Anda di halaman 1dari 2

Argumentasi Pembicara 2 (PRO) BERDIKARI.

Mosi Perdebatan : Presidential Threshold Dalam Pemilu Serentak

......................................................................................................................................................

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dewan Juri yang terhormat.

Rekan pemerhati hukum dan konstitusi yang sempat hadir pada kesempatan hari ini

Serta rekanku dari Tim Kontra yang amat kami segani

Sebelum mengelaborasikan bangunan argumentasi kami dari perspektif yuridis-empiris


izinkanlah kami melakukan bidasan-bidasan terlebih dahulu terhadap kekeliruan berpikir dari
rekanku Tim Kontra.

Dewan Juri yang terhormat.


Nampaknya...................................................................................................................................
Dewan Juri yang terhormat.

Dalam UUD NRI Tahun 1945 telah diatur Sistem pemilihan umum presiden dan wakil
presiden dalam Pasal 6A yang berbunyi Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum
pelaksanaan pemilihan umum. Sistem pemilihan umum presiden dan wakil presiden tersebut
kemudian dijabarkan dalam Pasal 222 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu menentukan
bahwa hanya partai politik Peserta Pemilu yang memiliki kursi sekurang kurangnya 20% dari
jumlah kursi DPR atau memperoleh suara sekurang-kurangnya 25% dari jumlah suara sah
nasional dalam Pemilu anggota DPR yang dapat mengusulkan pasangan calon presiden dan
wakil presiden, dan selanjutnya ketentuan ini disebut sebagai Presidential Treshold
sebagaimana apa yang telah dipaparkan oleh pembicara pertama kami.

Dewan Juri yang terhormat.


Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi nomor 14/PUU-XI/2013 yang menyatakan bahwa
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden harus dilaksanakan secara serentak dengan Pemilu
legislatif pada Tahun 2019 telah menimbulkan pertanyaan apakah Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden masih memerlukan ambang batas (presidential threshold)?.

Dewan Juri yang terhormat


Pembentuk Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 yang lalu menyebutkan original intent
dari Pemilu legislatif didahulukan daripada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden bertujuan
untuk memperkuat sistem presidensial, sehingga diperlukan ambang batas (presidential
threshold) bagi partai politik yang mengusulkan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden,
namun dengan dilaksanakannya Pemilu serentak ini maka apakah alasan tersebut masih
relevan.
Dewan juri yang terhormat.
Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat beberapa pertimbangan yang secara ekspilist verbis
telah didudukkan dalam Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Pemilu oleh
Kementerian Luar Negeri terkait tetap dipertahankannya ambang batas atau dihilangkannya
ambang batas. Dalam hal, ambang batas (presidential threshold) ditiadakan maka semua
partai politik peserta Pemilu dapat mengusulkan presiden. Artinya apabila partai peserta
Pemilu ada 16 (lima belas)Partai maka kemungkinan ada 16 (lima belas) calon presiden.
Kebijakan ini akan memberikan kesempatan bagi setiap Partai Politik Peserta Pemilu untuk
mengajukan Calon Presiden dan Wakil Presiden serta akan memberikan pilihan yang lebih
banyak untuk memilih Calon Presiden dan Wapres.

Dewan Juri yang terhormat.


Masalah yang kemudian muncul adalah apabila Presiden terpilih berasal dari partai yang
berkursi sedikit di DPR atau bahkan tidak mempunyai sama sekali wakil di DPR maka figur
Presiden ini akan sulit mendapat dukungan politik di parlemen. Potensi sandera politik
terhadap presiden akan semakin besar.

Dewan Juri yang terhormat.


Berbeda dengan, apabila ambang batas (presidential threshold) tetap dipertahankan
kelebihannya adalah ambang batas akan membuat partai politik untuk melakukan konsolidasi
politik sehingga dengan adanya gabungan partai politik pendukung presiden, maka akan
memperkuat sistem presidensial, dan akan terjadi koalisi untuk memperkuat pelaksanaan
pemerintahan, sehingga akan membangun pemerintahan yang efektif.

Dewan Juri yang terhormat.


Kemudian sehubungan dengan pemilihan serentak, Urgensi penyusunan peraturan tentang
penyelenggaraan Pemilu untuk mengakomodasi dikeluarkannya Putusan MK No 14/PUU-
XI/2013 tertanggal 23 Januari 2014. Putusan ini menyatakan bahwa pemisahan
penyelenggaraan Pemilu legislatif dan Pemilu presiden bersifat inkonstitusional, sehingga
pada Pemilu 2019, penyelenggaraan dua Pemilu itu harus diserentakkan. Selain itu, untuk
menyempurnakan pengaturan terkait pelaksanaan Pemilu yang telah ada guna mewujudkan
pelaksanaan Pemilu yang ideal.

Dewan Juri yang terhormat.


Lantas, bantahan apa lagi yang berhak untuk diberikan ketika original intent dibentuknya
regulasi terkait dengan ambang batas atau presidential threshold dalam pemilihan umum
serentak telah kami elaborasikan. Maka dari itu, kami dari TIM PRO sekali lagi dengan tegas
menyatakan Setuju akan mosi perdebatan kita pada hari ini.
Sekian dan terima kasih.

Berfikirlah idealis, kritis, nan komprehensif.

Dan Salam Berdikari. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai