Anda di halaman 1dari 6

Pertanyaan :

Langkah Hukum Jika Upah di Bawah Standar Minimum


Seorang teman saya bekerja di sebuah perusahaan swasta sebagai satpam dengan status
pegawai tidak tetap atau harian dan upah yang diberikan masih di bawah Upah Minimum
Regional (UMR) yakni Rp29.200/hari dan sudah 2 tahun berjalan tidak mendapat kenaikan
upah. Teman saya sudah pernah mengajukan kenaikan upah dengan membawa surat
keputusan gubernur tentang Nilai UMR tahun 2010, tetapi pihak perusahaan hanya
mengatakan bahwa teman saya hanya pegawai tidak tetap. Yang ingin saya tanyakan, apakah
teman saya dapat menuntut pihak perusahaannya dan apa dasar hukum yang dapat digunakan
oleh teman saya? Dan kepada siapa teman saya dapat mengadukan persoalan ini dikarenakan
di perusahaan tempat dia bekerja tidak ada serikat pekerja? Terima kasih.
Jawaban :

Artikel di bawah ini adalah pemutakhiran dari artikel dengan judul sama dibuat
oleh Diana Kusumasari, S.H., M.H. yang pertama kali dipublikasikan padaJumat,
27 Januari 2012, kemudian dimutakhirkan oleh Tri Jata Ayu Pramesti, S.H. pada
Selasa, 21 Juni 2016.

Intisari:

Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum. Upah minimum
dapat terdiri atas:
a. upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;
b. upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota.

Ancaman pidana bagi pengusaha yang membayar upah pekerjanya di bawah upah
minimum adalah pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4
(empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp100 juta dan paling banyak Rp400 juta.

Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini.

Ulasan:

Terima kasih atas pertanyaan Anda.


Larangan Pengusaha Membayar Upah di Bawah Upah Minimum

Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum.1[1] Pemerintah
menetapkan upah minimum ini berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan
memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.2[2]

Upah minimum dapat terdiri atas:3[3]


a. upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;
b. upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota.

Penangguhan Upah Minimum

Dalam hal pengusaha tidak mampu membayar upah minimum, Pasal 90 UU


Ketenagakerjaan mengatur sebagai berikut:

(1) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89.
(2) Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 89 dapat dilakukan penangguhan.
(3) Tata cara penangguhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan
Keputusan Menteri.

Penjelasan Pasal 90 ayat (2) UU Ketenagakerjaan menyebutkan sebagai berikut:

“Penangguhan pelaksanaan upah minimum bagi perusahaan yang tidak mampu


dimaksudkan untuk membebaskan perusahaan yang bersangkutan melaksanakan
upah minimum yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Apabila penangguhan
tersebut berakhir maka perusahaan yang bersangkutan wajib melaksanakan upah
minimum yang berlaku pada saat itu tetapi tidak wajib membayar pemenuhan
ketentuan upah minimum yang berlaku pada waktu diberikan penangguhan.”
Namun, terkait Penjelasan Pasal 90 ayat (2) UU Ketenagakerjaan ini, Mahkamah
Konstitusi dalam putusannya Nomor 72/PUU-XIII/2015 menyatakan bahwa frasa
“…tetapi tidak wajib membayar pemenuhan ketentuan upah minimum yang berlaku pada
waktu diberikan penangguhan” bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan
tidak memiliki kekuatan hukum mengikat. Artinya, Mahkamah memberi penegasan
selisih kekurangan pembayaran upah minimum selama masa penangguhan tetap wajib
dibayar oleh pengusaha.

Dengan kata lain, penangguhan pembayaran upah minimum oleh pengusaha kepada
pekerja/buruh tidak serta-merta menghilangkan kewajiban pengusaha untuk membayar
selisih upah minimum selama masa penangguhan. Selisih upah minimum yang belum
terbayar selama masa penangguhan adalah utang pengusaha yang harus dibayarkan
kepada pekerja/buruhnya. Penjelasan lebih lanjut soal Putusan MK tentang penangguhan
upah minimum ini dapat Anda simak dalam artikel Putusan MK Ini Kabar Baik Buat
Pekerja.

Anda tidak menyebutkan pada Provinsi/Kabupaten/Kota mana Anda bekerja. Kami


contohkan ketentuan yang berlaku di Provinsi DKI Jakarta pada 2016. Besar Upah
Minimum Provinsi (“UMP”) DKI Jakarta tahun 2016 diatur dalam Pasal 1 Peraturan
Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 230 Tahun 2015
tentang Upah Minimum Provinsi Tahun 2016 (“Pergub DKI Jakarta
230/2015”)yang menyatakan:

“Upah Minimum Provinsi (UMP) Tahun 2016 di Provinsi Daerah Khusus


Ibukota Jakarta sebesar Rp 3.100.000,00 (tiga juta seratus ribu rupiah)
per bulan.”

Di sisi lain, ada upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah Provinsi DKI Jakarta yang
diatur dalam Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor
8 Tahun 2016 tentang Upah Minimum Sektoral Provinsi Tahun 2016 (“Pergub
DKI Jakarta 8/2016”) yang mengatur antara lain seperti dikutip dalam boks di bawah
ini (dikutip sebagian):

A. Sektor Bangunan dan Pekerjaan Umum


Mandor/Pengawas Rp. 174.468,00/hari

B. Sektor Kimia, Energi dan Pertambangan


Industri Bahan Kosmetik dan Kosmetik Rp.
3.200.000,00/bulan

C. Sektor Logam, Elektronik dan Mesin Industri


kemasan kaleng Rp.
3.316.000,00/bulan
D. Sektor Otomotif Industri Kendaraan Bermotor
Roda Empat Atau Lebih Rp.
3.807.725,00/bulan

E. Sektor Asuransi dan Perbankan Asuransi


Rp.
3.255.000,00/bulan

Jadi, pengusaha dilarang memberikan upah di bawah ketentuan Upah Minimum


berdasarkan UU Ketenagakerjaan maupun Upah Minimum Regionalnya yakni UMP/UMK
dan UMSP/UMSK.

Catatan:

UMP : Upah Minimum Provinsi

UMK : Upah Minimum Kabupaten/Kota

UMSP : Upah Minimum Sektoral Provinsi

UMSK : Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota

Langkah Hukum yang Dapat Dilakukan

Jika Anda ingin memperkarakan persoalan upah yang tidak dibayar sesuai ketentuan yang
berlaku, Anda dapat menggunakan proses penyelesaian perselisihan hubungan industrial
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (“UU PPHI”). Prosedurnya adalah:
1. Mengadakan perundingan bipartit (antara pekerja dan pengusaha) secara musyawarah
untuk mencapai mufakat.
2. Apabila dalam waktu 30 hari setelah perundingan dimulai tidak tercapai kesepakatan,
upaya selanjutnya adalah perundingan tripartit, yaitu dengan melibatkan Dinas
Ketenagakerjaan dan Transmigrasi setempat. Pada tahap ini, Anda perlu mengajukan
bukti-bukti bahwa perundingan bipartit telah dilaksanakan, namun gagal mencapai
kesepakatan.
3. Apabila perundingan tripartit tetap tidak menghasilkan kesepakatan, maka salah satu
pihak dapat mengajukan perselisihan ini kepada Pengadilan Hubungan Industrial.

Penjelasan lebih lanjut soal langkah hukum yang dapat dilakukan dapat Anda simak artikel
Langkah Hukum Jika Pengusaha Tidak Bayar Upah.

Ancaman Pidana Bagi Pengusaha yang Membayar Upah di Bawah Upah Minimum
Selain itu, pekerja dapat menempuh upaya pidana yakni dengan melaporkan ke pihak
kepolisian. Ancaman pidana bagi pengusaha yang membayar upah pekerjanya di bawah
upah minimum adalah pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4
(empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100 juta dan paling banyak Rp 400
juta.4[4]

Memang, kenyataannya penegakan hukum pidana ketenagakerjaan ini masih sangat


jarang ditemui. Dalam artikel Polri Kurang 'Melek' Hukum Perburuhan, pengacara publik
LBH Jakarta Kiagus Ahmad mengatakan salah satu penyebab minimnya penegakan
hukum pidana ketenagakerjaan adalah karena kurang responsifnya polisi dalam menerima
laporan dan atau aduan dari buruh.

Walaupun demikian, pada praktiknya ada pengusaha yang dikenakan sanksi pidana
karena tidak memenuhi ketentuan upah minimum. Contohnya seperti dalam artikel
Pembayar Upah Rendah Dihukum Penjara, majelis hakim Pengadilan Negeri Bangil, Jawa
Timur, menghukum seorang pengusaha mebel satu tahun penjara. Pengusaha tersebut
dinyatakan terbukti melakukan tindak pidana perburuhan dengan membayar rendah upah
buruhnya dan menghalang-halangi buruhnya untuk berserikat. Selain penjara, si
pengusaha juga dihukum denda sebesar Rp250 juta.

Menutup penjelasan kami, upaya hukum pidana adalah merupakan ultimum remedium
(upaya terakhir), jadi sebaiknya baru ditempuh apabila upaya-upaya lain (sebagaimana
dijelaskan di atas) telah ditempuh namun Anda tetap dirugikan dan tidak ada perubahan
(dalam hal ini upah tidak disesuaikan dengan upah minimum yang berlaku).

Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.

Dasar hukum:
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial;
3. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 230 Tahun 2015
tentang Upah Minimum Provinsi Tahun 2016;
4. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 8 Tahun 2016
tentang Upah Minimum Sektoral Provinsi Tahun 2016.

Putusan:
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 72/PUU-XIII/2015

Anda mungkin juga menyukai