Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL SPESIALISASI ADVOKASI LINGKUNGAN (AL)

TRAINING DASAR XXIX


“SOLIDARITAS JIWA KEMBARA”
“Analisis Dampak Instalansi Pengolahan Air Sampah (IPAS) Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) Galuga Terhadap Lingkungan Fisik dan Non Fisik di Desa Cisasak, kp.
Landeh, Leuwiliyang-Bogor”

INSTRUKTUR:
FIKA “KATAR” RAKHMALINDA
RAN.13.287

Oleh

Hartini “Samsara” Diah AM. 17. 15

Taufik “Endon” AM. 17. 16

Sindy “Uyus” Indah Oktavia AM. 17. 20

AMURA 2017

KELOMPOK MAHASISWA PECINTA LINGKUNGAN HIDUP


DAN KEMANUSIAAN KEMBARA INSANI IBNU BATUTTA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT. atas berkat, rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan proposal Spesialisasi Advokasi Lingkungan yang berjudul
“Analisis Dampak Instalansi Pengolahan Air Sampah (IPAS) Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) Galuga Terhadap Lingkungan Fisik dan Non Fisik di Desa Cisasak, kp.
Landeh, Leuwiliyang-Bogor” Tidak lupa shalawat serta salam kami sampaikan kepada suri
tauladan terbaik Nabi Muhammad Saw. beserta pengikutnya hingga akhir zaman.

Kami penyusun proposal mengucapkan terima kasih kepada instruktur kami Fika
“Katar” Rakhmalinda dan kurikulum kami Raudhaul “Bun-Bun” Jannah yang telah
membimbing kami serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian
proposal ini sehingga proposal ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Kami berharap proposal ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan bisa menjadi
bahan referensi untuk menambah pengetahuan dan wawasan khususnya dalam melakukan
Spesialisasi Advokasi Lingkungan ini. kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
laporan ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk proposal
ini agar ke depannya bisa lebih baik lagi.

Jakarta, 19 Juli 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .........................................................................................


B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Penelitian
D. Rumusan Masalah ....................................................................................
E. Tujuan .....................................................................................................
F. Manfaat .....................................................................................................
G. Output ......................................................................................................

BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................................

BAB III HASIL DAN PEEMBAHASAN

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................
B. Saran .......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk produktif yang memiliki berbagai kemampuan


fungsional seperti berpikir, bersosialisasi, berbicara, bekerja, memilah dan memilih
yang baik maupun buruk, mengelola atau menganalisa suatu objek, dan berbagai
kemampuan lainnya. Namun, dalam realita pencapaiannya, dilatar-belakangi
ketidaksengajaan atau ketidaktahuaan manusia sering mengabaikan titahnya sebagai
makhluk fungsional tersebut. Manusia dengan segala ketamakan dan keegoisannya
mengubah bahkan merusak eksitensi murni dari esensi lingkungan yang sejatinya
akan berimbas buruk juga terhadap kualitas dan efektivitas kehidupan manusia itu
sendiri. Salah satu contoh perbuatan kerusakan lingkungan yang diakibatkan ulah
manusia adalah pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan merupakan
problematika lingkungan yang cukup krusial untuk dikaji, dimana pencemaran
lingkungan ini lazimnya dilakukan oleh tangan-tangan pihak ataupun masyarakat
setempat yang tidak bertanggung jawab sehingga menimbulkan disparitas lingkungan
yang mempengaruhi segala aspek kehidupan. Salah satu contoh studi kasus
pencemaran lingkungan terjadi di Desa Cisasak, kp. Landeh, Leuwiliyang-Bogor.
Leuwiliyang merupakan salah satu daerah di Selatan Kabupaten Bogor yang memiliki
corak asri dengan beberapa bentangan hamparan pemandangan gunung dan lahan luas
hijau yang disajikan dengan balutan gunung Salak, gunung Galuga dan beberapa
gunung lainnya. Di Leuwiliyang itu sendiri, tepatnya di Desa Cisasak terdapat daerah
lahan strategis di bawah kaki gunung Galuga dengan kontur tanah landai yang dialih
fungsikan sebagai lahan guna yakni sebagai Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah
oleh Dinas Lingkunan Hidup Bogor. TPA Galuga merupakan wadah tempat
berakhirnya seluruh sampah yang dikirim oleh dua daerah besar seperti, Kabupaten
Bogor dan Kota Madya. TPA Galuga juga disinyalir menganut sistem teknik
pengelolaan sampah sanitary landfill yaitu cara pengumpulan sampah di lokasi yang
cekung kemudian memadatkan sampah dengan cara diratakan dengan bantuan alat
khusus kemudian menutupnya dengan tanah dan diulangi secara berkala terus
menerus.
TPA Galuga yang tampak modern dalam teknik pengelolaan sampahnya
masih menyimpan beberapa PR khusus bagi pemerintah dinas setempat. Teknik
sanitary landfill dalam pengelolaan sampah di TPA Galuga belum sepenuhnya
dimaksimalkan secara efektif. Ada beberapa kendala yang menghambat teknik proses
pengelolaan sampah modern tersebut, seperti keterbatasan lahan strategis yang tidak
mampu menampung bobot sampah yang melebihi dari kapasitas lahan yang memadai
dan kurang maksimalnya dari kinerja tempat pemisahan antara sampah organik
maupun non organik.

Selain itu, Instalansi Pengolahan Air Sampah (IPAS) di TPA Galuga


Leuwiliyang memperlihatkan kondisi yang cukup memperihatinkan. Sistem
pengelolaan sampah yang canggih seperti Sanitary Landfill seharusnya dapat
menjamin proses pengelolaan sampah secara efektif sampai pada tahap akhir sampah
tersebut, yakni terkait sampai proses air lindinya. Kenyataannya, air lindi di TPA
Galuga sudah dua bulan terakhir akibat terkendala listrik dengan watt yang kecil tidak
difungsingkan sebagaimana mestinya dan ditambah lemahnya sistem controlling
pengolahan air lindi dari pihak dinas mengakibatkan air lindi tersebut dialiri bebas
dan merembes masuk ke pemukiman dan pertanian warga.

Air lindi yang dialiri bebas tersebut menyebabkan beberapa dampak terhadap
lingkungan fisik maupun non fisik seperti, sumur-sumur warga sekitar tercemar
hingga bebrubah warna secara visualisasi seperti kuning kehitam-hitaman dan berbau
tidak sedap. Sumur-sumur yang tercemar tersebut juga membuat beberapa warga
sekitar kp. Landeh terjangkit penyakit kulit. Selain itu, air lindi juga merembes masuk
ke pertanian milik warga sekitar dan menyebabkan jalur irigasi pertanian tercemar
sehingga menghambat pergerakan pertumbuhan sektor pertanian berupa padi yang
menjadi salah satu sumber mata pencaharian warga kampung Landeh.

Selain itu, gas metana di TPA Galuga yang merupakan hasil dari proses
pembusukan sampah di dalam tanah tidak dimanfaatkan dengan benar sesuai
standarisasi pengelolaan sampah di TPA. Hal ini tentunya dapat meningkatkan polusi
udara dan jika dibiarkan secara terus-menerus dapat menyebabkan ledakan yang
berbahaya. Selain itu, Akses jalan di sekitar TPA Galuga dalam radius beberapa
kilometer rusak parah akibat truk pengakut sampah yang berlalu-lalang. Belum lagi
kasus banjir yang melanda desa Cisasak secara intens setiap hujan deras
menyebabkan warga mengeluhkan hal itu. Dan terakhir, polusi udara yang
diakibatkan bau sampah yang menyengat di badan-badan jalan yang menumpuk di
sekitar TPA Galuga akibat kurangnya penertiban kebersihan lingkungan di sekitar
TPA.

Oleh karena itu, berdasarkan dampak yang ada pada studi kasus Instalansi
Pengolahan Air Sampah TPA Galuga di Desa Cisasak, kp. Landeh, Leuwiliyang-
Bogor dan dalam rangka spesialisai Advokasi Lingkungan kami AMURA 2017
melakukan spesifikasi dalam analisa sosial dengan mengindetifikasi dampak
lingkungan yang paling krusial yang disebabkan lemahnya dari sistem controlling
Instalansi Pengolahan Air Sampah (IPAS) terkait dari segi fisik maupun non fisik
dengan judul “Analisis Dampak Instalansi Pengolahan Air Sampah (IPAS)
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Galuga Terhadap Lingkungan Fisik dan Non
Fisik di Desa Cisasak, kp. Landeh, Leuwiliyang-Bogor”.
B. Identifikasi Masalah

1. Pencemaran air sumur-sumur warga yang berubah warna, rasa dan bau. Seperti
kuning kehitam-hitaman dan berbau tidak sedap. Sehingga, tidak layak digunakan.
2. Penyakit kulit yang menimpa warga Cisasak-Landeh terkait air sumur yang
tercemar.
3. Pencemaran irigasi lahan pertanian warga Cisasak-Landeh yang mengakibatkan
menurunnya kualitas tanah dan menyebabkan gagal panen seperti padi.
4. Polusi udara akibat dari gas metana dan bau sampah yang menyengat.
5. Jalanan desa yang rusak akibat dari aktivitas truk yang mengangkut muatan
sampah.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu mencakup :

1. Peneliti ingin menganalisis dampak pencemaran lingkungan dikhususkan pada


pencemaran air lindi atau air sampah dari sektor fisik maupun non-fisik berupa
sosial-budaya, kesehatan. .
2. Spesifik penelitian kasus ini di wilayah TPA Galuga dan warga terdampak
yakni Desa Cisasak, tepatnya di kp. Landeh.
D. Rumusan Masalah

Bagaimana sistem controlling Instalansi Pengolahan Air Sampah (IPAS) di TPA


Galuga tehadap dampak lingkungan fisik dan non-fisik di Desa Cisasak kp. Landeh?
E. Tujuan

Mengetahui sistem controlling Instalansi Pengolahan Air Sampah (IPAS) di


TPA Galuga tehadap dampak lingkungan fisik dan non-fisik di Desa Cisasak kp.
Landeh.

F. Manfaat

1. Peneliti

Memperdalam analisis sosial serta mengkaji lebih jauh di dalam kasus


pencemaran limbah cair dari aktivitas Instalansi Pengolahan Air Sampah TPA
Galuga.

2. Masyarakat

Menumbuhkan sikap sadar dan kritis terhadap ketidaksesuain sikap


pemerintah terhadap prosedur pengelolaan sampah TPA yang berdampak buruk
terhadap daerah sekitar TPA tersebut.

3. Pemerintah

Mengetahui atas terjadinya ketidaksessuaian kinerja di dalam pengelolaan


sampah khususnnya terhadap lemahnya sistem controllingg IPAS di TPA Galuga
agar dapat bertanggung-jawab terhadap kebijakannya dan memperbaiki
kerusakan lingkungan yang terjadi guna mengembalikan keseimbangan
lingkungan sebagaimana mestinya.

G. Output

Hasil penelitian yang telah dilakukan AMURA (Anggota Muda Ranita) 2017 dalam
kegiatan Spesialisasi Advokasi Lingkungan dalam Video Dokumenter dan Focus
Group Discussion (FGD).

Anda mungkin juga menyukai