Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

DOSEN PEMBIMBING :

Drs. Darmae Nasir, M.Si.,MA.,Ph.D

DISUSUN OLEH :

Rahel Lina
BCA 116 080

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat-NYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai untuk memenuhi tugas
Ujian Akhir Semester dalam mata kuliah Akuntansi Sektor Publik yang diasuh
oleh Bapak Drs. Darmae Nasir, M.Si.,MA.,Ph.D. Tidak lupa saya juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Palangka Raya,28 Juni 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN…………………………….. i

KATA PENGANTAR………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………..5

1.2 Rumusan Masalah……………………………………. 5

1.3 Tujuan …………………………………………………..5

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Laporan Realisasi Anggaran ……………………………6

2.1.2 Tujuan & Manfaat Laporan Realisasi Anggaran…….. 7

2.1.3 Basis Akuntansi……………………………………….. 8

2.1.4 Isi & Format Laporan Realisasi Anggaran…………….10

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Akuntansi Dalam Penyusunan LRA……………………….14

3.2 Ilustrasi LRA berdasarkan LKPP 2016……………………..27

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan…………………………………………………..29

4.2 Saran…………………………………………………………..29

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………30

BAB I

PENDAHULUAN

Penyajian laporan keuangan merupakan salah satu agenda dalam memenuhi suatu
kewajiban dalam rangka pemenuhan kebutuhan bersama sebagaimana yang telah diatur
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam penyajian laporan keuangan
yang disusun oleh pemerintah, harus memuat komponen-komponen laporan keuangan
yang harus dipenuhi. Salah satu komponen laporan keuangan yang harus dipenuhi tersebut
adalah laporan realisasi anggaran.

Laporan realisasi anggaran yang disusun oleh suatu entitas akan menyajikan
laporan realisasi anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan. Dalam peraturan tersebut telah ditetapkan standar yang mengatur
tentang bagaimana penyajian laporan realiasasi anggaran yang semestinya. Tujuan dari
penetapan standar laporan realisasi anggaran adalah penetapan dasar-dasar penyajian
laporan realisasi anggaran untuk pemerintah dalam rangka untuk sebagai perwujudan
pemenuhan tujuan akuntabilitas publik.
1.1 Latar Belakang

Melalui penyusunan laporan realiasi anggaran dapat dihasilkan informasi realisasi


dan anggaran entitas pelaporan. Dari informasi tersebut dapat dilakukan perbandingan
antara anggaran dan realisasinya. Perbandingan tersebut ditujukan untuk mengetahui
sejauhmana tingkat pencapaian target-target yang telah disepakati antara eksekutif dan
legislatif serta bagaimana proses penyerapan anggaran yang terjadi.

Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam


memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan
pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan
secara komparatif. Laporan Realisasi Anggaran dapat menyediakan informasi kepada
para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya
ekonomi yang telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat, telah dilaksanakan
sesuai dengan anggarannya (APBN/APBD), dan telah dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Informasi Laporan Realisasi Anggaran (LRA) ini sangat berguna untuk


mengkaji ulang keputusan tentang alokasi sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan
kepatuhan entitas perlaporan terhadap ketentuan anggaran. Hasil akhir laporan realisasi
anggaran ini yang kemudian akan dipindahkan ke neraca kelompok ekuitas dana lancar.
Setiap laporan realisai anggaran harus disusun dan disajikan sesuai dengan Standar
Akuntansi pemerintahan (SAP). LRA dan SAP dinyatakan dalam PSAP No.2 tentang
laporan realisasi anggaran. PSAP No.2 ini berisikan prinsip-prinsip mengenai LRA.
Tujuan standar LRA menetapkan dasar-dasar penyajian laporan realisasi anggaran untuk
pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan akuntanbilitas sebagaimana ditetapkan oleh
peraturan perundang-undangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Laporan Realisasi Anggaran (LRA) ?
2. Apa tujuan dan manfaat dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA) ?
3. Bagaimana penyusunan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui apa yang dimaksud dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2. Mengetahui tujuan dan manfaat Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
3. Mengetahui bagaimana cara Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Laporan Realisasi Anggaran.

Laporan realisasi anggaran merupakan penyampaian laporan pertanggungjawaban


keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti
Standar Akuntansi Pemerintahan yang telah diterima secara umum. Hal tersebut diatur
dalam undang-undang No. 17 tahun 2003, tentang keuangan negara yang mensyaratkan
bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan
disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan


keuangan pemerintah yang menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas
pelaporan secara tersanding untuk suatu periode tertentu.
Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam
memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan
pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan
secara komparatif. Laporan Realisasi Anggaran dapat menyediakan informasi kepada para
pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi yang
telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat, telah dilaksanakan sesuai dengan
anggarannya (APBN/APBD), dan telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Dalam laporan realisasi anggaran harus diidentifikasi secara jelas informasi berikut
pada setiap halaman laporan:

1. nama entitas pelaporan pemerintah atau sarana identifikasi lainnya

2. cakupan entitas pelaporan

3. periode yang dicakup

4. mata uang pelaporan

5. satuan angka yang digunakan

Laporan realisasi anggaran setidaknya disajikan secara tahunan. Tahun anggaran


pemerintah dapat berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan untuk periode yang
lebih panjang atau pendek dari periode satu tahun anggaran. Apabila hal tersebut terjadi
maka sebagai tambahan informasi terhadap periode cakupan laporan realisasi anggaran
mengungkap:

a. Alasan penggunaan periode pelaporan selain periode tahunan

b. Fakta bahwa angka-angka komperatif dalam laporan realisasi anggaran

tidak dapat diperbandingan.


Manfaat suatu laporan realisasi berkurang apabila jika laporan tersebut tidak
tersedia tepat pada waktunya suatu entitas pemerintahan menyajikan laporan realisasi
anggaran selambat-lambatnya enam (6) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.
Faktor-faktor seperti kompleksitas operasi pemerintah tidak dapat dijadikan pembenaran
atas ketidakmampuan entitas pemerintah untuk menyajikan laporan keuangan yang tepat
waktu.

2.2 Tujuan dan Manfaat Laporan Realisasi Anggaran.

Tujuan standar laporan realisasi anggaran adalah menetapkan dasar-dasar


penyajian laporan realisasi anggaran untuk pemerintahan dalam rangka memenuhi tujuan
akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan . laporan
realisasi anggaran menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas secara
tersanding. Penyadingan antara anggara dan realisasinya menunjukan tingkat ketercapaian
target-target yang telah disepakati antara legislative dan eksekutif sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Menurut PSAP No. 2 alinea 6 (2010), laporan realisasi anggaran menyediakan


informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan
dari suatu entitas yang masing-masing diperbadingkan dengan anggarannya. Informasi
tersebut berguna bagi para pengguna laporan tersebut dalam membuat dan mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi serta untuk menyediakan
akuntabilitas entitas atas sumber – sumber daya tersebut dengan :

a. Menyediakan informasi mengenai sumber-sumber daya ekonomi alokasi dan


penggunaan sumber-sumber tersebut

b. Menyediakan informasi realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna dalam


mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas pengguna
anggaran.

Laporan realisasi anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam


memprediksikan sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan
pemerintah pusat dan daerah. Laporan tersebut juga memprediksi resiko ketidakpastian
dari sumber – sumber daya ekonomi yang berhubungan dengan kegiatan pemerintah
tersebut. Laporan realisasi anggaran dapat menyediakan informasi kepada para pengguna
laporan tentang tentang indikasi apakah sumber daya ekonomi yang diperoleh dan
digunakan :

a. Telah dilaksanakan secara efektif, efisien dan hemat.

b. Telah sesuai dengan anggaranya

c. Telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.3 Basis Akuntansi

2.3.1 Basis Anggaran dan Basis Akuntansi

Anggaran pemerintah disusun dengan basis kas. Akuntansi pemerintah pada


dasarnya merupakan akuntansi anggaran, maka basis akuntansi yang digunakan
seharusnya sama dengan basis anggaran. Pada saat ini Pemerintah Indonesia masih
menggunakan basis kas, baik untuk anggaran maupun akuntansi realisasi anggarannya.

Apabila ada pemerintah daerah yang menerapkan basis akrual penuh dalam sistem
akuntansinya, termasuk untuk pendapatan dan belanja, maka dalam penyusunan LRA,
laporan yang dihasilkan dari basis akrual tersebut harus dikonversi ke LRA berbasis kas.
Konversi dari LRA berbasis akrual ke LRA wajib disajikan dan diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan keuangan sebagaimana diatur dalam PSAP No. 04 tentang Catatan
atas Laporan Keuangan.
2.3.2 Pengakuan Pendapatan

Sistem penerimaan pendapatan pemerintah daerah diatur dalam Peraturan Daerah.


Pada umumnya terdapat dua sistem penerimaan:

a. Wajib bayar/masyarakat langsung menyetor ke rekening Kas Umum Daerah.

b. Wajib bayar/masyarakat menyetor ke juru pungut/Bendahara Penerimaan,


selanjutnya Bendahara Penerimaan tersebut menyetor ke rekening Kas Umum
Daerah.

Dengan menggunakan basis kas, pendapatan diakui pada saat diterima pada
rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah. Oleh karena itu, pada saat uang diterima
juru pungut/Bendahara Penerimaan, jumlah tersebut belum diakui sebagai pendapatan
daerah, pengakuannya baru dilakukan setelah uang tersebut disetor ke rekening Kas Umum
Daerah.

2.3.3 Pengakuan Belanja

Sistem pembayaran dalam pelaksanaan anggaran ada dua, yaitu:

a. Pembayaran langsung kepada yang berhak

b. Pembayaran dengan dana kas kecil melalui Bendahara Pengeluaran.

Berdasarkan Basis Kas sebagaimana diatur dalam PSAP No. 2, belanja diakui pada saat
terjadinya pengeluaran dari rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah. Khusus
pengeluaran melalui Bendahara Pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat
pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang menjalankan
fungsi perbendaharaan (SKPKD).

Dengan demikian, untuk pembayaran langsung kepada pihak ketiga/vendor


pengakuan belanjanya dilakukan pada saat uang dikeluarkan, yaitu pada saat
diterbitkannya Surat Perintah Pencairan Dana Langsung (SP2D LS). Sedangkan untuk
pembayaran dengan dana kas kecil, pada saat diterbitkannya SP2D untuk pemberian uang
persediaan kepada Bendahara Pengeluaran (SP2D UP) ataupun untuk penambahan uang
persediaan (SP2D TU) belum diakui sebagai belanja. Pengeluaran tersebut merupakan
transaksi transito yang belum membebani anggaran. Pengakuan belanja baru dilakukan
setelah pengeluaran yang dilakukan dipertanggungjawabkan olah Bendahara Pengeluaran
dan telah diverifikasi serta disetujui oleh pejabat yang berwenang, ditandai dengan
diberikannya pengganti uang persediaan dengan diterbitkannya SP2D GU.

2.3.4 Pengakuan Pembiayaan

Pelaksanaan anggaran pembiayaan merupakan kewenangan Bendahara Umum


Daerah. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima kas pada rekening Kas Umum
Negara/Kas Umum Daerah. Dengan demikian, perlakuan pengakuan penerimaan
pembiayaan ini sama dengan pengakuan pendapatan sebagaimana diuraikan pada bagian
terdahulu.

Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan kas dari rekening Kas
Umum Negara/Kas Umum Daerah. Pengeluaran pembiayaan antara lain untuk pemberian
pinjaman, penyertaan modal, dan pembentukan dana cadangan. Pembayarannya dapat
dilakukan melalui pembayaran langsung atau melalui Bendahara Pengeluaran dengan uang
persediaan. Pengakuannya sama dengan pengakuan belanja, yaitu untuk pembayaran
langsung diakui pada saat diterbitkannya SP2D LS sedangkan untuk pembayaran melalui
uang persediaan dilakukan setelah pertanggungjawaban atas pengeluaran ini diverifikasi
dan disetujui oleh SKPKD.
2.4 Isi dan Format Laporan Realisasi Anggaran.

Laporan realisasi anggaran disajikan sedemikian rupa sehingga menonjolkan


berbagai unsur pendapatan, belanja dan pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar. Laporan realisasi anggaran menbandingkan realisasi pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dengan anggarannya. Menurut PSAP No.2 dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 bahwa laporan realisasi anggaran minimal mencakup pos-pos
sebagai berikut :

a. Pendapatan.

b. Belanja.

c. Transfer.

d. Surflus atau Deficit.

e. Penerimaan Pembiayaan

f. Pengeluaran Pembiayaan.

g. Pembiayaan Netto.Selisih lebih / kurang Pembiayaan Anggaran (SILPA /

SIKPA)

Pos, judul dan sub jumlah lainnya disajikan dalam laporan realisasi anggaran
apabila diwajibkan oleh standar akuntansi pemerintahan atau apabila penyajian tersebut
diperlukan untuk menyajikan laporan realisasi anggaran secara wajar.

Dalam konteks laporan realisasi anggaran, aktivitas operasi adalah


aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh entitas dalam rangka mencapai tujuan utamanya.
Belanja yang timbul dari aktivitas operasi dibedakan menurut belanja yang timbul dari
aktivitas perolehan aset dan yang timbul dari aktivitas pembiayaan entitas. Entitas
pemerintah harus menyajikan pada laporan realisasi anggaran atau pada catatan atas
laporan keuangan sub-klasifikasi pendapatan menurut jenis pendapatan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
Entitas pemerintah menyajikan belanja menurut jenis dalam laporan realisasi
anggaran. Rincian belanja menurut klasifikasi organisasi disajikan dalam laporan realisasi
anggaran atau di catatan atas laporan keuangan. Belanja disajikan dalam laporan realisasi
anggaran menurut jenis belanja. Berikut ini adalah penjelasan tentang item-item yang ada
dalam laporan realisasi anggaran.

a. Pendapatan.

Menurut PSAP No.2.1 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

pengertian pendapatan adalah :

“ Pendapatan adalah semua penerimaan kas umum Negara / kas daerah yang menambah
ekuitas dana dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang menjadi hak pemerintah
pusat / daerah ”.

Pembukuan pendapatan harus dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan


membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran). Realisasi anggaran pendapatan harus dibukukan
sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan.

Pengembalian / koreksi atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode


penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang pendapatan, sedangkan
pengembalian / koreksi atas penerimaan pendapatan dari periode sebelumnya dibukukan
sebagai pengurang ekuitas dana lancar. Akuntansi pendapatan disusun untuk memenuhi
kebutuhan pertanggung jawaban sesuai dengan ketentuan dan untuk keperluan
pengendalian bagi manajemen pemerintah pusat dan daerah.

b. Belanja.

Menurut PSAP No.2.dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

pengertian belanja adalah :


“Belanja adalah semua pengeluaran kas umum Negara / kas daerah yang mengurangi
ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah pusat / daerah. Belanja ditetapkan
dengan dokumen otoritas kredit anggaran (allotment)”.

Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran kas umum Negara / kas daerah.
Khusus pengeluaran kepada pemegang kas diakui pada saat dipertanggung jawabkan.
Realisasi anggaran belanja harus dibukukan sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan.

c. Transfer

Menurut PSAP No.2.1 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 :

“ Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas ke entitas lain


seperti pengeluaran dan dana bagi hasil”.

d. Surflus / Defisit.

Menurut PSAP No.2. dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

pengertian surflus adalah :

“Surflus adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja. Defisit adalah selisih
kurang antara pendapatan dan belanja”.

e. Penerimaan Pembiayaan.

Menurut PSAP No.2 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 pengertian
penerimaan pembiayaan adalah :

“Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan kas umum Negara / kas daerah
antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil
privitisasi BUMN / BUMD, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada
pihak ketiga danpenjualan investasi permanent lainnya”.
f. Pengeluaran Pembiayaan.

Menurut PSAP No.2 dalam Peratura Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 :

“Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran kas umum Negara atau daerah karena
memberikan pinjaman kepada pihak ketiga atau pembayaran klaim kepada pihak ketiga
dalam periode tahun anggaran tertentu”.

g. Pembiayaan Netto

Menurut PSAP No.2 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 :

“Penerimaan Netto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi


pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu”.

h. Sisa Lebih atau Kurang Perhitungan Anggaran.

Menurut PSAP No.2 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 :

“Selisih lebih kurang perhitungan anggaran adalah akumulasi surplus / defisit


dengan pembiayaan netto”.

Transaksi dalam valuta asing harus dibukukan dalam mata uang yang digunakan
dalam pelaporan keuangan dengan menjabarkan jumlah mata uang asing tersebut menurut
kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Akuntansi dalam Penyusunan LRA

Dalam penyajian laporan realisasi anggaran, terdapat berbagai akuntansi yang


disusun. Antara lain adalah :

1. Akuntansi Anggaran

Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban dan pengendalian


manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan pendapatan, belanja, transfer
dan pembiayaan.

Akuntansi anggaran diselenggarakan sesuai dengan srtuktur anggaran yang terdiri


dari anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan. Anggaran pendapatan meliputi
estimasi pendapatan yang dijabarkan menjadi alokasi estimasi pendapatan. Anggaran
belanja terdiri dari apropriasi yang dijabarkan menjadi otorisasi kredit anggaran
(allotment). Anggaran pembiayaan terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
pembiayaan.

Akuntansi anggaran diselenggarakan pada saat anggaran disahkan, anggaran


dialokasikan, dan anggaran direalisasikan. Pengesahan anggaran ditandai dengan
terbitnya Perda APBD. Akuntansi diselenggarakan di SKPD dan di BUD. Akuntansi di
SKPD dimaksudkan untuk menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca.
Akuntansi di tingkat BUD terutama dimaksudkan untuk menghasilkan Laporan Arus Kas.
Akuntansi anggaran untuk Perda APBD dilakukan di BUD. Ilustrasi akuntansi
untuk anggaran yang disahkan dengan Perda APBD adalah:

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Estimasi Pendapatan xxx

Apropriasi Belanja xxx

Surplus/Defisit xxx

Estimasi Penerimaan Pembiayaan xxx

Pembiayaan Neto xxx

Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan Xxx

Pada saat alokasi anggaran dituangkan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran


(DPA SKPD), berarti Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mempunyai hak untuk
menggunakan dana maksimal sebesar anggaran belanja yang dialokasikan dan SKPD
mempunyai kewajiban untuk menyetorkan pendapatan ke BUD sebesar alokasi estimasi
pendapatan yang dituangkan di DPA SKPD. Jurnal pengalokasian dana berupa
DPA-SKPD dicatat seperti berikut:

SKPD

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Estimasi Pendapatan yg Dialokasikan xxx

Utang kepada BUD xxx

Piutang kepada BUD xxx


Allotment Belanja xxx

BUD

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Alokasi Estimasi Pendapatan xxx

Alokasi Apropriasi Belanja xxx

2. Akuntansi Pendapatan – LRA

Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada rekening Kas Umum Daerah.
Seperti diuraikan di atas bahwa penerimaan pendapatan dapat dilakukan melalui
bendahara penerimaan atau langsung disetor ke kas daerah. Apabila pendapatan lansung
disetor ke kas daerah, maka SKPD akan mengakui adanya realisasi pendapatan dan
penurunan Utang kepada BUD. Oleh karena itu, transaksi ini dicatat dengan mendebet
Utang kepada BUD dan mengkredit Pendapatan. Apabila pendapatan disetor melalui
bendahara penerimaan, maka SKPD akan mendebet Kas di Bendahara Penerimaan dan
mengkredit Pendapatan yang Ditangguhkan. Pendapatan yang Ditangguhkan
mencerminkan adanya kewajiban bagi SKPD untuk menyetorkan pendapatan tersebut ke
rekening Kas Umum Daerah. Oleh karena itu, Pendapatan yang Ditangguhkan merupakan
utang SKPD kepada BUD. Apabila pendapatan tersebut disetorkan, maka SKPD
mendebet Utang kepada BUD dan mengkredit Pendapatan. Selanjutnya dilakukan jurnal
balik atas penerimaan kas yang semula ditampung dalam akun Pendapatan yang
Ditangguhkan. Jurnal balik dilakukan dengan mendebet Pendapatan yang Ditangguhkan
dan mengkredit Kas di Bendahara Penerimaan.

BUD tidak melakukan pencatatan pada saat kas diterima oleh bendahara
penerimaan. BUD melakukan pencatatan pada saat kas telah disetorkan dan diterima pada
rekening Kas Umum Daerah, dengan mendebet Kas di Kas Daerah dan mengkredit
pendapatan sesuai dengan jenisnya. Pada tanggal pelaporan perlu dilakukan rekonsiliasi
pendapatan antara SKPD dan BUD.

Dokumen sumber untuk pengakuan pendapatan antara lain berupa surat tanda
setoran, nota kredit, dan bukti penerimaan lainnya yang dianggap sah.

Berikut ini ilustrasi akuntansi untuk penerimaan pendapatan pajak:

a. Pendapatan yang disetor ke BUD

1) SKPD

Tgl Uraian Ref Debet Kredit

Utang kepada BUD xxx

Pendapatan xxx

(Buku Pembantu: sesuai dengan jenis pajak)

2) BUD

Tgl Uraian Ref Debet Kredit

Kas di Kas Daerah xxx

Pendapatan .... xxx

(Buku Pembantu: sesuai dengan jenis pajak)

b. Pendapatan melalui Kas Bendahara Penerimaan


1) SKPD

Penerimaan Kas oleh Bendahara Penerimaan

Tgl Uraian Ref Debet Kredit

Kas Bendahara Penerimaan xxx

Pendapatan yang Ditangguhkan xxx

(Buku Pembantu: sesuai dengan jenis pajak)

Penyetoran kas oleh SKPD kepada BUD

Jurnal 1

Tgl Uraian Ref Debet Kredit

Utang kepada BUD xxx

Pendapatan xxx

(Buku Pembantu: sesuai dengan jenis pajak)

Jurnal 2
Tgl Uraian Ref Debet Kredit

Pendapatan yang Ditangguhkan xxx

Kas Bendahara Penerimaan xxx

(Buku Pembantu: sesuai dengan jenis pajak)

2) BUD

Penerimaan Kas pada SKPD

Tgl Uraian Ref Debet Kredit

Tidak ada Jurnal

Penerimaan Setoran Kas dari SKPD

Tgl Uraian Ref Debet Kredit

Kas di Kas Daerah xxx

Pendapatan.... xxx

(Buku Pembantu: sesuai dengan jenis

pajak)
Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).

3. Akuntansi Belanja

Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya
terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi
(jenis belanja), organisasi dan fungsi.

Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis


belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat
yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan
sosial, dan belanja lain-lain. Klasifikasi belanja pemerintah daerah adalah belanja pegawai,
belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial dan belanja tak
terduga.

Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari


pemerintah pusat / daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi antara
lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial.

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset
lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi
antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, aset tak
berwujud. Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang
sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam,
bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam
rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.

Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan


dalam dokumen anggaran. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja)
yang terjadi pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada
periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas pengeluaran
belanja dibukukan dalam pendapatan-LRA dalam pos pendapatan lain-lain-LRA.

Akuntansi belanja disusun selain untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban


sesuai dengan ketentuan, juga dapat dikembangkan untuk keperluan pengendalian bagi
manajemen untuk mengukur efektivitas dan efisiensi belanja tersebut.

Berikut ini adalah contoh pencatatan pada akuntansi belanja :

Belanja Operasi:

- Belanja Pegawai xxx

- Belanja Barang xxx

- Bunga xxx

- Subsidi xxx

- Hibah xxx

- Bantuan Sosial xxx

Belanja Modal:

- Belanja Aset Tetap xxx

- Belanja Aset Lainnya xxx


Belanja Lain-lain/Tak Terduga xxx

4. Akuntansi Surplus / Defisit – LRA

Selisih antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan dicatat
dalam pos Surplus/Defisit-LRA. Surplus-LRA adalah selisih lebih antara pendapatan-LRA
dan belanja selama satu periode pelaporan. Defisit-LRA adalah selisih kurang antara
pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan.

Surplus/defisit diperoleh melalui jurnal penutup pendapatan dan belanja.


Perhitungan Surplus/defisit dilakukan di tingkat pemerintah daerah (BUD) melalui jurnal
penutup pada saat dilakukan proses penggabungan di BUD. DiSKPD tidak dilakukan
penandingan antara pendapatan dan belanja sehingga tidak ada surplus/defisit.

Dalam ilustrasi ini digunakan pendekatan penutupan akun secara

berjenjang. Di SKPD, akun realisasi anggaran ditutup ke akun alokasi anggaran

dalam DPA SKPD.

Contoh:

Estimasi pendapatan di DPA SKPD Rp10 juta dan realisasi pendapatan Rp9 juta.
Allotment Belanja sebesar Rp20 juta dan realisasi belanja Rp18 juta

Jurnal penutup di SKPD adalah:

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Pendapatan 9 juta

Utang kepada BUD 1 juta


Estimasi Pendapatan yang 10 juta

dialokasikan

Allotment Belanja 20 juta

Piutang dari BUD 2 juta

Belanja ... 18 juta

Selanjutnya penutupan akun pendapatan dan belanja serta anggarannya di

BUD dapat diilustrasikan berikut ini.

Contoh:

Estimasi Pendapatan Rp1.000 miliar dan realisasi Pendapatan Rp950 miliar.


Sementara Apropriasi Belanja Rp1.250 miliar dan Realisasi Belanja Rp1.100 miliar.

Jurna Penutup (Rp miliar)

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Des 31 Apropriasi Belanja 1.250

Alokasi Apropriasi Belanja 1.250

Des 31 Alokasi Estimasi Pendapatan 1.000

Estimasi Pendapatan 1.000

Des 31 Pendapatan 950

Surplus/Defisit 150

Belanja 1.100

5. Akuntansi Pembiayaan
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik
penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang
dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau
memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari
pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan
untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan
penyertaan modal oleh pemerintah.

a. Akuntansi Penerimaan Pembiayaan

Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum


Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah,
hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan
kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.

Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum
Negara/Daerah. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto,
yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).

Terhadap setiap penerimaan pembiayaan dibuat 2 (dua) jurnal. Pertama, untuk


mengakui realisasi penerimaan anggaran, kedua, jurnal korolari untuk mengakui akun
neraca terkait yang dipengaruhi transaksi tersebut.

Berdasarkan kewenangan tersebut, transaksi-transaksi yang berkaitan dengan


pembiayaan dicatat dan dibukukan oleh Bendahara Umum Daerah.

Contoh:

Pada tahun 2006 diterima pinjaman dari Pemerintah Pusat sejumlah Rp500 juta.
Pinjaman ini merupakan pinjaman jangka panjang, yang akan diangsur selama 5 tahun
mulai tahun 2008.
Jurnal untuk penerimaan pinjaman tersebut adalah:

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Kas di Kas Daerah 500 juta

Penerimaan Pinjaman 500 juta

Dana yg harus disediakan


untuk 500 juta

pembayaran utang jk panjang

Utang kepada Pemerintah Pusat 500juta

b. Akuntansi Pengeluaran Pembiayaan

Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum


Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal
pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu,
dan pembentukan dana cadangan. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan
dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Pembentukan Dana Cadangan menambah
Dana Cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan Dana
Cadangan di pemerintah daerah merupakan penambah Dana Cadangan. Hasil tersebut
dicatat sebagai pendapatan-LRA dalam pos pendapatan asli daerah lainnya. Contoh:

Dikeluarkan uang sejumlah Rp100 juta sebagai penyertaan modal pada PDAM.

Jurnal untuk pengeluaran penyertaan modal pada PDAM tersebut adalah:


Tgl Uraian Ref Debet Kredit

Pengeluaran Penyertaan Modal Pemda 100 juta

Kas di Kas Daerah 100 juta

(Untuk mencatat penyertaan modal pada

PDAM)

Penyertaan Modal Pemda 100 juta

Diinvestasikan dalam Investasi Jk Panjang 100 juta

(Untuk mencatat penyertaan modal pada

PDAM)

c. Akuntansi Pembiayaan Netto

Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi


pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu. Selisih lebih/kurang
antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat
dalam Pembiayaan Neto. Contoh:

Selama satu tahun anggaran, penerimaan pembiayaan berasal dari penerimaan


pinjaman sejumlah Rp200 juta, dan pengeluaran pembiayaan hanya untuk penyertaan
modal sejumlah Rp250 juta.

Jurnal penutupnya adalah:

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Penerimaan Pinjaman 200 juta


Pembiayaan Neto 50 juta

Pengeluaran Penyertaan Modal 250 juta

(Untuk menutup penerimaan dan

pengeluaran pembiayaan)

6. Akuntansi Sisa Lebih / Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA / SiKPA)


SiLPA/SiKPA adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan

pengeluaran selama satu periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara realisasi


pendapatan-LRA dan Belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama
satu periode pelaporan dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA. Sisa lebih/kurang pembiayaan
anggaran pada akhir periode pelaporan dipindahkan ke Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih.

SILPA/SIKPA diperoleh dari penutupan akun Surplus/Defisit dan Pembiayaan


Neto pada akhir tahun anggaran.

Contoh:

Surplus/defisit pada contoh di atas bersaldo kredit Rp100 juta sedangkan


Pembiayaan Neto bersaldo debet Rp50 juta.
Jurnal penutupnya adalah:

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Surplus/Defisit 100 juta

Pembiayaan Neto 50 juta

SILPA 50 juta

(Untuk menutup Surplus/defisit

dan Pembiayaan neto)

7. Transaksi Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan Berbentuk Barang

Transaksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam bentuk barang/aset harus


dilaporkan dalam LRA dengan cara menaksir nilai aset tersebut pada tanggal transaksi.
Berhubung transaksi ini harus dicatat sebagai pendapatan dan belanja atau pembiayaan,
maka perlu dibuatkan dokumen anggaran sebagai pendapatan, belanja, atau pembiayaan
sebagai dokumen pengesahan anggaran. Berdasarkan dokumen pengesahan inilah dibuat
jurnal untuk mencatat transaksi ini. Berhubung transaksi ini tidak melibatkan arus kas
maka transaksi ini tidak dilaporkan dalam Laporan Arus Kas.

Di samping itu, transaksi semacam ini juga harus diungkapkan sedemikian rupa
pada Catatan atas Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi yang
relevan mengenai bentuk dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang diterima. Contoh
transaksi berwujud barang adalah hibah dalam wujud barang dan barang rampasan.

Contoh:
Diterima hibah dari UNICEF sebuah mobil ambulance seharga Rp200 juta.

Jurnal penerimaan hibah berupa barang ini adalah:

SKPD

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Utang kepada BUD 200 juta

Pendapatan Hibah 200 juta

Belanja Modal – Peralatan dan Mesin 200 juta

Piutang dari BUD 200 juta

Peralatan dan Mesin 200 juta

Diinvestasikan dalam Aset Tetap 200 juta

BUD

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit

Belanja Modal – Peralatan dan Mesin 200 juta

Pendapatan Hibah 200 juta


3.2 ILUSTRASI LRA

Berdasarkan halaman20 dari LKPP 2016


Berdasarkan halaman 21 dari LKPP 2016
Berdasarkan halaman 22 dari LKPP 2016
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pelaporan Realisasi Anggaran memberikan informasi tentang realisasi dan


anggaran entitas pelaporan secara tersanding. Penyandingan antara anggaran dan
realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara
legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Laporan Realisasi
Anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja, transfer,
surplus/defisit, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna
laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi,
akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran.

Secara umum, Laporan Realisasi Anggaran Negara pada tahun 2016 cukup baik dan
dapat dipertanggungjawabkan.

4.2 Saran

Dalam pemanafaatan anggaran, sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan


ketercapaian target dari program-program pemerintah secara efektif dan efisien, tidak
hanya dilihat dari penyerapan anggaran saja. Anggaran yang sudah dianggarkan
seharusnya digunakan secara tepat sasaran, dan dapat diserap oleh seluruh departemen
secara baik dan tepat waktu. Sebaiknya terdapat Laporan Realisasi Anggaran Komparatif
yaitu Laporan Realisasi Anggaran tahun ini dibandingkan dengan Laporan Realisasi
Anggaran tahun lalu.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mahmudi akuntansi sektor publik; yogyakarta,UII press, 2011

2. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSPI), “Laporan Realisasi Anggaran”


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan,

3. Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 71 tahun 2010 tentang


Standar Akuntansi Pemerintahan.

4. UU No. 17 tahun 2003, tentang keuangan negara

5. https://www.kemenkeu.go.id/media/6563/lkpp-2016.pdf

6. https://info-anggaran.com/ensiklopedia/pedoman-pengelolaan-keuangan-pusat/

Anda mungkin juga menyukai