2011-Sari Pustaka Ami Dan HK
2011-Sari Pustaka Ami Dan HK
SARI PUSTAKA
drg.Ami Amelya
1006785591
Pembimbing Seminar :
drg. Henni Koesmaningati, Sp. Pros (K)
Departemen Prostodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia
Jakarta
2011
Lembar Pengesahan
0
Nama Mahasiwa : drg.Ami Amelya
NPM : 100.6785.591
Judul : Usaha-usaha Mencegah Terjadinya Denture
Stomatitis Pasca Pemasangan Gigi Tiruan Penuh
Pembimbing
BAB I 1
1
PENDAHULUAN
Pendahuluan isinya bukan referensi semua, tetapi ada kata-kata sendiri yang
terdiri dari 4 alinea/hal yaitu
- Introduksi
- Permasalahan
- Beberapa cara mengatasi permasalahan
- Tujuan dan manfaat penulisan
BAB II 2
2
TINJAUAN PUSTAKA (perbaiki)
Terdiri dari:
1. Pasca Pemasangan Gigi Tiruan Penuh dapat terjadi apa saja?
2. Denture Stomatitis, mengapa dapat terjadi pada GT
3. Usaha-usaha Mencegah ada bermacam-macam
3
kimia. Tetapi tidak semua subjek dengan saliva yang mengandung C. albicans akan
mengalami denture stomatitis. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang
mempengaruhi terjadinya denture stomatitis.
Sifat biologis C. albicans yang penting adalah kemampuan untuk tumbuh dalam
berbagai bentuk morfologis, mulai dari bentuk yeast sampai ke bentuk hifa sebenarnya
(true hyphae). Sifat C. albicans ini dapat meningkatkan kemampuan penetrasi jaringan
saat fase awal infeksi. Bentuk hifa diketahui dapat menempel dan menginvasi jaringan
host lebih mudah daripada bentuk yeast.2
2.2 Faktor Predisposisi Denture Stomatitis Pasca Pemasangan Gigi Tiruan Penuh
Untuk dapat mencegah terjadinya denture stomatitis pasca pemasangan gigi
tiruan, kita perlu mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi predisposisi
terjadinya denture stomatitis sebagai berikut:1
Sifat-sifat yang dimiliki permukaan gigi tiruan
a. Surface free energy dan kekasaran permukaan
Yang dimaksud dengan surface free energy adalah interaksi antara gaya
kohesi dan adhesi dan dapat memprediksi terjadinya wetting. Semakin tinggi
surface free energy (contact angle dan wetting semakin tinggi) maka semakin
banyak adhesi mikroorganisme. Semakin hidrofobik suatu permukaan maka
semakin sedikit adhesi mikroorganisme. Heat-polymerized acrylic resin lebih
mudah mengalami wetting daripada microwave polymerized acrylic resin. Selain
itu terdapat faktor lain yang harus dipertimbangkan yaitu permukaan sel, diet,
komposisi saliva, kecepatan sekresi saliva, dan titer antibodi dimana faktor-
faktor ini merupakan faktor yang mengontrol pembentukan plak sehingga dapat
juga mempengaruhi menempelnya yeast.1
Kekasaran permukaan dihitung sebagai rata-rata deviasi aritmatik dari
permukaan ceruk dan puncak di suatu permukaan. Kekasaran permukaan secara
langsung mempengaruhi awal menempelnya mikro-organisme, pembentukan
biofilm, dan kolonisasi spesies Candida. Semakin kasar suatu permukaan
material maka biasanya menunjukkan jumlah yeast yang lebih tinggi. Hal ini
terjadi karena permukaan tersebut berfungsi sebagai reservoir dimana
iregularitas permukaan meningkatkan kemungkinan untuk retensi dan proteksi
mikroorganisme dari gaya tarik (shear force), walaupun saat membersihkan gigi
tiruan.1
4
Quirynen et al (1990) menentukan nilai ambang batas kekasaran
permukaan sebesar (0,2 µm), bila kurang dari nilai tersebut maka tidak akan
menimbulkan efek pada adhesi mikroorganisme. Tetapi adanya saliva dapat
menimbulkan perbedaan pada nilai ini karena pelikel yang terbentuk dapat lebih
mempengaruhi sifat permukan daripada bahan material tersebut. Sifat
substratum juga berpengaruh pada pembentukan dan komposisi pelikel saliva.
Perendaman dalam saliva akan menurunkan kekasaran permukaan dan surface
free energy dari resin akrilik.1
5
jaringan mukosa, dysgeusia, dysphagia, gingivitis, halitosis, dan pemakaian gigi
tiruan yang tidak benar (impaired).3
2.3 Beberapa Agen Antimikrobial untuk Mengontrol Candida spp pada Pasien
yang Menggunakan Gigi Tiruan Penuh
Cara membersihkan gigi tiruan dapat dengan cara mekanis yaitu disikat dengan
air dan sabun; dengan cara kimiawi yaitu menggunakan kimia pembersih(chemical
cleanser); atau dengan keduanya. Cairan pembersih gigi tiruan dapat dibagi menjadi 5
kelas yaitu alkaline peroxides, alkaline hypochlorite, diluted acid, disinfecting agents
dan enzymes. Contoh cairan pembersih diantaranya yaitu 0,05% sodium hypochlorite,
tablet effervescent berbahan dasar Sodium perborate dan enzyme (Corega Tabs dan
Polident), tablet berbahan dasar citric acid (Medical Interporous), rinsing solution
Cetylpyridinium chloride 0,500 mg (Cepacol) dan 0,12% Chlorhexidine digluconate
(Periogard). Kombinasi metode mekanis dan kimiawi merupakan pilihan terbaik dalam
membersihkan gigi tiruan.
Pembersih gigi tiruan (denture cleanser) yang ideal adalah yang efisien dalam
membersihkan deposisi organik dan inorganic, tidak toksik(harmless) ke
pasien(mata/kulit), material basis gigi tiruan serta ke elemen gigi tiruan; memiliki shelf
life yang panjang dan tidak mahal; mudah digunakan dan dibersihkan; dapat
mengurangi biofilm, stain dan sisa makanan dari permukaan gigi tiruan.
6
Alkaline peroxides tersedia dalam bentuk bubuk dan tablet. Material ini
mengandung alkaline compounds, detergen, sodium perborate, dan flavoring agent.
Efek cleansing didapat dari kemampuan oksidasi dari dekomposisi peroksida dan dari
aksi effervescent yang dihasilkan oleh perubahan menjadi oksigen. Proses ini memecah
dan melarutkan deposit organik dan membunuh mikroorganisme. Perendaman dalam
cairan alkaline peroxide semalaman merupakan metode yang aman dan efektif untuk
membersihkan gigi tiruan dan sterilisasi, terutama pada pasien geriatrik atau pasien
cacat(disable) dimana penggunaan dengan tehnik mekanis menjadi terbatas.6
2.3.2 Tablet pembersih berbahan dasar citric acid yang mengandung NitrAdine
Medical Interporous denture tablets mengandung NitrAdine, yaitu suatu formula
disinfektan yang diketahui secara in-vitro memiliki aktivitas tinggi dalam
menghilangkan biofilm yang mengandung berbagai mikroorganisme, seperti Candida
albicans, pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, termasuk MRSA
(methicillinresistant Staphylococcus aureus) dan virus. Efektivitas tablet ini dalam
mengurangi persentase biofilm juga dapat disebabkan oleh adanya Sodium lauryl
sulfate(SLS) dalam formulanya. SLS adalah suatu detergen yan digunakan untuk
melarutkan protein dalam berbagai tehnik analisis biokimia.5
Tablet disinfektan pembersih yang berbahan dasar NitrAdine efisien dalam
menghilangkan biofilm dari permukaan gigi tiruan. Dalam suatu studi diketahui bahwa
NitrAdine mengurangi jumlah sel biofilm C. albicans sebesar 3-4 log units setelah
pemberian satu tablet (15 menit), selain itu, jumlah sel MRSA dan Pseudomonas
aerouginosa juga berkurang sebesar 3 log units. Bentuk sediaan yang berupa tablet
memudahkan cara pemakaian dan aplikasi ke gigi tiruan, terutama untuk pasien lanjut
usia yang memakai gigi tiruan.5
7
(Clorox) dan 2 sendok teh phosphate (Calgon) dalam segelas air, untuk membantu
mengontrol kalkulus dan stain yang parah. Tetapi alkaline hypochlorite tidak
direkomendasikan untuk gigi tiruan dengan basis terbuat dari cast metal alloy. Ion
klorin dapat menyebabkan korosi dan darkening dari metal.6
8
BAB III 3
PEMBAHASAN (perbaiki)
Terdiri dari:
1. Pasca Pemasangan Gigi Tiruan Penuh, kondisi yang paling
mudah dan atau sulit menyebabkan Denture Stomatitis,
mengapa?
2. Denture Stomatitis, mengapa dapat terjadi pada GT, menurut
beberapa penulis,
3. Usaha-usaha Mencegah ada bermacam-macam,
dibandingkan masing-masing baik buruknya
Pertumbuhan fungal diketahui dapat merusak sifat permukaan dari liner dan hal
ini dapat menyebabkan iritasi pada jaringan rongga mulut. Hal ini terjadi karena adanya
peningkatan kekasaran permukaan dan eksotoksin dan juga produk metabolik yang
dihasilkan oleh koloni fungal dalam konsentrasi tinggi. Hal ini menjelaskan mengapa
dilakukan upaya untuk mencampurkan agen antifungal atau antiseptik ke dalam liners
material. Tetapi terdapat kontradiksi mengenai hasil adherence/kolonisasi pada bahan
liner ini. Beberapa studi in-vitro melaporkan bahwa terdapat efek signifikan dalam
9
menghambat C.albicans. Tetapi beberapa penelitian yang lebih baru menunjukkan
bahwa hanya ditemukan efek antifungal yang terbatas dan tidak ditemukan pengurangan
yang signifikan dalam Candida adherence dan kolonisasi. Hal ini disebabkan oleh
bahan lining terus menerus terpajan oleh saliva dalam mulut. Sehingga saliva
melepaskan bahan-bahan antifungal yang ada dalam liners. Hal ini diperparah apabila
bahan antifungal yang digunakan tidak efektif melawan spesies Candida yang
menyebabkan infeksi.1
Terdapat bukti yang saling kontradiktif mengenai hubungan in-vitro antara saliva
dengan adhesi Candida. Protein dengan berat molekul rendah berhubungan dengan
adherence levels Candida. Dimana pasien dengan aliran saliva dan komposisi saliva
yang rendah atau impaired menunjukkan jumlah Candida species yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan saliva pasien dengan aliran saliva yang normal. Hal ini
menunjukkan bahwa peran saliva dalam menghambat adhesi Candida species.1
Banyak orang yang berusia tua mengalami hipofungsi kelenjar saliva dan
mengeluhkan mengalami xerostomia. Tetapi hal ini bukan disebabkan oleh penurunan
fungsi saliva yang menurun seiring meningkatnya usia karena output dari kelenjar saliva
mayor tidak mengalami penurunan klinis yang signifikan pada orang tua yang sehat.
Selain itu, konstituen saliva juga stabil dan tidak dipengaruhi usia apabila tidak terdapat
masalah medis yang parah (penyakit sistemik) atau medikasi. Beberapa penyakit
sistemik (seperti Sjorgen syndrome) dan perawatannya (medikasi, radiasi kepala dan
leher, kemoterapi) berkontribusi secara signifikan terhadap terjadinya hipofungsi
kelenjar saliva pada pasien usia tua.3
Microbial biofilm pada permukaan jaringan dan permukaan gigi tiruan
merupakan faktor yang secara signifikan mempengaruhi pathogenesis terjadinya
denture stomatitis. Kekasaran permukaan atau yang irregular meningkatkan
kemungkinan tertinggalnya mikroorganisme pada permukaan gigi tiruan setelah protesa
dibersihkan. Membersihkan gigi tiruan hanya dengan menggunakan sikat tidak seefektif
membersihkan gigi tiruan yang dikombinasikan dengan bahan kimia pembersih dalam
mengurangi biofilm atau mencegah terjadinya denture stomatitis yang berhubungan
dengan Candida.4
10
BAB IV 4
KESIMPULAN - Perbaiki
Urutan: Pasca Pemasangan GTP – dapat terjadi Denture Stomatitis – Usaha Pencegahan
terbaik menurut penulis (ekonomis, mudah didapat dan mudah dikerjakan)
11
Memahami sifat biofilm Candida albicans dalam berbagai kondisi lingkungan
merupakan kunci penting dalam mencegah infeksi Candida serta terjadinya denture
stomatitis. Terdapat banyak faktor yang menjelaskan terbentuknya Candida biofilm.
Faktor – faktor tesebut seperti sifat permukaan interaksi microorganism, arsitektur
biofilm, dan saliva. Adhesi fungal termasuk Candida albicans lebih banyak terjadi pada
material yang memiliki kekasaran permukaan yang lebih besar.
Untuk mengontrol Candida spp pada pasien yang menggunakan gigi tiruan
penuh sebaiknya digunakan kombinasi tehnik mekanis dan kimiawi. Mekanis dengan
menyikat dengan air dan sabun sedangkan kimiawi dengan menggunakan agen
antimicrobial. Kombinasi tehnik ini lebih efektif dalam mengurangi jumlah Candida spp
dan kolonisasi Candida yang menempel pada permukaan gigi tiruan.
DAFTAR PUSTAKA
12
6. Zarb G, et al. . Prosthodontic treatment for edentulous patients. 12th Ed.
Missouri: Mosby; 2009.
7. Falah-Tafti A, et al. A comparison of the efficacy of nystatin and fluconazole
incorporated into tissue conditioner on the in vitro attachment and colonization
of candida albicans. Dent Res J. 2010;7:18-22
13