Proposal
Proposal
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Evaluasi Pasca
Huni
Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Tadulako
Di Susun Oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia -Nya sehingga penyusunan Laporan Evaluasi Pasca Huni (EPH) yang
berjudul ” Evaluasi Tata Ruang Masjid Agung Darussalam Palu ” dapat
selesai tepat pada waktunya.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki Laporan ini.
Penulis
Fera Kartika M
Malonda
stb : F22114118
iii
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR
ISI...........................................................................................................................ii
DAFTAR
GAMBAR...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang .......................................................Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 1
D. Pendekatan dan Metode Penelitian ......................................................................... 2
E. Variabel Penelitian, Fokus Penelitian dan Kerangka Penelitian ............................. 2
F. Data dan Sumber Data ............................................................................................ 4
G. prosedur Pengumpulan Data.......................................................................................... 4
iv
DAFTAR GAMBAR
v
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sebuah perancangan suatu bangunan, banyak permasalahan-
permasalahan atau dampak yang dapat kita temui, salah satunya adalah permasalahan
bangunan pasca huni. Permasalahan bangunan pasca huni ini di sebabkan oleh
berbagai faktor. mulai dari faktor kesalahan pada saat perancangan hingga faktor
kurang di rawatnya bangunan itu sendiri.
Masjid dalam perjalanan awalnya hanya merupakan sebuah ruang non fisik yang
di dirikan pertama kali oleh Nabi Muhammad (Tahun 622 M) beserta para Sahabat
dan pengikutnya sesaat setelah kedatangannya (hijrah) di Madinah. Dengan ruang
terbuka yang hanya dibatasi oleh garis batas tanah milik warga Madinah yang
diserahkan sebagai tempat pusat kegiatan pergerakan Nabi dan pengikutnya inilah
yang kemudian mereka sebut masjid. Seiring perjalanan waktu, dinding pembatas
mulai dibuat untuk membedakan aktivitas khusus dan aktivitas public. Selanjutnya,
masjid mulai berevolusi dengan berkecenderungan untuk menjadi sebuah bangunan
yang memiliki elemen-elemen arsitektur berupa lantai, dinding, atap serta bukaan
bukaannya. Dari hasil kajian di berbagai negara terhadap perancangan sebuah masjid,
terdapat berbagai variasi dan kreasi yang sungguh luar biasa. Masjid dibuat dengan
teknologi, biaya dan sumber daya yang disesuaikan dengan kondisi regional di mana
ia berdiri, tanpa adanya keharusan untuk meletakkan elemen tertentu.
Semangat umat Islam Indonesia dalam membangun masjid nampak begitu tinggi,
pembangunan masjid terus berjalan bahkan menunjukkan peningkatan yang cukup
tinggi tanpa mengenal krisis. Hampir disetiap perkampungan yang penduduknya
mayoritas umat Islam sudah dapat dipastikan di situ ada masjid. Meningkatnya
semangat umat Islam dalam mendirikan atau membangun masjid, di satu sisi
mencerminkan adanya suatu komitmen umat Islam terhadap perluasan dakwah Islam
semakin tinggi. Kondisi ini merupakan salah satu indikasi meningkatkan pemahaman
dan kesadaran umat terhadap keberadaan masjid di tengah kehidupan mereka. Namun
1
disisi lain menimbulkan keprihatinan yang mendalam karena bertambahnya jumlah
masjid tidak diiringi dengan bertambahnya kesadaran umat untuk memakmurkannya
yang tercermin dari peningkatan kualitas kesejahteraan umat itu sendiri, baik secara
lahir maupun batin.
Mengapa saya memilih masjid sebagai objek penelitian saya? Karena saya
sangat tertarik dengan konsep pembangunan setiap masjid. Apalagi kita sebagai
seorang manusia yang terlahir dalam keadaan islam dimana masjid merupakan
bangunan yang harus kita cintai dan lestarikan. Konsepnya yang sangat unik dan
merupakan salah satu masjid ikonik selain masjid Agung Darussalam yang ada di
kota Palu. Apalagi masjid ini memiliki latar belakang pembangunan yang sangat
menarik.
Masjid Agung Darussalam yang terletak di Palu, Sulawesi Tengah, merupakan tindak
lanjut dari ditetapkannya Sulawesi Tengah sebagai daerah tingkat satu pada tahun 1964.
Tahun 1975, pemerintah daerah, ulama, dan beberapa ormas menggagas pembangunan
sebuah masjid yang representatif dengan citra Kota Palu sebagai kota religious.
Gedung Aula masjid Agung Darussalam Palu biasa di gunakan untuk acara yang
sifatnya publik contohnya pesta perkawinan, seminar dan lain-lain. Gedung Aula atau
serbaguna ini memiliki kapasitas 1000 orang.
Oleh karna itu saya selaku penulis ingin mengevaluasi kondisi tata ruang
gedung Aula Masjid Agung Darussalam yang di tinjau dari segi fungsionalnya pada
bangunan masjid Agung. Mengingat masjid ini dibangun dengan biaya yang tidak
sedikit juga bermaterial ekslusif serta berdekatan dengan beberapa masjid
disekitarnya dan memiliki masalah dan potensi.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas maka rumusan masalah yang terdapat pada laporan evaluasi pasca huni ini
adalah :
• Bagaimana Kondisi tata ruang Gedung Aula Masjid Agung Darussalam Palu ?
2
C. Tujuan Dan Manfaat
1. Tujuan
• Tujuan dari laporan ini untuk mengevaluasi kondisi tata ruang gedung Aula Masjid
Agung Darussalam Palu dari aspek fungsionalnya
2. Manfaat
• Manfaat dari laporan ini agar penulis memahami kondisi tata ruang gedung Aula
Masjid Agung Darussalam Palu yang di tinjau dari aspek fungsionalnya.
1. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan satu variabel atau variabel tunggal yang tidak
membahas adanya pengaruh atau suatu korelasi. Penelitian ini menilai bagian
daripada elemen fungsional mengenai sirkulasi di ruang gedung Aula masjid Agung
Darussalam Palu.
2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini meninjau bagian elemen fungsional mengenai
sirkulasi ruang gedung Serbaguna, kemudian metode EPH yang digunakan adalah
analisis EPH Investigasi.
3
3. Kerangka Penelitian
Untuk memperjelas pemahaman tentang variabel penelitian, maka perlu
dijelaskan melalui kerangka penelitian di bawah ini :
JUDUL PENELITIAN
Evaluasi Tata Ruang Bangunan Agung Darussalam Palu
FOKUS PENELITIAN
Elemen Fungsional
PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana Kondisi tata ruang Gedung Aula Masjid Agung Darussalam Palu ?
WAWANCARA EVALUASI
Sirkulasi ruang
Kepuasan penggun
ruang Serbaguna
STUDI DOKUMENTASI
& LITERATUR
OBSERVASI Data dokumtasi dan
Pengamatan literature yang menunjang
penelitian
KESIMPULAN
= Alur Penelitian.
4
F. Data dan Sumber Data
1. Data
Data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu data primer
adalah data yang diperoleh dari sumber data melalui survey atau observasi serta
wawancara di lapangan, kemudian yang kedua adalah data sekunder, yakni data
yang relevan dengan permasalahan penelitian. Sesuai dengan teori diatas, dapat
terlihat data dalam penelitian ini yakni sebagai berikut :
2. Sumber Data
Sedangkan yang menjadi sumber data dalam penelitian ini, diantaranya :
1. Studi Dokumentasi
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
5
2. Studi Literatur
Literatur yang digunakan dalam penelitian ini adalah literatur yang
menunjang data penelitian meliputi Post-Occupancy Evaluation atau Evaluasi Pasca
Huni (EPH), Tinjauan gedung Aula, Ilustrasi Desain Interior, Pengantar Arsitektur,
Arsitektur dan Perilaku Manusia.
3. Observasi
Dalam melakukan observasi, peneliti mengumpulkan dan
mendokumentasikan segala macam data yang dibutuhkan untuk disusun dan
dianalisis. Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Melihat kondisi fisik ruang gedung Aula Masjid Agung Darussalam Palu
secara langsung.
Mengetahui pola sirkulasi ruang serta perilaku pengguna ruang ditinjau dari
aktivitas yang terjadi di gedung Serbaguna (Aula).
4. Wawancara
Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat kepuasan pengguna ruang Serbaguna (Aula) Masjid Agung Darussalam
Palu.
6
TINJAUAN PUSTAKA
7
Keuntungan jangka menengah berkaitan dengan pengambilan keputusan
penting dalam pelaksanaan pembangunan, yang meliputi:
1. Indikatif EPH
Indikasi keberhasilan dan kegagalan bangunan, dilakukan dalam waktu yang
sangat singkat (kurang lebih 3 jam). Biasanya evaluator sudah sangat mengenal
dengan objek evaluasinya. Perolehan data dapat diperoleh salah satunya dari
mempelajari dokumen (blue print), walk in through, kuesioner, wawancara.
2. Investigatif EPH
Berlangsung lebih lama dan lebih kompleks, biasanya dilakukan setelah
ditemukan isu-isu (saat indukatif EPH) dikerjakan selama 2-4 minggu. Hasil dari
EPH indikatif mempengaruhi hasil – hasil identifikasi permasalahan utama. EPH
investigatif meliputi berbagai macam topik yang lebih detail dan reliabel.
Adapun langkah – langkah utama dalam pelaksanaan EPH investigatif identik dengan
langkah – langkah dalam EPH indikatif, dimana level upaya lebih tinggi, lebih
banyak menghemat waktu di tempat dan data yang dikumpulkan serta teknik analisa
8
yang digunakan akan lebih sempurna. Tidak seperti EPH indikatif, dimana kriteria
bentuk bangunan yang digunakan dalam evaluasi berdasarkan pada pengalaman dari
tim evaluasi, maka EPH investigatif menggunakan kriteria riset yang ditempatkan
secara obyektif dan eksplisit.
3. Diagnostik
Menggunakan metode yang lebih canggih, dengan hasil yang lebih tepat/
akurat memerlukan waktu beberapa bulan. Hasilnya merupakan evaluasi yang
menyeluruh. EPH diagnostik ini mengikuti strategi metode yang beragam,
diantaranya; kuesioner, survey dan ukuran-ukuran fisik dimana seluruh pendekatan
ini disesuaikan dengan evaluasi komparatif terhadap fasilitas – fasilitas dengan tipe
yang sama secara lintas-bagian. EPH diagnostik dilaksanakan
Evaluasi pasca huni memiliki tiga tahapan penting, yaitu (Wolfgang F E Preiser,
1995):
1. Jenis-jenis Evaluasi
Evaluasi pascahuni terutama berfokus pada tiga faktor yaitu, evaluasi teknis,
evaluasi fungsional, dan evaluasi prilaku. Semuanya ini berhubungan dengan
kepentingan sang arsitek akan perancangan bangunan dan dengan klasifikasi
9
kepustakaan arsitektur, maupun dengan persepsi bangunan oleh klien maupun
penduduknya.
a. Aspek Fungsional
Aspek fungsional menyangkut segala aspek bangunan atau setting lingkungan
binaan yang secara langsung mendukung kegiatan pemakai dengan segala atributnya.
Kesalahan dalam perancangan aspek fungsional dapat menimbulkan tidak efisiennya
suatu bangunan. Akibat selanjutnya yang paling serius adalah jika pemakai tidak
dapat melakukan adaptasi terhadap lingkungan binaan tersebut (Sudibyo, 1989).
Perancangan bangunan yangmenekankan fungsi, antara lain akan berpedoman pada
kesesuaian antara area kegiatan dengan segala kegiatan yang berlangsung di
dalamnya. Jika ini yang terjadi, maka di sanalah permasalahan-permasalahan
fungsional akan muncul dan menjadi titik perhatian evaluasi. Beberapa hal yang
merupakan bagian kritis aspek fungsional adalah (Sudibyo, 1989):
10
4) Fleksibilitas dan perubahan, banyak bangunan yang mengalami perubahan
fungsi mempengaruhi sikap perancang dalam mengambil keputusan desain.
Evaluasi terhadap perubahan fungsi (misal organisasi dan kegiatan) memberi
masukan yang sangat berguna bagi perancang dalam mengupayakan
fleksibilitas pengaturan tata ruang dan prasarana.
B. Definisi Masjid
1. Secara Umum
Dalam pengertian ini masjid adalah sebuah bangunan, tempat ibadah umat
Islam, yang digunakan umat terutama sebagai tempat berlangsungnya shalat
jama'ah. (Mohammad E. Ayub, 1996)
2. Secara Bahasa
Masjid berasal dari bahasa arab sajada yang berarti tempat bersujud atau
tempat menyembah Allah Subhana Wa Ta’ala. Selain itu, masjid juga merupakan
(Qs. AlJin: 18) Dari uraian di atas maka arti Masjid secara bahasa adalah tempat
1996)
11
C. Fungsi Masjid
Fungsi Masjid yang utama yaitu sesuai dengan arti namanya yaitu sebagai
tempat sujud sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi setelah beliau sampai
dalam perjalanan hijrah ke kota Yatsrib, beliau membangun masjid, setelah Masjid
tersebut jadi, maka beliau langsung melakukan shalat.
1. Fungsi Keagamaan
a. Fungsi ibadah.
Semua muslim yang telah baligh atau dewasa harus menunaikan shalat
lima kali sehari. Masjid biasa digunakan sebagai tempat shalat berjamaah,
baik pada shalat lima waktu maupun shalat pada waktu-waktu tertentu,
seperti shalat jum’at bagi laki-laki, shalat jenazah, shalat khusuf pada hari
12
masjid menjadi tempat penyaluran zakat fitrah dan membentuk panitia
amil zakat.
2. Fungsi Sosial
a. Pusat kegiatan masyarakat
Masjid selain sebagai tempat ibadah, masjid juga dapat menjadi pusat
kegiatan masyarakat, antara lain seperti tempat berkumpul dan
bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah-masalah keumatan.
b. Pendidikan
Fungsi utama masjid yang lainnya adalah sebagai tempat pendidikan.
Kegiatan pendidikan di masjid biasa dilakukan paruh waktu yaitu pada saat
setelah subuh, dan sore hari. Pendidikan di masjid ditujukan untuk segala
usia, dan mencakup seluruh pelajaran, mulai dari keislaman baik itu belaja
13
cukup megah sebagai kebanggaannya masing-masing, kubah dan lain-lain.
Bangunannya cukup besar, kapasitasnya dapat menampung ratusan bahkan
ribuan jamaah dan bisa dipakai untuk melaksanakan ibadah shalat jum’at
Untuk tingkatan masjid sebagaimana ketentuan yang telah ada pada tingkat
kewilayahan bagi masjid yang dipilih pemerintah yang topang oleh anggaran
pemerintah setempat dan dana masjid (Depag RI, 2008) yaitu:
14
1. Masjid Negara, Yaitu masjid yang berada di tingkat pemerintahan pusatatau
di Ibukota Negara Republik Indonesia, biaya sepenuhnya oleh
pemerintahan pusat (APBN) dan menjadi pusat kegiatan resmi kenegaraan
dan hanya satu masjid yaitu masjid “Istiqlal”.
2. Masjid Raya/Nasional, Yaitu masjid di tingkat ibukota provinsi yang di ajukan
oleh Gubernur kepada Menteri Agama untuk menjadi sebutan “Masjid
Raya/Nasional” dengan mencantumkan nama masjid tersebut, menjadi
pusat kegiatan keagamaan dan sosial, dihadari oleh pejabat tingkat provinsi
dan anggaran menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah (APBD) dalam
halini yaitu Gubernur. Seperti Masjid Nasional Baiturrahman Banda Aceh
Provinsi Nanggroe Aceh.
3. Masjid Agung, yaitu Yaitu masjid yang berada di tingkat Kabupaten/Kota
dandi ajukan melalui Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota setempat
kepada Bupati/Walikota untuk dibuatkan surat keputusan penetapan
“Masjid Agung”.Menjadi pusat kegiatan sosial keagamaan yang dihadiri
oleh pejabat pemkab/pemkot. Dan Anggaran masjid tersebut berasal dari
Pemerintah Daerah (APBD)/Pemkab/Kota, dana masjid dan sumbangan
lainnya.
4. Masjid Besar, Yaitu masjid yang berada di tingkat kecamatan dan diajukan
melalui Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan setempat kepada
Camat untuk dibuatkan surat keputusan penetapan “Masjid Besar”.Menjadi
pusat kegiatan sosial keagamaan yang dihadiri oleh camat dan pejabat
tingkat kecamatan lainnya. Anggaran masjid tersebut berasal dari
Pemerintah Kecamatan, dana masjid, swadaya masyarakat, dan sumbangan
lainnya.
5. Masjid Jami’, Yaitu masjid yang berada ditingkat Kelurahan/Desa menjadi
pusat kegiatan keagamaan tingkat Keluruhan/Desa.Pendirian bangunan
masjid ini umumnya sepenuhnya dibiayai oleh pemerintahan desa dan
15
swadaya masyarakat setempat. Kalaupun ada sumbangan dari Pemerintah
relatif sedikit.
E. Prinsip Bangunan Masjid
Masjid sebagai tempat beribadah bagi umat Islam mempunyai ciri-ciri susunan
ruang yang mutlak ada di dalam bangunan masjid.
1. Orientasi
Orientasi masjid selalu menghadap ke kiblat, yaitu kearah Mekkah, sebagai
kota kelahiran agama Islam dan tempat berdirinya bait Allah SWT. Selain arah
shalat, kiblat juga merupakan arah kepala hewan yang disembelih, juga arah
kepala jenazah yang dimakamkan. Di Indonesia, kiblat tersebut mengarah
kearah barat laut.
2. Liwan
Sebagai ruang utama untuk shalat berjamaah, sebuah masjid minimal dapat
menampung 40 jamaah yang terdiri dari satuan ukuran sajadah sebagai alas
untuk shalat, yaitu 60 cm x 100 cm, yang bersifat open plan. Dalam hukum
Islam, laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan, sehingga posisi saat shalat
mengharuskan jamaah perempuan berada di deretan belakang setelah jamaah
lakilaki.
3. Mihrab
Mihrab merupakan tempat imam memimpin shalat berjamaah dan
biasanya terdapat juga mimbar untuk Khotib yang memberikan ceramah agama
(seperti saat shalat Jum’at) Mihrab ini biasanya berada di posisi orientasi kbilat
dari liwan.
4. Tempat Wudhu
Tempat wudlu sebagai tempat mensucikan diri sebelum melakukan shalat,
biasanya disatukan dengan lokasi KM/WC. Pemisahan ruang wudlu antara
lakilaki dan perempuan harus jelas.
5. Teras
16
Teras merupakan ruang penghubung antara ruang luar dan ruang
penunjang yang biasanya merupakan batas territorial untuk melepas alas kaki
menuju ruang suci.
6. Menara
Menara sebagai tempat adzan berkumandang menandakan saat untuk
shalat sekaligus menjadi vocal point.
7. Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang merupakan ruang untuk menunjang serta
memakmurkan aktivitas dalam masjid antara lain seperti perpustakaan, ruang
Di dalam Muktamar Risalatul Masjid di Makkah pada Tahun 1975, bahwa suatu
masjid baru dapat dikatakan berperan secara baik apabila memiliki ruangan, dan
peralatan yang memadai untuk:
1. Ruang Sholat yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
2. Ruang-ruang khusus wanita yang memungkinkan mereka keluar masuk tanpa
bercampur dengan pria baik digunakan sholat, maupun untuk pendidikan
Kesejahteraan Keluarga (PKK).
3. Ruang pertemuan dan perpustakaan.
4. Ruang Poliklinik, dan ruang untuk memandikan dan mengkafani jenazah.
5. Ruang bermain, berolah raga, dan berlatih bagi remaja.
17
1. Pengertian Konvensi
Konvensi adalah kegiatan pertemuan mengenai masalah umum, untuk
bertukar pikiran, pandangan pada suatu kecendrungan yang terjadi. Konvensi
biasanya merupakan pertemuan berkala, lengkap dan mempunyai pokok
permasalahan tertentu. (Fred Lawson, Conference, Convention and Exhibition
Facilities).
Fungsi dan kegiatan yang dapat ditampung oleh sebuah gedung konvensi:
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembangunan masjid berlantai dua dengan luas bangunan 2.500 meter persegi itu
mula-mula digagas pada 1975 oleh pemerintah daerah, ulama, dan beberapa ormas.
Tujuannya untuk menghadirkan sebuah masjid yang representatif, sesuai citra Kota Palu
sebagai kota religius.
19
Gambar 3. Tampak Masjid Agung Darussalam Palu.
(Sumber : Dok. Survey, 2017)
Masjid terdiri dari dua lantai. Pada bangunan lantai 1 masjid agung
Darussalam ini memiliki fungsi sebagai Aula atau juga gedung serbaguna yang biasa
digunakan untuk acara yang sifatnya publik contohnya pesta perkawinan, seminar dan
lain-lain. Gedung Aula atau serbaguna ini memiliki kapasitas 1000 orang.
B. Hasil Pengamatan
A. Adapun hasil pengamatan yang di lakukan pada gedung Aula Masjid
Agung Darussalam Palu, maka terdapat lah beberapa dokumentasi.
Gambar 5. Kondisi pintu masuk utama Aula masjid Agung Darussalam Palu.
(Sumber: Dok. Survey, 2017)
20
Gambar 6. Kondisi sirkulasi utama menuju panggung pada Aula Masjid.
(Sumber: Dok. Survey, 2017)
Gambar 7. Kondisi dari kanan dalam gedung Aula masjid Agung Darussalam Palu.
(Sumber: Dok. Survey, 2017)
Gambar 8. Kondisi dari kiri dalam gedung Aula masjid Agung Darussalam Palu.
(Sumber: Dok. Survey, 2017)
Adapun pintu masuk untuk catering terdapat pada arah Utara dari gedung
Aula masjid Agung Darussalam Palu.
21
Gambar 9. Kondisi pintu masuk samping arah utara gedung aula masjid Agung
Darussalam Palu.
(Sumber: Dok. Survey, 2017)
Aktifitas atau kegiatan acara yang sering di gunakan di gedung Aula Masjid
Agung Darussalam Palu yaitu acara seperti acara perkawinan resepsi, siminar dan
pertemuan yang bersifat publik.
22
Gambar 11. Acara resepsi perkawinan di Masjid Agung Darussalam Palu.
(Sumber: Dok. Survey, 2017)
23
B. Aspek yang diamati
a. Aspek fungsi
Saya menggunakan metode observasi. Perancangan bangunan yang
menekankan fungsi antara lain akan berpedoman pada kesesuaian antara area
kegiatan dengan segala kegiatan yang berlangsung di dalamnya. Jika ini yang terjadi
maka di sanalah problem-problem fungsional akan muncul dan menjadi titik
perhatian evaluasi. Beberapa hal yang merupakan bagian kritis aspek fungsional
(Sudibyo, 1988) antara lain adalah:
1) Pengelompokan fungsi:
Menyangkut konsep pengelompokan fungsi-fungsi yang berlangsung
di dalam satu bangunan. Hal Ini mempengaruhi pengerahan kelancaran
pekerjaan dan komunikasi kesesuaian. Pola kegiatan yang berlangsung
pada suatu wadah dengan lingkungan binaan yang ditempatinya akan
menunjukkan tingkat efisiensi bangunan atau lingkungan binaan
tersebut.
2) Sirkulasi
Merupakan salah satu kunci bagi fungsi bangunan. Tidak jarang
kesalahan pengaturan sirkulasi menyebabkan ada daerah yang "terlalu
sepi" dan ada daerah yang "terlalu padat". Untuk bangunan masjid ini
sendiri pengaturan sirkulasinya sudah sangat baik karena didukung oleh
adanya pintu disetiap sisi masjid. Untuk sirkulasi antara masjid dan
lingkungan binaan yang ditempati masjid ini menggunakan sirkulasi
terbuka yang menghubungkan masjid dan lingkungan binaan.
24
Gambar 14. kondisi lorong Masjid Agung Darussalam Palu.
(Sumber: Dok. Pribadi, 2018)
25
1) Faktor manusia;
Bagaimana kesesuaiannya antara konfigurasi, material dan ukuran
terhadap pemakaiannya. Yang sering diangkat sebagai objek evaluasi
adalah kondisi spesifik dari fasilitas untuk kelompok/ orang-orang yang
khusus (misalnya cacat, orang tua dan anak-anak).
1) Fleksibilitas dan perubahan.
Banyak bangunan yang mengalami perubahan fungsi. Keadaan ini
akan mempengaruhi sikap perancang dalam mengambil keputusan
rancangannya. Fleksibilitas dan perubahan yang terjadi pada masjid ini
terletak pada bagian Tangga penghubung lantai 1 dan 2 . tangga
penghubung tersebut menjadi tempat favorit untuk berfoto karena view
yang disuguhkan sangat menarik. Bahkan ada pengunjung yang sekedar
mampir ke salah satu area masjid untuk berfoto bukan untuk shalat,
tangga penghubung ke lantai 2 dan taman di sekitar area Masjid dijadikan
spot terbaik untuk berfoto. Hal tersebut jika terjadi pada waktu shalat
dikatakan sangat mengganggu pengunjung yang hendak melaksanakan
shalat. Dan juga Tangga penghubung antara lantai 1 dan 2 tersebut
menutupi pintu utama pada lantai 1 Masjid agung yang berfungsi sebagai
Gedung serbaguna dan acara acara bersifat publik lainnya.
26
Gambar 15 . Kondisi Tangga Penghubung Yang Menutup Pintu Utama Lantai 1 Masjid
Agung Darussalam Palu.
(Sumber: Dok. Pribadi, 2018)
27
Gambar 15 . Kondisi Tempat Wudhu Masjid Agung Darussalam Palu.
(Sumber: Dok. Pribadi, 2018)
Gambar 15 . Kondisi Tempat Wudhu (Kanan Untuk Pria dan Kiri Untuk Wanita
Masjid Agung Darussalam Palu.
(Sumber: Dok. Pribadi, 2018)
28
C. Hasil Kuesioner
Untuk mengetahui Aspek fungsional pengguna gedung Aula Masjid Agung
Darussalam dilakukan investigasi dengan menyebarkan Kuesioner kepada 20 orang
yang ada di sekitar masjid Agung Darussalam. Adapun pertanyaan yang harus
dijawab oleh responden adalah sebagai berikut :
1) Cukup seringkah Anda datang ke gedung Aula Masjid Agung Darussalam ini?
A : Jarang
B : Cukup Sering
C : Sangat Sering
2) Apa yang anda rasakan saat masuk di dalam Gedung Aula Masjid Agung?
A : Sempit
B : Biasa-biasa saja
C : Nyaman
3) Bagaimana kondisi sirkulasi di dalam gedung Aula Masjid Agung Darussalam
ini?
A : Kurang baik
B : Cukup baik
C : Sangat baik
4) Menurut anda bagaimana kondisi kebersihan di dalam Aula Masjid Agung
Darussalam ini?
A : Bersih
B : Kurang Bersih
C : Kotor
5) Bagaimanakah keamanan di Aula Masjid Agung Darussalam ini?
A : Aman,
B : Kurang aman,
C : Tidak aman.
6) Sudah cukupkah sarana dan prasarana di gedung Aula Masjid Agung ini?
A : Sudah cukup
29
B : Kurang cukup
C : Tidak cukup
7) Perlukah ada renovasi di Aula Masjid Agung ini?
A : Perlu
B : Kurang perlu
C : tidak perlu
30
Ditinjau dengan metode Evaluasi Purna Huni dari segi permasalahan
fungsional dan perilaku. Masalah yang timbul yaitu Secara keseluruhan Masjid
belum memenuhi aspek fungsi sesuai dengan perencanaan. Tetapi diitinjau dari
metode evaluasi pasca huni dari segi sirkulasi di dalam ruang gedung aula atau luar
masjid Agung Darussasalam palu, sudah sesuai dengan kriteria pada standar gedung
Aula atau konvensi.
Adapun bagian dari masjid yang menyimpang dari perencanaan yaitu :
1. Fungsi:
Tidak ada akses untuk lansia dan penderita disabilitas/penyandang
cacat
Penggunaan Tangga yang menutup Pintu Utama lantai 1 yang di
gunakan untuk kegiatan kegiatan Konvensi
Jalur sirkulasi keluar dan masuk masjid sering dijadikan tempat untuk
berfoto dan area main bola di sore hari, yang mungkin mengganggu
sirkulasi pengunjung yang hendak melaksanakan shalat.
Campur baur wudhu pria dan wanita
2. Perilaku:
Kehadiran pengunjung yang hanya datang untuk berfoto dan bermain
di waktu waktu ibadah cenderung mengganggu sirkulasi dan
kekhusyukan pengunjung lain yang hendak beribadah.
31
KESIMPULAN & REKOMENDASI DESAIN
A. Kesimpulan
Demikian kerangka Evaluasi Pasca Huni beserta langkah-langkah penelitiannya
yang bisa saya simpulkan berdasarkan referensi yang saya dapatkan yaitu
identifikasi terdiri dari proses investigasi dan diagnose. Investigasi melalui survey
dan pertanyaan (wawancara) berdasarkan elemen-elemen atau aspek yaitu aspek
fungsi dan perilaku setelah melakukan investigasi kemudian dilakukan diagnose
untuk menghasilkan saran rekomendasi pendekatan desain yang dapat mengatasi
masalah yang didapat pada saat melakukan investigasi.
1. Membuat akses untuk lansia penyandang cacat sehingga mereka tidak kesulitan
untuk memasuki area masjid
2. Memberi jarak yang cukup antara toilet pria dan toilet wanita
3. Membatasi pengunjung yang hendak mengambil foto atau beraktivitas di sekitar
Masjid agar tidak menggangu terutama pada waktu shalat.
4. Memperhatikan dan menangani saluran air bekas wudhu dan aliran air untuk
dipakai berwudhu
32
Untuk Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasara bagi lansia dan
penderita disabilitas yang mau datang ke gedung Aula masjid Agung Darussalam
Palu. Contohnya dengan menggunakan tangga untuk penderita disabilitas atau
berupa Ramp.
33
DAFTAR PUSTAKA
34