Anda di halaman 1dari 84

1

AGAMA

FILSAFAT KETUHANAN DAN TUHAN


1 YANG MAHA ESA

Pendahuluan : Falsafah dapat diartikan sebagai suatu kecintaan kepada


kebijaksanaan.
Kata lain dari filsafat adalah hakikat dan hikmah

Tujuan Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa mampu

Pembelajaran : memahami Filsafat Ketuhanan dan Tuhan Yang Maha Esa


Umum

Tujuan Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa mampu :

Pembelajaran : 1. Menjelaskan tentang Falsafah Agama


2. Menjelaskan Fungsi agama bagi kehidupan
Khusus
3. Menjelaskan Prinsip Kehidupan
4.Menjelaskan Sumber ajaran agama

Strategi : 1. Ceramah

Pembelajaran 2. Tanya Jawab

Waktu : T : 50 menit
Pengajar : Tim Dosen Agama
Evaluasi : Cognitive test :
Pembelajaran a. Multiple choice
b. Essay
c. Studi kasus

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


2
AGAMA

Referensi : 1. Manawa Dharma Sastra : Gede Pudja dan Tjokorda Rai Sudharta
2. Sumber-sumber lain yang mendukung

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


3
AGAMA

URAIAN MATERI

A. Keimanan dan Ketakwaan

1. Pengertian Iman

Secara etimologi, iman artinya percaya. Oleh sebab itu, setiap ajaran Islam yang

berhubungan dengan kepercayaan disebut dengan iman. Dengan demikian, iman

mengambil pusat kesadarannya di dalam hati manusia.

Ulama memberikan terminologi iman dengan beragam istilah. Namun demikian,

disepakati bahwa keimanan itu diawali dari pengikraran seseorang terhadap asas

keimanan tersebut dengan lisan, membenarkan dengan sepenuh hati tanpa keraguan,

dan merealisasikan tuntutan-tuntutan keimanan itu dengan anggota tubuh. Inilah

kerangka dasar iman yang disepakati Ahli Sunnah Wa al-Jamaah.

Mengikrarkan dengan lisan berarti mengucapkan dua kalimah syahadat, yaitu

bersaksi tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah

utusan Allah. Dua kalimat syahadat merupakan pintu gerbang seseorang yang masuk

islam.

Membenarkan dengan hati adalah meyakini sepenuhnya makna dua kalimah syahadat

yang diucapkannya dan segala ajaran-ajaran yang ditimbulkan syahadat tersebut.

Dengan demikian, ketika seseorang mengikrarkan dua kalimah syahadat tetapi ia tidak

meyakini di dalam hatinya hakikat dari ikrarnya tersebut makaia tergolong seorang

munafik. Orang munafik dalam hal keimanan lebih berbahaya dari orang kafir.

Merealisasikan tuntutan keimanan berarti tunduk dan patuh kepada segala ajaran-

ajaran yang ditimbulkan keimanan dengan cara melaksanakannya. Oleh sebab itu, ia

akan menempatkan ajaran-ajaran wajib pada kedudukan wajib, ajaran-ajaran yang

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


4
AGAMA

sunnat pada kedudukan sunat, larangan-larangan yang haram pada posisi haram,

larangan-larangan makruh (dibenci Allah) pada posisi makruh, dan hal-hal yang mubah

(boleh) pada kedudukan boleh dilaksanakan dan boleh ditinggalkan.

2. Wujud Iman

Di dalam Islam, wujud iman seseorang diasaskan penegakannya kepada rukun iman.

Keimanan itu diwujudkan ke dalam kepercayaan hati, pengakuan, dan perilakunya. Pada

tingkatan perilaku inilah wujud iman tersebut dapat terlihat.

Iman kepada Allah ialah membenarkan dengan yakin sepenuhnya tanpa sedikitpun

keraguan akan adanya Allah dan keesaan-Nya. Oleh sebab itu, maka setiap Muslim

wajib mempercayai hal-hal berikut:

a. Allah itu esa pada zat

Keesaan Allah pada zat-Nya ialah mengiktikadkan bahwa zat Allah itu tunggal, tiada

terbilang, dan tiada tersusun dari beberapa bagian sebagaimana makhluk-Nya. Zatnya

itu bukan benda, bukan pula terjadi dari beberapa elemen material. Manusia tidak

dituntut untuk mengetahui secara detail tentang Zat Allah.

b. Allah itu esa pada sifat

Keesaan Allah pada sifat-Nya ialah mengiktikadkan bahwa tidak ada sesuatu yang

menyamai Allah pada sifat-Nya dan hanya Allah sendirilah yang mempunyai sifat

keutamaan dan kesempurnaan.

c. Allah itu esa pada wujud

Keesaan Allah pada wujud-Nya ialah mengiktikadkan bahwa hanya Allah yang wajib

wujud-Nya, sedang wujud selain Allah adalah mungkin, artinya hanya Allah yang tetap

ada tanpa awal dan tanpa akhir sementara yang lain-Nya berpermulaan dan akan dan

binasa, kecuali yang dikekalkan-Nya.

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


5
AGAMA

d. Allah itu esa pada af’al (perbuatan-Nya)

Keesaan Allah pada af’al ialah mengiktikadkan bahwa Allah yang menjadikan alam,

yang menghidupkan dan mematikan, yang memberi rizeki, yang menyenangkan, dan yang

menyukarkan, yang menyempitkan dan memewahkan. Dia lah yang menghasilkan

terwujudnya segala sesuatu ini.

e. Allah itu esa pada menerima ibadat hamba-Nya

Keesaan Allah pada menerima ibadat hamba-Nya ialah mengiktikadkan bahwa hanya

Allah yang berhak menerima ibadat hamba. Dialah yang berhak disembah, diibadati,

baik dengan doa maupun dengan amaliah yang lain yang termasuk ibadah.

f. Allah itu esa dalam menyelesaikan segala hajat dan keperluan makhluk

Allah tidak berhajat kepada apa dan siapa pun. Oleh sebab itu, ketika seorang

hamba menginginkan sesuatu yang berada di luar kemampuan makhluk, maka ia harus

menujukan permohonannya kepada Allah.

g. Allah itu esa dalam membataskan batasan-batasan hukum

Allah lah yang berhak menghalalkan dan mengharamkan sesuatu, baik melalui

firman-Nya di dalam Alquran maupun melalui Nabi-Nya di dalam Sunnah. Oleh sebab

itu, segala produk hukum syari’ah harus mengacu kepada Alquran dan Sunnah.

Iman kepada malaikat, seorang mukmin wajib mengakui dan mengimani adanya .

Mereka adalah makhluk Allah yang senantiasa taat kepada perintah-Nya dan tidak

pernah melakukan maksiat sedikitpun, sebagaimana firman Allah di bawah ini:


‫ע يعصون هللا مآأمرهم ويفعلون ما ېؤمرون‬
Artinya: Malaikat-malaikat tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS.

At-tahrim: 6)

Para malaikat memiliki tugas-tugas tertentu seperti menyampaikan wahyu kepada

para Rasul, mengatur cuaca, mencabut nyawa, menulis amal perbuatan makhluk,

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


6
AGAMA

menjaga surga dan neraka, dan lainnya. Oleh sebab itu seorang mukmin wajib

mewujudkan keimanan ini di dalam hatinya dan perilakunya.

Iman kepada kitab-kitab Allah adalah membenarkan bahwa seluruh kitab-kitab

yang diturunkan itu datangnya dari Allah. Wujud keimanan kepada kitab Allah adalah

menjadikan Alquran sebagai pedoman hidup di dalam segala aspek dan dimensi

kehidupannya, baik untuk pribadi, keluarga, masyarakat, maupun untuk bernegara.

Umat islam diwajibkan untuk mengikuti pesan-pesan ayat Alquran baik pada lahir

maupun bathin dan tidak boleh berpaling.

Iman kepada para rasul adalah membenarkan dengan sesungguhnya bahwa Allah

mengutus kepada umat ini seorang rasul untuk membimbing mereka. Tugas utama

seorang rasul adalah mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah dan menjauhi

kesyirikan serta menjalankan syariat yang dibawanya. Para rasul dibekali oleh Allah

dengan mukjizat untuk mengukuhkan kerasulannya. Mukjizat adalah sesuatu yang

menyelisihi kebiasaan yang terjadi disertai dengan tantangan kepada orang yang

menentangnya. Mukjizat itu bisa berbentuk hal-hal yang nyata yang dapat disaksikan

oleh mata dan didengar oleh telinga. Namun bisa juga berbentuk yang lain seperti

Alquran.

Wujud iman kepada Rasullah adalah melaksanakan segala Sunahnya dan menjauhi

sehala kreasi (bidah) atas ajarannya. Sunnah adalah setiap perkataan, perbuatan, dan

pengakuan Nabi. Kedudukan Sunah terhadap Alquran adalah sebagai penjelas, penetap

syariat yang tidak dikemukakan secara jelas di dalam Alquran.

Iman kepada hari akhir adalah meyakini sepenuh hati tanpa keraguan sedikitpun

bahwa hari kiamat akan terjadi. Munculnya hari kiamat merupakan waktu berakhirnya

dunia ini. Ditemukan dalam sejumlah hadis yang menggambarkan tanda-tanda akan

terjadinya hari kiamat. Salah satunya adalah jika hamba sahaya melahirkan

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


7
AGAMA

majikannya. Pada hakikatnya, tidak ada yang mengetahui secara persis kapan

terjadinya hari kiamat kecuali Allah. Wujud iman seseorang terhadap hari kiamat

dapat dilihat dari kesiapannya untuk membekali diri menyongsong hari tersebut. Ketika

ia benar-benar beriman dengan hari yang dahsyat itu maka ia akan melaksanakan

perintah Allah dan Rasul serta menjauhi larangan-larangan Allah dan Rasul-Nya.

Rukun iman terakhir adalah percaya kepada qadar dan qadha Allah. Qadar adalah

ketentuan Allah, sementara qadha merupakan ketetapan-Nya untuk mewujudkan

qadar-Nya. Beriman kepada qadar dan qadha Allah akan menjadikan seseorang sadar

bahwa ia tidak memiliki kemampuan apa pun dan tidak mengetahui sedikitpun tentang

jalan kehidupannya dan seluruh makhluk ini. Oleh sebab itu, ia harus berikhtiar untuk

terus menjalani hidup ini sesuai dengan perintah Allah. Ia akan berada di atas tatanan

sunatullah dan syariat-Nya.

3. Proses Terbentuknya Iman

Iman merupakan kepercayaan yang kukuh di dalam hati terhadap sesuatu iman

dalam syari’at Islam adalah mengikrarkan asas keimanan itu dengan lisan, -syahadatain,

-membenarkannya dengan hati, dan merealisasikan tuntutan-tuntutan keimanan itu

dengan anggota tubuh. Proses terbentuknya iman itu dilalui dengan kesadaran untuk

mengikrarkan sesuatu karena keyakinan yang kuat di dalam hati. Ikrar itu lahir dari

desakan, kesadaran, dan keyakinan hati. Sehingga, hal itu membentuk keyakinan yang

disebut dengan iman. Keyakinan yang kuat itu akan melahirkan ketundukan dan

kepatuhan untuk melaksanakan segala perintah yang diasaskan oleh asas-asas

keyakinan dan kesadaran terhadap iman.

Iman tidak muncul dengan sendirinnya tanpa ada sesuatu yang mempengaruhi

seseorang untuk beriman. Pengaruh yang paling penting adalah kesadaran yang

dilandasi ilmu dan pengetahuan seseorang tentang sesuatu yang diimaninya. Seseorang

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


8
AGAMA

yang beriman tanpa memiliki landasan ilmu untuk mempertahankan dan memupuk

keimanannya, maka iman seperti itu tidak akan kukuh dan rentan terhadap agresi

kepercayaan yang ditawarkan oleh keyakinan agama lain.

Nabi Muhammad menjelaskan bahwa iman dapat bertambah dan berkurang. Oleh

sebab itu iman harus terus dipupul dan ditumbuhkan di dalam hati dan diterapkan

dalam amaliah manusia. Iman akan semakin mantap ketika seseorang terus menambah

ilmu dan mengamalkan serta mengajarkannya kepada orang lain dengan ikhlas hanya

untuk mencari rida Allah.

4. Tanda-tanda Orang Beriman

Orang beriman adalah orang yang mengamalkan segala kosekuensi dan tuntutan

keimanannya. Ia tidak berperilaku ganda seperti orang munafik, lain di hati lain di

bibir. Demikian pula ia tidak berprilaku seperti orang yang fasik, beriman di dalam hati

tetapi tetap bermaksiat kepada Allah.

Dalam Alquran banyak ditemukan tanda-tanda orang beriman, misalnya surah at-

Taubah ayat 71:


‫والمؤمنون والمؤمنت بعضهم أوليآء بعض يعمرون بالمعروف وېنهون عن المنكر وېقيمون الصلوة وېؤتون ٱلزكوة ويطيعون‬
‫ٱهلل ورسوله وأولۑك سيرحمهم هللا إناهلل عزيز حكيم‬

Artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka

(adalah menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan)

yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan salat, menunaikan zakat dan

mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;

sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Berdasarkan ayat di atas, ada lima kriteria (sifat-sifat) orang mukmin, yaitu:

Orang mukmin merupakan orang yang menjadikan walinya sesama orang yang

beriman. Loyalitas terhadap sesama Mukmin merupakan kewajiban dan melepaskan diri

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


9
AGAMA

dari ikatan loyalitas terhadap orang kafir menjadi keniscayaan bagi setiap Mukmin.

Bukan berarti kita harus memerangi setiap orang kafir.

Orang yang beriman adalah orang yang aktif melakukan amar ma’aruf dan nahyi

munkar. Ia menyuarakan kebenaran secara terus-menerus bukan secara musiman saja

seperti pada bulan ramadhan saja, atau pada momentum hari-hari besar Islam semata.

Melakukan amar ma’ruf dan nahyi munkar haruslah dengan tuntutan syar’i. Sebab jika

dilakukan tanpa tuntutan syar’i, maka justru dapat terjebak kepada kemungkaran yang

baru.

Orang beriman adalah orang yang menegakkan salat. Artinya, seseorang Mukmin akan

tetap konsisten dengan salatnya. Tidak dikatakan seseorang itu memiliki kriteria

mukmin, jika ia tidak melaksanakan salat secara istiqomah pada setiap waktu-waktu

yang diwajibkan untuk salat.

Orang Mukmin adalah orang yang memberikan atau mengeluarkan zakatnya, baik itu

zakat fitrah maupun zakat mal (harta). Oleh sebab itu, bagi orang-orang memiliki

harta dan haul (waktu) serta nishab (ukuran banyak atau jumlah)-nya telah sampai

maka ia wajib mengeluarkan zakat mal-nya kepada orang yang berhak menerima zakat

sesuai dengan ashnaf-nya.

Semua perilaku dan ibadah di atas, adalah dalam rangka menaati Allah dan Rasul-

Nya. Oleh sebab itu, bagi orang Mukmin maka setiap prilakunya adalah dalam koridor

taat kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan dengan tujuan tertentu selain dalam kerangka

ini.

Seseorang belum dapat dikatakan beriman ketika akalnya tidak memahami kepada

siapa dia beriman. Akal yang tidak memahami hal ini adalah akal yang belum

tercerahkan oleh iman yang kukuh. Orang yang beriman adalah orang yang mampu

memahami hakikat imannya kepada Allah secara intelektual untuk memperkokoh

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


10
AGAMA

keimanannya terhadap rububiyah Allah.

Seseorang belum sempurna imannya ketika ia tidak memiliki rasa keterikatan

emosional terhadap imannya tersebut. Orang yang beriman adalah orang yang memiliki

ketajaman rasa diniyah sekaligus mampu mengendalikan emosi syaithaniyah-nya.

Seseorang belum dapat dikatakan beriman ketika hakiikat iman yang diakuinya

tidak terhunjam dengan kukuh di dalam hatinya (qalbu). Orang yang beriman adalah

orang yang di lubuk hatinya (qalbu-nya) tertanam keyakinan tauhid kepada Allah tanpa

keraguan sedikitpun. Ia mengamini Allah tidak hanya sebatas ilmu yaqin dan ainul yaqin,

tetapi telah menghantarkannya kepada haqqul yaqin.

5. Korelasi Antara Iman dan Takwa

Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi, wiqayah, yang berarti takut, menjaga,

memelihara dan melindungi. Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka takwa

dapat diartikan sebagai sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengalaman

ajaran agama islam secara utuh dan konsisten.

Karakteristik orang orang yang bertakwa yang secara umum dapat dikelompokkan

ke dalam lima indikator ketakwaan:

Pertama, iman kepada Allah, para malaikat, kitab kitab dan para nabi. Dengan kata

lain, instrumen ketakwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah

iman.

Kedua, mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang

orang miskin, orang orang yang putus belanja di perjalanan, orang orang yang meminta

dana, orang orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban dan

memerdekakan hamba sahaya.

Ketiga, mendirikan salat dan menunaikan zakat. Dengan kata lain, orang yang

bertakwa adalah orang yang memelihara ibadah formalnya dengan baik dan konsisten.

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


11
AGAMA

Keempat, menepati janji yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan

diri.

Kelima, sabar pada saat kepayahan, kesusahan, dan pada waktu perang. Dengan kata

lain, ia memiliki semangat juang dalam memelihara agama dan harga dirinya.

Dua kecenderungan sikap terhadap lima indikator di atas:

Sikap konsisten memelihara hubungan secara vertikal dengan Allah, yang

diwujudkan melalui iktikad dan keyakinan yang lurus, ketulusan dalam menjalankan

ibadah dan kepatuhan terhadap ketentuan terhadap aturan yang dibuatnya.

Memelihara hubungan secara horizontal, yakni cinta dan kasih sayang kepada

sesama umat manusia.

Seorang yang takwa (mutaqqi) adalah orang yang menghambakan dirinya hanya

kepada Allah bukan kepada mahluk. Ia selalu menjaga hubungan dengan Allah setiap

saat. Memelihara hubungan dengan allah terus menerus akan menjadi kendali dirinya

sehingga dapat menghindari dari kejahatan dan kemungkaran serta membuatnya

konsisten terhadap aturan aturan Allah. Karena itu inti ketaqwan adalah melaksanakan

perintah Allah dan menjauhi laranganya. Memelihara hubungan dengan Allah dimulai

dengan melaksanakan tugas penghambaan dengan melaksanakan ibadah secara sungguh-

sungguh (khusuk) dan ikhlas. Memelihara hubungan dengan Allah dilakukan juga dengan

menjauhi perbuatan yang di larang Allah, yaitu perbuatan dosa dan kemungkaran.

Melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah pada dasarnya adalah bentuk

bentuk perilaku yang lahir dari pengadilan hawa nafsu yang ada dalam dirinya.

B. Filsafat Ketuhanan

1. Siapakah Tuhan Itu

Kata tuhan di dalam bahasa Indonesia disemaknakan dengan kata ilah atau rabb

dalam bahasa Arab. ilah dalam bahasa arab berarti sesuatu yang disembah atau

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


12
AGAMA

diibadahi, sementara rabb berarti pendidik, pemilik, pembuat kemaslahatan, ditaati,

dan disembah. Makna tuhan dalam cakupan kata ilah dan rabb di atas, ditemukan

secara objektif di dalam ajaran Islam. Tuhan adalah Allah yang disembah, diibadahi,

ditaati, pencipta, pemilik, dan Zat yang mengajari mahluk-Nya.

Di dalam agama agama primitif seperti agama dinamisme, animisme, dan politisme,

juga menyakini adanya kekuatan gaib yang berkuasa. Pada masyarakat dinamis dan

animisme ditemukan bahwa mereka percaya kepada keberadaan kekuatan alam yang

melebihi kekuatan manusia. Pada masyarakat poleteisme, kepercayan-kepercayaaan

kepada kekuatan gaib dan roh-roh yang ditemukan sebelumnya, yaitu dinamisme,

animisme, meningkat menjadi kepercayaan kepada dewi dewi. Oleh sebab itu, ritual di

dalam kepercayaan ini mengharuskan adanya penyembahan kepada para dewi-dewi

tersebut.

Selain henoteisme dikenal pula adanya kepercayaan kepada tuhan yang satu,

tunggal, dan tidak berbilang. Kepercayaan ini disebut monoteisme. Islam adalah agama

yang paling konsisten dengan monoteisme, tetapi islam bukan agama yang berevolusi

dari dinamisme, animisme, politeisme, honoteisme, kemenoteisme. Islam adalah agama

wahyu yang tidak memiliki evolusi tentang konsep ketuhanananya.

2. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan

Dalam sejarah kepercayaan umat manusia tercacat beberapa sistem kepercayaan

kepada yang gaib, yaitu dinamisme, animisme, politeisme, henetoisme dan monoteisme.

Menurut para ahli antropologi agama bahwa sejarah kepercayaan itu memeiliki evolusi,

yaitu dari dinamisme ke animisme, dan seterusnya kepada monoteisme. Namun teori ini

banyak mendapat tantangan teori tentang sejarah manusia yang digagas oleh frazer,

yaitu fase magic, agama, dan ilmu.

Berkenaan dengan teori perkembangan kepercayaan manusia, paling tidak dapat

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


13
AGAMA

ditemukan dua teori. Pertama mengatakan bahwa kepercayaan manusia pada awalnya

sangat sederhana dan bersahaja menuju pada kepercayaan yang lebih tinggi sesuai

dengan perkembangan kemajuan peradabannya. Teori ini dipelopori oleh E.B. Tylor,

yang menyebutkan bahwa perkembangan alam dan sosial bergerak dari bentuk yang

lebih rendah menuju bentuk yang lebih tinggi dan dari yang sederhana menjadi yang

lebih kompleks.

Teori kedua menyatakan bahwa kepercayaan manusia yang paling perdana adalah

monoteisme murni, tetapi karena perjalanan hidup manusia, maka kepercayaan

tersebut menjadi kabur dan dimasuki oleh kepercayaan animisme dan politeisme.

3. Tuhan Menurut Agama agama

Dalam konteks kepercayaan kepada tuhan para ahli filsafat juga turut serta dalam

meramaikan pembicaraan ini. Memang pada awalnya, pembahasan filsafat yang pertama

kali muncul adalah masalah metafisika,yaitu dari mana asal usul alam dan apa zat yang

menjadi dasar alam. Sebagai filodof yunani berpendapat bahwa alam berasal dari salah

satu unsur atau gabungan dari beberapa unsur alam. Thales mengatakan bahwa alam

berasal dari air, sedangkan Anaximandros mengatakan bahwa alam berasal dari udara.

Empedokles yang datang kemudian berpendapat bahwa alam terdiri atas gabungan

empat unsur yang pokok,yaitu udara,air,api dan tanah.

Selain itu, muncul pula plato dan aristoteles, mereka mengemukakan pendapat yang

sudah sampai memikirkan realitas di luar alam, yaitu zat yang berbeda dengan alam,

bersifat immateri, abadi, satu dan sempurna. Plato menanamkanya dengan idea

kebaikan dan aristoteles menyebutnya dengan sebab utama atau penggerak yang tidak

bergerak. Kendati para filosof telah mampu mengetahui realita tertinggi sebagai

sebab dari semua wujud, realitas itu belum menjadi suatu konsep yang utuh

sebagaimana dalam agama. Dalam peikiran filsafat,realitas tertinggi itu merupakan ide

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


14
AGAMA

manusia dan keniscayaan logis dari pemikir. Namun, realitas itu belum disebut dengan

tuhan yang personal, tetapi tuhan yang impersonal.

Tuhan yang personal terdapat dalam paham agama agama, seperti yahudi, kristen,

dan islam. Konsep Tuhan dalam agama ini jelas identitas diri-Nya dan aktif serta

memiliki berbagai sifat kesempurnaan. Tuhan personal bukan hasil ide atau pikiran

manusia, tetapi diketahui dari informasi wahyu yang dibawa oleh para rasul Tuhan.

Sifat–sifat Tuhan tercantum dalam kitab suci, yaitu Tuhan adalah pencipta alam

semesta sekaligus memeliharanya. Di samping itu, Tuhan menurut kitab suci, maha tahu

dan maha berkuasa. Berbeda halnya dengan pemahaman tentang Tuhan yang impersonal

tidak mementingkan apakah Tuhan itu pencipta atau tidak. Aktifitas tuhan di dunia,

dalam pandangan tuhan yang impersonal, tidak diperlukan karena akan mengurangi

kesempurnaan-Nya.

4. Pembuktiaan Wujud Tuhan

Dalam ilmu tauhid kesadaran untuk melakukan perenungan dan penelitian guna

memperkukuh keimanan disebut dengan nazhar. Nazhar adalah upaya seseorang untuk

merenung hakikat kehidupan, siapa penciptanya dan mengapa pula ia diciptakan. Nazhar

tersebut akan menghantarkannya pada pengetahuan atas kenisbian dirinya dan alam

sekitarnya. Kenisbian itu akan membawanya pula untuk memahami adanya yang mutlak

yang menguasai, mengatur dan menciptakan segala sesuatu yang nisbi tersebut.

Kesadaran kesadaran seperti ini mengantarkan manusia untuk mengimani adanya tuhan

yang menguasai dan mencipta alam semesta ini.

Kendatipun dirinya dan mahluk sekitarnya adalah nisbi, tetapi semua itu bukanlah

sesuatu yang sederhana. Ia akan menyaksikan betapa tata surya dan planet-planet

yang ada di angkasa tertata dengan baik dan berjalan dalam suatu sistem dan

mekanisme yang teratur dalam milyaran tahun. Ini bukan hal yang mudah dan kebetulan

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


15
AGAMA

dan tercipta dengan sendirinya. Sebab dalam pandangan empiris manusia, keteraturan

sebuah sistem tidaklah muncul begitu saja tanpa adanya yang merancang dan

mewujudkan rancangan itu. Di sini ia aakan menemukan bahwa alam semesta ini

bukanlah sesuatu yang tercipta dengan sendirinya secara kebetulan tanpa ada yang

mencipta dan mengaturnya.

Selain dalil teleologis ditemukian lagi argumen kosmologis, yaitu argumen sebab

akibat. Alam adalah bersifat mungkin dan bukan wajib. Artinya, alam adalah akibat,

setiap akibat tentu adayang mengakibatkan atau sebabnya. Sesuatu yang menjadi

sebab tentu wajib ada sebelum terjadinya akibat.

Ketika kesadaran tentang Tuhan telah mewujudkan keimanan pada diri seseorang,

maka ia akan berupaya menemukan bagaimana hubungan hubungan mahluk ini dengan

tugasnya dapat dilakukan. Di sini ia akan dihadapkan pada agama dan beberapa

kepercayaan. Agama menawarkan bentuk bentuk hubungan atau ibadah kepada tuhan

serta hal hal lain yang terkait dengan kepercayaan. Namun dalam hal ini Islam tidak

saja mengajak manusia untuk beribadah dan beriman kepada Allah, namun juga ia

adalah sistem kehidupan yang mengatur segala aspek kehidupan manusia.

1.2 FUNGSI AGAMA BAGI KEHIDUPAN

Ada beberapaalasantentangmengapa agama itusangatpentingdalam

kehidupanmanusia, antara lain adalah :

1. Karena agama merupakansumber moral

2. Karena agama merupakanpetunjukkebenaran

3. Karena agama merupakansumberinformasitentangmasalahmetafisika

4. Karena agama memberikanbimbinganrohanibagimanusiabaik di kala

suka, maupun di kaladuka.

1.3 PRINSIP AGAMA BAGI KEHIDUPAN

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


16
AGAMA

Padadasarnyaprinsip-prinsipkehidupandalamberagamasecara global

dapatdikelompokkanmenjadi 2 (dua) prinsiputama, yaitu: Pertama, Selalu

merujukkepada al-Qur’an dan al-Haditsdalammenjalanikehidupanini.

Kedua, Peningkataniman, ibadahdanmujahadah.

1.4 Sumber ajaran agama

Sumber ajaran Islam (Hukum Islam, Syariat Islam) ituadatiga, yakni Al-Quran,

As-Sunnah, dan Ijtihad. Yang pertama dankeduaasalnyalangsungdari Allah

SWT danNabi Muhammad Saw. Sedangkan yang ketigamerupakanhasil

pemikiranumat Islam, yakniparaulamamujtahid (yang berijtihad), dengantetap

mengacukepada Al-Quran dan As-Sunnah.

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


17
AGAMA

HAKIKAT, MARTABAT DAN TANGGUNG


2 JAWAB MANUSIA

Pendahuluan : Tidaklah diciptakan manusia melainkan supaya menyembah atau


beribadah kepada Allah, baik sebagai makhluk individual, makhluk social.
Bertanggung jawab atas keseimbangan keduanya, baik sebagai khalifah
ataupun sebagai hamba Allah dengan melaksanakan kewajiban –
kewajibannya untuk memperoleh hak - haknya.
Marabat dan derajat manusia dibanding makhluk lainnya ialah yang paling
tinggi karena dibekali akal untuk berpikir, hati untuk merasakan, serta
nafsu atau keinginan sebagai pendorong.

Tujuan Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa mampu memahami


Hakikat, martabat dan Tanggung Jawab Manusia
Pembelajaran:
Umum

Tujuan Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan tentang Hakikat, martabat dan Tanggung Jawab Manusia
Pembelajaran
2. Menjelaskan Fungsi Hakikat, martabat dan Tanggung Jawab Manusia
Khusus

Strategi 1. Ceramah
2. Tanya Jawab
Pembelajaran

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


18
AGAMA

Waktu : 1 X 50 M
: Fara Imelda Theresia Patty, SST
Pengajar
Dr. Saipul Hamdi, MA
Rahmawati, Amd. Keb

Evaluasi Cognitive test :

Pembelajaran d. Multiple choice


e. Essay
f. Studi kasus

Referensi 1. Abdul Majid, Filsafat Islam Majelis Tarqih, PPN


2. Dasar-Dasar Agama Islam, buku Pendidikan Agama Islam Pada
Perguruan Tinggi oleh tim PT. Bulan Bintang.
3. Manawa Dharma Sastra : Gede Pudja dan Tjokorda Rai Sudharta
4. Sumber-sumber lain yang mendukung

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


19
AGAMA

URAIAN MATERI

MANUSIA

Manusia adalah makhluk ciptaan ALLAH swt yang paling sempurna dibandingkan

dengan makhluk lainnya.Karena manusia mempunyai akal dan pikiran untuk berfikir secara

logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri dengan perbuatan yang tidak dilakukan, dan kita

bisa memilih perbuatan mana yang baik (positif) atau buruk (negatif) buat diri kita

sendiri.Bukan hanya itu saja pengertian manusia secara umum adalah manusia sebagai

makhluk pribadi dan makhluk sosial.Karena bukan hanya diri sendiri saja tetapi manusia

perlu bantuan dari orang lain. Maka sebab itu manusia adalah makhluk pribadi sekaligus

makhluk sosial.

A. Hakikat Manusia

Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah,

alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki

berbagai kemampuan.Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah

diberikan Allah Swt.

Dengan demikian al-Quran tidak berbicara tentang proses penciptaan manusia

pertama. Yang dibicarakan secara terinci namun dalam ungkapan yang tersebar adalah

proses terciptanya manusia dari tanah, saripati makanan, air yang kotor yang keluar dari

tulang sulbi, alaqah, berkembang menjadi mudgah, ditiupkannya ruh, kemudian lahir ke dunia

setelah berproses dalam rahim ibu.

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


20
AGAMA

B. Martabat Manusia

Martabat saling berkaitan dengan maqam, maksud nya adalah secara dasarnya

maqam merupakan tingkatan martabat seseorang hamba terhadap khalikNya, yang juga

merupakan sesuatu keadaan tingkatannya seseorang sufi di hadapan tuhannya pada saat

dalam perjalanan spritual dalam beribadah kepada Allah Swt.

Maqam ini terdiri dari beberapa tingkat atau tahapan seseorang dalam hasil

ibadahnya yang di wujudkan dengan pelaksanaan dzikir pada tingkatan maqam tersebut,

secara umum dalam thariqat naqsyabandi tingkatan maqam ini jumlahnya ada 7 (tujuh), yang

di kenal juga dengan nama martabat tujuh, seseorang hamba yang menempuh perjalanan

dzikir ini biasanya melalui bimbingan dari seseorang yang alim yang paham akan isi dari

maqam ini setiap tingkatnya, seseorang hamba tidak di benarkan sembarangan menggunakan

tahapan maqam ini sebelum menyelesaikan atau ada hasilnya pada riyadhah dzikir pada

setiap maqam, ia harus ada mendapat hasil dari amalan pada maqam tersebut.

Tingkat martabat seseorang hamba di hadapan Allah Swt mesti melalui beberapa

proses sebagai berikut :

1. Taubat;

2. Memelihara diri dari perbuatan yang makruh, syubhat dan apalagi yang haram;

3. Merasa miskin diri dari segalanya;

4. Meninggalkan akan kesenangan dunia yang dapat merintangi hati terhadap tuhan

yang maha esa;

5. Meningkatkan kesabaran terhadap takdirNya;

6. Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal kepadaNya;

7. Melazimkan muraqabah (mengawasi atau instropeksi diri);

8. Melazimkan renungan terhadap kebesaran Allah Swt;

9. Meningkatkan hampir atau kedekatan diri terhadapNya dengan cara menetapkan

ingatan kepadaNya;

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


21
AGAMA

10. Mempunyai rasa takut, dan rasa takut ini hanya kepada Allah Swt saja.

Dengan melalui latihan di atas melalui amalan dzikir pada maqamat, maka seseorang

hamba akan muncul sifat berikut :

1. Ketenangan jiwa;

2. Harap kepada Allah Swt;

3. Selalu rindu kepadaNya dan suka meningkatkan ibadahnya;

4. Muhibbah, cinta kepada Allah Swt.

C. Tanggung Jawab Manusia

Manusia di dalam hidupnya disamping sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu, juga

merupakan makhluk sosial.Di mana dalam kehidupannya di bebani tanggung jawab,

mempunyai hak dan kewajiiban, dituntut pengabdian dan pengorbanan.

Tanggung jawab itu sendiri merupakan sifat yang mendasar dalam diri

manusia.Selaras dengan fitrah.Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal.Setiap individu

memiliki sifat ini.Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin

meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak

bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab.

Inilah yang menyebabkan frekuensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda,

Tanggung jawab mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan. Tanggung jawab juga

berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.

Macam-Macam Tanggung Jawab

a. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri

Manusia dalam hidupnya mempunyai “harga”, sebagai mana kehidupan manusia

mempunyai beban dan tanggung jawab masing-masing.

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


22
AGAMA

b. Tanggung jawab terhadap keluarga

Keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota

keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya.

c. Tanggung jawab terhadap masyarakat

Pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, sesuai dengan

kedudukanya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain, maka ia harus

berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini

merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota

masyarakat yang lain agar dapat melangsunggkan hidupnya dalam masyarakat tersebut.

d. Tanggung jawab terhadap Bangsa / Negara

Suatu kenyataan bahwa setiap manusia, setiap individu adalah warga negara suatu

negara.Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-

norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara.Manusia tidak bisa berbuat semaunya

sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kan kepada

negara.

e. Tanggung jawab terhadap Tuhan

Manusia mempunyai tanggung jawab langsung kepada Tuhan.Sehingga tindakan

manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab

suci melalui berbagai macam agama.

AGAMA SEBAGAI MORAL,


3 AKHLAKMULIADALAMKEHIDUPAN

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


23
AGAMA

Pendahuluan : Akhlak mulia adalah akhlak yang sesuai dengan ketentuan-


ketentuanan yang diajarkan Allah danRasul-Nya sedangkan
akhlak tercelaialah yang tidak sesuai dengan ketentuan-
ketentuan Allah dan rasul-Nya

Tujuan : Setelahmempelajarimodulinidiharapkanmahasiswamampu
Pembelajaran Umum memahamiAgama sebagai moral,
akhlakmuliadalamkehidupan.

TujuanPembelajaran : Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa


Khusus mampu :
1. Menjelaskan tentang Agama sebagai moral dalam
kehidupan
2. Menjelaskan tentang Agama sebagai akhlak yang mulia
dalam penerapak kehidupan
3.Menjelaskan tentang Keluarg asejahtera (Sakinah)

StrategiPembelajara : 1. Ceramah

n 2. Tanya Jawab

Waktu : T : 50 menit
Pengajar : Fara Imelda Theresia Patty, SST
Dr. Saipul Hamdi, MA
Rahmawati, Amd. Keb

EvaluasiPembelajara : Cognitive test :


n a. Multiple choice

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


24
AGAMA

b. Essay
c. Studi kasus

Referensi : 1. Abdul Majid, Filsafat Islam Majelis Tarqih, PPN


2. Dasar-Dasar Agama Islam, buku Pendidikan
Agama Islam Pada Perguruan Tinggi oleh tim PT.
Bulan Bintang.
3. Fatuddin H (2002). The Moslem Ummah and
family Planning Movement in Indonesia. BKKBN
4. Kepmendiknas No. 043/DIKTI/Kep/2006 tentang
Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
5. Wiknjosastro, G. (2004). Islam dan Hak-Hak
Kesehatan Reproduksi Perempuan. Modul I
YPKP.
6. Wiknjosastro,G. (2004). Perempuan dan
Agama.YPKP
7. Manawa Dharma Sastra : Gede Pudja dan
Tjokorda Rai Sudharta
8. Sumber-sumber lain yang mendukung

URAIAN MATERI

1. Agama sebagai Sumber Moral

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


25
AGAMA

A. Pengertian Agama

Secara terminologis, Hasby as-Shiddiqi mendefinisikan agama sebagai undang-undang ilahi

yang didatangkan Allah untuk menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia di alam dunia

untuk mencapai kerajaan dunia dan kesentosaan di akhirat. Agama adalah peraturan Tuhan

yang diberikan kepada manusia yang berisi sistem kehidupan manusia untuk mencapai

kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Endang Saefudin Anshari menyimpulkan bahwa agama meliputi: sistem kredo kepercayaan

atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia; sistem ritus tata cara peribadatan

manusia kepada yang mutlak; dan sistem norma atau tata kaidah yang mengatur hubungan

manusia dengan sesame manusia dan hubungan dengan alam lainnya sesuai dan sejalan

dengan tata keimanan.

B. Pengertian Moral, Susila, Budi Pekerti, Akhlak, dan Etika

a) Pengertian Moral

Sidi Gazalba mengartikan moral sebagai kesesuaian dengan ide-ide yang umum diterima

tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Jadi moral adalah tindakan

yang umum sesuai dengan dan diterima oleh lingkungan tertentu atau kesatuan sosial

tertentu.

Dengan demikian moral dapat diartikan dengan “menyangkut baik buruknya manusia sebagai

manusia,” moralitas dapat diartikan dengan “keseluruhan norma-norma dan nilai-nilai dan

sikap moral seseorang atau masyarakat. Moral mengacu pada baik buruk perilaku bukan

pada fisik seseorang.

b) Pengertian Susila dan Budi Pekerti

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


26
AGAMA

Secara terminology, susila adalah aturan-aturan hidup yang baik. Orang yang susila adalah

orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang a susila adalah orang yang berkelakuan

buruk. Susila biasanya bersumber pada adat yang berkembang di masyarakat setempat

tentang suatu perbuatan itu tabu atau tidak tabu, layak atau tidak layak. Dengan demikian

susila menunjuk pada arti perilaku baik yang dilakukan seseorang.

Budi secara istilah adalah yang ada pada manusia yang berhubungan dengan kesadaran yang

didorong oleh akal. Sementara pekerti adalaha apa yang terlihat pada manusia karena

didorong oleh perasaan. Budi pekerti adalah perbuatan dari hasil akal dan rasa yang

berwujud pada karsa dan tingkah laku manusia.

c) Pengertian Akhlak

Berikut ini adalah pengertian akhlak secara istilah dari sebagian para ulama:

1) Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlak mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang

biasa dilakukan.

2) Ibn Maskawih dalam kitabnya Tahzib al-Akhlak wa Tathirul A’raq, mendefinisikan

akhlak sebagai “keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-

perbuatan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan sebelumnya”

3) Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin, mendefinisikan akhlak sebagai:

“segala sifat yang tertanam dalam hati, yang menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan

dan mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan.”

Akhlak adalah suatu keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang

melahirkan perbuatan-perbuatan secara langsung dan berturut-turut tanpa memikirkan

pemikiran lebih lanjut.

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


27
AGAMA

Dari beberapa definisi dan uraian singkat di atas, kita dapat mengambil dua hal penting

tentang akhlak, yaitu:

1) Akhlak yang berpangkal pada hati, jiwa, atau kehendak

2) Akhlak merupakan perwujudan perbuatan sebagai kebiasaan (bukan perbuatan yang

dibuat-buat, tetapi sewajarnya).

Dengan demikian akhlak dalam ajaran Islam merupakan perbuatan manusia sebagai ekspresi

atau ungkapan dari kondisi jiwa. Akhlak meskipun berpangkal dari jiwa tapi ia tidak

berhenti di dalam jiwa saja melainkan ternyatakan dalam perbuatan.

d) Pengertian Etika

Secara istilah etika adalah ilmu yang membicarakan tentang tingkah laku manusia. Sebagian

ahli yang lain mengemukakan definisi etika sebagai teori tentang laku perbuatan manusia

dipandang dari segi nilai baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan akal. Hanya saja ilmu

akhlak atau etika Islam tidak hanya bersumber pada akal, melainkan pula yang terpenting

adalah Al-Qur’an dan Hadits.

C. Hubungan Moral, Susila, Budi Pekerti, Akhlak, dan Etika

Etika (ilmu akhlak) bersifat teoritis sementara moral, susila, akhlak lebih bersifat praktis.

Artinya moral itu berbicara soal mana yang baik dan mana yang buruk, susila berbicara

mana yang tabu dan mana yang tidak tabu, akhlak berbicara soal baik buruk, benar salah,

layak atau tidak layak. Sementara etika lebih berbicara kenapa perbuatan itu dikatakan

baik atau kenapa perbuatan itu buruk. Etika menyelidiki, memikirkan, dan

mempertimbangkan tentang yang baik dan buruk, moral menyatakan ukuran yang baik

tentang tindakan itu dalam kesatuan sosial tertentu. Moral itu hasil dari penelitian etika.

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


28
AGAMA

Akhlak karena bersumber pada wahyu maka ia tidak bisa berubah. Meskipun akhlak dalam

Islam bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah sementara etika, moral, dll. bersumber

pada akal atau budaya setempat, tetap saja bahwa semuanya mempunyai keterkaitan yang

sangat erat. Dalam hal ini akhlak Islam sangat membutuhkan terhadap etika, moral, dan

susila karena Islam mempunyai penghormatan yang besar terhadap penggunaan akal dalam

menjabarkan ajaran-ajaran Islam, dan Islam sangat menghargai budaya suatu masyarakat.

Kalaupun adat local menyimpang, Islam mengajarkan kepada umatnya agar mengubahnya

tidak sekaligus melainkan secara bertahap.

D. Agama Sebagai Sumber Moral

Agama memiliki peranan penting dalam usaha menghapus krisis moral dengan menjadikan

agama sebagai sumber moral. Allah SWT telah memberikan agama sebagai pedoman dalam

menjalani kehidupan di dinia ini. Dalam konteks Islam sumber moral itu adalah Al-Qur’an

dan Hadits.

Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah Agama bahwa ada

beberapa hal yang patut dihayati dan penting dari agama, yaitu:

1) Agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai, tabah, dan tawakal

2) Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi: berani berjuang

menegakkan kebenaran dan keadilan, sabar, dan takut berbuat dosa

3) Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh sifat-sifat mulia

dan terpuji, toleransi, dan manusiawi.

Dengan demikian peran agama sangat penting dalam kehidupan manusia, salah satunya,

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


29
AGAMA

sebagai sumber akhlak. Agama yang diyakini sebagai wahyu dari Tuhan sangat efektif dan

memiliki daya tahan yang kuat dalam mengarahkan manusia agar tidak melakukan tindakan

amoral.

2. Akhlak Mulia dalam Kehidupan

A. Akhlak Mulia dan Akhlak Tercela

Sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang

baik, maka itulah yang dinamakan akhlak mulia. Jika tidak sesuai dengan ketentuan Allah

dan Rasul-Nya, maka dinamakan akhlak tercela.

Menurut Imam Al-Ghazali ada empat sendi yang menjadi dasar bagi perbuatan-perbuatan

baik, yaitu:

1) Kekuatan ilmu yang berwujud hikmah, yaitu bisa menentukan benar dan salah

2) Kekuatan amarah yang wujudnya adalah berani, keadaan kekuatan amarah yang

tunduk kepada akal pada waktu dinyatakan atau dikekang.

3) Kekuatan nafsu syahwat (keinginan) yang wujudnya adalah iffah, yaitu keadaan

syahwat yang terdidik oleh akal.

4) Kekuatan keseimbangan di antara yang tiga di atas.

Empat sendi akhlak tersebut akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik, yaitu jujur, suka

member kepada sesame, tawadu, tabah, berani membela kebenaran, menjaga diri dari hal-

hal yang haram.

Sementara empat sendi-sendi akhlak batin yang tecela adalah :

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


30
AGAMA

1) Keji, pintar busuk, bodoh

2) Tidak bisa dikekang

3) Rakus dan statis

4) Aniaya

Keempat sendi akhlak tercela itu akan melahirkan berbagai perbuatan yang tercela yang

dikendalikan oleh nafsu seperti sombong, khianat, dusta, serakah, malas, kikir, dll. yang

akan mendatangkan malapetaka bagi diri sendiri maupun orang lain.

B. Akhlak Mulia dalam Kehidupan

1) Akhlak kepada Allah

Perwujudan akhlak kepada Allah antara lain :

 Menauhidkan, yaitu mengesakan bahwa Allah adalah pencipta, bahwa Allah yang wajib

disembah oleh kita.

 Beribadah

 Bersyukur

 Berdoa

 Berdzikir

 Tawakal, yaitu sikap pasrah kepada Allah atas ketentuannya sambil berusaha

 Mahabbah (cinta), yaitu merasa dekat dan ingat terus kepada Allah yang diwujudkan

dengan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

2) Akhlak kepada Diri Sendiri

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


31
AGAMA

Perwujudannya yaitu :

 Kreatif dan dinamis

 Sabar

 Benar

 Amanah / Jujur

 Iffah, yaitu menjaga diri dari perbuatan yang

dilarang oleh Allah.

 Tawadu, yaitu sikap rendah hati dan tidak sombong

3) Akhlak kepada Ibu, Bapak, dan Keluarga

Perwujudannya yaitu :

 Berbakti kepada kedua orang

tua

 Mendoakan orang tua

 Adil terhadap saudara

 Membina dan mendidik keluarga

 Memelihara keturunan

4) Akhlak terhadap Orang/Masyarakat

Untuk dapat menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, harus disertai dengan akhlak,

antara lain:

 Membangun sikap ukhuwah atau persaudaraan

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


32
AGAMA

 Melakukan silaturahmi

 Ta’awun, yaitu saling tolong menolong dalam hal kebajikan

 Bersikap adil

 Bersikap pemaaf dan penyayang

 Bersikap dermawan

 Menahan amarah dan berkata yang baik (lemah lembut)

 Sikap musawah dalam arti persamaan dalam hidup bermasyarakat maupun persamaan

dalam hukum

 Tasamuh, yaitu saling menghormati

 Bermusyawarah

 Menjalin perdamaian

5) Akhlak kepada Alam

Perwujudannya yaitu :

 Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam

 Memanfaatkan al

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


33
AGAMA

KEWAJIBAN MANUSIA
6

Pendahuluan Sebagai umat muslim (orang yang beragama Islam) kita


memerlukan belajar secara teratur (long live education). Belajar
dalam Islam bertujuan agar kita dapat ilmu untuk hidup di
dunia dan memperoleh bekal untuk di akhirat. Hal-hal penting
tentang ilmu yang harus kita pelajari nantinya akan
berpengaruh dan InsyaAllah dapat menjadi pegangan kita

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


34
AGAMA

selama hidup di dunia yaitu dengan ilmu kita dapat mencari


nafkah untuk kebutuhan hidup.

Ilmu Adalah Bunga-bunga Ibadah . Kita harus memahami


juga untuk apa kita hidup di dunia ini. Allah menciptakan
makhluknya hanya untuk beriman dan bertakwa kepadaNya.
Jadi semua hal di dunia yang telah dan akan kita lakukan,
semua ditujukan hanya pada Allah. Setiap hal di dunia
memerlukan ilmu. Sebab kelebihan yang dimiliki manusia
adalah akal. Dengan akal maka manusia dapat berpikir dan
mempergunakan pikirannya untuk memperoleh dan
mengamalkan ilmu.

Menuntut ilmu sebaiknya jangan dianggap kewajiban


tetapi sebuah kebutuhan yang asasi dan sangat penting.
Menuntut ilmu dapat mengembangkan pola berpikir
seseorang sehingga dapat memudahkan dalam menjalani
kehidupan. Orang yang menghargai ilmu dan
mengamalkannya dengan baik maka hidupnya akan menjadi
damai dan sejahtera. Tak jarang manusia menyepelekan ilmu
sebab untuk menuntut ilmu memerlukan biaya dan waktu
yang lama. Mereka adalah orang-orang yang tidak bisa
membuka hati dan pikirannya untuk menerima ilmu. Apabila
kita telah membuka hati dan pikiran kita untuk menerima
bahwa ilmu itu ada dan berguna, maka dengan sendirinya diri
kita akan terbiasa menuntut ilmu karena kebutuhan hidup
selalu berkaitan dengan ilmu.

Mencari ilmu adalah kebutuhan yang akan menjadi


kewajiban bila sudah ditanamkan dalam hati. Hal tersebut

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


35
AGAMA

sangat penting karena akan menjadi bekal manusia di dunia


dan di akherat. Islam dianggap sebagai agama pemersatu
bangsa dan agama Islam sebagai rahmatan lil alamin. Kita
sebagai umat muslim akan menjadi orang yang merugi bila
tidak menuntut ilmu. Sebab Nabi Muhammad SAW pernah
bersabda : “Tuntutlah ilmu meskipun sampai ke negeri Cina”.
Sabda nabi tersebut menunjukkan bahwa ilmu sangatlah
berharga. Ilmu yang kita miliki baru akan berharga bila sudah
diamalkan di jalan Allah. Dengan demikian kita akan mampu
meningkatkan amal ibadah kita kepada Allah SWT.

Tujuan Mengetahui tentang kewajiban manusia

Pembelajaran
Umum

Tujuan 1. Mengetahui kewajiban menuntut Ilmu Pengetahuan

Pembelajaran Teknologi dan Seni


2. Mengetahui kewajiban mengamalkan Ilmu Pengetahuan,
Khusus
teknologi dan seni.

Strategi 1. Ceramah

Pembelajaran 2. Tanya Jawab

Waktu T : 1 x 50 menit

Pengajar : Fara Imelda Theresia Patty, SST

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


36
AGAMA

Dr. Saipul Hamdi, MA

Rahmawati, Amd. Keb

Evaluasi Cognitive test :

Pembelajaran a. Multiple choice

b. Essay

c. Studi kasus

Referensi 3. Abdul Majid, Filsafat Islam Majelis Tarqih, PPN


4. Dasar-Dasar Agama Islam, buku Pendidikan Agama Islam
Pada Perguruan Tinggi oleh tim PT. Bulan Bintang.
5. Fatuddin H (2002). The Moslem Ummah and family
Planning Movement in Indonesia. BKKBN
6. Kepmendiknas No. 043/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu
Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian di Perguruan Tinggi.
7. Wiknjosastro, G. (2004). Islam dan Hak-Hak Kesehatan
Reproduksi Perempuan. Modul I YPKP.
8. Wiknjosastro,G. (2004). Perempuan dan Agama.YPKP
9. Manawa Dharma Sastra : Gede Pudja dan Tjokorda Rai
Sudharta
10. Sumber-sumber lain yang mendukung

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


37
AGAMA

URAIAN MATERI

1. Perintah Menuntut Ilmu Dalam Islam

Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah

kepada Allah. Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang

ada di Al-Qur’an dan Al-Hadist. Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang

berpegang teguh dan sungguh-sungguh perpedoman pada Al-Qur’an dan Al-

Hadist.

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


38
AGAMA

Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu yang wajib dicari seorang

muslim ada 3, sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun (keutamaan).

Ketiga ilmu tersebut adalah ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang

menghukumi), sunnatun qoimatun (sunnah dari Al-hadist yang menegakkan)

dan faridhotun adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh yang adil)

Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda :

َ ‫َازي ِْر ْال َج ْوه ََر َو للُّؤْ لُ َؤ َو الذَّه‬


‫ (رواه ابن‬.‫َب‬ ِ ‫ض ُع ْال ِع ْل ِم ِع ْندَ َغي ِْر ا َ ْه ِل ِه َك ُم َق ِل ِد ْال َخن‬
ِ ‫ضةٌ َعلَى ُك ِل ُم ْس ِل ٍم َو َو‬
َ ‫ب ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬
ِ َ‫طل‬
َ
)‫مجاه‬

“Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan orang yang meletakkan

ilmu kepada orang yang bukan ahlinya (orang yang enggan untuk menerimanya

dan orang yang menertawakan ilmu agama) seperti orang yang mengalungi

beberapa babi dengan beberapa permata, dan emas. (H.R. Ibnu Majah,Al-

Baihaqi,Anas bin Malik dan lain lain serta Al-Mundiri 28/1)

Juga pada hadist rasulullah yang lain,”carilah ilmu walau sampai ke negeri

cina”.Dalam hadist ini kita tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi dalam

hadist ini rasulullah menyuruh kita mencari ilmu dari berbagai penjuru

dunia.Walau jauh ilmu haru tetap dikejar.

Dalam kitab “ Ta’limul muta’alim” disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut

terlebih dahulu adalah ilmu haal yaitu ilmu yang seketika itu pasti digunakan dn

diamalkan bagi setiap orang yang sudah baligh. Seperti ilmu tauhid dan ilmu

fiqih.Apabila kedua bidang ilmu itu telah dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu

lainya, misalnya ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lainya.

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


39
AGAMA

Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga lebih

mengutamakan ilmu-ilmu umum daripada ilmu agama.Maka anak menjadi orang

yang buta agama dan menyepelekan kewajiban-kewajiban agamanya.Dalam hal ini

orang tua perlu sekali memberikan bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya

mempelajari ilmu-ilmu umum.

Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda, “sedekah yang paling utama

adalah orang islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada

orang lain.”(HR. Ibnu Majah)

Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi orang yang mau menuntut ilmu

kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain. Inilah sedekah yang paling utama

dibanding sedekah harta benda. Ini dikarenakan mengajarkan ilmu, khususnya

ilmu agama, berarti menenan amal yang muta’adi (dapat berkembang) yang

manfaatnya bukan hanya dikenyam orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi

dapat dinikmati orang lain.

2. Keutamaan Orang Berilmu

Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi

Allah dan masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai

gelaran mulia dan terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian

kedudukan mereka di sisi Allah SWT dan makhluk-Nya. Mereka digelari

sebagai “al-Raasikhun fil Ilm” (Al Imran : 7), “Ulul al-Ilmi” (Al Imran : 18),

“Ulul al-Bab” (Al Imran : 190), “al-Basir” dan “as-Sami' “ (Hud : 24), “al-

A'limun” (al-A'nkabut : 43), “al-Ulama” (Fatir : 28), “al-Ahya' “ (Fatir : 35)

dan berbagai nama baik dan gelar mulia lain.

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


40
AGAMA

Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman: "Allah

menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak

disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang

berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia

(yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".

Dalam ayat ini ditegaskan pada golongan orang berilmu bahwa mereka

amat istimewa di sisi Allah SWT . Mereka diangkat sejajar dengan para

malaikat yang menjadi saksi Keesaan Allah SWT. Peringatan Allah dan Rasul-

Nya sangat keras terhadap kalangan yang menyembunyikan kebenaran/ilmu,

sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan

apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan

petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab,

mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua (mahluk) yang dapat

melaknati."(Al-Baqarah: 159)

Rasulullah SAW juga bersabda: "Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu,

akan dikendali mulutnya oleh Allah pada hari kiamat dengan kendali dari api

neraka." (HR Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau. Juga diriwayatkan oleh

Al-Hakim. Al Hakim dan adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits ini sahih)

Jadi setiap orang yang berilmu harus mengamalkan ilmunya agar ilmu yang ia

peroleh dapat bermanfaat. Misalnya dengan cara mengajar atau mengamalkan

pengetahuanya untuk hal-hal yang bermanfaat.

3. Kewajiban Mengamalkan Ilmu

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


41
AGAMA

Banyak orang menuntut ilmu yang tidak diamalkan,ilmunya menjadi sia-sia

hanya digunakan untuk menunjukan kehebatan dan keutamaan dirinya,serta

untuk tujuan yang berbau keduniaan.

Amalkan ilmumu bila engkau ingin selamat dari adzab Allah. Dalam

mengamalkan ilmu kita harus memperhatikan hal-hal berikut,diantaranya :

a. Jangan melihat tempat dan waktu dalam mengamalkan ilmu

b. Meskipun sedikit amalkan ilmumu,

Dikisahkan ,sesungguhnya Al – Junaid setelah meninggal dunia ada

seorang yang bermimpi bertemu dia,lalu ia bertanya kepada Al – junaid :

“Wahai Abu Qasim (imam junaid), bagaimana keadaanmu setelah meninggal?

,Al – Junaid menjawab,”Aduh … kebaikan yang aku lakukan hilang

semuanya,dan seluruh isyarah amal-amal itu juga hilang tidak ada manfa’atnya

sedikitpun ,kecuali beberapa rakaat yang aku lakukan di tengah malam”.

Keterangan Al- Junaid membuktikan bahwa derajat seseorang disisi Allah itu

tidak dilihat dari banyaknya ilmu yang dipelajari dan dikuasai,melainkan

dilihat dari pengamalannya. Meskipun ilmunya sedikit lalu diamalkan itu lebih

baik dan berarti dari pada memiliki ilmu yang banyak tetapi tidak diamalkan.

c. Janganlah menunggu masa tua dalam mengamalkan ilmu.

d. Jangan beranggapan ilmu itu bisa mengangkat derajat mu bila tanpa diamalan.

Ali ra berkata : “Barangsiapa menyangka bahwa tanpa jerih payah

beribadah dirinya bisa mencapai derajat yang tinggi,itu berarti dia

mengharapkan perkara yang sulit datangnya. Barangsiapa menyangka bahwa

dengan menyepelekan ibadah dirinya bisa mencapai derajat tinggi,itu

menunjukan kesombongan dirinya (ia sudah merasa cukup amal ibadahnya)

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


42
AGAMA

Al Hasan berkata : “Mencari surga tanpa beramal adalah suatu dosa,dari

jenis dosa-dosa yang lain

Nabi Isa bersabda: “Orang yang mempelajari suatu ilmu tetapi tidak mau

mengamalkannya,bagaikan seorang wanita yang berbuat zina ditempat

tersembunyi,lalu ia hamil dan perut wanita itu semakin besar,yang akhirnya

ketahuan dia hamil. Begitu juga dengan orang yang tidak mau mengamalkan

ilmunya,pada hari kiiamat nanti Allah akan memperlihatkan dia dihadapan

semua makhluk yang hadir di Makhsyar”

4. Kedudukan Ulama Dalam Islam

Tidak samar bagi setiap muslim akan kedudukan ulama dan tokoh agama,

serta tingginya kedudukan, martabat dan kehormatan mereka dalam hal

kebaikan mereka sebagai teladan dan pemimpin yang diikuti jalannya serta

dicontoh perbuatan dan pemikiran mereka. Para ulama bagaikan lentera

penerang dalam kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin yang

membawa petunjuk dengan ilmunya, mereka mencapai kedudukan al-Akhyar

(orang-orang yang penuh dengan kebaikan) serta derajat orang-orang yang

bertaqwa.Dengan ilmunya para ulama menjadi tinggi kedudukan dan

martabatnya, menjadi agung dan mulia kehormatannya.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

ْ َ‫قُ ْل َه ْلي‬
ََ‫ستَ ِويالَّذِينَ َي ْعلَ ُمونَ َوالَّذِينَ ََليَ ْعلَ ُمون‬
Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang

yang tidak mengetahui?” (QS. az-Zumar: 9)

Dan firman-Nya Azza wa Jalla:

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


43
AGAMA

َ‫وام ْنك ُْم َوالَّذِينَأُوت ُواا ْل ِع ْل َمد ََرجَات‬


ِ ُ‫يَ ْرفَ ِعاللَّ ُها َّلذِينَآ َ َمن‬

Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang diberi ilmu

beberapa derajat.” (QS. al-Mujadilah: 11)

Diantara keutamaannya adalah para malaikat akan membentangkan sayapnya

karena tunduk akan ucapan mereka, dan seluruh makhluk hingga ikan yang

berada di airpun ikut memohonkan ampun baginya. Para ulama itu adalah pewaris

Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham,

yang mereka wariskan hanyala ilmu, dan pewaris sama kedudukannya dengan

yang mewariskannya, maka bagi pewaris mendapatkan kedudukan yang sama

dengan yang mewariskannya itu.

Di dalam hadits Abi Darda radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu

‘alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk menuntut

ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Sesungguhya

para malaikat akan membuka sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena

ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang alim

akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga

ikan yang berada di air. Sesungguhnya keutamaan orang alim atas ahli ibadah

seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang.Sesungguhnya para

ulama itu pewaris para Nabi.Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan

dinar tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu.Dan barangsiapa

yang mengambil ilmu itu, maka sesungguhnya ia telah mendapatkan bagian yang

paling banyak.” (Shahih, HR Ahmad (V/196), Abu Dawud (3641), at-Tirmidzi

(2682), Ibnu Majah (223) dan Ibnu Hibban (80/al-Mawarid).

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


44
AGAMA

Para ulama telah mewarisi ilmu yang telah dibawa oleh para Nabi, dan

melanjutkan peranan dakwah di tengah-tengah umatnya untuk menyeru kepada

Allah dan ketaatan kepada-Nya.Juga melarang dari perbuatan maksiat serta

membela agama Allah.Mereka berkedudukan seperti rasul-rasul antara Allah

dan hamba-hamba-Nya dalam memberi nasehat, penjelasan dan petunjuk, serta

untuk menegakkan hujjah, menepis alasan yang tak berdalih dan menerangi

jalan.

BUDAYA AKADEMIK, ETOS KERJA,


7 SIKAP TERBUKA DAN ADIL
Pendahuluan Budaya akademik akan dapat terwujud dengan syarat
sikap-sikap positif juga dimiliki. Di antara sikap positif yang
harus dimiliki adalah etos kerja yang tinggi,sikap terbuka dan
berlaku adil. Arti penting dari ketiga sikap tersebut dapat
diringkas sebagai berikut:

Untuk dapat meningkatkan etos kerja seorang muslim


harus terlebih dahulu memahami tugasnya sebagai manusia
yaitu sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi dan sebagai
hamba yang berkewajiban untuk beribadah kepad aAllah
SWT. Beberapa petunjuk Al-Qur’an agar dapat meningkatkan

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


45
AGAMA

etos kerja antara lain;

1. Mengatur waktu dengan sebaik-baiknya.


2. Bekerja harus sesuai dengan bidangnya dan ini harus
diberi catatan bahwa etos kerja yang tinggi tidak boleh
menjadikan orang tersebut lupa kepada Allah SWT.

Sikap positif selanjutnya adalah sikap terbuka dan jujur,


seseorang tidak mungkin meraih keberhasilan dengan cara
mempunyai etos kerja yang tinggi kalu tidak memiliki sikap
terbuka dan jujur. Karenaorang yang tidak terbuka maka akan
cenderung menutup diri sehingga tidak dapat bekerjasama
dengan orang lain. Apalagi kalu tidak jujur maka energinya
akan tersita untuk menutupi ketidakjujuran yang dilakukan.
Maka Al-qur’an dan Hadis memberi apresiasi yang tinggi
tehadap orang yang terbuka dan jujur.
Buah dari keterbukaan seseorang maka akan melahirkan
sikap adil. Makna yang diperkenalkan Al-qur’an buka hanya
dalam aspek hukum melainkan dalam spektrum yang luas.
Dari segi kepada siapa sikap adil itu harus ditujukan Al-
qur’an memberi petunjuk bahwa sikap adil dissamping
kepada Allah SWT dan orang lain atau sesama makhluk juga
kepada diri sendiri.

Tujuan Memahami budaya akademik, etos kerja, sikap terbuka dan

Pembelajaran adil

Umum

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


46
AGAMA

Tujuan Memahami pengertian dan manfaat budaya akademik, etos

Pembelajaran kerja, sikap terbuka dan adil

Khusus

Strategi 1. Ceramah

Pembelajaran 2. Tanya Jawab

3. Roleplay

Waktu T : 1 x 50 menit

Pengajar : Fara Imelda Theresia Patty, SST

Dr. Saipul Hamdi, MA

Rahmawati, Amd. Keb

Evaluasi Cognitive test :

Pembelajaran a. Multiple choice

b. Essay

c. Studi kasus

Referensi 1. Abdul Majid, Filsafat Islam Majelis Tarqih, PPN


2. Dasar-Dasar Agama Islam, buku Pendidikan Agama
Islam Pada Perguruan Tinggi oleh tim PT. Bulan

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


47
AGAMA

Bintang.
3. Fatuddin H (2002). The Moslem Ummah and family
Planning Movement in Indonesia. BKKBN
4. Kepmendiknas No. 043/DIKTI/Kep/2006 tentang
Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
5. Wiknjosastro, G. (2004). Islam dan Hak-Hak Kesehatan
Reproduksi Perempuan. Modul I YPKP.
6. Wiknjosastro,G. (2004). Perempuan dan Agama.YPKP
7. Manawa Dharma Sastra : Gede Pudja dan Tjokorda Rai
Sudharta
8. Sumber-sumber lain yang mendukung

URAIAN MATERI

1. Budaya Akademik

a. Pengertian Budaya Akademik.

Budaya akademik sebenarnya adalah budaya universal.Artinya, dimiliki

oleh setiap orang yang melibatkan dirinya dalam aktivitas

akademik.Membangun budaya akademik bukan perkara yang

mudah.Diperlukan upaya sosialisasi terhadap kegiatan akademik, sehingga

terjadi kebiasaan di kalangan akademisi untuk melakukan norma-norma

kegiatan akademik tersebut.Pemilikan budaya akademik ini seharusnya

menjadi idola semua insan akademisi perguruaan tinggi, yakni dosen dan

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


48
AGAMA

mahasiswa.Derajat akademik tertinggi bagi seorang dosen adalah

dicapainya kemampuan akademik pada tingkat guru besar (profesor).

Sedangkan bagi mahasiswa adalah apabila ia mampu mencapai prestasi

akademik yang setinggi-tingginya.

Khusus bagi mahasiswa, faktor-faktor yang dapat menghasilkan

prestasi akademik tersebut ialah terprogramnya kegiatan belajar, kiat

untuk berburu referensi aktual dan mutakhir, diskusi substansial

akademik, dsb. Dengan melakukan aktivitas seperti itu diharapkan dapat

dikembangkan budaya mutu (quality culture) yang secara bertahap dapat

menjadi kebiasaan dalam perilaku tenaga akademik dan mahasiswa dalam

proses pendidikan di perguruaan tinggi. Oleh karena itu, tanpa melakukan

kegiatan-kegiatan akademik, mustahil seorang akademisi akan memperoleh

nilai-nilai normative akademik. Bisa saja ia mampu berbicara tentang

norma dan nilai-nilai akademik tersebut didepan forum namun tanpa

proses belajar dan latihan, norma-norma tersebut tidak akan pernah

terwujud dalam praktik kehidupan sehari-hari. Bahkan sebaliknya, ia tidak

segan-segan melakukan pelanggaran dalam wilayah tertentu, baik disadari

ataupun tidak.

Kiranya, dengan mudah disadari bahwa perguruan tinggi berperan

dalam mewujudkan upaya dan pencapaian budaya akademik tersebut.

Perguruan tinggi merupakan wadah pembinaan intelektualitas dan

moralitas yang mendasari kemampuan penguasaan IPTEK dan budaya dalam

pengertian luas disamping dirinya sendirilah yang berperan untuk

perubahan tersebut

Berarti budaya akademik :

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


49
AGAMA

1) Mahasiswa yang terlibat dalam berbagai bidang studi dan keahlian

(disiplin ilmu).

2) Bernaung dibawah Institusi Educative (Perguruan Tinggi) yaitu:

-Akademi

-Universitas

-Sekolah Tinggi

-Institut, dll

3)Memfokuskan diri pada kajian Ilmu, Penelitian, Penemuan dan

sebagainyasecara ilmiah.

4)Untuk pengembangan ilmu baru dan bermanfaat bagi kehidupan

masyarakat atau Perguruan Tinggi yang mendorong mahasiswa

melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian

dan Pengabdian Masyarakat).

b. Pembahasan Tentang Budaya Akademik

Dari berbagai Forum terbuka tentang pembahasan Budaya Akademik

yang berkembang di Indonesia, menegaskan tentang berbagai macam

pendapat di antaranya :

1) Konsep dan Ciri-Ciri Perkembangan Budaya Akademik

Dalam situasi yang sarat idealisme, rumusan konsep dan pengertian

tentang Budaya Akademik yang disepakati oleh sebagian besar responden

adalah budaya atau sikap hidup yang selalu mencari kebenaran ilmiah melalui

kegiatan akademik dalam masyarakat akademik, yang mengembangkan

kebebasan berpikir, keterbukaan, pikiran kritis-analitis, rasional dan obyektif

oleh warga masyarakat yang akademik.

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


50
AGAMA

Konsep dan pengertian tentang Budaya Akademik tersebut didukung

perumusan karakteristik perkembangannya yang disebut “Ciri-Ciri

Perkembangan Budaya Akademik” yang meliputi berkembangnya :

a) penghargaan terhadap pendapat orang lain secara obyektif

b) pemikiran rasional dan kritis-analitis dengan tanggungjawab moral

c) kebiasaan membaca

d) penambahan ilmu dan wawasan

e) kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat

f) penulisan artikel, makalah, buku

g) diskusi ilmiah

h) proses belajar-mengajar, dan

i) manajemen perguruan tinggi yang baik

2) Tradisi Akademik

Pemahaman mayoritas responden mengenai Tradisi Akademik adalah

tradisi yang menjadi ciri khas kehidupan masyarakat akademik dengan

menjalankan proses belajar-mengajar antara dosen dan mahasiswa,

menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta

mengembangkan cara-cara berpikir kritis-analitis, rasional dan inovatif di

lingkungan akademik.

Tradisi menyelenggarakan proses belajar-mengajar antara guru dan

murid, antara pandito dan cantrik, antara kiai dan santri sudah mengakar

sejak ratusan tahun yang lalu, melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti

padepokan dan pesantren. Akan tetapi tradisi-tradisi lain seperti

menyelenggarakan penelitian adalah tradisi baru. Demikian pula, tradisi

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


51
AGAMA

berpikir kritis-analitis, rasional dan inovatif adalah kemewahan yang tidak

terjangkau tanpa terjadinya perubahan dan pembaharuan sikap mental dan

tingkah laku yang harus terus-menerus diinternalisasikan dan disosialisasikan

dengan menggerus sikap mental paternalistik dan ewuh-pakewuh yang

berlebih-lebihan pada sebagian masyarakat akademik yang mengidap tradisi

lama, terutama dalam paradigma patron-client relationship yang mendarah

daging.

3) Kebebasan Akademik

Pengertian tentang “Kebebasan Akademik” yang dipilih oleh 144 orang

responden adalah Kebebasan yang dimiliki oleh pribadi-pribadi anggota sivitas

akademika (mahasiswa dan dosen) untuk bertanggungjawab dan mandiri yang

berkaitan dengan upaya penguasaan dan pengembangan Iptek dan seni yang

mendukung pembangunan nasional. Kebebasan akademik meliputi kebebasan

menulis, meneliti, menghasilkan karya keilmuan, menyampaikan pendapat,

pikiran, gagasan sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni, dalam kerangka

akademis.Kebebasan Akademik mengiringi tradisi intelektual masyarakat

akademik, tetapi kehidupan dan kebijakan politik acapkali mempengaruhi

dinamika dan perkembangannya. Dalam rezim pemerintahan yang otoriter,

kiranya kebebasan akademik akan sulit berkembang. Dalam kepustakaan

internasional kebebasan akademik dipandang sebagai inti dari budaya

akademik dan berkaitan dengan kebebasan.

Dalam masyarakat akademik di Indonesia, kebebasan akademik yang

berkaitan dengan kebebasan berpendapat telah mengalami penderitaan yang

panjang, selama puluhan tahun diwarnai oleh pelarangan dan pembatasan

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


52
AGAMA

kegiatan akademik di era pemerintahan Suharto. Kini kebebasan akademik

telah berkembang seiring terjadinya pergeseran pemerintahan dari Suharto

kepada Habibie, dan makin berkembang begitu bebas pada pemerintahan

Abdurrahman Wahid, bahkan hampir tak terbatas dan tak bertanggungjawab,

sampai pada pemerintahan Megawati, yang makin sulit mengendalikan

perkembangan kebebasan berpendapat.

Selain itu, kebebasan akademik kadangkala juga berkaitan dengan sikap-

sikap dalam kehidupan beragama yang pada era dan pandangan keagamaan

tertentu menimbulkan hambatan dalam perkembangan kebebasan akademik,

khususnya kebebasan berpendapat.Dapat dikatakan bahwa kebebasan

akademik suatu masyarakat-bangsa sangat tergantung dan berkaitan dengan

situasi politik dan pemerintahan yang dikembangkan oleh para penguasa.

Pelarangan dan pembatasan kehidupan dan kegiatan akademik yang

menghambat perkembangan kebebasan akademik pada lazimnya meliputi

a) penerbitan buku tertentu

b) pengembangan studi tentang ideologi tertentu, dan

c) pengembangan kegiatan kampus, terutama demonstrasi dan diskusi yang

bertentangan dengan ideologi dan kebijakan pemerintah atau Negara

c. Prinsip Dasar Budaya Akademik atau Standar Suasana Akademik Yang

Kondusif.

1) Prinsip kebebasan berfikir (kebebasan dalam ilmiah)

2) Prinsip kebebasan berpendapat

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


53
AGAMA

Prinsip kebebasan mimbar akademik yang dinamis, terbuka dan

ilmiah, sesuai dengan yang diamanatkan dalam UU No. 20/2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam implementasinya :

(1) Harus dibangun suasana akademik dengan prinsip :

(a) Interaksi mahasiswa dengan dosen harus dalam bentuk mitra bukan

dalam bentuk in-loco parentis (Dosen otoritas, superior, Mahasiswa

kerdil dan tidak ada apa-apa).

(b) Secara bersama-sama dosen dan mahasiswa punya hak yang sama dalam

keilmuan dan penelitian, diciptakan secara terencana, sistematis,

kontinu, terbuka, objektif, ilmiah.

(c) Harus diciptakan suasana Perguruan Tinggi yang kondusif yang dapat

memberikan ketenangan, kenyamanan, keamanan dalam proses belajar

mengajar (kegiatan akademik).

(2) Visi dan misi Perguruan Tinggi yang khas spesifik sampai eksklusif

(3) Mengarah kepada prinsip-prinsip good govermance sesuai dengan

kebutuhan use, stakeholders.

d. Meningkatkan Budaya Akademik / SDM Mahasiswa

1) Menitik beratkan pada Plan, Do, Check, Action (PDCA), (Plan) rencana

yang tepat, matang dalam setiap aktifitas proses belajar mengajar

(Do) dilaksanakan secara optimal, maksimal dan berkesinambungan.

(Check) ada upaya komperatif, sinergi dan sinkronisasi yang diinginkan

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


54
AGAMA

dan tujuan, (Action) ada evaluasi dan gambaran yang logis, ilmiah

sehingga dijadikan tolak ukur keberhasilan dan kegagalan

2) Adanya Interaksi kegiatan kurikuler yang terstruktur tepat, baik pada

beban kurikulum dan jumlah serta bobot SKS mata kuliah.

3) Model manajemen yang baik dan terstruktur yang mampu

mensinkronisasikan antara tujuan pribadi (mahasiswa) dengan visi, misi

dan tujuan Perguruan Tinggi, pangsa pasar.

4) Tersedianya sarana, prasarana dan sumber daya (dosen, karyawan)

yang memadai.

E. Kesadaran Kritis Dan Budaya Akademik

Merujuk pada redaksi UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang

Sisdiknas Bab VI bagian ke empat pasal 19 bahwasanya mahasiswa itu

sebenarnya hanya sebutan akademis untuk siswa/ murid yang telah

sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam masa pembelajarannya.

Sedangkan secara harfiah, mahasiswa” terdiri dari dua kata, yaitu

Maha yang berarti tinggi dan Siswa yang berarti subyek pembelajar

sebagaimana pendapat Bobbi de porter, jadi kaidah etimologis

menjelaskan pengertian mahasiswa sebagai pelajar yang tinggi atau

seseorang yang belajar di perguruan tinggi/ universitas.

Namun jika kita memaknai mahasiswa sebagai subyek pembelajar

saja, amatlah sempit sebab meski diikat oleh suatu definisi study, akan

tetapi mengalami perluasan makna mengenai eksistensi dan peran yang

dimainkan dirinya. Kemudian pada perkembangan selanjutnya,

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


55
AGAMA

mahasiswa tidak lagi diartikan hanya sebatas subyek pembelajar

(study), akan tetapi ikut mengisi definisi learning. Mahasiswa adalah

seorang pembelajar yang tidak hanya duduk di bangku kuliah kemudian

mendengarkan tausiyah dosen, lalu setelah itu pulang dan menghapal di

rumah untuk menghadapi ujian tengah semester atau Ujian Akhir

semester. Mahasiswa dituntut untuk menjadi seorang simbol

pembaharu dan inisiator perjuangan yang respect dan tanggap

terhadap isu-isu sosial serta permasalahan umat manusia.

Apabila kita melakukan kilas balik, melihat sejarah, peran

mahasiswa acapkali mewarnai perjalanan bangsa Indonesia, mulai dari

penjajahan hingga kini masa reformasi. Mahasiswa bukan hanya

menggendong tas yang berisi buku, tapi mahasiswa turut angkat

senjata demi kedaulatan bangsa Indonesia. Dan telah menjadi rahasia

umum, bahwasanya mahasiswa lah yang menjadi pelopor restrukturisasi

tampuk kepemimpinan NKRI pada saat reformasi 1998.Peran yang

diberikan mahasiswa begitu dahsyat, sehingga sendisendi bangsa yang

telah rapuh, tidak lagi bisa ditutup-tutupi oleh rezim dengan status

quonya, tetapi bisa dibongkar dan dihancurkan oleh

Mahasiswa.Mencermati alunan sejarah bangsa Indonesia, hingga kini

tidak terlepas dari peran mahasiswa, oleh karena itu mahasiswa dapat

dikategorikan sebagai Agent of social change (Istilah August comte)

yaitu perubah dan pelopor ke arah perbaikan suatu bangsa. Kendatipun

demikian, paradigma semacam ini belumlah menjadi kesepakatan

bersama antar mahasiswa (Plat form ), sebab masih ada sebagian

madzhab mahasiswa yang apriori ( cuek ) terhadap eksistensi dirinya

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


56
AGAMA

sebagai seorang mahasiswa, bahkan ia tak mau tahu menahu tentang

keadaan sekitar lingkungan masyarakat ataupun sekitar lingkungan

kampusnya sendiri. Yang terpenting buat mereka adalah duduk

dibangku kuliah menjadi kambing conge dosen, lantas pulang duluan ke

rumah.

Inikah mahasiswa ? Padahal, mahasiswa adalah sosok yang

semestinya kritis, logis, berkemauan tinggi, respect dan tanggap

terhadap permasalahan umat dan bangsa, mau bekerja keras, belajar

terus menerus, mempunyai nyali (keberanian yang tinggi) untuk

menyatakan kebenaran, aplikatif di lingkungan masyarakat serta

spiritualis dan konsisten dalam mengaktualisasikan nilai-nilai

ketauhidan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan Konsep itulah, mahasiswa semestinya bergerak dan

menyadari dirinya akan eksistensi ke-mahahasiswaan nya itu. Belajar

tidaklah hanya sebatas mengejar gelar akademis atau nilai indeks

prestasi ( IP ) yang tinggi dan mendapat penghargaan cumlaude, lebih

dari itu mahasiswa harus bergerak bersama rakyat dan pemerintah

untuk membangun bangsa, atau paling tidak dalam lingkup yang paling

mikro, ada suatu kemauan untuk mengembangkan civitas/ perguruan

tinggi dimana ia kuliah. Misalnya dengan ikut serta/ aktif di Organisasi

Mahasiswa, baik itu Organisasi intra kampus ( BEM dan UKM ) ataupun

Organisasi Ekstra kampus, serta aktif dalam kegiatan-kegiatan lain

yang mengarah pada pembangunan bangsa.

2. Etos Kerja

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


57
AGAMA

a. Pengertian Etos Kerja

Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap,

kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu.Sikap ini tidak

saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja

yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau sesesuatu kelompok.

secara terminologis kata etos adalah yang mengalami perubahan makna

yang meluas. Digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:

1) Suatu aturan umum atau cara hidup

2) Suatu tatanan aturan perilaku.

3) Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah

laku .

Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang

berkehendak atau berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam

rangka mencapai cita-cita yang positif. Akhlak atau etos dalam

terminologi Prof. Dr. Ahmad Amin adalah membiasakan

kehendak.Kesimpulannya, etos adalah sikap yang tetap dan mendasar yang

melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan

antara manusia dengan dirinya dan diluar dirinya .

Dari keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos

berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang

berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi

guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita.Etos kerja adalah

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


58
AGAMA

refleksi dari sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya

juga merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada

nilainilai yang berdimensi transenden.

Menurut K.H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian

dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan

memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak

dan meraih amal yang optimal (high Performance). Dengan demikian

adanya etos kerja pada diri seseorang pedagang akan lahir semangat

untuk menjalankan sebuah usaha dengan sungguh-sungguh, adanya

keyakinan bahwa dengan berusaha secara maksimal hasil yang akan

didapat tentunya maksimal pula. Dengan etos kerja tersebut jaminan

keberlangsungan usaha berdagang akan terus berjalan mengikuti waktu.

b. Fungsi dan Tujuan Etos Kerja

Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap

perbuatan dan kegiatan individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos

kerja adalah: Pendorang timbulnya perbuatan, Penggairah dalam aktivitas,

Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan

menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan.

Kerja merupakan perbuatan melakukan pekerjaan atau menurut kamus

W.J.S Purwadaminta, kerja berarti melakukan sesuatu, sesuatu yang

dilakukan.Kerja memiliki arti luas dan sempit dalam arti luas kerja

mencakup semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal

materi maupun non materi baik bersifat intelektual maupun fisik,

mengenai keduniaan maupun akhirat.Sedangkan dalam arti sempit, kerja

berkonotasi ekonomi yang persetujuan mendapatkan materi.Jadi

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


59
AGAMA

pengertian etos adalah karakter seseorang atau kelompok manusia yang

berupa kehendak atau kemauan dalam bekerja yang disertai semangat

yang tinggi untuk mewujudkan cita-cita.

3. Sikap Terbuka dan Adil

a. Pengertian Keterbukaan dan keadilan

Keterbukaan atau transparansi berasal dari kata dasar terbuka dan

transparan, yang secara harfiah berarti jernih, tembus cahaya, nyata,

jelas, mudah dipahami, tidak keliru, tidak sangsi atau tidak ada keraguan.

Dengan demikian Keterbukaan atau transparansi adalah tindakan yang

memungkinkan suatu persoalan menjadi jelas mudah dipahami dan tidak

disangsikan lagi kebenarannya. Kaitannya dengan penyelenggaraan

pemerintahan, keterbukaan atau transparansi berarti kesediaan

pemerintah untuk senantiasa memberikan informasi faktual mengenai

berbagai hal yang berkenaan dengan proses penyelenggaraan

pemerintahan. Keadilan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berasal

darai kata adil yang berarti kejujuran, kelurusan dan keikhlasan dan tidak

berat sebelah, tidak memihak, tidak sewenang-wenang

Menurut Ensiklopedi Indonesia kata Adil berart:Tidak berat sebelah

atau tidak memihak kesalah satu pihak, Memberikan sesuatu kepada

setiap orang sesuai dengan hak yang harus diperolehnya, Mengetahui hak

dan kewajiban, mana yang benar dan yang salah, jujur, tepat menurut

aturan yang berlaku. Tidak pilih kasih dan pandang siapapun, setiap orang

diperlakukan sesuai hak dan kewajibannya.

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


60
AGAMA

MAKNA BUDAYA AKADEMIK DALAM PANDANGAN AGAMA ISLAM

1. Makna Budaya Akademik Dalam Pandangan Islam

Telah dijelaskan di muka bahwa hakekat manusia terletak pada amal

atau eksistensi diri atau penciptaan kebudayaan yang terus menerus untuk

mencapai kesempurnaan dirinya sebagai manusia (full human). Yang

menghentikan proses penciptaan kebudayaan ini hanya kalau dia meninggal.

Amal, bereksistensi, atau aktifitas budaya (penciptaan, pelestarian,

perubahan, penyempurnaan, pemantapan) merupakan kesatuan dari akal,

qalbu, dan aksi budaya serta kesadaran akan tujuannya. Tujuan seluruh

aktifitas kebudayaan adalah pelaksanaan perintah Tuhan. Allah berfirman

Artinya :

“ dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku “

Wujud penyembahan atau pengabdian manusia kepada Allah adalah

melaksanakan tugas sebagai khalifah, memakmurkan bumi, berlaku baik

terhadap alam semesta, sesama manusia, dan Allah.Penghambaan,

penyembahan, atau pengabdian itu sebenarnya bukan untuk menambahkan

agar Allah semakin agung, melainkan kepada manusia itu sendiri.Allah tak

berkurang sedikitpun kesempurnaannya. Allah berfirman:

Artinya :

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


61
AGAMA

“…. tetapi jika kamu kafir Maka (ketahuilah), Sesungguhnya apa yang di

langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya

dan Maha Terpuji “

Artinya :

“ ….dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun)

karena Sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah, dan

adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana “.

Artinya :

“ dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi

semuanya mengingkari (nikmat Allah) Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi

Maha Terpuji ".

Artinya :

“ jika kamu kafir Maka Sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu….” (

QS. Az Zumar : 7 ).

Mahasiswa adalah bagian kelas atau spesies manusia.Mahasiswa menempati

posisi penting, strategis, dan terhormat dari kelas manusia.Lebih banyak manusia

yang gagal atau kandas dalam mencita-citakan dirinya menjadi mahasiswa. Tidak

sedikit orang yang menyatakan “masa depan suram” ketika mereka tidak diterima di

perguruan tinggi di mana mereka melakukan test penerimaan mahasiswa baru.

Karena itu menjadi mahasiswa merupakan anugerah Allah yang pantas disyukuri.

Allah berfirman:

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


62
AGAMA

Artinya :

“ dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika

kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu

mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih ".Karena

eksistensi mahasiswa adalah belajar, maka ia disebut sebagai manusia pembelajar

yang pengertiannya amat luas, yaitu bukan hanya belajar di sekolah atau perguruan

tinggi, bukan hanya kursus-kursus dan pelatihan (on the job atau off the job) di

berbagai perusahaan, melainkan mencakup:

a. mulai bersikap jujur, pertama-tama terhadap diri kita sendiri

b. mulai menerima tanggung jawab yang sesuai dengan kapasitas diri kita

c. mulai dapat diandalkan dan di pegang kata-katanya

d. mulai mengembangkan kepedulian sosial dan lingkungan

e. mulai bersikap adil terhadap sesama tanpa diskriminasi

f. mulai mengembangkan keberanian menyatakan dan mengaktualisasi diri

g. mulai menjadi rasional tanpa harus memutlakkan buah pikiran kita yang

relatif itu

h. mulai rendah hati dan menyadari keterbatasan diri

i. mulai pendisiplin diri (pengaharapan, hasrat, energi, waktu)

j. mulai bersikap optimis tanpa menjadi naif

k. mulai menyatakan komitmen dan menepatinya

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


63
AGAMA

l. mulai memprakarsai sesuatu yang baik sekalipun tidak profitable

m. mulai bertekun (perseverance) dalam mengerjakan sesuatu

n. mulai mampu bekerja sama dengan orang-orang yang berbeda dengan kita

o. mulai saling menyayangi satu sama lain

p. mulai memberikan dorongan dan membangkitkan hati yang lesu

q. mulai memaafkan dan mengampuni kesalahan orang

r. mulai murah hati dan senag berbagi

s. mulai memanfaatkan peluang dan kesempatan

t. mulai mengahayati persudaraan sesama umat, sesama bangsa, dan sesama

manusia.

Semboyan manusia pembelajar antara lain (Harefa,2000:vi) “Belajar dan

mengajar secara berkesinambungan harus menjadi bagian dari pekerjaan”,

begitu kata Peter F. Drucker. Dan hakikat manusia pembelajar itu sendiri

adalah Setiap orang (manusia) yang bersedia menerima tanggung jawab untuk

melakukan dua hal penting, yakni, pertama, berusaha mengenali hakikat

dirinya, potensi dan bakat-bakat terbaiknya, dengan selalu berusaha mencari

jawaban yang lebih baik tentang beberapa pernyataan eksistensial seperti

“Siapakah aku?”, “Dari manakah aku datang?”, “Ke manakah aku akan pergi?”,

“Apakah yang menjadi tanggung jawabku dalam hidup ini?”, dan “Kepada siapa

aku harus percaya?”; dan kedua, berusaha sekuat tenaga untuk

mengaktualisasikan segenap potensinya itu, mengekspresikan dan menyatakan

dirinya sepenuh-penuhnya, seutuh-utuhnya, dengan cara menjadi dirinya

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


64
AGAMA

sendiri dan menolak untuk dibanding-bandingkan dengan segala sesuatu yang

“bukan dirinya”.

Dalam Islam dijelaskan bahwa wahyu yang pertama adalah perintah

belajar (membaca) yang tertulis (kitab suci) atau yang tidak tertulis (alam

semesta). Allah berfirman

Artinya :

“ bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan “.[6]Esensi

ayat ini manusia (atas nama Allah) hendaklah membaca, mempelajari apa saja yang

diciptakan Allah. Manusia, khususnya mahasiswa, yang setengah hati atau kurang

memiliki daya fitalitas dalam membaca, meneliti fenomena alam ciptaan Allah untuk

dimanfaatkan sebagai penunjang kehidupan manusia, tidak menghargai diri sebagai

insan akademis.

Harga diri insan akademis dapat dirumuskan: pertama, mengenai sikap

perasaan, dan evaluasi mengenai diri sendiri; kedua, mengenai proses berpikir,

mengingat, dan persepsi mengenai diri sendiri[7]. Artinya watak diri insan

pembelajar adalah keseluruhan potensi internal diri itulah yang tampil mengemuka

sehingga dapat dibedakan secara tegas dengan insan non akademis, dan insan non

pembelajar.

Budaya insan akademis bukanlah jenis manusia yang bekerja atas dorongan

emosional “hantam dulu urusan belakang”, melainkan penerapan harga diri secara

utuh sebagaimana baru saja disebutkan itu dan emosi menjadi salah satu

komponennya, khususnya menjadi pendorong untuk memperoleh sukses secara

akademis yang memiliki karakter berpikir kritis, kerja keras, jujur, dan fair dalam

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


65
AGAMA

menggapai prestise akademis dan selanjutnya bermuara pada kualitas diri sebagai

manusia yang sepenuh-penuhnya. Indikasinya antara lain: memiliki pengetahuan,

berilmu, sikap belajar lebih lanjut, unggul, kompeten, berkepribadian siap pakai,

produktif, dan profesional. Yang secara singkat menurut Islam adalah wakil Tuhan

di bumi (khalifat-llah fi al ard) yang memiliki tanggung jawab kehidupan alam

semesta secara makmur, damai, dan sejahtera.

ETOS KERJA, SIFAT TERBUKA DAN ADIL DALAM PANDANGAN AGAMA

1. Etos kerja dalam pandangan agama islam

Sesungguhnya dikotomi antara "kerja" dengan "belajar" tidak perlu terjadi.

Karena, apabila kita menghayati ikrar kita secara mendalam pada proposisi "Iyyaka

na'budu wa iyyaka nasta'in" dalam surat Al-Fatihah, maka dunia kehidupan kaum

Muslimin bernuansa ibadah yang sangat kental. Dalam firman-Nya yang lain, Allah

mengatakan, "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan untuk

beribadah," .Sehingga, jelas-jelas tidak ada pemisahan antara yang sakral dengan

yang profan, yang duniawi dengan yang ukhrawi.

Ketika mengomentari ayat, "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-

aqad (perjanjian) itu".Raghib Isfahani, sebagaimana dikutip Seyyed Hossein Nasr

(1994) mengatakan bahwa perjanjian-perjanjian itu meliputi perjanjian-perjanjian

antara Tuhan dan manusia, yakni kewajiban-kewajiban manusia kepada Tuhan;

[perjanjian antara manusia dan dirinya sendiri; dan [perjanjian] antara individu dan

sesamanya.Dengan demikian, perjanjian (uqud) yang dirujuk pada ayat tersebut

berkisar antara pelaksanaan shalat sehari-hari sampai menjual barang dagangan di

bazaar, dari sembah sujud hingga kerja mencari penghidupan.Berangkat dari

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


66
AGAMA

pandangan dunia tradisional tersebut yang tidak mendikotomikan antara yang sakral

dan yang profan, maka etos kerja kaum Muslim selayaknya memperhatikan kualitas

pekerjaannya.Ini artinya, dalam bekerja karakteristik spiritual tetap terjaga dan

terpelihara yakni pekerjaan itu dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Tanggung jawab terhadap kerja berarti kesiapan untuk bertanggung jawab di

hadapan Yang Mutlak karena kerja adalah saksi bagi semua tindakan manusia. Dalam

ushuluddin disebut-sebut perihal konsep ma'ad atau qiyamah yang bila

diterjemahkan dalam keseharian akan sangat mendukung sekali terhadap

profesionalisme dalam bekerja. Di sini konsep ma'ad atau qiyamah bukanlah suatu

konsep di langit-langit Platonik melainkan sesuatu yang hidup, membumi.

Penghayatan yang mendalam terhadap prinsip ma'ad akan berimplikasi positif dan

konstruktif terhadap perkembangan kepribadian kaum Muslim. Setidaknya dengan

menghayati prinsip tersebut, pemuda Muslim tidak mengenal istilah

pengangguran.Konon, praktik shalat wajib di kalangan Syi'ah yang mencakup shalat

fajr, shalat siang hari (Zhuhur dan 'Ashar), dan shalat malam hari (Maghrib dan

'Isya), merupakan refleksi etos kerja mereka yang begitu tinggi dan manifestasi

produktivitas dalam berkarya. Artinya, bila kaum Syi'ah selesai melaksanakan shalat

siang hari, maka setelah selesai shalat dan zikir, mereka akan kembali bekerja

dengan semangat yang tetap terjaga. Bukan meneruskannya dengan aktivitas yang

kurang produktif dan tidak bermanfaat.

"Kerja berkaitan erat dengan doa dan hidayah bagi semua masyarakat tradisional

dan kaitan ini dirasakan dan diaksentuasikan dalam Islam," tulis Nasr (1994).Dengan

mengamati lafaz adzan Syi'ah, dengan formulasi hayya 'ala al-shalah, hayya 'ala al-

falah, dan hayya 'ala khair al-'amal, Nasr menyimpulkan bahwa shalat dan kerja

memiliki keterkaitan yang prinsipal."Di sana hubungan antara shalat, kerja, dan amal

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


67
AGAMA

saleh selalu ditekankan," lanjutnya.Perspektif Islam yang padu, menolak

membedakan antara yang sakral dan yang profan, yang ukhrawi dan yang duniawi,

yang religius dan yang sekular atau, secara lebih spesifik, antara shalat dan kerja.

Implikasi praktisnya adalah bahwa sebagaimana kita mencoba khusyu dalam shalat,

maka begitu pula dalam bekerja kita mencoba untuk meng-khusyu'-kan diri. Dalam

bahasa bisnisnya, berusaha bersikap lebih profesional.Lebih jauh, sebagaimana

ketakutan pada Tuhan dan tanggung jawab kepada-Nya dalam ekspresi shalat kita,

maka demikian pula kita dalam pekerjaan kita.Karena, "Allah dan Rasul-Nya serta

orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu.

2. Enam Etos Kerja Menurut Islam (6 prinsip kerja seorang muslim)

a. Kerja adalah perwujudan rasa syukur atas rahmat dan nikmat Allah.

QS.Saba’,34 : 13 “Bekerjalah untuk bersyukur kepada Allah, dan sedikit

sekali dari hamba-hambaku yang bersyukur”.

b. Kerja berorientasi hasil yang baik (hasanah) dunia dan akhirat. QS. Al-

baqarah,2 : 202 “Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari

apa yang mereka usahakan”.

c. Kerja berdasarkan realibility (kuat fisik dan mental) dan integrity (jujur,

amanah). Perpaduan emosional, intelektual dan spritual. QS.Al-Qashash,

28 : 26 “ Sesungguhnya oarng yang paling baik yang kamu ambil untuk

bekerja ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.

d. Kerja berdasarkan semangat dan kerja keras pantang menyerah. Pekerja

keras tidak mengenal kata gagal.

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


68
AGAMA

e. Kerja cerdas, memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber daya yang ada

secara tepat (pengetahuan), terampil dan terencana, akurat.

f. Kerja Ikhlas, merupakan amal dan ibadat yang perlu dihayati, bukan

sekedar membayar kewajiban atau tanggung jawab (kesalehan individual

dan komunal, fastabiqul khairat).

3. Janji Allah Bagi Etos Kerja Yang Baik

a. Allah hamparkan jalan untuk menuju sukses

QS.Ath-Tholak, 65 : 3 “Allah berikan rezki dari segala arah tanpa

disangka-sangka”.

b. Allah jamin kehidupan yang sehat sejahtera

QS. Al-‘Araf, 7 :95-96 “Allah ganti kesusahan dengan kesenangan, Allah

beri berkah dari langit dan dari bumi”.

c. Allah beri balasan untuk dunia dan akhirat

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


69
AGAMA

PERANAN AGAMA DALAM


MEWUJUDKAN PERSATUAN DAN
8
KESATUAN BANGSA

Pendahuluan Persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesiaberarti


persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia.
Persatuan itu didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas
dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.Agama
dapat membantu persatuan bangsa jikaumat berbagai agama
mempunyai komitmen bersama pada persatuan bangsa
dengan pemahaman yang sama (common) tentang konsep dan
wawasan kebangsaan Indonesia dengan segala implikasinya.

Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa mampu


Tujuan
memahami peranan agama dalam mewujudkan persatuan dan
Pembelajaran kesatuan bangsa.
Umum

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


70
AGAMA

Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa mampu:

Tujuan 1. Menjelaskan tentang peranan agama dalam mewujudkan


Pembelajaran persatuan dan kesatuan bangsa
Khusus 2. Menjelaskan manfaat agama dalam mewujudkan persatuan
dan kesatuan bangsa

Strategi 1. Ceramah

Pembelajaran 2. Tanya Jawab

Waktu T : 50 menit

Pengajar : Fara Imelda Theresia Patty, SST

Dr. Saipul Hamdi, MA

Rahmawati, Amd. Keb

Evaluasi Cognitive test :

Pembelajaran a. Multiple choice

b. Essay

c. Studi kasus

Referensi 1. Abdul Majid, Filsafat Islam Majelis Tarqih, PPN


2. Dasar-Dasar Agama Islam, buku Pendidikan Agama
Islam Pada Perguruan Tinggi oleh tim PT. Bulan
Bintang.
3. Fatuddin H (2002). The Moslem Ummah and family
Planning Movement in Indonesia. BKKBN
4. Kepmendiknas No. 043/DIKTI/Kep/2006 tentang
Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


71
AGAMA

Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.


5. Wiknjosastro, G. (2004). Islam dan Hak-Hak Kesehatan
Reproduksi Perempuan. Modul I YPKP.
6. Wiknjosastro,G. (2004). Perempuan dan Agama.YPKP
7. Manawa Dharma Sastra : Gede Pudja dan Tjokorda Rai
Sudharta
8. Sumber-sumber lain yang mendukung

URAIAN MATERI

1. Peranan agama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa

Agama dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan apabila :

a. Umat berbagai agama mempunyai komitmen bersama pada persatuan bangsa

dengan pemahaman yang sama (common) tentang konsep dan wawasan

kebangsaan Indonesia dengan segala implikasinya

b. Jika umat berbagai agama mempunyai komitmen bersama pada cita-cita

keadilan dan kesejahteraan. Kita bersama-sama berjuang menegakkan

keadilan dan menciptakan kesejahteraan umum sebagai perwujudan cinta

kasih dan pengabdian kepada sesama. Pada gilirannya, hal itu merupakan

penjabaran iman, cinta kasih, dan pengabdian kepada Tuhan, sekalipun melalui

agama yang berbeda-beda.

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


72
AGAMA

c. Jika umat berbagai agama dapat mengembangkan pemahaman bersama

tentang kedudukan agama dalam negara Pancasila. Ini meliputi pengertian

tentang UUD 1945, terutama ideologi Pancasila, sebagai sumber hukum, dan

tentang kebebasan beragama serta implementasinya secara konsisten

d. Mengembangkan kebersamaan dalam pengertian-pengertian itu dengan segala

implikasinya yang luas merupakan masalah yang kompleks. Hal itu akan

memerlukan proses dialog terus-menerus, dengan kejujuran, keterbukaan,

ketekunan, kesabaran dan kehendak baik semua golongan agama.

Al-quran mengajarkan bahwa kehidupan politik harus dilandasi dengan empat

hal yang pokok yaitu:

a. Sebagai bagian untuk melaksanakan amanat

b. Sebagai bagian untuk menegakkan hukum dengan adil

c. Tetap dalam koridor taat kepada Allah, Rasu-Nya, dan ulil amri

d. Selalu berusaha kembali kepada Al-quran dan Sunnah Nabi SAW.

Islam memberi kontribusi bagaimana seharusnya memilih dan mengangkat

seorang yang akan diberi amanah untuk memegang kekuasaan politik. Yaitu orang

tersebut haruslah:

a. Seorang yang benar dalam pikiran, ucapan, dan tindakannya serta jujur

b. Seorang yang dapat dipercaya

c. Seorang memiliki keterampilan dalam komunikasi

d. Seorang yang cerdas.

e. Yang paling penting Anda seorang yang dapat menjadi teladan dalam

kebaikan

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


73
AGAMA

2. Manfaat agama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa

Al-Quran menggambarkan persatuan dari berbagai sisi.

Pertama, Al-Quran mengisyaratkan bahwa kecenderungan untuk bersatu,

merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari eksistensi manusia.Sejak umat

pertama tercipta dan menghuni dunia, saat itu pula keinginan untuk bersatu

muncul.Manusia, dengan tujuan untuk melangsungkan kehidupan serta mengurangi

berbagai kesulitan, saling membantu antara satu dengan yang lainnya.Tetapi,

karena berbagai faktor terjadilah pertikaian dan peperangan.

Kedua, Al-Quran menjelaskan bahwa salah satu tugas kenabian adalah

meluruskan perselisihan yang terjadi di tengah umat serta mengembalikannya

kepada seruan Al-Quran.

Ketiga, Quran menyebutkan tentang dampak dan pengaruh persatuan. Misalnya,

dengan persatuan, umat Islam akan mencapai kemenangan serta kemuliaan. Selain

itu, masih banyak sisi-sisi lainnya yang dijelaskan dalam Al-Quran. Dengan

terciptanya persatuan maka kemenangan dan kemuliaan umat Islam akan tercipta

sebagaimana yang digambarkan dalam Al-Quran. Oleh sebab itu tidak ada alasan

bagi kita untuk tidak melakukan persatuan, sebab ancaman yang akan

menghancurkan umat Islam sudah didepan mata.

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


74
AGAMA

PANDANGANAGAMA DI INDONESIA

9 TERHADAP TINDAKAN DALAM PRAKTIK


KEBIDANAN

Pendahuluan Agama dapat memberikan petunjuk/pedoman pada umat


manusia dalam menjalani hidup meliputi seluruh aspek
kehidupan.Selain itu agama juga dapat membantu umat
manusia dalam memecahkan berbagai masalah hidup yang
sedang dihadapi. Adapun aspek-aspek pendekatan melalui
agama dalam memberikan pelayanan kebidanan dan
kesehatan diantaranya :

1. Agama memberikan petunjuk kepada manusia untuk selalu


menjaga kesehatannya
2. Agama memberikan dorongan batin dan moral yang
mendasar dan melandasi cita-cita dan perilaku manusia
dalam menjalani kehidupan yang bermanfaat baik bagi
dirinya, keluarga, masyarakat serta bangsa.

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


75
AGAMA

3. Agama mengharuskan umat manusia untuk beriman dan


bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam segala
aktivitasnya
4. Agama dapat menghindarkan umat manusia dari segala
hal-hal/perbuatan yang bertentangan dengan ajarannya

Tujuan Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa mampu

Pembelajaran memahami pandangan agama di Indonesia terhadap tindakan


dalam praktik kebidanan
Umum
Tujuan Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa mampu:

Pembelajaran 1. Memahami pandangan agama di Indonesia terhadap


Khusus bimbingan doa-doa untuk ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir dan sakratul maut
2. Memahami pandangan agama di Indonesia terhadap
tuntunan agama pada ibu nifas, masalah nifas,
persetubuhan, kebersihan mandi dan ibadah
3. Memahami pandangan agama di Indonesia terhadap makan
dan minum termasuk ASI
4. Memahami pandangan agama di Indonesia terhadap
tindakan medis aborsi, transplantasi, inseminasi, bayi
tabung, bedah plastic, keluarga berencana, euthanasia,
AIDS.

Strategi 1. Ceramah

Pembelajaran 2. Tanya jawab


3. Tugas

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


76
AGAMA

Waktu T : 3 x 50 menit

Pengajar : Fara Imelda Theresia Patty, SST

Dr. Saipul Hamdi, MA

Rahmawati, Amd. Keb

Evaluasi Cognitive test :

Pembelajaran a. Multiple choice

b. Essay

c. Studi kasus

Referensi 1. Abdul Majid, Filsafat Islam Majelis Tarqih, PPN


2. Dasar-Dasar Agama Islam, buku Pendidikan Agama Islam
Pada Perguruan Tinggi oleh tim PT. Bulan Bintang.
3. Fatuddin H (2002). The Moslem Ummah and family
Planning Movement in Indonesia. BKKBN
4. Kepmendiknas No. 043/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu
Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian di Perguruan Tinggi.
5. Wiknjosastro, G. (2004). Islam dan Hak-Hak Kesehatan
Reproduksi Perempuan. Modul I YPKP.
6. Wiknjosastro,G. (2004). Perempuan dan Agama.YPKP
7. Manawa Dharma Sastra : Gede Pudja dan Tjokorda Rai

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


77
AGAMA

Sudharta
8. Sumber-sumber lain yang mendukung

URAIAN MATERI

1. Bimbingan Doa-Doa Untuk Ibu Hamil, Bersalin, Bayi Baru Lahir Dan Sakratul

Maut

a. Cara membimbing ibu hamil :

1) Memberi semangat kepada ibu tersebut agar sabar dalam menjaga kandungan

2) Selalu berdoa dan tawakal kepada allah agar di mudahkan dalam proses

persalinan

Doa untuk ibu hamil (dibaca oleh ibu hamil) Q.S.3 (Ali Imran) ayat 35 :

‫ط ِّني ُم َح َّرراًفَتَقَب َّْل ِّمنِّيإِّنَّ َكأَنتَالس َِّّميعُ ْالع‬


ْ ‫ََر ِّبإِّنِّينَذَ ْرتُلَ َك َمافِّي َب‬
َ ‫ِّلي ُُم‬

”Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku menadzarkan kepada Engkau anak yang dalam

kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (kepada Mu). Karena

itu terimalah (doaku) ini .Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagI

Maha Mengetahui”.

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


78
AGAMA

b. Cara membimbing ibu melahirkan

1) Memberikan support kepada ibu bahwa ia sanggup untuk melewati masa

melahirkan

2) Menyuruh ibu agar mengucapkan asma allah dalam proses persalinan.

3) Doa saat melahirkan dari pembukaan satu sampai bayi lahir kedunia,

bacalah : Ya Fattah Ya Rohman Ya Rohiim

c. Cara membimbing bayi baru lahir :

1) Disunnahkan memberi kabar Gembira dan mengucapkan selamat kepada orang

yang dikaruniai anak.

2) Mengumandangkan Adzan ditelinga kanan bayi

3) Melakukan taknik

4) Mencukur rambut dan bersedekah seberat timbangan rambutnya

5) Berkhitan

6) Memberi nama

7) Aqiqah dan hukumnya

d. Cara Membimbing Pasien Sakaratul Maut

1) Menalqin(menuntun) dengan syahadat.

Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Talqinilah orang

yang akan wafat di antara kalian dengan, “Laa illaaha illallah”. Barangsiapa

yang pada akhir ucapannya, ketika hendak wafat, ‘Laa illaaha illallaah’, maka

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


79
AGAMA

ia akan masuk surga suatu masa kelak, kendatipun akan mengalami sebelum

itu musibah yang akan menimpanya.” Perawat muslim dalam mentalkinkan

kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien muslim menjelang ajalnya

terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir sehingga

diupayakan pasien meninggal dalam keadaan husnul khatimah

2) Berbaik Sangka kepada Allah

Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT,

seperti di dalam hadits Bukhari“ Tidak akan mati masing-masing kecuali

dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah SWT.” Hal ini menunjukkan

apa yang kita pikirkan seringkali seperti apa yang terjadi pada kita karena

Allah mengikuti perasangka umatNya.

3) Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut

Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi

kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau

minuman.Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan

kapas yg telah diberi air.Karena bisa saja kerongkongannya kering karena

rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-

kata.Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit

yang dialami orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat

mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-

Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


80
AGAMA

4) Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat

Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah

sakaratul maut kearah kiblat.Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan

penegasan dari hadits Rasulullah Saw., hanya saja dalam beberapa atsar

yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih melakukan hal tersebut.

2. Tuntunan Agama Terhadap Ibu Nifas

a. Masalah Nifas

Nifas adalah darah yang keluar dari rahim karena melahirkan. Baik

darah itu keluar bersamaan ketika proses melahirkan, sesudah atau

sebelum melahirkan, yang disertai dengan dirasakannya tanda-tanda akan

melahirkan. Rasa sakit yang dimaksud adalah rasa sakit yang kemudian

diikuti dengan kelahiran. Jika darah yang keluar tidak disertai rasa sakit,

atau disertai rasa sakit tapi tidak diikuti dengan proses kelahiran bayi,

maka itu bukan darah nifas.Selain itu, darah yang keluar dari rahim baru

disebut dengan nifas jika wanita tersebut melahirkan bayi yang sudah

berbentuk manusia.Jika seorang wanita mengalami keguguran dan ketika

dikeluarkan janinnya belum berwujud manusia, maka darah yang keluar itu

bukan darah nifas.Darah tersebut dihukumi sebagai darah penyakit

(istihadhah) yang tidak menghalangi dari shalat, puasa dan ibadah lainnya.

Perlu kita ketahui bahwa waktu tersingkat janin berwujud manusia

adalah delapan puluh hari dimulai dari hari pertama hamil.Dan sebagian

pendapat mengatakan sembilan puluh hari.Sebagaimana hadits dari Ibnu

Mas’ud radhiyallahu‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


81
AGAMA

wasallam memberitahukan kepada kami, dan beliau shallallahu ‘alaihi

wasallam adalah orang yang benar dan yang mendapat berita yang benar,

“Sesungguhnya seseorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam

perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, kemudian menjadi

‘alaqah seperti itu pula, kemudian menjadi mudhghah seperti itu pula.

Kemudian seorang malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di

dalamnya, dan diperintahkan kepadanya untuk menulis empat hal, yaitu

menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya.” (HR.

Bukhari dan Muslim)

Menurut Ibnu Taimiyah, “Manakala seorang wanita mendapati darah

yang disertai rasa sakit sebelum masa (minimal) itu, maka tidak dianggap

sebagai nifas. Namun jika sesudah masa minimal, maka ia tidak shalat dan

puasa. Kemudian apabila sesudah kelahiran ternyata tidak sesuai dengan

kenyataan (bayi belum berbentuk manusia-pen) maka ia segera kembali

mengerjakan kewajiban. Tetapi kalau ternyata demikian (bayi sudah

berbentuk manusia), tetap berlaku hukum menurut kenyataan sehingga

tidak perlu kembali mengerjakan kewajiban.” (Kitab Syarhul Iqna’)

b. Persetubuhan (Jima’)

Jima’ menurut bahasa adalah mengumpulkan bilangan.Seperti

ungkapan ungkapan “mengumpulkan” perkara seperti ini, maksudnya telah

terkumpul bersamanya. Arti bahasa yang lain adalah persetubuhan atau

persenggamaan.Menurut istilah jima’ adalah memasukkan dzakar (penis)

laki-laki ke dalam farji (vagina) perempuan.Dan bisa dikatakan jima’

walaupun yang masuk hanya kepala dzakar saja, ataupun hanya sentuhan

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


82
AGAMA

antara kepala dzakar dengan farji.Adapun aktifitas antara seorang suami

dan istrinya sebelum memasukkan ini disebut sebagai pendahuluan jima’.

Hukum persetubuhan disaat sedang nifas adalah sebagai berikut :

Suami haram melakukan jima’ disaat istri sedang menstruasi atau

nifas.Ini sudah hukum dan ketentuan sah dari agama bahwa wanita

mengeluarkan darah menstruasi atau nifas tidak boleh didekati dengan

jima’.

Firman Allah SWT:

“Mereka bertanya pada engkau (wahai Muhammad) mengenai

persoalan darah menstruasi, maka jawablah darah tersebut merupakan

kotoran, oleh karenanya hindarilah wanita-wanita ketika dalam keadaan

menstruasi, dan janganlah kamu bersetubuh dengan mereka sampai

mereka suci.Manakala mereka sudah suci (kemudian melakukan mandi)

maka bersetubuhlah kamu dengan mereka sebagaimana Allah

memerintahkanmu.Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang ahli

taubat dan ahli bersuci”.(QS. Al-Baqarah: 222).

Para ulama kemudian mengqiyaskan bahwa tidak hanya menstruasi saja

melainkan wanita yang mengeluarkan darah nifas yang keluar setelah

melahirkan juga wajib dijauhi seperti menjauhi tatkala mereka

menstruasi.

c. Kebersihan Mandi

Setelah selesai nifas seorang wanita diwajibkan untuk mandi wajib

untuk menghilangkan hadast besar (darah nifas) tersebut dengan cara

membasuh seluruh tubuh mulai dari puncak kepala hingga ujung kaki.

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


83
AGAMA

Fardhu Mandi :

1) Niat : bersama-sama dengan mula-mula membasuh tubuh.Lafadzh

niat :

‫نو يت الﻐسل لر فع الﺤد ﺚ اﻻ كبر فرضا هللا ﺘعالى‬

“Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar fardhu karena Allah.”

2) Membasuh seluruh badannya dengan air, yakni meratakan air ke

semua rambut dan kepala

3) Menghilangkan najis

Sunnat Mandi :

1) Mendahulukan membasuh segala kotoran dan najis dari seluruh tubuh.

2) Membaca basmallah pada permulaan mandi.

3) Menghadap kiblat sewaktu mandi dan mendahulukan bagian kanan daripada

kiri.

4) Membasuh badan samapai tiga kali.

5) Membaca doa sebagaimana membaca doa sesudah berwudhu.

6) Mendahulukan mengambil air wudhu yakni sebelum mandi disunnatkan

berwudhu terlebih dahulu.

d. Ibadah

Wanita yang haid dan nifas haram melakukan shalat fardhu maupun

sunnah, dan mereka tidak perlu menggantinya apabila suci. (Ibnu Hazm di

dalam kitabnya al-Muhalla).Shalat sebagaimana yang kita ketahui, sahnya

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN


84
AGAMA

juga suci dari hadast besar. Cara menghilangkan hadast besar tersebut

yaitu dengan cara mandi wajib..

PRODI PENDIDIKAN JARAK JAUH PROGRAM D-III KEBIDANAN

Anda mungkin juga menyukai