PENDAHULUAN
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat
psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. masalah kejiwaan dan
kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan
sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa
(Depkes, 2011).
Contoh masalah psikososial antara lain: psikotik gelandangan dan pemasungan,
penderita gangguan jiwa, masalah anak: anak jalanan dan penganiayaan anak, masalah anak
remaja: tawuran dan kenakalan, penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, masalah
seksual: penyimpangan seksual, pelecehan seksual dan eksploitasi seksual, tindak kekerasan
sosial, stress pasca trauma, pengungsi/ migrasi, masalah usia lanjut yang terisolir, masalah
kesehatan kerja: kesehatan jiwa di tempat kerja, penurunan produktifitas dan stres di tempat
kerja, dan lain-lain: HIV/AIDS (Depkes, 2011).
Analisis Film
A. Sinopsis
"The Hunt" dimulai dengan kisah tentang seorang pria bernama Lucas yang
hidup di sebuah kota kecil. Seorang guru yang awalnya harus menjadi pengangguran
karena sekolah tempat dia dulu bekerja harus ditutup. Sekarang dia bekerja di sebuah
tempat penitipan anak, menjaga dan mengajak anak-anak bermain sepanjang hari. Dia
adalah seseorang yang tenang, hangat, dan sangat peduli terhadap orang lain sehingga
dia sangat mudah akrab dengan anak didiknya. Lucas memiliki beberapa orang
sahabat yang juga berasal dari kelompok berburunya. Sahabat-sahabat Lucas khawatir
dia kesepian, hidup seorang diri di rumah dimana dia pernah tinggal bersama dengan
anak dan mantan istrinya, sehingga mereka sering mengadakan perkumpulan setiap
malam untuk bersenang-senang atau minum-minum.
Segalanya berubah, ketika salah satu anak didik Lucas memberitahu pemilik
tempat penitipan anak bahwa Lucas sudah melakukan pelecahan seksual terhadap
dirinya, dan membuat pemilik tempat penitipan anak merasa geram dan khawatir, dan
berniat menyelidiki yang sebenarnya terjadi. Sementara itu Lucas yang tidak curiga
terhadap apapun yang terjadi di belakang punggungnya pergi ke tempat penitipan
anak seperti biasa. Pemilik penitipan anak memanggil seorang psikolog untuk
membantunya menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi.
Sampai akhirnya bos Lucas memanggilnya ke kantor untuk bercerita tentang
apa yang telah terjadi di balik punggungnya. Namun, ia menolak untuk
mengungkapkan nama penuduh dan tuduhan apa yang dilakukan. Lucas diperintahkan
untuk mengambil cuti beberapa hari sampai masalah ini diselesaikan. Semua orang
tua juga dipanggil ke tempat penitipan anak dan diberitahu tentang tuduhan yang
terjadi pada Lucas. Mereka diminta untuk mengingat gejala-gejala anak yang
mengalami pelecahan seksual untuk meyakinkan bahwa Lucas mungkin telah
mencabuli anak-anak mereka.
Sejak saat itu Lucas diperlakukan sebagai penjahat oleh komunitasnya, dia
diasingkan dan mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan. Lucas juga tidak pernah
diberi kesempatan untuk membela dirinya. Semua orang menganggap bahwa anak
kecil tidak mungkin berbohong, dan mereka menganggap Lucas adalah penjahat
pedofil yang sangat menjijikan. Kehidupan Lucas berubah, dia harus kehilangan
pekerjaan dan sahabat-sahabatnya, dia juga tidak diperbolehkan bertemu dengan anak
semata wayangnya lagi karena mantan istrinya khawatir anaknya akan mendapatkan
perlakuan yang buruk dari semua warga karena ulahnya. Lucas menjadi sering
mengurung diri di rumahnya, dia mengalami kecemasan berat karena harus
menghadapi tuduhan-tuduhan yang tidak pernah dia lakukan.
C. Analisa
Dari film tersebut dapat diketahui bahwa Lucas mengalami gangguan psikososial,
dengan gejala-gejala.
1. Adanya Kecemasan tingkat Berat, Lucas yang saat awal diberitahu kalo dia
dituduh melakukan kejahatan seksual menjadi cemas dan khawatir terhadap
apa yang akan terjadi pada dirinya selanjutnya.
2. Mengalami isolasi sosial, Lucas tidak mau ada seorangpun yang
mengunjunginya, dia mengusir semua orang yang datang berkunjung ke
rumahnya.
3. Mengalami harga diri rendah, Lucas dipaksa untuk menganggap bahwa dirinya
bersalah, dalam salah satu adegan dia mengusir dan memaksa pacarnya untuk
meninggalkannya karena dia menganggap dirinya pedofil yang menjijikan.
4. Mengalami depresi, terlalu banyaknya tekanan dan tuduhan-tuduhan keji yang
ditimpakan padanya membuat Lucas merasa menjadi orang buangan dan tidak
ingin melakukan apapun dihidupnya.
Dalam film tersebut Lucas mendapatkan dorongan kuat dari anak dan salah seorang
sahabatnya sehingga dia bisa bangkit dari keterpurukan akibat fitnah yang
diterimanya. Seperti pada kasus psikososial yang lain, peranan orang-orang terdekat
sangat membantu pasien untuk sembuh atau mengurangi gejala-gejala yang
dialaminya agar tidak berlanjut menjadi lebih berat.
D. Asuhan Keperawatan
DO/DS : ada adegan dimana tokoh utama terlihat panik, gemetar, mudah marah,
berperilaku menghindar, ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi di masa
depan.
A. Keputusasaan
1. Pengertian
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seseorang individu yang melihat
keterbatasan atau tidak ada alternative atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak
dapat memobilisasi energi yang dimilikinya (NANDA, 2005).
3. Intervensi
a. Tujuan umum:
Klien mampu mampu mengekspresikan harapan positif tentang masa depan,
mengekspresikan tujuan dan arti kehidupan
b. Tujuan khusus: klien mampu
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mengenal masalah keputusasaan
3) Berpartisipasi dalam aktivitas
4) Menggunakan keluarga sebagai sistem pendukung
c. Tindakan keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
a) Ucapkan salam
b) Perkenalkan diri: sebutkan nama dan panggilan yang disukai
c) Tanyakan nama klien dan panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Dengarkan klien dengan penuh perhatian
f) Bantu klien penuhi kebutuhan dasarnya
2. Gejala
a. Gejala fisik : kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak berkeringat, sulit
bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah marah
atau tersinggung
b. Gejala behavioral : berperilaku menghindar, terguncang, melekat dan
dependen
c. Gejala kognitif : khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan
terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang
menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk
mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit
berkonsentrasi.
(Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly, 2005)
3. Faktor Penyebab
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam
dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya
terlihat jelas didalam pikiran.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang
berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula
menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam
bentuk yang umum.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan
dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang
mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.
(Kholil Lur Rochman, 2010)
4. Tingkat Kecemasan
a. Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Ansietas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreativitas.
b. Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal
yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak
dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area lain.
d. Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan,
dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan
kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walau
dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan
panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan
pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan
dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan
yang sangat bahkan kematian.
2. Etiologi
a. Factor predisposisi
Biologis : Penyakit genetic, pertumbuhan dan perkembangan bayi,
anak dan remaja, berat badan kurang atau berlebih, , perubahan
fisiologi pada kehamilan dan penuaan
Psikologis : Gangguan kemampuan verbal, konflik dengan nilai
masyarakat, pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan,ideal diri
tidak realistis
Social budaya : Pendidikan masih rendah, masalah dalam pekerjaan,
nilai budaya bertentangan dengan nilai individu, adanya pengalaman
social yang tiak menyenangkan, kegagalan peran social.
b. Faktor presipitasi
Trauma
Penyakit , kelainan hormonal
Operasi pembedahan
Prosedur medis dan keperawatan ; efek pengobatan : radioterap,
kemoterapi dll.
4. Pohon diagnosis
Keputusasaan
Ketidakberdayaan
D. Dukacita
Dukacita mengacu pada emosi yang subjektif dan afek yang merupakan
respons normal terhadap pengalaman kehilangan (Varcarolis, 1998). Berduka
mengacu pada proses mengalami dukacita. Berduka tidak hanya melibatkan isi (apa
yang dipikirkan, dikatakan, dan dirasakan individu), tetapi juga proses (bagaimana
individu berpikir, berkata, dan merasa).
Semua indivudu berduka ketika mereka mengalami perubahan dan kehilangan
dalam hidup, dan sering kali proses tersebut merupakan salah satu hal yang paling
sulit dan menantang keberadaan manusia.
Tipe kehilangan
Menurut Maslow (1954), tindakan manusia dimotivasi oleh hierarki
kebutuhan, yang dimulai dengan kebutuhan fisiologis (makanan, udara, air, dan tidur),
kemudian kebutuhan keselamatan (tempat yang aman untuk tinggal dan bekerja),
kemudian kebutuhan keamanan dan memiliki. Apabila kebutuhan manusia tersebut
tidak terpenuhi atau diabaikan karena suatu alasan, indivisu mengalami suatu
kehilangan.
Bagi beberapa orang, dampak berduka terutama merusak karena kepribadian atau
status emosional atau situasi mereka membuat mereka rentan terhadap penyulit selama proses
tersebut. Kadang-kadang gangguan jiwa dapat terjadi (Parkes, 1998).
Karakteristik kerentanan:
3. Stresor pencetus
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal, yaitu
sebagai berikut:
Trauma seperti penganiyayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis
transisi peran:
1) Transisi peran pengembangan adalah perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, ni8lai-nilai, serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit, terjadi akibat pergeseran dari
keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan
oleh: kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk
penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur medis
dan keperawatan.
5. Pohon diagnosis
Keputusasaan
Ketidakberdayaan
2. Jenis-Jenis Napza
Opioida
Opioida dihasilkan dari getah opium poppy yang diolah menjadi morfin,
kemudian dengan proses tertentu menghasilkan putaw, dimana putau
mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin.Opiate disahgunakan dengan
cara disuntik atau dihisap, dengan nama jalannya adalah putau, ptw, black
heroin, brown sugar. Opiate dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu :
1) Opiate alamiah : morfin, opium, codein
2) OPiate semi sintetik : heroin/putau, hidromorfin
3) OPiate sintetik : meperidin, propoksipen, metadon.
Kokain
Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar
erythroxylon coca, yang berasal dari amerika selatan, dimana daun dari
tanaman belukar ini biasanya di kunyah-kunyah oleh penduduk setempat
untuk mendapatkan efek stimulan.Nama jalanan dari kokain adalah koka,
coke, happy dust, charliesnow/ salju, putih.
Kanabis (ganja )
Kanabis mengandung delta-9 tetra-hidrokana-binol(THC). Ganja yang
dibentuk sebagai rokok merupakan tanaman yang sudah dikeringkan dan di
rajang, kemudian dilinting seperti tembakau. Komplikasi yang mungkin
terjadi adalah sindrom amotivasional, yaitu sekumpulan gejala yang timbul
karena penggunaan ganja dalam jangka waktu yang lama dan dalam jumlah
yang banyak sehingga mengakibatkan kemampuan bicara, baca, hitung akan
menurun, kemampuan dan keterampilan sosial terhambat.
Amfetamin
5. Perspektif Psikodinamika
Perspektif psikodinamika yaitu individu yang mengalami masalah
penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA, khususnya pada alkohol
mencerminkan adanya kepribadian ketergantungan oral. Individu tersebut
mengalami fiksasi fase oral dalam perkembangan psikoseksualnya. Individu yang
minum alkohol terlalu banyak (alkoholik) pada masa dewasa merupakan
simbolisasi usaha untuk mencapai kepuasan oral. Dengan kata lain dinyatakan
bahwa alkoholisme merupakan representasi fiksasi oral disebabkan oleh konflik
ketidaksadaran pada masa kanak-kanak.
Penyalahgunaan NAPZA dalam perspektif psikodinamika sangat dipengaruhi
oleh kondisi individu pada awal masa kehidupan nya, sehingga intervensi pada
masa kehidupan remaja menjadi tidak berarti. Dengan demikian pada masa
remaja seolah-olah problema penyalahgunaan NAPZA adalah suatu masalah
yang tidak dapat dikendalikan oleh remaja itu sendiri
Eforia
Mengantuk
Konstipasi
Penurunan kesadaran
Mata merah
Mulut kering
Banyak bicara dan tertawa
Nafsu makan meningkat
Gangguan persepsi
Pegendalian diri berkurang
Jalan sempoyongan
Memperpanjang tidur
Hilang kesadaran
Berkeringat dan bergetar
Selalu terdorong untuk bergerak
Cemas
Depresi
Paranoid
Nyeri
Mata dan hidung berair
Perasaan panas dingin
Gangguan daya ingat
Muka merah
Mudah marah
Tangan gemear
Mual muntah
Kelelahan
Energy berkurang
8. Penatalaksanaan
Pencegahan
a. Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang
NAPZA.
b. Deteksi dini perubahan perilaku
c. Menolak tegas untuk mencoba (“Say no to drugs”) atau “Katakan
tidak pada narkoba.
Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama penderita dimandikan dengan air hangat, minum
banyak, makan makanan bergizi dalam jumlah sedikit dan sering dan
dialihkan perhatiannya dari narkoba. Bila tidak berhasil perlu
pertolongan dokter. Pengguna harus diyakinkan bahwa gejala-gejala
sakaw mencapai puncak dalam 3-5 hari.
Pengobatan
a. Detoksifikasi tanpa subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan
zat yang mengalami gejala putus zat tidak diberi obat untuk
menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan
saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
b. Detoktifkasi dengan substitusi
Patau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat
misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon, substitusi bagi
pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti
ansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan
cara penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali.
Selama pemberian substitusi dapat juga diberikan obat yang
menghilangkan gejala simptomatik, misalnya obat penghilang rasa
nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau sesuai dengan gejala yang
ditimbulkan akibat putus zat tersebut
c. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh
dan terpadu melaui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan
G. Ketidakberdayaan
1. Definisi
Ketidakberdayaan merupakan suatu kondisi ketika individu atau kelompok
merasakan kurangnya control personal terhadap sejumlah kejadian atau
situasi yang mempengaruhi pandangan, tujuan, dan gaya hidup.
(Carpenido )
Ketidakberdayaan adalah persepsi individu bahwa tindakannya sendiri
tidak akan memperngaruhi hasil secara bermakna; suatu kurang control
terhadap situasi tertentu atau kejadian baru yang dirasakan. (Townsend)
Ketidakberdayaan merupakan persepsi bahwa tindakan individu tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna; persepsi kurang dapat
mengendalikan situasi saat ini atau yang akan terjadi. (Nanda)
2. Etiologi
Gaya hidup ketidakberdayaan ditandai dengan ekspresi verbal dari tidak
adanya kontrol atau pengaruh atau situasi, hasil atau perawatan diri.
Lingkungan perawatan kesehatan ditandai dengan tidak berpartisipasinya
dalam perawatan atau pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan.
Disfungsi proses berduka.
Kurangnya unpan balik positif ditandai oleh keseganan mengekspresikan
perasaan yang sebenarnya.
Umpan balik negatif yang konsisten, seperti apatis.
Penyakit kronis atau terminal, dan penyakit yang mengancam
kehamilan.(Townsend, Nanda )
3. Karakteristik
Berat
Ringan
a. Subjektif : Mengungkapkan ketidakpastian tentang tingkat energy yang
berfluktuasi.
b. Objektif : kepasifan.
(Nanda )
b. Fisik : Ukur dan observasi tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernafasan), Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
c. Faktor predisposisi
d. Faktor presipitasi
e. Konsep Diri
i. Citra Tubuh/Gambaran Diri
Tanyakan persepsi klien tentang keadaan tubuhnya
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuh yang disukai dan tidak
disukai
ii. Identitas diri, tanyakan tentang
Status dan posisi klien sebelum dirawat
Kepuasan klien terhadap status dan posisinya ( sekolah, tempat
kerja, kelompok)
Kepuasan klien sebagai laki-laki /perempuan
iii. Peran, tanyakan tentang
Tugas/ peran yang diemban dalam keluarga/kelompok/masyarakat
Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/peran tersebut
Kaji bagaimana perasaan klien terhadap perannya, apakah ada
konflik peran
iv. Ideal diri
Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran
Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat
kerja, masyarakat)
Harapan klien terhadap penyakitnya
v. Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi no.2a, b,
c, dan d
Penilaian / penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya
vi. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
f. Hubungan Sosial
i. Tanyakan pada klien siapa orang berarti dalam kehidupannya, tempat
mengadu, tempat bicara, minta bantuan atau dukungan
h. Spiritual
i. Nilai dan keyakinan, tanyakan tentang :
Pandangan dan keyakinan terhadap gangguan jiwa sesuai dengan
norma budaya dan agama yang di anut
Pandangan masyarakat setempat secara individu tentang gangguan jiwa
ii. Kegiatan ibadah, tanyakan
Kegiatan ibadah dirumah secara individu dan kelompok
Pendapat klien, keluarga tentang kegiatan ibadah
Intervensi Keperawatan
Tujuan Jangka Intervensi Rasional
Pendek
Intervensi Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
Meluaskan kesadaran Tawarkan penerimaan tanpa Mengurangi ancaman yang
diri pasien syarat terlihat dalam sikap perawat
Dengarkan pasien terhadap pasien, membantu
Dukung pembahasan tentang pasien untuk meluaskan dan
pikiran dan perasaan pasien menerima semua aspek
Berespons tanpa mendakwa kepribadian
Sampaikan bahwa pasien
adalah seseorang yang berharga
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Menginformasikan pasien Pemberian solusi tersebut
alternatif atau solusi lain membantu klien dalam
penanganan mencari solusi bagi
dirinya
Memfasilitasi pasien untuk
Pengambilan keputusan
membuat keputusan oleh pasien membuat
Bantu pasien mengidentifikasi dirinya dapat
keuntungan, kerugian dari mengidentifikasi
keadaan mengenai masalahnya
Bantu pasien untuk identifikasi serta nilai-nilai lain dan
bermacam-macam nilai dapat menentukan pilihan
jalan keluar dari masalah
kehidupan
tersebut
Bantu pasien identifikasi
strategi positif untuk mengatur
pola nilai yang dimiliki
Intervensi Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
Jangka Pendek : 1. Tentukan pada tahap 9. Pengkajian data
Klien dapat berduka mana pasian terfiksasi. dasar yang akurat adalah
mengekspresikan Identifikasi perilaku-perilaku penting untuk perencanaan
kemarahan terhadap yang berhubungan dengan keperawatan yang efektif
konsep kehilangan tahap ini. bagi pasien yang berduka.
dalam 1 minggu.
2. Kembangkan hubungan 10. Rasa percaya
Jangka Panjang : saling percaya dengan pasien. merupakan dasar untuk
Klien mampu Perlihatkan empati dan suatu kebutuhan yang
menyatakan secara perhatian. Jujur dan tepati terapeutik.
verbal perilaku- semua janji
perilaku yang
berhubungan dengan 3. Perlihatkan sikap 11. Sikap menerima
tahap-tahap berduka menerima dan membolehkan menunjukkan kepada
yang normal. Klien pasien untuk mengekspresikan pasien bahwa anda yakin
mampu mengakui perasaannya secara terbuka bahwa ia merupakan
posisinya sendiri seseorang pribadi yang
dalam proses bermakna. Rasa percaya
berduka sehingga ia meningkat.
mampu memecahkan 4. Dorong pasien untuk
masalah mengekspresikan rasa marah. 12. Pengungkapan
Jangan menjadi defensif jika secara verbal perasaan
permulaan ekspresi kemarahan dalam suatu lingkungan
dipindahkan kepada perawat yang tidak mengancam
atau terapis. Bantu pasien dapat membantu pasien
untuk mengeksplorasikan sampai kepada hubungan
perasaan marah sehingga dengan persoalan-persoalan
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Biarkan pasien mengambil Memberikan pasien pilihan akan
sebanyak mungkin tanggung meningkatkan perasaan mampu
jawab untuk praktik-praktik mengontrol pada pasien.
perawatan dirinya sendiri.
Bantu pasien untuk menetapkan Sasaran atau tujuan yang tidak
tujuan-tujuan yang realistis. realistis menyebabkan pasien
gagal dalam menguatkan perasaan
ketidakberdayaan.
Bantu pasien mengidentifikasi Kondisi emosi pasien
area-area situasi kehidupan yang mempengaruhi kemampuannya
dapat dikontrolnya. dalam menyelesaikan masalah.
Identifikasi cara-cara yang dapat Penguatan positif meningkatkan
dicapai oleh pasien. Dorong harga diri dan mendorong
untuk berpartisipasi dalam segala pengulang perilaku yang
aktivitas dan berikan penguatan diharapkan.
positif untuk partisipasi dan
pencapaiannya.
Carpenito, L.J. 1995. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 6. (terjemahan). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Daulima, Novi Helena dkk. 1995. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan
Psikiatri: Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan. Edisi:3. Jakarta: EGC.
Hamid, Prof. Achir Yani. 2008. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: EGC.
Hawari, D. 2000. Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (narkotik, alkohol dan zat
adiktif). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Stuart, G.W., and Sundeen, S.J. 1998. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3.
(terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wilkinson, Judith M. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nanda dan Nic Noc.
Jakarta: EGC.
2. Sebutkan 3 data objektif yang perlu dikaji dari pasien gangguan harga diri
rendah situasional!
a. Perasaan negatif terhadap diri sendiri
b. Mernarik diri dari kehidupan
c. Mudah tersinggung atau marah
7. Sebutkan gejala dari Respon Spiritual dan Respon emosional dari berduka!
- Respon Spiritual: Kecewa dan marah kepada Tuhan, Penderitaan
karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan, Tidak memiliki harapan,
kehilangan makna
- Respon Emosional: Marah, sedih, cemas, Kebencian,Merasa bersalah,
Perasaan mati ras, Emosi yang berubah-ubah, Penderitaan dan kesepian
yang berat, Keinginan kuat untuk mengembalikan ikatan dengan