Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS INSTURMEN

“Analisis Kualitatif Pewarna Tekstil Pada Pangan


Metode Kromatografi Kertas”

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD FAJAR RIVANI

NIS 160101019

KELOMPOK 3
XII ANALIS KIMIA A
SMK NEGERI 1 BONTANG
2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS KUALITATIF PEWARNA TEKSTIL PADA SAMPEL PANGA


METODE KROMATOGRAFI KERTAS

Nama : Muhammad Fajar Rivani


NIS : 160101019
Kelas : XII – Analis Kimia A
Tempat : Laboratorium Instrumen SMKN 1 Bontang

Disetujui di
Bontang, 23 September 2018

Mengetahui
Praktikan Guru Pembimbing

Muhammad Fajar Rivani Wahyu Juli Hastuti M.Pd


NIS 160101019 NIP 197607102000122005
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan tambahan pangan adalah senyawa yang sengaja ditambahkan ke
dalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam proses
pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan.Bahan ini berfungsi untuk
memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur serta memperpanjang masa
simpan, dan bukan merupakan bahan utama
Salah satu fungsi bahan pangan berdasarkan Peraturan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 235/Men.Kes/PER/VI/1979, tanggal 19
juni 1979 yakni pewarna. Pewarna (colour) adalah bahan tambahan pangan
berupa pewarna alami dan pewarna sintetis, yang ketika ditambahkan atau
diaplikasikan pada pangan, mampu memberikan atau memperbaiki warna.
Saat ini, produk pangan yang dijual dipasaran sangat beragam, dari
produk yang menggunakan bahan pewarna alami seperti nasi kuning, bolu
pandan, bingka apu, hingga produk pangan yang menggunakan pewarna
sintetis untuk meningkatkan daya tarik pada produk tersebut. Tetapi,
adakalanya produsen dengan sengaja menambahkan pewarna sintetis yang
seharusnya tidak ditambahkan kedalam pangan. Salah satunya adalah
rhodamin B yang dilarang penggunaannya melalui Peraturan Mentri
Kesehatan. Salah satu penyakit yang ditimbulkan apabila terkonsumsi zat
pewarna rhodamin B yakni iritasi, baik pada saluran pernafasa, kulit, mata,
serta keracunan. Oleh karena itu, produk makanan yang menggunakan zat
pewarna sintetis perlu dianalisis kembali untuk menentukan apakah produk
pangan tersebut menggunakan pewarna rhodamin B atau pewarna sintetis
yang diizinkan oleh Peraturan Mentri Kesehatan.

1.2 Prinsip
Kromatograf kertas adalah salah satu metode kromatografi yang
menggunakan kertas sebagai fase diam dan pelarut sebagai fase geraknya.
Pada metode ini, sampel ditimbang dan didestruksi menggunakan HCl dan
dilarutkan menggunakan methanol. Setelah larut, sampel dipekatkan diatas
penangas air dan dielusi dengan eluen.

1.3 Tujuan
1.2.1 Mengetahui bagaimana cara melakukan kromatografi kertas.
1.2.2 Mengetahui bagaimana cara melakukan analisis pewarna pada produk
pangan.

1.4 Rumusan Masalah


1.3.1 Bagaimana cara melakukan analisis kromatografi kertas ?
1.3.2 Bagaimana cara menentukan pewarna yang digunakan pada produk
pangan ?

1.5 Tujuan
1.5.1 Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui produk pangan apa yang
mengandung pewarna sintetis, dan bagaimana cara menentukan
adanya rhodamin B pada pangan.
1.5.2 Praktikkan
Siswa dapat mengetahui bagaimana cara melakukan
pengecekan rhodamin B pada sampel pangan, dan melakukan
perhitungan untuk menentukan adanya rhodamin B.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Bahan Tambahan Pewarna


Bahan tambahan adalah suatu senyawa yang secara sengaja
ditambahkan ke dalam suatu produk dengan jumlah yang sedikit.
Penambahan bahan tambahan ini berfungsi sebagai penambah nilai jual,
meningkatkan daya tarik ataupun memperpanjang umur dari produk itu
sendiri. Diantara banyaknya bahan tambahan yang digunakan, salah
satunya adalah pewarna makanan. Pewarna makanan yang secara sengaja
ditambahkan bertujuan agar suatu produk memiliki warna yang menarik
sehingga dapat menambah daya tarik dan nilai jual.

Berdasarkan sumbernya, zat pewarna dibagi menjadi dua golongan


yaitu pewarna alami dan pewarna buatan.
1. Pewarna Alami
Pada pewarna alami zat warna yang diperoleh berasal dari
hewan dan tumbuh-tumbuhan seperti: karamel, coklat, daun suji, daun
pandan dan kunyit. Jenis-jenis pewarna alami tersebut antara lain:
1. Klorofil, yaitu zat warna alami hijau yang terdapat pada daun
2. Mioglobulin dan Hemoglobin; zat warna merah pada daging
3. Karotenoid; kelompok pigmen yang berwarna orange, merah orange
dan larut dalam lipid.
4. Anthosiamin dan Anthoxanthim; warna pigmen merah, biru violet
terdapat pada buah dan sayur-sayuran.
2. Pewarna Buatan
Pewarna buatan memiliki kelebihan yaitu warnanya homogen
dan penggunaannya sangat efisien karena hanya memerlukan jumlah
yang sangat sedikit. Akan tetapi kelemahannya adalah jika pada saat
proses terkontaminasi logam berat, pewarna jenis ini akan berbahaya.
Salah satu pewarna sintetis atau buatan yang banyak diperjual belikan
adalah Rhodamin B. Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis
yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas . Zat ini ditetapkan
sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri
Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan
Rhodamin dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya, BPOM
di Makassar berhasil menemukan zat Rhodamin B pada kerupuk, sambal
botol, dan sirup melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan
minuman. Rhodamin B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan
sebagai bahan pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini
digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk
berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi
dalam sinar matahari (Hamdani, 2013)
Rumus Molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan
berat molekul sebesar 479.000.

2.2 Kromatografi Kertas


2.2.1 Pengertian
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk
teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi
menggunakan dua fase tetap (stationary) dan yang lain fase
bergerak (mobile). Salah satu metode kromatografi yang biasa
digunakan adalah kromatografi kertas.
Kromatografi kertas adalah salah satu metode kromatografi
yang mengguakan kertas sebagai fase diam dan pelarut sebagai fase
geraknya. Setelah zat pewarna diteteskan di ujung kertas rembesan
(elusi), air dari bawah akan mampu menyeret zat-zat pewarna yang
larut dalam air (zat pewarna makanan) lebih jauh dibandingkan
dengan zat pewarna tekstil.
2.2.2 Nilai Rf
Rf atau faktor retensi didefinisikan sebagai perbandingan
jarak tempuh zat terhadap jarak tempuh pelarut. Didalam
penulisannya, nilai Rf biasa dituliskan dalam decimal dengan dua
angka dibelakang koma. Jika,nilai Rf suatu larutan adalah nol,
maka dapat diartikan bahwa solute dalam keadaan tidak bergerak
yaitu berada pada fasa diam. Apabila nilai Rf = 1 artinya solute
tidak mempunyai afinits terhadap fasa diam dan bergerak sesuai
dengan gerakan pelarut hingga garis batas. Nilai Rf dapat dihitung
dengan jarak tempuh zat dibagi dengan jarak tempuh pelarut. nilai
Rf bergantung pada temperature dan pelarut yang digunakan dalam
percobaan. Oleh karena itu, beberapa ppelarut dapat menghasilkan
beberapa nilai Rf untuk campuran senyawa yang sama.
2.2.3 Pigmen dan Polaritas
Ketika sampel bahan kimia berwarna ditotolkan pada kertas
saring, pemisahan warna-warna dari sampel akan terjadi etika
ujung darii kertas saring dicelupkan ke dalam pelarut.
Pelarut tersebut akan berdifusi menaiki kertas, melarutkan
berbagai molekul dalam sampel sesuai polaritas molekul solute dan
pelarut. Jika sampel mengandung banyak warna, artinya terdapat
lebih dari satu macam molekul.oleh karena perbedaan struktur
kimia masing-masing molekul, probabilitas perbedaan polaritas
sekecil apapun pasti ada, yang pada akhirnya berujung pada
perbedaan kelarutannya dalam pelarut. Ketidaksamaan pelarut
dalam dan afinitas adsorpsi pada fasa diam akan menghasilkan
perbedaan letak noda masing-masing warna. Semakin tinggi
kelarutan dari molekulnya, semakin jauh pula migrasinya pada
kertas. Jika suatu bahan bersifat sangan non-polar, ia tidak akan
larut dalam larutan yang bersifat sangat polar. Begitupun
sebaliknya.
2.2.4 Jenis-jenis Kromatografi Kertas
1. Kromatografi kertas menurun
Pada jenis ini, pengembangan kromatogram adalah
menurun dengan membiarkan pelarut bergerak turun mengaliri
kertas.
2. Kromatografi kertas menanjak
Pelarut bergerak keatas mendaki kertas saring.
3. Kromatografi kertas naik-turun
Gabungan daripada kromatografi menurun dan
menanjak, bagian atas kromatografi menanjak dapat dilihat pada
sebuah rol di bagian atas bejana, dan aliran eluen akan menurun
setelah melewati lipatan.
4. Kromatografi kertas radial
Disebut juga kromatografi sirkuler. Pada kromatografi
kertas jenis ini, digunakan kertas saring berbentuk lingkaran
dengan sampel yang ditotolkan pada pusat kertas. Setelah noda
mengering, kertas saring diletakkan horizontal di atas cawan
petri yang berisi pelarut, sehingga sumbu kertas tercelup ke
dalam pelarut. Pelarut akan mengalir naik melalui sumbu dan
komponen terpisah dalam bentuk zona-zona melingkar.
5. Kromatografi kertas dua dimensi
Pada kromatografi jenis ini digunakan kertas saring
berbentuk bujur sangkar dengan sampel ditotolkan di salah satu
sudut dan dikembangkan dengan sudut yang tepat sesuai aliran
yang diinginkan.
BAB III

METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat: Bahan:
1. Beaker Glass 100 mL 1. Rhodamin B
2. Beaker Glass 500 mL 2. Sampel pangan
3. Pipet ukur 10 mL 3. Methanol
4. Batang pengaduk 4. HCl 4N
5. Pipet tetes 5. Eluen
6. Pipet ukur 25 mL - Ethanol
7. Waterbath - Ammonia
8. Hot Plate
9. Corong kaca
10. Lidi atau jarum
11. Labu ukur 250 mL
12. Labu ukur 100 mL
13. Penggaris
14. Neraca analitik

3.2 Prosedur
3.2.1 Pembuatan Larutan HCl 4N
1. Dipipet 16,6 mL HCl pekat ke dalam labu ukur 100 ml yang
telah diberikan sedikit aquades.
2. Diberikan aquades hingga tanda tera.
3. Dihomogenkan.
3.2.2 Pembuatan Eluen
1. Dipipet 225 mL ethanol ke dalam labu ukur 250 mL.
2. Dipipet lagi 25 mL ammonia ke dalam labu ukur yang berisi
ethanol.
3. Dihomogenkan.
4. Dicelupkan lakmus ke dalam larutan.
5. Apabila kertas lakmus berubah menjadi warna biru, maka
larutan siap untuk digunakan.
3.2.3 Pembuatan Baku Standar
1. Ditimbang 5 mg rhodamin B.
2. Ditambahkan 10 mL metanol.
3. Dilarutkan hingga larut sempurna.
3.2.4 Preparasi Sampel
1. Ditimbang sampel 500 mg menggunakan neraca analitik.
2. Ditambahkan 4 tetes HCl 4N dan 15 mL methanol.
3. Diaduk hingga larut sempurna.
4. Dipekatkan dengan penangas sampai benar-benar mengental.
3.2.5 Pengujian
1. Disiapkan kertas saring (plat) dengan panjang sesuai dengan
beaker glass yang akan digunakan.
2. Plat digaris 1,5 – 2 cm dari bagian bawah dan atas.
3. Sampel dan baku standar diambil sedikit dan ditotolkan pada
garis bagian bawah.
4. Dielusi dengan eluen hingga mencapai garis yang ada di atas.
5. Diukur rambatan hingga sampai garis plat atas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
Data Penimbangan
Penimbangan Baku Standar 0,0057 gram
Sampel 0,5035 gram

Garis Rambatan
Rhodamin B 2,5 cm
Sampel 4 cm
Jarak tempuh eluen 5 cm

4.2 Perhitungan Pembuatan Larutan


4.2.1 Pembuatan HCl 4N sebanyak 100 mL
Perhitungan kenormalan HCl Pengenceran
% × 𝐵𝑗 × 10 𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑁= × 𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
𝑀𝑟 𝑉1 × 12,06 = 100 × 4
37 × 1,19 × 10
𝑁= ×1 𝑉1 = 𝟑𝟑, 𝟐 𝒎𝑳
36,5
𝑁 = 12,06
Jadi, HCl pekat yang dibutuhkan untuk membuat HCl 4N sebanyak
100 mL adalah 33,2 mL.
4.2.2 Pembuatan Eluen
mL Ethanol mL Ammonia
9 1
𝑚𝐿 = × 250 𝑚𝐿 = × 250
10 10
𝑚𝐿 = 𝟐𝟐𝟓 𝒎𝑳 𝑚𝐿 = 𝟐𝟓 𝒎𝑳
Jadi, untuk membuat eluen diperlukkan ethanol dan ammonia
dengan perbandingan 9:1. Pereaksi yang diperlukan adalah 225 mL
ethanol dan 25 mL ammonia.
4.3 Perhitungan Daya Rambat
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
𝑅𝑓 =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

4.4 Pembahasan
Kromatografi kertas adalah salah satu metode kromatografi yang
mengguakan kertas sebagai fase diam dan pelarut sebagai fase geraknya.
Setelah zat pewarna diteteskan di ujung kertas rembesan (elusi), air dari
bawah akan mampu menyeret zat-zat pewarna yang larut dalam air (zat
pewarna makanan) lebih jauh dibandingkan dengan zat pewarna tekstil.
Analisis kualitatif pewarna tekstil pada pangan ini menggunakan
sampel pop ice dengan varian rasa bubble gum yang didapatkan pada toko
sembako di daerah telihan, kota bontang. Sampel dianalisis guna
menentukan apakah sampel tersebut menggunakan pewarna makanan atau
pewarna tekstil (rhodamin B). Metode yang digunakan ialah kromatografi
kertas dimana kertas sebagai fase diam dan eluen sebagai fase gerak.
Langkah awal yang dilakukan ialah pembuatan baku standar
rhodamin b. Rhodamin b yang digunakan adalah rhodamin b berwarna
biru den hur sampel berwarna biru cerah, sehingga warna sampel dan baku
standar harus sama. Hal ini nantinya akan menunjukkan apakah warna biru
pada sampel pangan memilliki garis rambatan yang sama dengan
Rhodamin B atau tidak.
Setelah pembuatan baku standar, dilanjutkan dengan preparasi
sampel. Mula mula sampel ditimbang sebanyak 5 mg, kemudian
ditambahkan HCl 4N, fungsi penambahan ini adalah sebagai pendestruksi
senyawa-senyawa yang terdapat dalam sampel lipstik dan menstabilkan
rhodamine agar tetap dalam bentuk terionisasi menjadi bentuk netral.
Selanjutnya, penambahan metanol bertujuan seagai pelarut, karena zat
pewarna mudah larut dalam alkohol. Dalam analisis pengujiannya, sampel
dan juga baku standar ditotolkan lalu dielusi dengan eluen. Eluen terbuat
dari ethanol dan ammonia dengan perbandingan 9 : 1.
Setelah sampel dan baku standar di elusi menggunakan eluen. Garis
rambatan yang terbentuk adalah tegak lurus. Akan tetapi garis rambatan
yang terbentuk tidak mencapai plat bagian atas serta warna garis yang
terbentuk mula mula terang, namun menjelang mendekati plat bagian atas,
warna sampel dan rhodamin b lama kelamaan memudar dan tidak terlihat.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kalahnya warna biru dengan cahaya,
sehingga warna biru yang terbentuk lama lama memudar. Selain itu, warna
sampel yang semula biru setelah didestruksi dan dipekatkan berubah
warna menjadi hijau sehingga warna rambatan sampel dan baku standar
berbeda. Akan tetapi, hal ini tidak dianjurkan sebagai acuan untuk
menentukan apakah sampel mengandung pewarna tektsil atau tidak.
Sehingga dengan mengitung selisih nilai rf maka dapat ditentukan apakah
sampel terkadung pewarna tekstil atau tidak.
Setelah dilakukan percobaan, dan pengamatan, Panjang garis
rambatan yang terbentuk pada sampel adalah 4 cm dan standar 2,5 cm
dengan jarak tempuh 5 cm. Setelah dilakukan perhitungan, nilai rf yang
pada sampel adalah 0,8 dan pada standar adalah 0,5 dengan selisih 0,3. Hal
ini menunjukan bahwa sampel negatif terhadap penggunaan pewarna
tektsil rhodamin b dikarenakan apabila selisih rf lebih dari 0,2 maka
dinyatakan negatif.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini, dilakukan analisis kualitatif pewarna tekstil pada
sampel pangan metode kromatografi kertas. Sampel yang digunakan adalah
pop ice dengan varian rasa bubble gum. Setelah dilakukan percobaan dan
perhitungan, sampel pangan tersebut dinyatakan negatif dari penggunaan
pewarna tektsil rhodamin B.

5.2 Saran
5.2.1 Masyarakat
Lebih berhati-hati dan memilah dalam menggunakan produk
pangan yang menggunakan pewarna makanan, karena belum tentu
apakah produk itu benar-benar aman atau tidak.
5.2.2 Praktikan
Gunakan APD dalam melaksnakan praktikum dan pakailah
masker pada saat memipet atau mengambil pereaksi pekat.

5.3 Daftar Pustaka


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kromatografi_kertas (diakses tanggal 4
september 2018, 12.49 WITA)
BAB VI
LAMPIRAN

Penimbangan sampel

Penimbangan Rhodamin B

Penambahan Pereaksi

Pelarutan sampel

Pemanasan di atas hot plate


Pemekatan di atas waterbath

Pembentukan kertas saring

Elusi

Anda mungkin juga menyukai