Bojong.9.1.1.2. PEDOMAN PMKP
Bojong.9.1.1.2. PEDOMAN PMKP
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pedoman Mutu dan Keselamatan Pasien ini menjelaskan secara garis besar sistem
manajemen mutu dan keselamatan pasien UPTD Puskesmas Bojong. Semua ketentuan
maupun persyaratan serta kebijakan yang tertuang dalam Pedoman Mutu ini merupakan
acuan untuk menjalankan kegiatan operasional Puskesmas Bojong. Sistem manajemen
mutu ini mulai berlaku tanggal 01 Januari 2018.
Penerapan sistem manajemen mutu dimaksudkan untuk menjadikan gambaran
secara umum sistem manajemen mutu dalam mencapai komitmen mutu, sasaran mutu,
serta kepuasan pelanggan sehingga tujuan Puskesmas Bojong secara keseluruhan dalam
aspek mutu tercapai.
3
1.3 Misi Puskesmas Bojong
Profesional
• Segenap pegawai UPTD Puskesmas Bojong memiliki kemampuan yang baik sesuai
dengan kompetensinya dan berpegang teguh kepada nilai moral dalam mencapai
visi dan misi yang ditetapkan .
Ramah
• Segenap pegawai UPTD Puskesmas Bojong melayani dengan senyum, manis tutur
kata dan bersikap menyenangkan agar tercipta budaya kerja yang positif.
Ikhlas
• Segenap pegawai UPTD Puskesmas Bojong dalam melakukan tugasnya bekerja
dengan kesungguhan, tanpa paksaan dalam mensukseskan pembangunan
berwawasan kesehatan.
Melayani
• Segenap pegawai UPTD Puskesmas Bojong memiliki komitmen yang tinggi dengan
memberikan pelayanan prima dalam melakukan pelayanan kesehatan baik
promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif.
Akuntabel
• Segenap pegawai UPTD Puskesmas Bojong memiliki kemampuan untuk bekerja
efektif, efisien dan berkolaborasi dengan memberikan ide ide kreatif dan dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan prosedur yang berlaku
4
B. TUJUAN
C. BATASAN OPERASIONAL
Peningkatan Mutu adalah perbaikan kualitas, kinerja di puskesmas secara terus menerus.
Sedangkan Peningkatan mutu di dalam akreditasi adalah merupakan suatu pendekatan
pembelajaran dan perbaikan terus menerus pada proses penyediaan pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan pasien dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
Jenis Pelayanan adalah jenis-jenis pelayanan yang diberikan oleh puskesmas kepada
masyarakat.
5
2. Pelayanan Laboratorium
Jenis jenis pemeriksaan laboratorium terdiri dari :
a. Pemeriksaan darah ( Hb, Golongan Darah, Asam Urat, Glukosa, Cholesterol )
b. Pemeriksaan urin reduksi, protein urine
c. Pemeriksaan sputum BTA
d. Pemeriksaan cepat ( Rapid test HIV, Rapid test Sifilis )
3. Pelayanan Kefarmasian
D. RUANG LINGKUP
Pedoman mutu dan keselamatan pasien ini disususun berdasarkan standar
akreditasi puskesmas, yang meliputi pedoman dalam upaya peningkatan mutu dan kinerja
pelayanan yang terdiri dari penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan pelayanan
klinis, dan administrasi manajemen. Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat
dan pelayanan klinis memperhatikan keselamatan sasaran/pasien dengan menerapkan
manajemen risiko.
E. BATASAN OPERASIONAL
Mutu Pelayanan adalah kinerja yang merujuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan, yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta dipihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan standard an kode etik profesi telah ditetapkan
Kinerja adalah proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh suatu organisasi dalam
menyediakan produk dalam bentuk jasa pelayanan atau barang kepada pelanggan
Indikator Kinerja adalah variable yang digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau
status dan memungkinkan dilakukan pengukuran terhadap perubahan yang terjadi dari
6
waktu ke waktu atau tolak ukur prestasi kuantitatif/ kualitatif yang digunakan untuk
mengukur terjadinya perubahan terhadap besaran target atau standar yang telah
ditetapkan sebelumnya
Standar adalah nilai tertentu yang telah ditetapkan berkaitan dengan sesuatu yang harus
dicapai.
Frekuensi pengumpulan data adalah frekuensi pengambilan data dari sumber data untuk
tiap indikator
Periode Analisis adalah rentang waktu pelaksanaan kajian terhadap indikator kinerja yang
dikumpulkan
Pembilang (Numerator) adalah besaran sebagai nilai pembilang dalam rumus indikator
kinerja
Penyebut (Denominator) adalah besaran sebagai pembagi dalam rumus indikator kinerja
Sumber Data adalah sumber bahan nyata/keterangan yang dapat dijadikan dasar kajian
yang berhubungan langsung dengan persoalan
7
BAB II
SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
2.1 Gambaran Umum Manajemen Mutu dan Keselamatan Pasien Puskesmas Bojong
Isi kebijakan mutu sejalan dengan visi misi dan tujuan Puskesmas Bojong. Kebijakan
mutu menjadi acuan untuk menetapkan sasaran mutu, mengevaluasi pencapaian sasaran
serta acuanperbaikan yang akan dilakukan. Kebijakan mutu disosialisaikan dan dipastikan
dipahami oleh seluruh pegawai puskesmas dan ditinjau secara berkala untuk menjamin
kesesuaiannya.
8
2.4. Sistem Keselamatan Pasien
1. Assesmen Risiko
2. Identifikasi dan Pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Solusi: Mencegah terjadinya CEDERA akibat kesalahan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
9
terintegrasi melalui penerapan tujuh langkah menuju keselamatan pasien
Puskesmas. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi risiko keselatan pasien dan program menekan atau mengurangi
KTD. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar
unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan
pasien. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji dan meningkatkan kinerja Puskesmas serta meningkatkan keselamatan
pasien. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien,
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien Puskesmas memiliki proses
pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan
jabatan dengan keselamatan pasien secara jelasPuskesmas menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan dan ememlihara
kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan
pasien,
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien:Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
10
2.7. Enam Sasaran Keselamatan Pasien
11
BAB III
KOMITMEN DAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN
12
BAB IV
PENGORGANISASIAN
PENANGGUNG JAWAB
MUTU
SEKRETARIS
TIM
AUDIT INTERNAL
13
D. Penanggung jawab tim mutu Pokja:
1. Melaksanakan kegiatan sesuai rencana kegiatan/program kerja Mutu dan
keselamatan pasien
2. Menghadiri pertemuan rutin terkait Mutu
3. Membuat Indikator Mutu dan Kenerja sesuai Pokja
4. Melakukan perbaikan mutu dan kinerja Sesuai Pokja
5. Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan sesuai Pokja
6. Melakukan tindakan korektif dan preventif sesuai Pokja
7. Melakukan identifikasi dan pelaporan Insiden Keselamatan pasien Sesuai Pokja
8. Membuat Register Risiko pelayanan sesuai Pokja
9. Melakukan Pengelolaan Keluhan dan umpan balik sesuai Pokja
10. Melakukan kaji banding
14
BAB V
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KLINIS
2) Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan Kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana,prasarana,
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi
klinis (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat, dan
pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana,
sarana dan metode tata laksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang
ditetapkan.
15
C. Peningkatan Mutu Pelayanan Klinis dan Keselamatan Pasien
1) Penilaian indikator kinerja klinis
2) Pengukuran pencapaian sasaran keselamatan pasien
3) Pelaporan insiden keselamatan pasien
4) Analisis dan tindak lanjut
5) Penerapan manajemen risiko
16
BAB VI
KEGIATAN PENGUKURAN, ANALISIS DAN
UPAYA PERBAIKAN MUTU PUSKESMAS DAN KESELAMATAN PASIEN
17
3) Program peningkatan mutu dan kinerja manajerial
Penilaian mutu dan kinerja manajerial : Penyusunan indikator mutu/kinerja
manajerial
5. Pengadaan rutin peralatan kesehatan dan obat penting untuk memenuhi kebutuhan
pasien; terdiri dari ;
a. Ketersediaan obat & alat kesehatan emergensi di ruang tindakan.
b. Ketersediaan obat di Puskesmas
6. Pelaporan Aktivitas Yang Diwajibkan Oleh Peraturan Perundang-Undangan;
a) Ketepatan waktu laporan insiden keselamatan pasien
b) Ketepatan waktu laporan dari unit kerja
c) Ketepatan waktu laporan Puskesmas
d) Ketepatan waktu pengusulan kenaikan pangkat
e) Ketepatan waktu pengurusan kenaikan gaji berkala
f) Ketepatan waktu tunggu Rawat Jalan
g) Ketepatan waktu tanggap pelayanan
h) Manajemen Risiko;
i) Kejadian tertusuk limbah benda tajam infeksius
j) Kejadian tertusuk jarum suntik
7. Manajemen Penggunaan Sumber Daya; Utilisasi Alat Kedokteran yang sering
digunakan
8. Harapan Dan Kepuasan Pasien Dan Keluarga; Survei Kepuasan Pasien
9. Harapan Dan Kepuasan Staf; Survei Kepuasan Staf Puskesmas
10. Demografi Pasien Dan Diagnosis Klinis ; Laporan 10 besar Penyakit
11. Manajemen Keuangan;Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan
12. Pencegahan Dan Pengendalian Dari Kejadian Yang Dapat Menimbulkan Masalah
Bagi Keselamatan Pasien, Keluarga Pasien Dan Staf;
1) Angka Kepatuhan kebersihan Tangan dokter, perawat, dan pegawai
2) Angka Kepatuhan pemakaian alat pelindung diri (APD)
3) Edukasi Kebersihan Tangan terhadap pasien/keluarga dan pengunjung
4) Angka Kepatuhan Kebersihan Tangan pasien/keluarga dan pengunjung
5) Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat
6) Ketepatan waktu pemeliharaan alat
7) Ketepatan waktu kalibrasi alat sesuai dengan ketentuan kalibrasi
18
6.3. Program Peningkatan Mutu dan Kinerja UKP
a. Penetapan area prioritas perbaikan dan pelayanan UKP
b. Pemantauan kinerja pada area prioritas dengan indikator yang ditetapkan :
1) Penilaian pasien;
Kelengkapan pengisian assesment pasien
2) Pelayanan laboratorium;
Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium
Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan
laboratorium
3) Penggunaan antibiotika;
Penggunaan antibiotika secara tepat dosis dan indikasi
4) Kesalahan medikasi (medication error)dan Kejadian Nyaris Cedera
(KNC);
Waktu tunggu pelayanan obat jadi
Waktu tunggu pelayanan obat racikan
Tidak adanya kejadian kesalahan Pemberian Obat
Penulisan resep sesuai formularium
5) Ketersediaan, isi dan penggunaan rekam medis pasien;
Kelengkapan pengisian rekam medik 1 x 24 jam setelah selesai
pelayanan
Kelengkapan informed concent setelah mendapatkan informasi
yang jelas.
Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat
jalan
6) Pencatatan dan pelaporan
c. Penerapan manajemen risiko (FMEA) pada area prioritas
d. Monitoring dan penilaian kinerja pelayanan klinis pada masing-masing unit
pelayanan dan tindak lanjutnya
e. Monitoring, penilaian kinerja dan perilaku SDM klinis dan tindak lanjutnya
f. Upaya perbaikan mutu pelayanan klinis pada masing-masing unti kerja
berdasarkan hasil penilaian kinerja maupun umpan balik pelanggan
g. Penyusunan dan penerapan panduan praktik klinis
h. Monitoring dan tindak lanjut terhadap 6 Sasaran Keselamatan Pasien.
Manajemen risiko dilakukan baik sebagai upaya reaktif maupun preventif. Risiko
yang diperkirakan dapat ditimbulkan baik akibat pelayanan UKM maupun pelayanan UKP
harus diidentifikasi dan ditindaklanjuti dengan mitigasi dan upaya pencegahan agar tidak
terjadi lagi. Puskesmas menyusun register risiko baik risiko fasilitas, maupun risiko yang
mungkin diakibatkan oleh pelayanan yang disediakan.
19
BAB VIII
METODE
Metode dalam peningkatan mutu puskesmas dan keselamatan pasien adalah sebagai
berikut :
1) Penilaian kinerja dan tindak lanjut dengan melalui analisis terhadap capaian kinerja,
kemudian dilanjutkan dengan penyusunan rencana perbaikan, pelaksanaan
perbaikan, memonitoring dan menilai hasilperbaikan, dan tidak lanjut, mengikuti
siklus PDCA.
2) Menindaklanjuti masukan dan keluhan pengguna dan masyarakat mengikuti siklus
PDCA.
3) Upaya perbaikan dilakukan melalui tindakan korektif dan tindakan pencegahan.
4) Menerapkan manajemen risiko baik pada pelayanan manajerial, UKM dan UKP,
dengan tahapan :
menetapkan lingkup manajemen risiko
melakukan analisis risiko
menindaklanjuti risiko.
Manajemen risiko diterapkan baik secara reaktif maupun proaktif. Upaya proaktif
dilakukan sebelum ada kejadian dengan menganalisis kemungkinan terjadinya risiko
dengan menggunakan metode FMEA, sedangkan upaya reaktif dilakukan untuk mengatasi
kejadian yang sudah terjadi dan mencegah terulangnya kejadian dengan menggunakan
metode RCA.
20
2.Kejadian Nyaris Cidera (KNC)
KNC adalah insiden yang berpotensi menimbulkan cidera pada pasien tapi yang belum
sampai terpapar ke pasien sehingga tidak ada cidera pada pasien. contoh : kesalahan
pemberian obat yang segera disadari dan langsung diganti sebelum pasien minum obat
tersebut
5.Kejadian Sentinel:
Kejadian Sentinel adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan dan telah
mengakibatkan kematian atau cidera fisik/psikologis serius, atau kecacatan pada
pasien.
Contoh : kematian ibu karena pertolongan persalinan tidak sesuai standar
21
LINGKUP ANALISIS RESIKO
1. APA YANG AKAN TERJADI
2. KAPAN TERJADINYA
3. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
RISK ASSESSMENT
1. Identifikasi Resiko , bisa didapat dari :
1) Hasil Audit
2) Komplain atau keluhan
3) Klaim
4) Kejadian yang terjadi
5) Curah Pendapat
2. Analisis Resiko
1) Severity Assessment
2) RCA
3) FMEA
3. Evaluasi Resiko (penilaian resiko)
4. Rencana Kerja
22
Probabilitas
23
Tindakan sesuai Tingkat & Band Risiko
LEVEL/BANDS TINDAKAN
HIGH Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari, kaji dng detail & perlu
(TINGGI) tindakan segera, serta membutuhkan tindakan Pimpinan Faskes
Langkah RCA
1) Bentuk tim RCA untuk suatu kejadian
2) Pelajari kejadian
3) analisis sebab,
4) menyusun rencana tindakan, dan
5) melaporkan proses analisis dan temuan.
6) menentukan masalah,
7) mengumpulkan bukti-bukti yang nyata,
8) melakukan wawancara,
9) meneliti lingkungan kejadian,
10) menggambarkan rantai terjadinya kejadian
11) mengenali faktor-faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya kejadian,
12) mengenali kejadian-kejadian yang mengawali (trigger)
13) melakukan analisis dengan menggunakan pohon masalah/diagram tulang ikan
untuk mengetahui kegiatan atau kondisi yang menyebabkan timbul kejadian,
14) melanjutkan sehingga dapat dikenali sistem yang melatar belakangi timbulnya
kejadian atau sampai tidak beralasan lagi untuk melanjutkan
24
Catat dan laporkan
1) Catat proses dan alat yang digunakan
2) Biaya yang dibutuhkan
3) Ringkasan kejadian
4) Proses investigasi dan analisis
5) Temuan
Jika tidak ada kejadian, tetapi kita akan memperbaiki suatu sistem agar minimal
risiko, maka lakukan FMEA
Langkah-langkah FMEA
25
Modus- Pnyeba Akba Kemung Tingkat Kemudaha Risk Solu Indikator
modus b tnya kinan kparah n dideteksi Priority si u n tu k
kegagal trjadiny trjadinya an (S= (D= Number mngukur
n/ a ( O= Severit Detectabilit RPN = keberhas
Kesalah Occurren y) y) OxSxD ilan dari
n ce) solusi
26
Occurence Rating Scale
Nilai Penjelasan Pengertian
10 Kemungkinan Kesalahan terjadai paling tidak sekali sehari atau hampir setiap
terjadinya dapat saat
dipastikan
9 Hampir tidak dapat Kesalahan dapat diprediksi terjadi atau terjadi setiap 3 sampai 4
dihindarkan hari
8 Kemungkinan terjadai Kesalahan sering terjadi atau terjadi paling tidak seminggu sekali
7 sangat tingggi
4 Kemungkinan terjadi Kesalahan kadang terjadi, atau sekali tidap tiga bulan
3 sedang
2 Kemungkinan terjadi Kesalahan jarang terjadi atau terjadi sekitar sekali setahun
rendah
1 Kemungkinan terjadi Kesalahan hampir tidak pernah terjadi, atau tidak ada yang ingat
amat sangat rendah kapan terakhir terjadi
10 Tidak ada peluang Tidak ada mekanisme untuk mengetahui adanya kesalahan
untuk diketahui
7 Sulit diketahui Kesalahana dapat diketahui dengan inspeksi manual atau tidak
6 ada proses yang baku untuk mengetahui, sehingga ketahuan
karena kebetulan
5 Berpeluang Ada proses untuk double checks atau inspeksi tetapi tidak otomatis
sedang untuk atau dilakukan secara sampling
diketahui
4 Berpeluang tinggi Dipastikan ada proses inspeksi yang rutin tetapi tidak otomatis
3 untuk diketahui
2 Berpeluang Dipastikan ada proses inspeksi rutin yang otomatis
sangat tinggi untuk
diketahui
1 Hampir dipastikan Ada proses otomatis yang akan menhentikan proses untuk
untuk diketahui mencegah kesalahan
27
Menetapkan “cut off point”dengan Pareto
1) Urutkan failure mode dengan nilai RPN dari yang tertinggi ke yang terendah
2) Hitung persentase kumulatif
3) Perhatikan nilai kumulatif sampai dengan 80 %, maka pada nilai kumulatif 80 %
tersebut kita tetapkan sebagai “cut off point”
28
BAB IX
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Seluruh kegiatan perbaikan mutu dan keselamatan pasien dicatat dan dilaporkan
kepada Kepala Puskesmas setiap bulan, dan oleh Kepala Puskesmas dilaporkan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta setiap tiga bulan sekali.
29
BAB XI
MONITORING DAN EVALUASI
30
BAB XII
PENUTUP
Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh sistem dan tenaga pelayanan.
Namun ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam hal jumlah, sebaran,
mutu dan kualifikasi, sistem pengembangan karir, dan kesejahteraan tenaga pelaksana
pelayanan. Permasalahan yang muncul menimbulkan persepsi rendahnya kualitas
pelayanan, yang berawal dari kesenjangan antara aturan dan standar yang ada dengan
pelaksanaan pelayanan yg tidak bisa menyesuaikan. Masyarakat menghendaki pelayanan
kesehatan yang aman dan bermutu, manajemen risikodan keselamatan pasien perlu
diterapkan dalam pengelolaan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan.
31
LAMPIRAN – LAMPIRAN
1) Assesment Pasien
2) Pemeriksaan Laboratorium
32
JUDUL Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan
laboratorium
DIMENSI MUTU Keselamatan
TUJUAN Tergambarnya ketelitian pelayanan laboratorium
DEFINISI Kesalahan penyerahan hasil laboratorium adalah penyerahan
OPERASIONAL hasil laboratorium pada salah orang
FREKUENSI Harian, kemudian di rekapitulasi setiap bulan
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISA Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah seluruh pasien yang diperiksa di laboratorium pada
periode tertentu dikurang Jumlah penyerahan hasil laboratorium
salah orang pada periode tertentu
DENOMINATOR Jumlah seluruh pasien yang diperiksa di laboratorium pada
periode tertentu
SUMBER DATA Rekam medis
STANDAR 100 %
PENANGGUNG JAWAB Penanggung Jawab Laboratorium
PENGUMPULAN DATA
33
PERIODE ANALISA Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah kumulatif waktu tunggu pelayanan obat racikan pasien
yang di survei pada periode tertentu
DENOMINATOR Jumlah Seluruh pasien yang di survei pada periode tertentu
SUMBER DATA Survei
STANDAR ≤ 60 menit
PENANGGUNG JAWAB Penanggung Jawab Farmasi
PENGUMPULAN DATA
34
4) Ketersediaan Isi dan Penggunaan Rekam Medik Pasien
35
JUDUL Waktu Penyediaan Dokumen rekam medik pelayanan rawat jalan
DIMENSI MUTU Efektifitas, kenyamanan, dan Efisiensi
TUJUAN Tergambarnya kecepatan pelayanan pendaftaran rawat jalan
DEFINISI OPERASIONAL Dokumen Rekam Medik Rawat Jalan adalah dokumen rekam medik
pasien baru dan atau pasien lama yang digunakan pada pelayanan
rawat jalan.
Waktu penyediaan dokumen rekam medik mulai dari pasien mendaftar
sampai rekam medik disediakan/ditemukan oleh petugas
FREKUENSI
PENGUMPULAN DATA Harian, kemudian di rekapitulasi setiap bulan
PERIODE ANALISA Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah kumulatif waktu penyediaan dokumen rekam medik rawat jalan
yang diamati pada periode tertentu
DENOMINATOR Jumlah seluruh sampel penyediaan dokumen rekam medik yang
diamati pada periode tertentu ( N = 100)
SUMBER DATA Hasil survey pengamatan di ruang rekam medis
STANDAR Kurang dari 10 menit
PENANGGUNG JAWAB Penanggung Jawab UKP
PENGUMPULAN DATA
36
DENOMINATOR Jumlah seluruh pasien gawat darurat
SUMBER DATA Sampel
STANDAR ≤ 5 menit terlayani setelah pasien datang
PENANGGUNG JAWAB Penanggung Jawab UKP
PENGUMPULAN DATA
37
4. Salah jumlah
FREKUENSI
PENGUMPULAN DATA Harian, kemudian di rekapitulasi setiap bulan,
PERIODE ANALISA Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah kesalahan pemberian obat pada periode tertentu
DENOMINATOR Jumlah pasien pada periode tertentu
SUMBER DATA Survey, Observasi
STANDAR 100 %
PENANGGUNG JAWAB Penanggung Jawab Farmasi
PENGUMPULAN DATA PJ UKP
38
PENANGGUNG JAWAB PJ PMKP
PENGUMPULAN DATA
3) Manajemen Risiko
JUDUL Kejadian tertusuk limbah benda tajam infeksius
DIMENSI MUTU Keselamatan
TUJUAN Tergambarnya mutu penanganan limbah benda tajam infeksius di rumah
sakit
DEFINISI OPERASIONAL Limbah benda tajam infeksius adalah sampah akibat proses pelayanan
yang sudah terkontaminasi cairan tubuh / darah pasien yang dapat
menularkan penyakit atau mencederai antara lain; jarum infuse, potongan
ampul, skapel, bisturi
Pengolahan limbah benda tajam infeksius harus dikelola sesuai aturan
dan pedoman yang berlaku di puskesmas
FREKUENSI
PENGUMPULAN DATA Harian, kemudian di rekapitulasi setiap bulan,
PERIODE ANALISA Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah kejadian petugas yang tertusuk limbah benda tajam infeksius
pada periode tertentu
DENOMINATOR Jumlah seluruh tindakan yang dilakukan oleh petugas pada periode
tertentu
SUMBER DATA Survey, Observasi
STANDAR 100 %
PENANGGUNG JAWAB PJ PMKP
PENGUMPULAN DATA
39
PENGUMPULAN DATA Harian, kemudian di rekapitulasi setiap bulan,
PERIODE ANALISA Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah kejadian petugas yang tertusuk jarum suntik pada periode tertentu
DENOMINATOR Jumlah seluruh tindakan yang dilakukan oleh petugas pada periode
tertentu
SUMBER DATA Survei, Observasi
STANDAR 100 %
PENANGGUNG JAWAB PJ PMKP
PENGUMPULAN DATA
40
FREKUENSI
PENGUMPULAN DATA Harian, kemudian di rekapitulasi setiap bulan,
PERIODE ANALISA Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pasien rawat jalan yang
disurvey pada periode tertentu
DENOMINATOR Jumlah Seluruh pasien rawat jalan yang disurvey pada periode tertentu (
N = minimal 50)
SUMBER DATA Survey, Observasi
STANDAR ≥ 90 %
PENANGGUNG JAWAB PJ UKP
PENGUMPULAN DATA
41
42