II Pembahasan ............................................................................................... 3

2.1. Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja listrik .................................. 3

2.2. Pengertian persyaratan umum instalasi listrik (PUIL) .............................. 4

2.3. Dasar hukum K3 listrik ............................................................................. 5

2.4. Tujuan K3 listrik ....................................................................................... 6

2.5. Macam-macam bahaya listrik ................................................................... 6

2.6. Faktor-faktor penyebab terjadinya kecekalaan listrik ............................... 12

2.7. Upaya pencegahan terjadinya kecelakaan listrik ...................................... 13

2.8. Keselamatan kerja listrik ........................................................................... 14

Bab III Penutup ..................................................................................................... 16

3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 16

3.2. Saran .......................................................................................................... 16

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dengan berkembangnya teknologi yang semakin modern, listrik mempunyai peran
yang sangat penting dalam kehidupan maupun dunia industri. Selain itu listrik juga
mengandung resiko bahaya yang dapat mengganggu keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja, sumber produksi, proses produksi serta lingkungan kerja secara umum. Sebagai
contoh, listrik yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kebakaran pada
rumah, gedung sampai dengan gudang perusahaan. Penyebabnya pun dapat bermacam-
macam, diantaranya, hubungan singkat (short circuit), over fused circuit, arus bocor
(leakage current), kontak listrik dan lain-lain. Untuk meminimalisir resiko tersebut,
perusahaan membutuhkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang
spesifik pada persoalan kelistrikan yang mampu menjamin keselamatan tenaga kerja dari
bahaya kejut listrik, memastikan keamanan instalasi dan maintenance listrik beserta
dengan perlengkapannya, serta menjaga keamanan gedung ataupun gudang dari kebakaran
listrik dan perlindungan lingkungan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan beberapa masalah yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja listrik ?
2. Apa yang dimaksud dengan Persyaratan umum instalasi listrik (PUIL) ?
3. Apa sajakah dasar hukum dan tujuan K3 listrik ?
4. Apa sajakah bahaya listrik ?
5. Apa saja penyebab terjadinya kecelakaan listrik ?
6. Bagaimana langkah upaya pencegahan terjadinya kecelakaan listrik ?
7. Apa saja keselamatan kerja listrik menurut PUIL ?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan yaitu :
1. Memberikan pemahaman yang mendasar pada sistem kesehatan dan keselamatan
kerja listrik.
2. Untuk mengetahui pengertian dari PUIL.

1
3. Untuk mengetahui dasar hukum dan tujuan K3 listrik.
4. Untuk mengetahui bahaya listrik.
5. Untuk mengetahui penyebab kecelakaan listrik.
6. Untuk mengetahui upaya pencegahan kecelakaan kerja listrik.
7. Untuk mengetahui keselamatan kerja menurut PUIL.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja listrik


Keselamatan dan kesehatan kerja listrik adalah keselamatan kerja yang bertalian
dengan alat, bahan, proses, tempat (lingkungan) dan cara-cara melakukan pekerjaan.
Tujuan dari keselamatan kerja listrik adalah untuk melindungi tenaga kerja atau orang
dalam melaksanakan tugas-tugas atau adanya tegangan listrik disekitarnya, baik dalam
bentuk instalasi maupun jaringan. Pada dasarnya keselamatan kerja listrik adalah tugas dan
kewajiban dari, oleh dan untuk setiap orang yang menyediakan, melayani dan
menggunakan daya listrik. Lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, proses kerja tidak aman, dan sistem kerja yang semakin komplek
dan modern dapat menjadi ancaman tersendiri bagi keselamatan dan kesehatan pekerja.
Salah satu cara pencegahan kecelakaan kerja yaitu dilakukan melalui penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Kewajiban penerapan SMK3
diatur dalam UU No. 13 tahun 2003 pasal 87 ayat 1 tentang ketenagakerjaan yang berisi
bahwa “Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan”.
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) memiliki prinsip yang
meliputi :
1. Penetapan kebijakan K3
 Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko terkait listrik.
 Melakukan peninjauan terhadap kejadian yang berbahaya terkait listrik.
 Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya listrik yang disediakan.
 Memastikan terdapat penilaian kinerja manajemen terhadap upaya pengendalian
potensi bahaya listrik.
 Masukan pekerja/buruh terhadap pengendalian potensi bahaya litsrik selalu
diperhatikan dan ditinjau.
 Kebijakan K3 memuat pengendalian potensi bahaya listrik.
2. Perencanaan K3
 Melakukan identifikasi potensi bahaya listrik.
 Merencanakan upaya pengendalian potensi bahaya listrik.
 Menetapkan kebutuhan Ahli K3 bidang listrik dan Teknisi K3 Listrik.

3
 Merencanakan kegiatan pemeriksaan dan pengujian berkala listrik.
 Menetapkan indikator pencapaian pelaksanaan K3 listrik.
 Membentuk dan menetapkan pertanggungjawaban untuk memastikan pekerjaan
listrik dalam kondisi aman.

3. Pelaksanaan rencana K3
 Memastikan yang melakukan perencanaan, pemasangan, perubahan,
pemeliharaan, pemeriksaan dan pengujian adalah Ahli K3 bidang listrik yang
mempunyai SKP yang masih berlaku.
 Memastikan yang melakukan pemasangan dan pemeliharaan adalah teknisi k3
listrik yang mempunyai lisensi yang masih berlaku.
 Memastikan adanya prosedur, infomasi dan pelaporan yang terdokumentasi
dalam pemasangan, perubahan, pemeliharaan, pemeriksaan dan pengujian
listrik.
 Memastikan upaya pengendalian potensi bahaya listrik menjadi bagian dari
kegiatan K3.
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3
 Melakukan pemeriksaan dan pengujian listrik.
 Mengawasi pelaksanaan riksa uji yang dilakukan oleh pihak ketiga untuk
memastikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan dan standar
kelistrikan yang berlaku.
 Membuat rekomendasi perbaikan.
5. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3
Peran Ahli K3 bidang Listrik dalam Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3 :
 Melakukan up dating/pembaharuan pelaksanaan K3 listrik terkait
diterbitkannya Permenaker no 12 tahun 2015.

2.2. Pengertian Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL)


Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) adalah kumpulan peraturan yang harus
ditaati dalam kelistrikan. setiap pekerja instalatir dalam mengerjakan pekerjaannya harus
menaati puil agar hasil kerjanya benar serta terhindar dari kesalahan yang dapat
membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Tujuan dari Peraturan umum Instalasi Listrik di Indonesia adalah:
• Melindungi manusia terhadap bahaya sentuhan dan kejutan arus listrik.

4
• Keamanan instalasi dan peralatan listrik.
• Menjaga gedung serta isinya dari bahaya kebakaran akibat gangguan listrik.
• Menjaga ketenagaan listrik yang aman dan efisien.

PUIL tidak berlaku bagi beberapa sistem intalasi listrik tertentu seperti :

• Bagian instalasi tegangan rendah untuk menyalurkan berita atau isyarat.


• Instalasi untuk keperluan telekomunikasi dan instalasi kereta rel listrik.
• Instalasi dalam kapal laut, kapal terbang, kereta rel listrik, dan kendaraan yang
digerakan secara mekanis.
• Instalasi listrik pertambangan di bawah tanah.
• Instalasi tegangan rendah tidak melebihi 25 V dan daya kurang dari 100 W.
• Instalasi khusus yang diawasi oleh instansi yang berwenang (misalnya : instalasi
untuk telekomunikasi, pengawasan, pembangkitan, transmisi, distribusi tenaga
listrik untuk daerah wewenang instansi kelistrikan tersebut).

2.3. Dasar Hukum K3 Listrik


Dasar hukum mengenai persyaratan keselamatan listrik tertuang pada Permen Tenaga
Kerja No.Per. 04/MEN?1988. Prinsip- prinsip keselamatan pemasangan listrik Antara lain:
• Harus sesuai dengan gambar rencana yang telah disyahkan.
• Mengundahkan syarat-syarat yang telah ditetapkan (PUIL).
• Harus menggunakan tenaga terlatih.
• Bertanggungjawab dan menjaga keselamatan dan kesehatan tenaga kerjanya.
Orang yang diserahi tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan pemasangan instalasi
listrik harus ahli dibidang listrik, memahami peraturan listrik dan memiliki sertifikat dari
instalasi yang berwenang.
• ketentuan lain mengenai persyaratan Keselamatan Kerja Bidang
Ketenagalistrikan.
• instalasi listrik yang telah selesai dipasang harus diperiksa dan diuji sebelum dialiri
listrik oleh pegawai pengawas spesialis listrik.
• instalasi listrik yang telah dialiri listrik, instalatir masih terikat tanggung jawab satu
tahun atas kecelakaan termasuk kebakaran akibat kesalahan pemasangan instalasi.

5
2.4. Tujuan K3 Listrik
Tujuan K3 Listrik diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Menjamin kehandalan instalasi listrik sesuai tujuan penggunaannya.
2. Mencegah timbulnya bahaya akibat listrik
• bahaya sentuhan langsung .
• bahaya sentuhan tidak langsung .
• bahaya kebakaran.

2.5. Macam-macam bahaya lstrik


1. Arus kejut listrik.
Kejut listrik terjadi karenabeberapa kemungkinan,antara lain :
• Menyentuh kabel telanjang berarus listrik.
• Menyentuh kabel berarus yang isolasinya rusak.
• Kegagalan peralatan.
• Terkena muatan listrik statis.
• Disambar petir.

Arus listrik menimbulkan gangguan karena rangsangan terhadap saraf dan otot.
Energi panas yang timbul akibat tahanan jaringan yang dilalui dapat menyebabkan
luka bakar. Luka bakar ini timbul dapat akibat dari bunga api listrik yang suhunya
dapat mencapai 2.500°C. Tegangan lebih dari 500 V merupakan resiko tinggi terhadap
keselamatan jiwa. Arus bolak-balik menimbulkan rangsangan otot berupa kejang-
kejang. Bila arus tersebut melalui jantung, kekuatan sebesar 60 milliamper saja sudah
cukup untuk menimbulkan gangguan jantung (fibrilasi ventrikel).

a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Efek Sengatan Listrik


Beberapa faktor yang mengakibatkan beraneka ragam dampak sengatan listrik
adalah :
1. Ukuran fisik bidang kontak
Semakin besar dan luas bidang kontak antara tubuh dan perlengkapan
listrik,semakin rendah hambatan instalasinya, semakin banyak arus listrik
yang mengalir melewati tubuh dan akibatnya semakin parah.

6
2. Kondisi tubuh
Kondisi tubuh korban maksudnya kondisi kesehatan korban. Apabila
yang terkena sengatan listrik tersebut dalam keadaan sakit akibatnya tentu
akan lebih parah dari korban yang dalam kondisi prima.
3. Hambatan / tahanan tubuh
Resistensi adalah kemampuan tubuh untuk menghentikan atau
memperlambat aliran arus listrik. Kebanyakan resistensi tubuh terpusat
pada kulit dan secara langsung tergantung kepada keadaan kulit. Resistensi
kulit yang kering dan sehat rata-rata adalah 40 kali lebih besar dari
resistensi kulit yang tipis dan lembab.
Ketika kulit manusia dalam kondisi kering, tahanan tubuh menjadi
tinggi dan cukup untuk melindungi bahaya sengatan listrik. Namun, kondisi
kulit benar-benar kering sangat jarang dijumpai, kecendrungannya setiap
orang akan mengelurkan keringat walaupun hanya sedikit. Oleh karena itu
tubuh dianggap selalu basah sehingga tahanan menjadi rendah dan
kemungkinan terkena sengatan menjadi tinggi.
Arus listrik banyak yang melewati kulit, karena itu energinya banyak
yang dilepaskan di permukaan. Jika resistensi kulit tinggi, maka permukaan
luka bakar yang luas dapat terjadi pada titik masuk dan keluarnya arus,
disertai dengan hangusnya jaringan diantara titik masuk dan titik keluarnya
arus listrik. Tergantung kepada resistensinya, jaringan dalam juga bisa
mengalami luka bakar.
4. Jumlah miliampere
Miliampere adalah satuan yang digunakan untuk mengukur arus listrik.
Semakin besar arus listrik yang melewati tubuh manusia, semakin besar
pula resiko sengatan yang ditimbulkan bagi tubuh manusia. Batas ambang
sengatan listrik dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Efek sengatan listrik


Besar arus yang melewati tubuh Akibat yang timbul
1 mA, atau kurang Tidak ada akibat, tidak terasa.
Aman

1 – 8 mA Sengatan terasa tetapi tidak sakit dan


tidak mengganggu kesadaran

7
8 – 15 mA Sengatan terasa sakit, tetapi masih
bisa melepaskan diri, kesadaran tidak
hilang.
15 – 20 mA Sengatan sakit kesadaran bisa hilang
dan tidak bisa melepaskan diri
Berbahaya

20 – 50 mA Kesakitan, susa bernafas, terjadi


konstraksi pada otot dan kesadaran
hilang.
100 – 200 mA Kondisi mematikan langsung dan
susah ditolong.
200 mA atau lebih Terbakar dan jantung berhenti
berdetak.
Tabel 1. Tingkatan bahaya akibat arus listrik

Tegangan sentuh yang diijinkan (IEC)


Waktu MaksimumYang Diijinkan
Tegangan Sentuh (Volt)
(Detik)
>50 -
50 5
75 1
90 0.5
110 0.2
150 0.1
220 0.05
280 0.03
Tabel 2. Tingkatan tegangan sentuh yang dijinkan (IEC)

b. Pertolongan Pertama pada Kejut Listrik


Korban kejut listrik akan merasa sedikit pusing atau ototnya lemas karena arus
listrik mengalir pada bagian tubuhnya. Kejut listrik juga dapat mematikan korban.
Dibawah ini adalah langkah-langkah untuk menolong korban dari kejut listrik
tersebut:
1. Cepat matikan tegangan suplai: dengan menurunkan MCB (Mini atur
Circuit Breaker) lokasi atau menghubungsingkatkan sikrit, atau mencabut

8
tusuk kontak dari kotak kontaknya.Jika tegangan tidak dapat dimatikan,
cepat lepaskan korban dari kontak listrik dengan menggunakan alat-alat ini:
kayu kering, tali yang kuat atau kering, sabuk kulit, baju kering atau bahkan
dengan menendang dengan sepatu kulit.
2. Jauhkan korban dari area tersebut
• Perhatikan kondisi korban, apakah masih bernafas atau sudah tidak.
Lakukan pernafasan buatan bila korban tidak bernafas lagi
• Buatlah kondisi korban senyaman mungkin, mungkin korban harus
ditutupi selimut agar hangat sebelum dilakukan pertolongan lain
bila perlu.
c. Cara Mencegah Terjadinya Kejut Listrik
1. Jangan bergurau saat memasang instalasi.
2. Tidak boleh menekan tombol semabarangan.
3. Memakai sepatu yang tertutup dan bersol baik (sepatu safety).
4. Pastikan kondisi badan tidak basah saat memasang instalasi.

2. Kebakaran
Timbulnya kebakaran listrik akibat penggunaan energi listrik disebabkan oleh:
1. Penggunaan stop kontak atau adaptor yang berlebihan
Yang dimaksudkan di sini adalah penyambungan beban yang berlebihan
sehingga melampaui kapasitas stop-kontak atau kabel yang mencatu dayanya.
Sehingga terjadi percikan api pada saat mencolokkan listrik. Bila percikan
tersebut mengenai benda yang mudah terbakar, maka kebakaran bukan hal
yang mustahil untuk terjadi.
2. Penggunaan kabel yang tidak sesuai dengan beban
Salah satu faktor yang menentukan ukuran kabel atau penghantar adalah besar
arus nominal yang akan dialirkan melalui kabel atau penghantar tersebut
sesuai dengan lingkungan pemasangannya, terbuka atau tertutup. Hal ini
karena isolasi kabel rusak yang disebabkan gigitan binatang, sudah tua, mutu
kabel jelek dan penampang kabel terlalu kecil yang tidak sesuai dengan beban
listrik yang mengalirinya. Dasar pertimbangannya adalah efek pemanasan
yang dialami oleh penghantar tersebut jangan melampaui batas. Bila kapasitas
arus terlampaui maka akan menimbulkan efek panas yang berkepanjangan
yang akhirnya bisa merusak isolasi dan atau membakar benda-benda

9
sekitarnya. Agar terhindar dari peristiwa kapasitas lebih semacam ini maka
ukuran kabel harus disesuaikan dengan peraturan instalasi listrik.
3. Percikan api yang terjadi karena kesalahan isolasi
Percikan bunga api pada peralatan listrik atau ketika memasukkan dan
mengeluarkan soket ke stop-kontak pada lingkungan kerja yang berbahaya di
mana terdapat cairan, gas atau debu yang mudah terbakar.
4. instalasi kontak yang jelek
Korseleting listrik (hubung singkat) terjadi karena adanya hubungan kawat
positip dan kawat negatip yang beraliran listrik. Terkadang untuk memperkuat
sekering atau MCB (miniature Circuit Breaker), mengganti dengan ukuran
yang lebih besar. Sehingga listrik tidak jatuh saat terjadi beban berlebihan,
tetapi akan mengakibatkan sambungan listrik terbakar.
a. Dampak Kebakaran Listrik Terhadap Manusia
• Mengalami luka bakar
Kecelakaan listrik dapat menyebabkan manusia mengalami luka ringan
maupun berat.
• Kematian
Kecelakaan listrik yang arusnya besar dapat menyebabkan kematian
terhadap manusia
• Kerugian material
Dalam kejadian kebakaran listrik di sebuah rumah ataupun industry
menyebabkan harta benda manusia ikut terbakar.
b. Pencegahan dan penanggulan bahaya Kebakaran
• Yakinkan isolasi kabel tidak terkelupas / pecah atau sambungan terminal
tidak kendor yang bisa berakibat terjadinya percikan bunga api. Jika
mendapati hal-hal yang demikian segera laporkan dan dibuatkan
perbaikan.
• Apabila menjalankan salah satu motor , kemudian MCB trip kembali
sebaiknya hanya kita lakukan maximum 2 kali untuk meresetnya dan
segera kita informasikan Crew untuk mengecek / memperbaikinya.
• Apabila terjadi kebakaran segera isolasi daerah yang terkena dan gunakan
alat pemadam kebakaran yang sesuai untuk memadamkannya

10
3. Bahaya beban lebih (over load)
Bahaya beban lebih adalah bahaya yang diakibatkan kelebihan beban pada
penghantar dan sumber pembangkit tenaga listrik. Arus beban melampaui nilai arus
pengenal (nominal) peralatan, sehingga suhu isolasinya melampaui batas yang
ditetapkan standar. Dalam keadaan terjadi beban lebih, instalasi listrik tidak
mengalami kerusakan isolasi.
a. Penyebab terjadinya beban lebih yaitu :
1. Penambahan beban terus menerus pada penghantar tanpa memperhatikan
KHA penghantar dan kemampuan sumber.
2. Friksi yang tinggi pada motor-motor.
3. Data teknis peralatan tidak sesuai dengan kemampuannya.
4. Peralatan tidak memenuhi standar, akibat pengawasan mutu yang lemah.
5. Kenaikan tegangan pada peralatan.
b. Dampak beban lebih
1. Suhu isolasi peralatan naik hingga melampaui batas suhu maksimum yang
diijinkan standar untuk kelas isolasi yang digunakan peralatan tersebut.
2. Isolasi penghantar rusak atau terbakar.
3. Terjadinnya pemadaman.

4. Bahaya Hubung Singkat


Bahaya hubung singkat adalah bahaya yang diakibatkan adanya hubungan pendek
antar bagian aktif (Phase to Phase) atau antara bagian aktif dengan netral (Phase to
Neutral).
a. Penyebab terjadinya hubung singkat
1. Kelalaian Manusia.
2. Kegagalan atau kerusakan Isolasi akibat tekanan mekanis, pengaruh termis
ataupun kimia.
3. Timbul tegangan tinggi yang melampaui batas akibat petir.
4. Cara pemasangan isolasi yang kurang baik.
5. Gangguan External.
b. Dampak bahaya hubung singkat
1. Terjadi Pemadaman.
2. Temperatur tinggi pada peralatan/penghantar jika peralatan pengaman tidak
bekerja.

11
5. Bahaya Tegangan Lebih
Terjadinya tegangan antar fasa atau antara fasa dan neutral pada peralatan listrik
yang melampaui batas kemampuan isolasi peralatan tersebut. Tegangan tinggi ini
umumnya berupa tegangan surja akibat terjadinya sambaran petir ataupn akibat
pensakelaran pemutus tenaga di saluran. Tegangan tinggi juga bisa terjadi karena
kenaikan tegangan dari sisi suplai.
• Penyebab terjadinya tegangan lebih
1. Petir menyambar langsung ataupun tidak langsung jaringan atau peralatan.
2. Di tempat sambaran terjadi timbul tegangan surja, yaitu tegangan arus searah
dengan durasi pendek sekitar 50 µs tetapi nilai tegangannya tinggi sekali.
3. Bisa juga terjadi karena akibat pensakelaran pemutus tenaga di saluran.
• Dampak bahaya tegangan lebih
1. Bila tegangan tersebut menembus isolasi maka isolasinya rusak dan peralatan
tidak dapat berfungsi lagi.
2. Bila ketahanan isolasi udara (clearance) atau ketahanan isolasi permukaan
(creepage distance) lebih lemah maka terjadi flash over. Isolasi peralatan
tidak rusak.
3. Terjadi gangguan sementara atau gangguan permanen pada sistem (terjadi
hubung pendek)

2.6. Faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan listrik


Dalam pemasangan instalasi listrik, biasanya rawan terhadap terjadinya kecelakaan.
Kecelakaan bisa timbul akibat adanya sentuh langsung dengan penghantar beraliran arus
atau kesalahan dalam prosedur pemasangan instalasi. Oleh karena itu perlu diperhatikan
hal-hal yang berkaitan dengan bahaya listrik serta tindakan keselamatan kerja. Beberapa
penyebab terjadinya kecelakaan listrik diantaranya :
 Kabel atau hantaran pada instalasi listrik terbuka dan apabila tersentuh akan
menimbulkan bahaya kejut.
 Jaringan dengan hantaran telanjang.
 Peralatan listrik yang rusak.
 Kebocoran lsitrik pada peralatan listrik dengan rangka dari logam, apabila terjadi
kebocoran arus dapat menimbulkan tegangan pada rangka atau body.
 Peralatan atau hubungan listrik yang dibiarkan terbuka.

12
 Penggantian kawat sekring yang tidak sesuai dengan kapasitasnya sehingga dapat
menimbulkan bahaya kebakaran.
 Penyambungan peralatan listrik pada kotak kontak (stop kontak) dengan kontak
tusuk lebih dari satu (bertumpuk).

2.7. Upaya Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Listrik


Langkah- langkah konkrit mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada saat bekerja dengan
aliran listrik, berikut merupakan langkah-langkahnya :
1. Memberikan pelatihan kepada para pekerja antara lain meliputi:
a. Menjelaskan potensi bahaya yang mungkin terjadi
b. Menjelaskan cara penggunaan APD yang benar.
 Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, antara lain : sepatu bot
dari bahan karet atau berisolasi dan tidak diperkenankan dengan kaki
telanjang.
 Memastikan tangan dan kaki tidak dalam kondisi basah pada waktu
bekerja yang berhubungan dengan instalasi listrik.
2. Memasang / memberi tanda bahaya pada setiap peralatan instalasi listrik yang
mengandung risiko atau bahaya (voltage tinggi).
3. Memastikan system pentanahan (grounding) untuk panel atau instalasi listrik yang
dipergunakan untuk bekerja sudah terpasang dengan baik.
4. Melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap panel atau instalasi listrik lainnya,
bila petugas pemeriksa menemukan pintu panel dalam keadaan terbuka atau tidak
terkunci maka petugas tersebut harus memeriksa keadaan panel tersebut dan segera
mengunci.
5. Memeriksa kondisi kabel listrik, bila menemukan kabel listrik dalam kondisi
terkelupas atau sambungan tidak dibalut dengan isolasi harus segera diperbaiki
dengan membungkus kabel listrik tersebut dengan bahan isolator.
6. Menempatkan dan mengatur sedemikian rupa terhadap jaringan atau instalasi
listrik untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja akibat listrik.
7. Menyesuaikan ukuran dan kualitas kabel listrik yang dipergunakan disesuaikan
dengan kebutuhan.
8. Pekerja yang tidak terlatih atau tidak ahli atau bukan instalatur tidak diperkenankan
melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan instalasi listrik.

13
9. Pada waktu memperbaiki instalasi listrik, memastikan aliran listrik dalam kondisi
mati dan memasang label / tanda peringatan pada panel atau switch on / off “Aliran
listrik Jangan Dihidupkan” untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja akibat
aliran listrik yang dihidupkan dengan tiba-tiba oleh petugas yang lainnya atau
pekerja.
10. Memastikan bahwa alat-alat yang menggunakan aliran listrik harus sudah dicabut
dari stop kontak sebelum meninggalkan pekerjaan.

2.8. Keselamatan kerja listrik


Contoh langkah-langkah keselamatan kerja berhubungan dengan peralatan listrik,
tempat kerja, dan cara-cara melakukan pekerjaan pemasangan instalasi lisrik dapat diikuti
pentunjuk berikut :
1. Menurut PUIL ayat 920 B6, beberapa ketentuan peralatan listrik diantaranya :
a. Peralatan yang rusak harus segera diganti dan diperbaiki. Untuk peralatan
rumah tangga seperti sakelar, fiting, kotak-kontak, setrika listrik, pompa
listrik yang dapat mengakibatkan kecelakaan listrik.
b. Tidak diperbolehkan :
 Mengganti pengaman arus lebih dengan kapasitas yang lebih besar.
 Mengganti kawat pengaman lebur dengan kawat yang kapasitasnya
lebih besar.
 Memasang kawat tambahan pada pengaman lebur untuk menambah
daya.
c. Bagian yang berteganagan harus ditutup dan tidak boleh disentuh seperti
terminal-terminal sambungan kabel, dan lain-lain.
d. Peralatan listrik yang rangkaiannya terbuat dari logam harus ditanahkan.
2. Menurut PUIL ayat 920 A1, tentang keselamatan kerja berkaitan dengan tempat
kerja, diantaranya :
a. Ruangan yang didalamnya terdapat peralatan lsitrik terbuka, harus diberi
tanda peringatan “AWAS BERBAHAYA”.
b. Berhati-hatilah bekerja dibawah jaringan listrik.
c. Perlu digunakan perelatan pelindung bila bekerja di daerah yang rawan
bahaya listrik.

14
3. Pelaksanaan pekerjaaan instalasi listrik yang mendukung pada keselamatan kerja,
antara lain :
a. Pekerja instalasi listrik harus memiliki pengetahuan yang telah ditetapkan
oleh PLN (AKLI).
b. Pekerja harus dilengkapi dengan peralatan pelindung seperti : Baju
pengaman (lengan panjang, tidak mengandung logam, kuat dan tahan
terahadap gesekan), Sepatu, Helm, Sarung tangan.
c. Peralatan (komponen) listrik dan cara pemasangan instalasinya harsus
sesuai dengan PUIL.
d. Bekerja dengan menggunakan peralatan yang baik.
e. Tidak memasang tusuk kontak secara bertumpuk.
f. Tidak boleh melepas tusuk kontak dengan cara menarik kabelnya, tetapi
dengan cara memegang dan menarik tusuk kontak tersebu.

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dengan adanya K3 perencanaan instalasi listrik ini akan membuat dan menghasilkan
instalasi suatu bangunan yang baik dan terencana. Baik pada aspek ekonomis,
kenyamanan, maupun keamanan bagi manusia atau makhluk shidup sekitar instalasi
tersebut maupun aman bagi gedung beserta isinya instalasi tersebut akan terasa lebih
baik,mantap dan untuk menghindari sebuah kesalahan atau kecelakaan dalam instalasi
listrik baik kepada pekerja maupun peralatan itu sendiri.

3.2. Saran
Dalam penulisan makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan terutama dalam hal
pembahasan K3 listrik. Karena referensi yang penulis dapatkan sangat minim sekali.
Maka dari itu penulis berharap bahwa para pembaca memberikan sebuah kritikan dan
saran kepada penulis agar penulis bisa menjadikan saran dan kritikan yang diberikan oleh
para pembaca ini dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk selanjutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kustono, D., Solichim & Anny Martiningsih,2015. Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Malang: Aditya Media Publishing
Hilman Muqayyimah , 2015, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dibidang Kelistrikan,
(online),
Cara Menangani Listrik Sesuai Prosedur K3, (online), http://jurnalk3.com/cara-menangani-
listrik-sesuai-prosedur-k3.html, diakses 22 Juni 2018
pedoman-keselamatan-dari-jaringan-kabel-listrik-atas, (online),
http://jurnalk3.com/pedoman-keselamatan-dari-jaringan-kabel-listrik-atas.html, diakses 22
Juni 2018
Ammha Tasmah, 2015, K3-bidang-kelistrikan , (online)
https://id.scribd.com/doc/256245882/K3-bidang-kelistrikan, diakses 23 Juni 2018

17

Anda mungkin juga menyukai