Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI


TERHADAP KADAR FLAVONOID EKSTRAK ETANOL
UMBIBAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia (L.) Merr)
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

BIDANG KEGIATAN:
PKM-ARTIKEL ILMIAH

Diusulkan oleh:

Vivi Permatasari 1643057177 2016


Tri Sutrisno 1643057176 2016
Akhmad Andy Sandra 1543057052 2015
Agustiani Masliyana 1543057049 2015
Siti Haryati 1543057063 2015

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945


JAKARTA
2017
PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI
TERHADAP KADAR FLAVONOID EKSTRAK ETANOL
UMBIBAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia (L.) Merr)
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI
Vivi Permatasari1,Tri Sutrisno1,Akhmad Andy Sandra1,Agustiani Masliyana1,Siti
Haryati1.
Program Studi Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945
Jl. Sunter Permai Raya No.1 Sunter Agung Podomoro Jakarta Utara.

ABSTRAK

Bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) merupakan tanaman obat


yang sudah dikenal dan saat ini semakin diminati masyarakat. Salah satu senyawa
aktif yang terdapat dalam ekstrak etanol umbi bawang dayak yang merupakan
senyawa flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar
flavonoid pada ekstrak etanol umbi bawang dayak dengan metode maserasi dan
sokletasi.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental. Objek yang
diteliti adalah kadar flavonoid dari umbi bawang dayak. Penelitian ini
membandingkan hasil metode ekstraksi yaitu metode maserasi dan sokletasi
dengan menggunakan jumlah sampel dan pelarut yang sama. Kadar flavonoid
diuji menggunakan pembentukan senyawa kompleks aluminium klorida, dengan
standar baku kuersetin, menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis dan uji
statistik independent T-Test menggunakan SPSS IBM versi 20.
Hasil menunjukkan kadar flavonoid rata-rata pada metode ekstraksi
maserasi sebesar 1,09% lebih besar daripada metode ekstraksi sokletasi sebesar
0,81%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa metode ekstraksi berpengaruh
terhadap kadar flavonoid, hal ini ditunjukkan dengan nilai sig 0,005 lebih kecil
dari 0,05 dengan taraf kepercayaan 95%, yang berarti bahwa terdapat perbedaan
signifikan antara kadar flavonoid metode ekstraksi maserasi dan sokletasi.

Kata kunci: flavonoid, maserasi, sokletasi, umbi bawang dayak, spektrofotometri


UV-Vis.

ABSTRACT
Dayak onion (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) is a medicinal plant that has
been known and is currently increasingly in demand by the public. One of the
active compounds contained in the dayak onion ethanol extract is a flavonoid
compound. The aim of this research is to compare the levels of flavonoids in
dayak onion ethanol extract by maceration and socculation method.
The research is based on experimental research. The object of this research
was the level of flavonoids from the Dayak bulb. Flavonoid levels were tested
using the formation of complex aluminum chloride compounds, with standard
quercetin, using UV-Vis spectrophotometry and independent T-Test statistical test
using SPSS version 20 of IBM.
The results showed that the average flavonoid level in the maceration
extraction method was 1.09% greater than the socletation extraction method of
0.81%. The result of statistic test showed that the extraction method influenced
the flavonoid level, this was indicated by the value of sig 0.005 smaller than 0.05
with 95% confidence level, which means that there are significant differences
between flavonoid levels of maceration and socculation extraction methods.

Keywords: flavonoid, maceration, socletacy, dayak onion, UV-Vis


spectrophotometry.

1. PENDAHULUAN
Flavonoid merupakan senyawa fenol alam yang terdapat dalam hampir
semua tumbuhan. Sejumlah tanaman obat yang mengandung flavonoid telah
dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, antivirus, antiradang,
antialergi, dan antikanker. Flavonoid menjadi perhatian karena peranannya dalam
pengobatan diantaranya pencegahan kanker dan penyakit degeneratif. Flavonoid
terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar kayu, kulit tepung
sari, nectar, bunga, buah dan biji (Neldawati, dkk., 2013).
Umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) adalah salah satu
tanaman yang banyak mengandung senyawa flavonoid. Bawang dayak termasuk
salah satu tanaman hias dan umumnya bagian tanaman yang digunakan yaitu umbi
dan daun (Mangan, 2009). Tumbuhan ini secara turun temurun telah dipergunakan
oleh masyarakat suku dayak sebagai tumbuhan obat yaitu untuk kanker payudara,
hipertensi, diabetes mellitus, penurun kolesterol, obat bisul, kanker usus dan
mencegah stroke (Syamsul, 2013). Kandungan yang terdapat dalam umbi bawang
dayak terdiri dari senyawa flavonoid, saponin, polifenol, alkaloid, glikosida,
steroid, fenolik, tanin, triterpenoid dan kuinon (Sulastri, dkk., 2015).
Umbi bawang dayak merupakan salah satu sumber flavonoid yang
berpotensi sebagai antioksidan. Kemampuan flavonoid sebagai antioksidan telah
banyak diteliti belakangan ini (Sulastri, dkk., 2015; Pratiwi, dkk., 2013;
Febrinda,dkk., 2013; Kuntorini, dkk., 2010). Kemampuan flavonoid juga telah
diteliti khasiatnya sebagai herbal antimikroba kulit dengan hasil ekstrak etanol
15% berpotensi hampir sama dengan ketokonazol pada konsentrasi 0,2%
(Puspadewi,dkk., 2013). Kandungan flavonoid dalam umbi bawang dayak inilah
yang mendorong dilakukannya suatu usaha yang dapat mengoptimalkan
pemanfaatan tanaman tersebut.
Terdapat beberapa teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk mengisolasi
senyawa aktif dari bahan alam, diantaranya maserasi, sokletasi, refluks, sonikasi,
destilasi dan lain-lain. Efektivitas ekstraksi sangat bergantung pada kondisi-
kondisi percobaan yang digunakan seperti waktu ekstraksi, sampel pelarut, dan
jenis pelarut (Oktavia, 2011). Optimasi pembuatan ekstrak perlu dilakukan untuk
mendapatkan kandungan zat aktif yang tinggi. Optimasi pembuatan ekstrak salah
satunya adalah metode ekstraksi. Metode ekstraksi akan menentukan banyaknya
zat yang dapat tersari. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian
terhadap umbi bawang dayak yaitu perbandingan metode ekstraksi maserasi dan
sokletasi.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar flavonoid pada ekstrak
etanol umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) dengan metode
maserasi dan sokletasi. Umbi bawang dayak pada penelitian ini diekstraksi dengan
pelarut etanol 95% dengan metode yang berbeda yaitu metode maserasi dan
sokletasi. Penentuan kadar flavonoid ekstrak etanol umbi bawang dayak yang
memiliki kandungan paling tinggi diperiksa dengan metode spektrofotometri.

TUJUAN
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui perbandingan metode ekstraksi terhadap
kadarflavonoid ekstrak etanol umbi bawang dayak. Tahapan penelitian ini
dimulaidengan pengumpulan dan pengolahan umbi bawang dayak (simplisia),
skriningfitokimia, ekstraksi dengan metode maserasi dan sokletasi, dan penetapan
kadarflavonoid (spektrofotometri).
Alat dan Bahan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perangkat sokletasi, maserator, tabung reaksi, neraca analitik, rak tabung,
penangas air, batang pengaduk, seperangkat alat-alat gelas (Pyrex), corong gelas,
cawan porselin, plat tetes, penjepit tabung, mikropipet, pipet tetes, vaccum, rotary
evaporator (Heidolph), kuvet kuarsa, spektofotometri UV-Vis. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bawang dayak, etanol 95%, aquades,
alumunium foil, kertas saring, blue tip, Aluminium klorida, kalium asetat, HCl
2N, serbuk Mg, HCl pekat, amilalkohol, FeCl3, N-heksan, asam asetat anhidrat,
H2SO4 pekat, NaOH 5%, pereaksi Meyer, pereaksi Bouchardat, pereaksi
Dragendorf.
Pengumpulan dan Pengolahan. Sampel berupa umbi bawang dayak yang
diambil dari pedagang bawang dayak di Jl. Kadrie Oening Samarinda. Dilakukan
sortasi basah terhadap umbi bawang dayak yang diperolehdari pedagang bawang
dayak di Kota Samarinda. Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan bawang
dayak dari akar, kulit, dan pengotor lain. Umbi bawang dayak selanjutnya dicuci
dengan air mengalir kemudian dirajang tipis. Pengeringan dilakukan untuk
mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, dengan cara di angin-anginkan.
Sortasi kering dilakukan untuk memisahkan benda-benda asing yang tidak
diinginkan, kemudian serbuk simplisia dikemas dan disimpan.
Ekstraksi. Pembuatan ekstrak dari umbi bawang dayak dibuat metode
ekstraksi yaitu maserasi dan sokletasi.
1) Maserasi
Pembuatan ekstrak umbi bawang dayak dilakukan dengan
menggunakan metode ekstraksi maserasi menggunakan pelarut etanol 95%.
Sebanyak 50 gram serbuk simplisia umbi bawang dayak (Eleutherine
palmifolia (L.) Merr) yang telah diayak dengan mesh 40 dimaserasi dengan
pelarut 95% sebanyak 300 mL, secara perlahan sambil diaduk hingga pelarut
merendam seluruh serbuk umbi bawang dayak kemudian dimaserator selama
2 jam dan direndam selama 24 jam, setelah 24 jam didiamkan kemudian
dimaserator lagi selama 2 jam kemudian disaring dengan menggunakan
vaccum. Ampas yangdidapat diremaserasi sebanyak 4 kali dengan jumlah
pelarut 200 mL,100 mL, 75 mL, 75 mL sampai larutan mendekati tidak
berwarna. Maserat yang telah dihasilkan kemudian diuapkan dengan rotary
evaporator pada suhu 50oC hingga maserat menjadi sedikit. Kemudian
ditangaskan di atas penangas untuk menghilangkan kadar etanol yang masih
tersisa hingga didapatkan berat konstan dari ekstrak kental umbi bawang
dayak. Hasil ekstrak yang diperoleh kemudian diuji kadar flavonoidnya
dengan spektrofotometri.

2) Sokletasi
Dipasang alat sokletasi, kemudian sampel sebanyak 50 gram dibungkus
dengan kertas saring, ikat kedua bagian ujungnya dengan benang, dimasukan
ke dalam alat soklet, masukkan pelarut etanol 95% sebanyak 500 mL ke
dalam labu soklet (labu alas bulat), dan 250 mL etanol 95% ke dalam tabung
soklet untuk membasahi sampel. Lakukan sokletasi dengan suhu 700C
sampai tetesan siklus tidak berwarna lagi. Filtrat yang diperoleh kemudian
diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu tidak lebih dari
500C hingga filtrat menjadi sedikit, kemudian ditangaskan diatas penangas
untuk menghilangkan kadar etanol yang masih tersisa hingga didapatkan
berat konstan dari ekstrak kental umbi bawang dayak. Hasil ekstrak yang
diperoleh kemudian diuji kadar flavonoidnya dengan spektrofotometri.
Skrining Fitokimia. Skrining fitokima dilakukan untuk mengidentifikasi
golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, steroid, saponin, dan kuinon yang
terkandung dalam gambir.
1). Uji Alkaloid
Diambil 3 tetes ekstrak yang diperoleh dan ditambahkan:
a) 2 tetes pereaksi Mayer menghasilkan endapan putih/kuning.
b) 2 tetes pereaksi Bouchardat menghasilkan endapan coklat-hitam.
c) 2 tetes pereaksi Dragendrof menghasilkan endapan merah bata.
Alkaloid dianggap positif jika terjadi endapan paling sedikit dua atau tiga dari
percobaan di atas.
2). Uji Flavonoid
Ekstrak umbi bawang dayak dimasukkan ke dalam tabung reaksi
ditambahkan beberapa mL air panas, didihkan selama beberapa menit dan disaring
dalam keadaan panas. Filtrat yang diperoleh diambil tambahkan serbuk Mg dan
beberapa tetes HCl pekat dan amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Bila
terbentuk warna kuning, merah,orange pada lapisan amil alkohol memberikan
indikasi adanya flavonoid.
3). Uji Tanin
Ekstrak umbi bawang dayak ditambahkan dengan 10 mL air suling, disaring
lalu filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 mL
larutan lalu tambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi FeCl3 (besi (III) klorida). Terjadi
warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tannin.
4). Uji Triterpenoid/Steroid
Sebanyak 1 gram ekstrak umbi bawang dayak dimaserasi dengan 20mL n-
heksan selama 2 jam, lalu saring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap, pada
sisa tambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat. Bila
timbul warna ungu atau merah kemudian berubah menjadi hijau biru
menunjukkan adanya triterpenoid/steroida.
5). Uji Saponin
Sebanyak 0,5 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan 10 mL air suling panas, didinginkan kemudian dikocok selama 10
detik, terbentuk buih diamkan selama kurang lebih 15menit. Pada penambahan 1
tetes larutan HCl 2 N, apabila buih tidak hilang menunjukkan adanya saponin.

6). Uji Kuinon


Ekstrak umbi bawang dayak dilarutkan dengan sedikit aquadest dimasukkan
ke dalam gelas kimia. Selanjutnya dipanaskan di atas penangas air dan dibiarkan
dingin. Setelah itu disaring, kemudian filtrat yang diperoleh ditambahkan natrium
hidroksida 5%. Terjadi perubahan warna kuning hingga merah menandakan positif
mengandung kuinon.
Penetapan Kadar Flavonoid. Ditimbang 10 mg ekstrak etanol dari metode
maserasi dan sokletasi. Masing-masing sampel dilarutkan dengan 5 mL etanol
95% ke dalam beaker glass, dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL tambahkan
etanol hingga tanda batas, kemudian disaring dengan kertas saring. Larutan
sampel dipipet sebanyak 1 mL kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL
dan ditambahkan etanol hingga tanda batas untuk mendapatkan konsentrasi 100
ppm.Larutan uji diambil 0,5 mL, kemudian direaksikan dengan AlCl 30,1 mL dan
0,1 mL kalium asetat, ditambahkan 2,8 mL aquadest dan 1,5 mL etanol 95%
didiamkan selama 30 menit. Larutan dibaca nilai absorbansinya pada λ
maksimum. Masing-masing ekstrak ditetapkan kadarnya sebanyak 3 kali replikasi.
Absorbansi rata-rata dimasukkan dalam persamaan kurva baku kuersetin sebagai
nilai y, dimana nilai x yang diperoleh merupakan ekuivalensi miligram kuersetin
dalam setiap 100 miligram sampel (Quercetin Equivalen/QE).
Analisis Data. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif
deskriptif dan uji statistik independent T-Test menggunakan SPSS IBM versi 20.
Data yang dianalisis adalah kadar senyawa flavonoid umbi bawang dayak yang
didasarkan pada data hasil penelitian masing-masing metode ekstraksi dengan
menggunakan metode spektrofotometri.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Pengumpulan dan Pengolahan Simplisia Umbi Bawang Dayak
Umbi bawang dayak yang dikumpulkan merupakan umbi bawang dayak
yang berumur 3 bulan, karena umbi bawang dayak yang berumur 3 bulan
memiliki kandungan metabolit sekunder yang optimal dibandingkan dengan
yang berumur kurang dari 3 bulan. Kemudian dilakukan pencucian untuk
membersihkan kotoran yang masih melekat, lalu ditiriskan. Lalu dilakukan
pengeringan dengan cara diangin-anginkan di dalam ruangan tanpa
menggunakan matahari secara langsung. Umbi bawang dayak yang telah
kering, selanjutnya dihaluskan dan diayak menggunakan ayakan dengan nomor
mesh 40 untuk memperkecil ukuran serbuk dan memperluas kontak permukaan
antara simplisia dengan pelarut sehingga mengoptimalkan proses ekstraksi.

3.2. Hasil Ekstraksi Umbi Bawang Dayak

Nilai
Bobot Serbuk Bobot Ekstrak
No Metode Rendemen
Simplisia (gram) Kental (gram)
(%)
1 Maserasi 50 3,44 6,88
2 Sokletasi 50 4,38 8,76
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil ekstraksi dengan metode
sokletasi menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dari pada metode maserasi
pada sampel umbi bawang dayak. Hal ini disebabkan karena pada metode
sokletasi diikuti dengan proses pemanasan dapat meningkatkan kemampuan
untuk mengekstraksi senyawa-senyawa yang tidak larut dalam suhu kamar,
sehingga aktivitas penarikan senyawa lebih maksimal, sedangkan maserasi
merupakan metode ekstraksi dengan pengadukan pada suhu kamar sehingga
rendemen yang dihasilkan sedikit karena tidak semua metabolit sekunder
tertarik secara sempurna oleh pelarut.

3.3. Hasil Skrining Fitokimia

Sampel Uji Kualitatif Hasil


Flavonoid +
Alkaloid +
Umbi Bawang Tanin +
Dayak Saponin -
Kuinon +
Steroid & Triterpenoid -
Keterangan: + = mengandung senyawa ; - = tidak mengandung senyawa

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel, menunjukkan bahwa pada


ekstrak etanol 95% umbi bawang dayak mengandung senyawa flavonoid,
alkaloid, tannin, kuinon, sedangkan untuk triterpenoid dan steroid adalah
senyawa yang cenderung bersifat non polar sedangkan pada proses ekstraksi
umbi bawang dayak digunakan pelarut etanol 95% yang memiliki sifat lebih
cenderung polar, sehingga kemungkinan senyawa tersebut tidak ikut
terekstraksi. Penelitian Pratiwi (2013) tentang uji aktivitas antioksidan daun
bawang mekah dengan penggunaan etanol 70% juga tidak menunjukkan
adanya steroid dan triterpenoid pada skrining fitokimia.

3.4. Hasil Penetapan Kadar Flavonoid

Kadar Rata-
Bobot Ekstrak Kadar
No Metode rata Flavonoid
Kental (gram) Flavonoid (%)
(%)
1 Maserasi 3,44 0,000029843 3,1939 x 10
0,000031294
0,00003468
2 Sokletasi 4,38 0,000018121 1,8500 x 10
0,000018121
0,00001926

Berdasarkan data tabel, menunjukkan bahwa metode maserasi


menghasilkan kadar rata-rata flavonoid lebih tinggi dibandingkan dengan
metode sokletasi, hal tersebut mungkin terjadi karena kadar awal flavonoid
pada metode maserasi lebih tinggi sehingga saat dikonversikan dengan berat
ekstrak keseluruhan menghasilkan kadar yang lebih tinggi walaupun dengan
hasil ekstrak yang lebih sedikit.

4. KESIMPULAN
Kadar flavonoid yang terkandung pada ekstrak etanol umbi bawang dayak
dari perbandingan metode menghasilkan metode ekstraksi maserasi lebih tinggi
yaitu 1,09% dibandingkan metode ekstraksi sokletasi sebesar 0,81%. Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa metode ekstraksi berpengaruh terhadap kadar
flavonoid, hal ini ditunjukkan dengan nilai sig 0,005 lebih kecil dari 0,05 dengan
taraf kepercayaan 95%, yang berarti bahwa terdapat perbedaan signifikan antara
kadar flavonoid metode ekstraksi maserasi dan sokletasi.
DAFTAR PUSTAKA

Febrinda, A.E., Made, A., Tutik, W., dan Nancy, D.Y., 2013. “ Kapasitas
Antioksidan dan Inhibitor Alfa Glukosidase Ekstrak Umbi Bawang Dayak”.
J. Teknol. Dan Industri Pangan. Vol.24 (2). Hal: 161

Kuntorini, E.M., 2013. “Kemampuan Antioksidan Bulbus Bawang Dayak


(Eleutherine americana Merr) Pada Umur Berbeda”. FMIPA Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Hal: 299
Mangan, Y. 2009. Solusi Mencegah dan Mengatasi Kanker. Jakarta: Agromedia
Pustaka. Hal 64
Neldawati., Ratnawulan., dan Gusnedi., 2013. “Analisis Nilai Absorbansi dalam
Penentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat”.
Pillar of Physics. Vol.2. Hal: 76-77
Oktavia, J.D. 2011. “Pengoptimuman Ekstraksi Flavonoid Daun Salam (Syzygium
polyanthum) dan Analisis Sidik Jari Dengan Kromatografi Lapis Tipis”.
Skripsi. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Pertanian Bogor. Hal: 4; 11
Sulastri, E., Cristadeolia, O., dan Yusriadi., 2015. “Formulasi Mikroemulsi
Ekstrak Bawang Hutan dan Uji Aktivitas Antioksidan”. Jurnal
Pharmascience. Vol.2 (2). Hal: 2; 9
Syamsul, E.S., dan Supomo, 2013. “Pengembangan Kearifan Lokal Ekstrak
UmbiBawang Tiwai (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) Dalam Bentuk
Sediaan Granule Effervescent Sebagai Food Supplement”. Laporan Hasil
Penelitian Terapan. Kalimantan Timur. Hal: 1; 3-5.
Pratiwi, D., Sri, W., dan Isnindar., 2013. “Uji Aktivitas Antioksidan Daun Bawang
Mekah (Eleutherine Americana Merr.) Dengan Metode DPPH (2,2-Difenil-
1- pikrilhidrazil)”. Traditional Medicine Journal. Vol.18 (1). Hal: 9; 14
Puspadewi, R., Putranti, A., dan Rizka, M., 2013. “Khasiat Umbi Bawang
Dayak(Eleutherine palmifolia (L.) Merr) Sebagai Herbal Antimikroba
Kulit”. Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi. Hal: 31

Anda mungkin juga menyukai