Anda di halaman 1dari 3

Epidural Hematom

Definisi
Hematom epidural merupakan pengumpulan darah diantara tengkorak dengan duramater.
Hematom jenis ini biasanya berasal dari perdarahan arteriel akibat adanya fraktur linier yang
menimbulkan laserasi langsung atau robekan arteri-arteri meningens (a. Meningea media).
Fraktur tengkorak yang menyertai dijumpai pada 8% - 95% kasus, sedangkan sisanya (9%)
disebabkan oleh regangan dan robekan arteri tanpa ada fraktur (terutama pada kasus anak-anak
dimana deformitas yang terjadi hanya sementara). Hematom epidural yang berasal dari
perdarahan vena lebih jarang terjadi.
Patofisiologi
Sebagian besar kasus diakibatkan oleh robeknya arteri meningea media. Perdarahan terletak di
antara tulang tengkorak dan duramater. Gejala klinisnya adalah lucid interval, yaitu selang waktu
antara pasien masih sadar setelah kejadian trauma kranioserebral dengan penurunan kesadaran
yang terjadi kemudian. Biasanya waktu perubahan kesadaran ini kurang dari 24 jam; penilaian
penurunan kesadaran dengan GCS. Gejala lain nyeri kepala bisa disertai muntah proyektil, pupil
anisokor dengan midriasis di sisi lesi akibat herniasi unkal, hemiparesis, dan refleks patologis
Babinski positif kontralateral lesi yang terjadi terlambat. Pada gambaran CT scan kepala,
didapatkan lesi hiperdens (gambaran darah intrakranial) umumnya di daerah temporal berbentuk
cembung.
Fraktur Basis Kranii
Biasanya merupakan hasil dari fraktur linear fosa di daerah basal tengkorak; bisa di anterior,
medial, atau posterior. Sulit dilihat dari foto polos tulang tengkorak atau aksial CT scan. Garis
fraktur bisa terlihat pada CT scan berresolusi tinggi dan potongan yang tipis. Umumnya yang
terlihat di CT scan adalah gambaran pneumoensefal. Fraktur anterior fosa melibatkan tulang
frontal, etmoid dan sinus frontal. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yaitu adanya
cairan likour yang keluar dari hidung (rinorea) atau telinga (otorea) disertai hematoma kacamata
(raccoon eye, brill hematoma, hematoma bilateral periorbital) atau Battle sign yaitu hematoma
retroaurikular. Kadang disertai anosmia atau gangguan nervi kraniales VII dan VIII. Risiko
infeksi intrakranial tinggi apabila duramater robek.
Gejala Klinis
Gejala klinis hematom epidural terdiri dari:
Lucid Interval (interval bebas)
Setelah periode pendek ketidaksadaran, ada interval lucid yang diikuti dengan perkembangan
yang merugikan pada kesadaran dan hemisphere contralateral. Lebih dari 50% pasien tidak
ditemukan adanya lucid interval, dan ketidaksadaran yang terjadi dari saat terjadinya cedera.
Sakit kepala yang sangat sakit biasa terjadi, karena terbukanya jalan dura dari bagian dalam
cranium, dan biasanya progresif bila terdapat interval lucid.
Lucid interval dapat terjadi pada kerusakan parenkimal yang minimal. Interval ini
menggambarkan waktu yang lalu antara ketidak sadaran yang pertama diderita karena trauma
dan dimulainya kekacauan pada diencephalic karena herniasi transtentorial. Panjang dari lucid
interval yang pendek memungkinkan adanya perdarahan yang dimungkinkan berasal dari arteri.
Hemiparesis
Gangguan neurologis biasanya collateral hemipareis, tergantung dari efek pembesaran massa
pada daerah corticispinal. Ipsilateral hemiparesis sampai penjendalan dapat juga menyebabkan
tekanan pada cerebral kontralateral peduncle pada permukaan tentorial.
Anisokor pupil
Yaitu pupil ipsilateral melebar. Pada perjalananya, pelebaran pupil akan mencapai maksimal dan
reaksi cahaya yang pada permulaan masih positif akan menjadi negatif. Terjadi pula kenaikan
tekanan darah dan bradikardi.pada tahap ahir, kesadaran menurun sampai koma yang dalam,
pupil kontralateral juga mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak menunjukkan
reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda kematian.
Tatalaksana
Hematom epidural adalah tindakan pembedahan untuk evakuasi secepat mungkin, dekompresi
jaringan otak di bawahnya dan mengatasi sumber perdarahan.
Indikasi Pembedahan
Gejala klinis terdapat penurunan kesadaran, defisit neurologis lokal, tanda herniasi dan gangguan
kardiopulmonal.
Dari CT Scan: epidural hematoma dengan volume >30 cc, tebal > 1 cm dan pergeseran struktur
midline <5mm3
Biasanya pasca operasi dipasang drainase selama 2 x 24 jam untuk menghindari terjadinya
pengumpulan darah yang baru.

Herniasi otak (jenis) (definisi, gejala, klasifikasi, patofisiologi, tatalaksana)


Herniasi serebri adalah efek samping mematikan dari tekanan intrakranial yang sangat tinggi
yang muncul karena pergeseran otak melewati struktur dalam tulang tengkorak (intracranial
compartemental shifting). Otak dapat bergeser melewati struktur-struktur dalam otak seperti falk
serebri, tentorium serebri bahkan foramen magnum pada dasar tengkorak dimana medula spinalis
terhubung dengan otak. Herniasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang menimbulkan efek
massa dan meningkatkan tekanan intrakranial, termasuk cedera kepala traumatik (TBI), stroke
dan tumor otak. Karena herniasi dapat menekan bagian tertentu dari otak, maka dapat
menghentikan pasokan aliran darah ke daerah tertentu di otak yang dapat berakibat fatal.
Klasifikasi Herniasi Serebri
Herniasi serebri di klasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu (1) Herniasi supratentorial, (2)
Herniasi Infratentorial. Herniasi supratentorial adalah herniasi yang terjadi melewati struktur
diatas tentorium, yaitu: (a) uncal / transtentorial, (b) sentral, (c) cingulate /subfalcine, (d)
transcalvarial. Herniasi infratentorial adalah herniasi yang terjadi melewati struktur di bawah
tentorium, yaitu : (a) upward/upward cerebellar atau upward transtentorial, (b) tonsilar /
downward cerebellar.
1. Gejala dan Tanda Herniasi
Herniasi otak seringkali ditandai adanya postur yang abnormal. Postur tertentu dari anggota
gerak menunjukkan tingkat kerusakan otak yang berat. Pasien mengalami penurunan kesadaran,
satu atau kedua pupil dilatasi, muntah dapat terjadi karena penekanan pusat muntah pada medula
oblongata.
2. Terapi dan Prognosis
Penanganan herniasi otak termasuk menghilangkan massa penyebab dan dekompresi
kraniektomi. Herniasi otak menyebabkan kecacatan yang berat dan kematian. Jika herniasi
tampak pada ct-scan, maka kemungkinan perbaikan fungsi neurologisnya buruk.
CEDERA KEPALA (KRANIOSEREBRAL)
Dinamakan cedera kranioserebral karena cedera ini melukai baik bagian kranium (tengkorak)
maupun serebrum (otak). Cedera tersebut dapat mengakibatkan luka kulit kepala, fraktur tulang
tengkorak, robekan selaput otak, kerusakan pembuluh darah intra- maupun ekstraserebral, dan
kerusakan jaringan otaknya sendiri. Cedera ini dapat terjadi akibat kecelakaan lalu lintas
(terbanyak), baik pejalan kaki maupun pengemudi kendaraan bermotor. Selain itu, cedera
kranioserebral dapat juga terjadi akibat jatuh, peperangan (luka tembus peluru), dan lainnya.
Akibat cedera ini, seseorang dapat mengalami kondisi kritis seperti tidak sadarkan diri pada saat
akut, dan yang tidak kalah penting adalah saat perawatan karena jika penatalaksanaannya tidak
akurat, dapat terjadi kematian atau kecacatan berat.
DEFINISI
Cedera kranioserebral termasuk dalam ruang lingkup cabang ilmu neurotraumatologi, yang
mempelajari/meneliti pengaruh trauma terhadap sel otak secara struktural maupun fungsional
dan akibatnya baik pada masa akut maupun sesudahnya. Akibat trauma dapat terjadi pada masa
akut (kerusakan primer) dan sesudahnya (kerusakan sekunder), oleh karena itu manajemen
segera dan intervensi lanjut harus sudah dilaksanakan sejak saat awal kejadian guna
mencegah/meminimalkan kematian maupun kecacatan pasien.
SKDI
Fraktur : 3B
EDH : 2

Anda mungkin juga menyukai