PNEUMONIA
Disusun Oleh :
Ockta Karunia Putri
NIM. P27220015116
A. Pengertian
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru
yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernapasan bawah akut. (Sylvia,
2006).
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru - paru
(alveoli) yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, Jamur
dan Bakteri. Pneumonia juga dapat terjadi apabila seseorang menghirup
bahan kimia toksik. Pada keadaan normal, saat bernafas paru – paru kita terisi
oleh udara, namun pada keadaan pneumonia, kantung alveoli terisi oleh pus
dan mukus, sehingga paru-paru tidak dapat mengembang dengan sempurna.
(WHO, 2016)
B. Klasifikasi
1. Klasifikasi berdasarkan anatomi
a. Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau sebagian besar dari satu
atau lebih lobus paru
b. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk
membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya.
c. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di
dalam dinding alveolar (interstitium dan jarinngan peribronkial serta
interlobular.
2. Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan
a. Pneumonia Komunitas, dijumpai pada pasien perokok dengan adanya
PPOK, penyakit penyerta kardiopolmonal
b. Pneumonia Nosokomial,
Faktor utama untuk pathogen tertentu :
Pathogen Faktor Risiko
Staphylococcus aureus Koma, cedera kepala, influenza, pemakaian
obat IV, DM, gagal ginjal
Ps. aeruginosa Pernah dapat antibiotik, terpasang ventilator
>2 hari, Lama dirawat di ICU, kelainan
bentuk paru
Anaerob Aspirasi, selesai operasi abdomen
Acinobacther spp Antibiotik, dan ventilasi mekanik
c. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi
bahan toksik, akibat aspirasi cairan inert misalnya ciran makanan atau
lambung, edema paru, dan obstruksi mekanik
(Nanda Nic Noc, 2015)
C. Etiologi
Penyebaran infeksi terjadi melalui dorplet dan sering disebabkan oleh
streptococcus pneumonia, melalui selang infuse oleh staphylococcus aureus,
sedangkan pada pemakaian ventilator oleh P. aeruginosa dan enterobacter.
Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan
tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotik yang
tidak tepat. Setelah masuk ke paru-paru organisme bermultiplikasi, dan jika
telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pneumonia.
Selain penyebab di atas, penggolongan penyebab pneumonia adalah :
1. Bacteria : Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus
hemolyticus, Streptococcus aureus, Hemophilus influinzae,
Mycobacterium tuberkolusis, Bacillus friedlander.
2. Virus : Respiratory Syncytial virus, Adeno virus, Virus Influenza
3. Mycoplasma Pneumonia
4. Jamur : Histoplasma Capsulatum, Dermatitides, Aspergillus Species,
Candida Albicans
5. Aspirasi : Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), Cairan amnion,
Benda Asing
6. Pneumonia hipostatik : Pneumonia jenis ini sering timbul pada dasar paru
yang disebabkan karena pernafasan yang dangkal dan terus-menerus
berada dalam posisi yang sama
(Nanda Nic Noc, 2015)
D. Pathway
kuman patogen
mencapai bronkioli eksudat masuk alveoli
merusak sel epitel toksin, koagulasi
bersilia
alveoli
Leukosit + fibrin
kapasitas vital, mengalami konsolidasi produksi sputum
compliance menurun,
hemoragik, tirah baring lama Leukositosis Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
Hipertermia
Kerusakan integritas
kulit
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi struktural (misal : lobar,
bronkial) dapat juga menyatakan abses
2. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosis
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum, darah : untuk mengidentifikasi semua
organisme yang ada
4. Pemeriksaan serologi : membantu membedakan diagnsosi organisme
khusus
5. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spirometrik statik : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
(Nanda Nic Noc, 2015)
G. Komplikasi
Komplikasi menurut Mansjoer (2010) :
1. Abses (penumpukan nanah) kulit
2. Abses jaringan lunak
3. Otitis media adalah infeksi yang terjadi pada telinga bagian tengah, yaitu
ruang di belakang gendang telinga yang memiliki tiga tulang kecil dengan
fungsi untuk menangkap getaran dan meneruskannya ke telinga bagian
dalam.
4. Sinusitis adalah inflamasi atau peradangan pada dinding sinus.
Sinus adalah rongga kecil berisi udara yang terletak di belakang tulang
pipi dan dahi.
5. Meningitis purulenta, radang bernanah araknoid dan piamater yang
meliputi otak dan medula spinalis
6. Perikarditis pembengkakan dan iritasi pada perikardium. Perikardium
adalah selaput kantung di sekitar jantung, berfungsi untuk menahan
jantung di tempatnya dan melumasi jantung.
H. Penatalaksanaan
Kepada penderita yang tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per oral
dan tetap tinggal di rumah. Penderita dengan sesak napas atau penyakit
jantung atau penyakit paru lainnya, harus diberi antibiotik diberikan melalui
infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat
bantu napas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang
diberikan adalah :
1. Oksigen 1-2 liter/menit
2. IVFD dekstrose 10% NaCl 0,9% = 3:1 + KCL 10 mEq/500 ml cairan.
Jumlah cairan sesuai BB, kenaikan suhu, dan status hidrasi
3. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral terhadap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
4. Jika sekresi berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit
(Nanda Nic Noc, 2015)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien : Identitas meliputi nama, tanggal lahir, jenis kelamin,
umur, alamat.
2. Keluhan Utama
3. Pengkajian Primer
a. Airway
1) Ada tidaknya Sumbatan jalan napas
2) Gerakan napas atau pengembangan dada, warna mukosa, kesadaran
3) Rasakan hembusan napas pasien
b. Breathing
1) Kaji kesimetrisan pergerakan dinding thorak, kelainan napas seperti
dispnea, takipnea, bradipnea, ataupun sesak napas.
2) Kaji suara napas tambahan seperti snoring, gargling, ronchi atau
wheezing dan kedalaman napas pasien.
c. Circulation
RR meningkat, nada rendah di apeks dengan menggunakan bell dengan
posisi miring ke kiri, sesak nafas dan fatigue, batuk, pada kongesti vena
ada orthopnea.
d. Disability
Kaji ada tidaknya penurunan kesadaran, kehilangan sensasi dan reflek,
pupil anisokor dan GCS
4. Pengkajian Sekunder
a. AMPLE
Mengkaji adanya alergi obat atau makanan, terapi obat yang
didapatkan, riwayat penyakit yang pernah diderita, makanan terakhir
yang dikonsumsi sebelum sakit, kronologi kejadian sebelim jatuh
sakit.
b. Pemeriksaan Fisik Persistem (B1-B6)
1) B1 Breathing (Pernapasan)
Kaji: RR, SPO2, alat bantu napas, irama napas, pola napas
2) B2 Bleeding (Kardiovaskuler)
Kaji :
a) Ada tidaknya disritmia
b) Frekuensi nadi
c) Irama nadi : sinus ritme/ bradikardia/ takikardia
d) Tekanan darah
e) MAP
f) Edema perifer
g) Ada tidaknya pemasangan CVP,
h) Cairan infuse yang digunakan
3) B3 Brain (Persyarafan)
Kaji :
a) Apakah pasien mengeluh nyeri hebat
b) Apakah pasien merasakan kesemutan
c) Ada tidaknya penurunan reflek tendon
d) Apakah pasien kejang
e) Apakah pasien mengalami gangguan orientasi
f) Apakah pasien mengalami penurunan kesadaran
g) Tingkat kesadaran(GCS) = E: M: V:
4) B4 Bladder (Pelemihan)
Kaji:
a) Ada tidaknya hematuri, oliguri
b) Produksi urin : jumlah, warna,
5) B5 Bowel (Pencernaan)
a) Ada tidaknya bising usus
b) Frekuensi bising usus
c) Ada tidaknya distensi abdomen
d) Ada tidaknya mual muntah
e) Ada tidaknya pemasangan NGT
f) Apakah anorexia
g) Ada tidaknya stress ulcer
h) Ada tidaknya ileus paralitic
i) Ada tidaknya retensi lambung : warna , jumlah
j) BAB, frekuensi perhari, warna, konsentrasi
6) B6 Bone (Tulang, otot, integumen)
Kaji:
a) Adakah kontraktur : area
b) Apakah ROM aktif/ pasif
c) Ada tidaknya reflek tiba-tiba
d) Integritas kulit (warna kulit, CRT, turgor kulit, adanya lesi,
dekubitus, pruritus)
e) Pitting edema
f) Kekuatan/tonus otot
Keterangan Kekuatan otot :
a) Skala 0 : Lumpuh total
b) Skala 1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun sendi tidak
dapat digerakkan
c) Skala 2 : Dapat menggerakkan otot yang lemah sesuai
perintah
d) Skala 3 : Dapat bergerak dengan tahanan minimal
e) Skala 4 : Dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang
ringan
f) Skala 5 : Dapat melawan tahanan, bebas bergerak.
5. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium, AGD, EKG
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d inflamasi, obstruksi jalan
napas, sekret yang menumpuk
2. Hipertermia b.d proses infeksi
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik, imobilisasi
4. Kerusakan integritas kulit b.d tirah baring, imobilisasi
C. Intervensi
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah melakukan intervensi dan implementasi dengan
acuan kriteria hasil yang telah dibuat. Evaluasi dilakukan dengan metode
SOAP, yaitu dengan melihat data secara subjektif, objektif dan melakukan
analisa ulang dari data yang telah didapat, serta merencanakan tindakan yang
dilakukan selanjutnya / discharge planning
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Amin Nurarif dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic Noc Edisi Revisi jilid I.
Yogyakarta: Mediaction
Mansjoer, Arif. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4. Jakarta : Media
Aesculapius
Price & Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 1 & 2. Jakarta : EGC
World Health Organization. 2016. Pneumonia. Diakses pada tanggal 17 April
2018 melalui website :
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&v
ed=0ahUKEwi2sKuA-8PaAhUGS48KHYp-
AY4QFghKMAM&url=http%3A%2F%2Fwww.who.int%2Fmedicines%2Fa
reas%2Fpriority_medicines%2FCh6_22Pneumo.pdf&usg=AOvVaw2Lm5Hf
RvEWouG00gX5lJi_