PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permintaan bahan pangan asal ternak terutama produk susu, semakin
meningkat seiring dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk hidup
sehat, di sisi lain, produksi susu dalam negeri masih belum dapat memenuhi
kebutuhan domestik. Salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan suplai susu
dapat dilakukan dengan cara pengembangan usaha peternakan sapi perah di
dataran rendah karena selama ini usaha peternakan masih terpusat di lingkungan
dataran tinggi sehingga produktivitas ternak rendah. Potensi produktivitas ternak
pada dasarnya dipengaruhi faktor genetik, lingkungan serta interaksi antara
genetik dan lingkungan (Karnaen dan Arifin, 2009). Faktor genetik yang
berpengaruh adalah bangsa ternak, sedangkan faktor lingkungan yang
berpengaruh antara lain pakan, iklim, ketinggian tempat, bobot badan, penyakit,
kebuntingan jarak beranak, dan bulan laktasi (Epaphras, et al., 2009).
Sudono (1999) menyatakan bahwa pada awalnya susu sapi di Indonesia
hanya dikonsumsi oleh orang Belanda, Arab dan India. Pemerahan susu sudah
dimulai di Indonesia sejak abad 17 yakni bersamaan dengan masuknya Belanda di
Indonesia. Pada saat itu sapi-sapi perah didatangkan ke Indonesia untuk
memenuhi kebutuhan susu. Pada abad 19 kebutuhan susu semakin meningkat, dan
tidak mencukupi lagi. Sehingga saat itu didatangkan sapi-sapi perah dari Australia
dan Eropa.
Tingkat ketinggian tempat lokasi usaha peternakan dapat mempengaruhi
penampilan produksi sapi perah. Hasil penelitian Calderon, et al. (2005)
menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara penampilan produksi
ternak di dataran rendah (daerah panas) dengan di dataran tinggi (daerah dingin).
Perbedaan produktivitas ini berkaitan erat dengan faktor suhu dan kelembaban
udara. Interaksi suhu dan kelembaban udara atau “Temperature Humidity Index”
(THI) dapat mempengaruhi kenyamanan hidup ternak. Sapi perah jenis Friesian
Holstein (FH) akan nyaman pada nilai THI di bawah 72°C. Apabila interaksi ini
melebihi batas ambang ideal hidup ternak dapat menyebabkan terjadinya
cekaman/stress karena panas.
1
Susu merupakan produk sekresi kelenjar dari ternak yang sedang laktasi
yang diperoleh dari pemerahan secara sempurna (tidak termasuk
kolostrum), dengan tanpa penambahan atau pengurangan suatu komponen
(Suardana, dan Swacita, 2009). Susu mengandung nilai gizi yang tinggi namun
mudah mengalami kerusakan terutama oleh mikroba. Susu hanya bertahan
maksimal 4 jam Dalam keadaan normal setelah pemerahan tanpa mengalami
kerusakan maupun penurunan kualitas. Kerusakan susu dapat kurang dari 4 jam
setelah pemerahan. Hal ini disebabkan karena kebersihan ambing atau
pemerahnya pada waktu pemerahan berlangsung tidak terjaga dengan baik.
Saleh (2004), menyatakan penanganan susu segar sangat diperlukan untuk
memperlambat penurunan kualitas susu atau memperpanjang masa simpan susu.
Cara penanganan air susu sesudah pemerahan adalah sebagai berikut:
1. Air susu hasil pemerahan harus segera dikeluarkan dari kandang untuk
menjaga agar susu tersebut tidak berbau sapi atau kandang. Keadaan ini
penting terutama jika keadaan ventilasi kandang tidak baik.
2. Air susu tersebut disaring dengan saringan yang terbuat dari kain putih dan
bersih, susu tersebut disaring langsung dalam milk can. Setalah selesai
penyaringan milk can segera ditutup rapat. Kain penyaring harus dicuci bersih
dan direbus kemudian dijemur. Bila kain penyaring tersebut hendak dipakai
kembali sebaiknya disetrika terlebih dahulu.
Susu perlu didinginkan secepat mungkin sesudah pemerahan dan
penyaringan sekurang-kurangnya pada suhu 4 – 7oC selama 2 atau 3 jam. Hal ini
dilakukan untuk mencegah berkembangnya bakteri yang terdapat pada susu.
Apabila tidak mempunyai alat pendingin maka pendinginan tersebut dilakukan
dengan menggunakan balok es, dalam hal ini milk can yang telah berisi susu
dimasukkan ke dalam bak yang berisi es balok dan ditutup rapat. Kontaminasi
susu perlu dicegah sedini mungkin dengan menjaga kebersihan dan kesehatan
hewan perah.
(MKI) magang kerja industri di CV. Milkindo Berka Abadi desa Tegalsari
kecamatan Kepanjen, kabupaten Malang, tersebut dapat meningkatkan wawasan
dan mempraktiekkan ilmu yang diperoleh mahasiswa selama kuliah. Magang
Kerja Industri (MKI) merupakan salah satu mata kuliah yang wajib dilaksanakan
2
oleh mahasiswa Politeknik Negeri Banyuwangi. MKI adalah sarana bagi
mahasiswa untuk menerapkan bidang keilmuan yang sudah diperoleh dalam
perkuliahan dan membandingkannya ke dunia kerja. Magang Kerja Industri ini
dilaksanakan agar mahasiswa memperoleh pengalaman tentang berbagai hal yang
berkaitan dengan temuan masalah dalam dunia kerja.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pemerahan di CV. Milkindo Berka Abadi
2. Untuk mengetahui penanganan susu segar di CV. Milkindo Berka Abadi
3. Untuk mengetahui kualitas susu segar di CV. Milkindo Berka Abadi
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman di dunia kerja dan mengetahui
secara langsung dunia kerja pada suatu perusahaan.
2. Mahasiswa dapat menambah ketrampilannya sebelum masuk ke dunia kerja
khusunya dalam bidang pengolahan pangan.
3. Instansi dapat menjalin kerja sama dengan perusahaan.
4. Perusahaan dapat sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan kepada
mahasiswa yang akan masuk ke dalam dunia kerja khususnya dalam bidang
pengolahan hasil ternak
3
Halaman sengaja dikosongkan
4
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Perusahaan
Berawal dari hobi pendiri perusahaan yaitu H. Abdullah yang memiliki
ketertarikan terhadap produksi ternak sapi perah, pada tahun 1984 dimulai
pembelian sapi perah oleh pemilik yang diawali dengan proses belajar dari hanya
beberapa ekor sapi saja hingga menemukan menemukan cara beternak sapi perah
yang ideal. Selanjutnya pendiri peternakan mulai mengembangkan peternakan
sapi perahnya dengan menambah jumlah sapi perah. Pemilik peternakan memilih
mengembangkan peternakannya secara perlahan hingga dalam waktu ± 10 tahun
peternakan yang didirikan itu telah mempunyai sapi perah dalam jumlah 70 ekor
sapi dan mempunyai jumlah tenaga kerja 5 orang yang bertugas mencari rumput
untuk pakan hingga proses pemerahan susu.
Hasil yang diperoleh dari peternakan sapi perah pada saat itu masih berupa
susu segar yang hasilnya disetorkan pada KUD penampung susu terdekat yaitu
KUD Gondanglegi. Pada masa perkembangan peternakan rata-rata satu ekor sapi
dapat menghasilkan susu segar ± 8 liter per hari. Hasil tersebut belum maksimal
untuk ukuran hasil yang ideal karena pada saat itu pemerahan yang dilakukan
dalam lingkungan peternakan masih dilakukan dengan cara manual.
Semakin berkembangnya peternakan membuat pemilik mengubah
peternakan miliknya menjadi peternakan yang lebih terorganisasi sampai pada
akhirnya terbentuklah sebuah peternakan terpadu pada tahun 2000. Peternakan
terpadu itu dimulai dengan pembangunan kandang sapi tradisional menjadi
kandang sapi yang lebih tertata dengan sentuhan peternakan modern agar tercapai
standar kebersihan kandang, pada pemerahan juga telah mulai menggunakan
mesin-mesin perah.
Pada tahun 2010 Peternakan tersebut telah memiliki penataan dan
manajemen yang baik dengan lahirnya CV. Milkindo Berka Abadi, sebuah
peternakan mandiri berbasis pertanian terpadu. Sejak saat itu peternakan
tradisonal mulai menjadi peternakan yang lebih kompleks mulai dari manajemen
sapi perah hingga limbah dari peternakan menjadi tertata rapi dan bermanfaat
serta memiliki nilai lebih.
5
Pada tahun 2016 ini telah banyak perubahan menuju arah positif yang
telah tercapai, contohnya manajemen pendataan sapi, manajemen pakan sapi,
kesehatan sapi, penggunaan parlor milking, pembuatan biogas, serta pembuatan
pupuk organik. CV. Milkindo Berka Abadi juga mampu menghasilkan produk
susu pasteurisasi sendiri. Perusahaan menjadikan peternakan yang ada menjadi
pusat wisata dan edukasi yang bermanfaat untuk masyarakat luas.
Perkembangan CV. Milkindo Berka Abadi tidak hanya mencakup
perkembangan yang ada pada level internal saja, melainkan juga banyak
perkembangan positif untuk urusan eksternal misalnya menjalin kerjasama dengan
organisasi peternak dari berbagai daerah, kerjasama dengan dinas terkait serta
menjalin kerjasama dengan instansi pendidikan untuk bersama-sama belajar dan
mengembangkan peternakan. Penjualan susu telah menjalin kerjasama dengan
perusahaan tingkat internasional. CV. Milkindo Berka Abadi juga telah menjadi
salah satu peternakan terpadu berprestasi tingkat nasional yang ditandai dengan
penghargaan dari KEMENPAN (Kementian Pendayagunaan Aparatur Negara)
tahun 2016.
2.2 Visi dan Misi Perusahaan
CV. Milkindo Berka Abadi kecamatan Kepanjen, kabupaten Malang
memiliki visi dan misi untuk menjalankan / mengembangkan perusahaan yaitu :
1. Visi
Menjadikan CV. Milkindo Berka Abadi sebagai perusahaan peternakan sapi perah
yang mampu mencukupi kebutuhan susu, khususnya bagi masyarakat Malang dan
mampu memberikan andil dalam pemenuhan kebutuhan susu bagi masyarakat
Jawa Timur / Indonesia pada umumnya.
2. Misi
Menghasilkan produk susu yang berkualitas serta mampu bersaing dalam pasar
global serta menjadikan CV. Milkindo Berka Abadi menjadi perusahaan yang
bermanfaat bagi masyarakat.
6
2.3 Struktur Organisasi
CV. Milkindo Berka Abadi mempunyai struktur organisasi dalam
mengatur jalannya kegiatan yang dilakukan di perusahaan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Perusahaan membagi tugas sesuai kemampuan karyawan yang
telah dikelompokan dan dikoordinasi secara merata dalam perusahaan CV.
Milkindo Berka Abadi.
Direktur
Manajer
Umum
SDM dan
Keuangan Administrasi
Pengadaan
7
3. SDM dan Pengadaan
a) Merekrut karyawan baru.
b) Menempatkan karyawan dan memberitahu job description
c) Merekap absensi dan menggaji karyawan.
d) Memastikan ketersediaan barang dan peralatan untuk keperluan
perusahaan.
4. Keuangan
a) Mencatat penerimaan dan pengeluaran keuangan yang harus disertai
atau dilengkapi dengan kuitansi, nota, dan tanda setoran yang sudah
diberi paraf oleh petugas yang bertanggungjawab.
b) Membuat laporan harian penjualan dan pengiriman susu kepada PT.
Nestle Indonesia.
c) Membuat laporan bulanan tentang daftar gaji, pembayaran pajak, dan
lain-lain.
d) Bertanggung jawab atas kebenaran dan kesesuaian laporan keuangan.
e) Membuat laporan keuangan harian, bulanan maupun tahunan.
5. Administrasi
a) Melakukan pencatatan (recording) semua hal mengenai sapi.
b) Melakukan aktivitas surat–menyurat yang berhubungan dengan
kegiatan operasional perusahaan.
6. Inseminator dan Kesehatan Hewan
a) Menjaga, merawat, dan mengobati sapi baik induk maupun anak sapi
terhadap segala penyakit.
b) Bertangungjawab atas proses kelahiran sapi.
c) Melakukan pencatatan (recording) terhadap pemakaian obat-obatan,
peralatan kesehatan ternak, dan peralatan penunjang lainnya.
d) Melakukan pengamatan birahi.
e) Melakukan (IB) inseminasi buatan.
f) Melakukan pencatatan setiap melakukan tindakan inseminasi.
g) Menjaga kebersihan lingkungan kerja.
8
7. Divisi Sawah dan Pakan
a) Memastikan ketersediaan rumput hijau dan konsentrat.
b) Memperhatikan pengairan dan kesuburan sawah.
c) Memotong rumput untuk pakan sapi.
d) Memberikan rumput hijau dan konsentrat yang telah ditentukan.
e) Memberikan rumput hijau dan konsentrat tepat waktu.
f) Mencatat konsentrat apa saja yang telah digunakan dan dilaporkan
setiap hari Jum’at ke bagian Administrasi.
g) Menjaga kebersihan lingkungan kerja.
8. Divisi Gardening
a) Memastikan kebersihan kandang.
b) Memastikan ketersediaan air di dalam kandang dan taman.
c) Menjaga kebersihan dan keindahan luar kandang terutama taman.
9. Divisi Kandang dan Milking
a) Menggiring sapi ke pemerahan.
b) Melakukan pemerahan pagi dan sore dan pengiriman susu ke PT. Nestle
Indonesia sesuai jadwal kirim yang telah ditentukan.
c) Merawat sapi yang baru melahirkan (induk) maupun anak sapi.
d) Mengontrol dan merawat tempat makan (palungan) dan tempat
minuman sapi.
e) Merawat mesin pemerah susu (milkcan), mesin pendingin (cooling
unit), dan mesin generator listrik (genset).
f) Mengawasi tali keluhan dan ikatan sapi.
g) Menjaga kebersihan gudang pakan dan lingkungan kerja.
h) Menyiapkan sapi untuk wisata edukasi.
10. Produksi
a) Menyiapkan susu dan gas elpiji untuk produksi.
b) Melakukan proses pasteurisasi susu segar.
c) Memastikan komposisi gizi susu botol dan susu cup pas.
d) Mengoperasikan mesin cup sialer.
e) Memastikan suhu susu botol dan cup.
f) Melakukan pencatatan dan melaporkan produksi ke bagian administrasi.
9
g) Memberi label pada botol susu.
h) Membersihkan dan menjaga sterilitas ruang produksi.
i) Merawat mesin pasteurisasi dan mesin pendingin (cooling unit).
j) Packing susu murni untuk dikirim ke PT. Nestle.
11. Playground
10
Tabel 2.1 Jumlah Fasilitas di CV. Milkindo Berka Abadi 2017 (lanjutan)
8. Alat perah susu sapi 10
9. Vakum 2
10. Cooling unit 2
11. Alat pasteurisasi 2
12. Alat pengemasan Cup susu 1
13. Freezer 4
14. Tempat pemerahan 2
15. Tandon air 3
16. Mesin campur pakan 1
11
Halaman sengaja dikosongkan
12
BAB III
PELAKSANAAN
13
Halaman sengaja dikosongkan
14
BAB IV
PEMBAHASAN
15
dihasilkan pada pagi hari. Pemerahan yang baik dilakukan dengan cara dan alat
yang bersih. Tahapan-tahapan pemerahan harus dilakukan dengan benar agar sapi
tetap sehat dan terhindar dari penyakit yang dapat menurunkan produksinya. Pada
CV. Milkindo Berka Abadi pemerahan susu sapi dilakukan 2x sehari dan setiap
sapi dapat menghasilkan produksi yaitu minimal 4 liter, maximal 12 liter.
4.3 Kualitas Susu Sapi Perah
Susu merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam
mencukupi kebutuhan gizi masyarakat sehingga sangat potensial untuk
dikembangkan. Peningkatan nilai tambah potensi peternakan diperoleh tidak
hanya melalui pemilihan dan pemeliharaan secara maksimal pada sapi perah itu
sendiri, melainkan dapat dicapai melalui peningkatan kualitas susu dari hasil
proses pascapanen susu sapi. Mengutamakan kualitas penanganan dan pengolahan
susu perahan sapi (susu segar). Kontrol proses pemanenan dan pengolahan susu
yang baik diharapkan produk susu yang dihasilkan juga maksimal.
Rumentor (2003) mengemukakan bahwa susu akan menurun selama
ternak mengalami stress panas. Hal ini disebabkan karena peningkatan
metabolisme dan penurunan konsumsi pakan. Salah satu upaya untuk
meningkatkan produktivitas produksi sapi dengan cara melakukan perbaikan
pakan pada sistem perkandangan dan lingkungan. Kualitas fisik dan kimia susu
sapi segar dipengaruhi oleh jenis sapi perah, pakan, sistem pemberian pakan,
frekuensi pemerahan, metode pemerahan, perubahan musim dan periode laktasi.
Kontaminasi bakteri dimulai setelah susu keluar dari ambing dan jumlah bakteri
akan semakin mengalami peningkatan (Millogo, et al., 2010).
4.3.1 Penanganan Susu Sebelum Produksi
a) Persiapan sapi yang akan diperah
Sebelum sapi perah masuk ke dalam kamar susu terlebih dulu sapi
harus dibersikan terlebih dulu badan dan ambingnya untuk mencegah
kontaminasi susu sapi karena biasanya susu mudah terkontaminasi dari
ambing sapi pada saat pemerahan. Pembersihan sapi haruslah optimal
dengan membersihkan feses yang menempel pada ambing pada saat sapi
berbaring.
16
Sapi selain harus dibersihkan di bagian ambing, sapi juga harus di
bersihkan di bagian tubuh sapi, karena di kuatirkan kotoran sapi dapat
mengotori alat perah dan penampung susu sehingga mengkontaminasi
susu sapi. Sapi harus terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh virus,
bakteri, jamur, protozoa, dan hewan parasit. Kebanyakan yang ditemui di
lapangan yaitu parasit, karena munculnya parasit disebabkan oleh luka
yang tidak kering, sehingga timbulnya parasit yang menyebabkan bau
yang sangat busuk.
Gambar 4.1 Sapi perah yang terkena parasit di CV. Milkindo Berka
Abadi (Dokumentasi, 2017)
b) Persiapan alat perah dan penampung susu sapi
17
panas supaya pipa susu steril dan terhindar dari sisa lemak yang masih
menempel pada pipa ke cooling unit.
1. 2. 3.
4. 5. 6.
Gambar 4.2 (1, 4, 5, 6) Alat pemerahan dan (2, 3) penampung susu sapi
(Dokumentasi, 2017)
c) Pemerahan
Pemerahan di CV. Milkindo Berka Abadi menggunakan alat perah
yang menggunakan system semi modern supaya mempercepat proses
pemerahan sehingga susu tidak mudah terkontaminasi. Adapun tahap –
tahap dalam memerah susu antara lain :
1. Pembersihan ambing menggunakan air hangat
Pembersihan ambing menggunakan air panas bertujuan untuk
merangsang susu sapi, supaya air susu sapi mudah keluar pada saat
diperah.
18
2. Post dipping
Post dipping adalah suatu cairan anti septik yang terlebih
dahulu dicampur dengan air. Post dipping dilakukan setelah
pembersihan ambing. Hal ini untuk mencegah ambing sapi terkena
mastitis pada pemerahan selanjutnya.
3. Strepping
Strepping adalah suatu cara yang dilakukan untuk memeriksa
manakah ambing yang tidak terkena mastitis atau air susu sapi
berwarna puti bening. Sebelum alat perah dipasang terlebih dulu
dilakukan strepping. Hal ini bertujuan untuk memeriksa jika ada
ambing yang tidak keluar susunya atau terkena mastitis supaya
kualitas susu terjaga kesegarannya dan tidak terkena kontaminasi
secara tidak langsung.
4. Pemasangan alat perah
19
Syarief dan Harianto, (2011) dan (Syarief dan Sumoprastowo, (1990)
menyatakan bahwa selesai diperah, ambing dilap menggunakan kain yang telah
dibasahi oleh desinfektan, kemudian dilap kembali dengan kain yang kering.
Setelah itu, puting juga dicelupkan ke dalam cairan desinfektan selama 4 detik.
Semua peralatan yang digunakan untuk memerah harus dibersihkan, dan
kemudian dikeringkan. Susu hasil pemerahan harus segera ditimbang, dicatat,
kemudian disaring agar kotoran saat pemerahan tidak ikut masuk ke dalam
susu.
1. 2.
3. 4.
Gambar 4.3 Tahapan memerah susu sapi (Dokumentasi, 2017)
20
masih menempel dapat terangkat sehingga mengurangi kontaminasi
susu sapi pada saat pemerahan selanjutnya.
21
f) Penyimpanan susu di cooling unit
Penyimpanan susu di cooling unit CV. Mlikindo Berka Abadi
sekitar 4 - 5°c untuk menjaga kualitas susu sapi selama penyimpanan
sebelum digunakan untuk produksi atau susu sapi tersebut di kirim ke
perusahaan Nestle karena CV. Milkindo Beka Abadi bekerja sama
dengan Nestle dengan mengirim susu ke perusahaan tersebut dengan
standar suhu tidak boleh lebih dari 8°c.
Hasil sensori selama 2 minggu hasilnya adalah rasa sedikit
manis dan sedikit asin, aroma khas susu, dan warna putih kekuningan.
Hasil yang didapatkan pada sensori susu sapi CV. Milkindo Berka
Abadi sesuai dengan SNI yaitu memiliki warna normal dan tidak
mengalami perubahan, rasa tidak berbeda dari rasa susu segar lainnya,
dan memiliki aroma khas susu segar dan tidak menyimpang dari
aroma susu sapi (SNI 01-3141-2011).
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil kegiatan magang kerja industri di CV. Milkindo
Berka Abadi adalah
1. Penanganan susu sapi di CV. Milkindo Berka Abadi yaitu meliputi : persiapan
sapi yang akan di perah, persiapan alat perah dan penampung susu sapi,
pemerahan, sanitasi alat perah, pemindahan susu ke cooling, dan penyimpanan
susu di cooling.
2. Kualitas susu di CV. Milkindo Berka Abadi sesuai dengan standar SNI 01-
3141-2011 yaitu rasa sedikit manis, aroma khas susu sapi, dan warna putih
kekuningan.
3. Pemerahan di CV. Milkindo Berka Abadi menggunakan alat yang
menggunakan sistem vakum untuk memerah susu sapi, dan pemerahan
dilakukan 2x sehari pagi 05.30 sore 15.00.
5.2 Saran
Penulis memberikan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan oleh
perusahaan guna untuk meningkatkan kualitas susu sapi, dan produksi susu sapi
diantaranya :
1. Perusahaan harus memiliki standar sendiri untuk menentukan kualitas susu sapi
dengan memperhatikan kesehatan dan pakan yang diberikan pada ternak
beserta takaran pakan masing-masing sapi.
2. Perusahaan harus lebih meningkatkan kualitas alat-alat pada pemerahan seperti
penampung susu sehingga tidak lagi alat yang berbahan plastik untuk
menampung sehingga dapat menurunkan kualitas susu sapi.
3. Perusahaan harus memiliki alat pengukur susu seperti timbangan supaya
mengetahui hasil produksi susu yang dihasilkan oleh seekor sapi, dan tidak lagi
menggunakan penggaris untuk mengukur susu karena ditakutkan
mengkontaminasi susu sapi.
23
Halaman sengaja dikosongkan
24
DAFTAR PUSTAKA
25
Halaman sengaja dikosongkan
26
Lampiran 1. Foto Kegiatan
Cooling unit di CV. Milkindo Berka Abadi Alat pasteurisasi susu sapi
27
Penyaring susu sapi Penampung susu sapi
28
Alat pemerah sapi Pelatihan membuat yoghurt
29
Perisa makanan bentuk pasta Pendistribusian susu cup
Memerah susu manual untuk pedet sapi Pakan sapi yang ada di CV. Milkindo
yang baru lahir Berka Abadi
30
Lampiran 2. Hasil orlep sensori susu sapi
Tanggal uji susu sapi Hasil
29 agustus 2017 Rasa : sedikit manis
Aroma : khas sapi
Warna : putih kekuningan
30 agustus 2017 Rasa : sedikit manis dan asin
Aroma : khas sapi
Warna : putih
31 agustus 2017 Rasa : sedikit manis dan asin
Aroma : khas sapi
Warna : putih
1 agustus 2017 Rasa : sedikit manis dan asin
Aroma : khas sapi
Warna : putih
2 agustus 2017 Rasa : sedikit manis
Aroma : khas sapi
Warna : putih kekuningan
3 agustus 2017 Rasa : sedikit manis
Aroma : khas sapi
Warna : putih
4 agustus 2017 Rasa : sedikit manis
Aroma : khas sapi
Warna : putih kekuningan
5 agustus 2017 Rasa : sedikit manis dan asin
Aroma : khas sapi
Warna : putih
6 agustus 2017 Rasa : sedikit manis
Aroma : khas sapi
Warna : putih kekuningan
7 agustus 2017 Rasa : sedikit manis dan asin
Aroma : khas sapi
Warna : putih
8 agustus 2017 Rasa : sedikit manis
Aroma : khas sapi
Warna : putih kekuningan
9 agustus 2017 Rasa : sedikit manis dan asin
Aroma : khas sapi
Warna : putih
10 agustus 2017 Rasa : sedikit manis
Aroma : khas sapi
Warna : putih kekuningan
11 agustus 2017 Rasa : sedikit manis
Aroma : khas sapi
Warna : putih kekuningan
31
Tabel 4.3 Hasil orlep susu sapi (lanjutan)
12 agustus 2017 Rasa : sedikit manis
Aroma : khas sapi
Warna : putih kekuningan
13 agustus 2017 Rasa : sedikit manis
Aroma : khas sapi
Warna : putih kekuningan
14 agustus 2017 Rasa : sedikit manis dan asin
Aroma : khas sapi
Warna : putih
32