Anda di halaman 1dari 77

BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu.(Maramis, 2005).

Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya
tidak ada (Keliat, 2009).

Halusinasi merupakan pengindraan tanpa sumber rangsang eksternal. Hal ini


dibedakan dari distori atau ilusi yang merupakan tanggapan salah dari rangasang yang
nyata ada. Pasien merasakan halusinasi sebagai sesuatu yang amat nyata, paling tidak
untuk suatu saat tertentu (Kaplan, 1998).

Jadi menurut kelompok kami halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera
terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.
2. Proses Terjadinya
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Menurut Stuart and Sundeen (1998), faktor penyebab dari gangguan persepsi
sensori halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Faktor predisposisi
 Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau susunan saraf pusat
yang dapat menimbulkan gangguan orientasi realitas adalah hambatan
perkembangan otak khususnya kortek frontal, temporal dan limbi,
pertumbuhan dan perkembangan individu pada pranatal, perinatal, neonatal
dan anak–anak.
 Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis, keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas
adalah penolakan dan kekerasan dalam kehidupan, pola asuh pada anak–
anak yang tidak adekuat, konflik dan kekerasan dalam keluarga.
 Sosial budaya
Kehidupan sosial budaya dapat mempengaruhi gangguan orientasi
realitas seperti kemiskinan, konflik sosial budaya, kehidupan yang terisolasi
dan stress yang menumpuk.
b. Faktor presipitasi
 Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologik
yang maladaptif (1) gangguan dalam putaran umpan balik otak yang
mengatur proses informasi dan (2) abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi rangsangan.
 Stress lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku. Misalnya lingkungan yang memusuhi, kritis, masalah di
rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan
hidup,pola aktifitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan orang
lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja(kurang
ketrampilan dalam bekerja), stigmatisasi, kemiskinan, kurangnya alat
transportasi, ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
c. Rentang Respon

2
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang
berada dalam rentang respon neurobiologi. Jika klien yang sehat persepsinya
akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera, maka klien dengan
halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun sebenarnya
stimulus itu tidak ada.Berikut ini rentang respon neurobiologis dimana
halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif dari persepsi.

a) Respon adaptif adalah suatu respon yang dapat diterima oleh norma-norma
social dan budaya secara umum yang berlaku didalam masyarakat, dimana
individu menyelesaikan masalah dalam batas normal yang meliputi:
1) Pikiran logis adalah segala sesuatu yang diucapkan dan dilaksanakan
oleh individu sesuai dengan kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah penerimaan pesan yang disadari oleh indra
perasaan, dimana dapat membedakan objek yang satu dengan yang lain
dan mengenai kualitasnya menurut berbagai sensasi yang dihasilkan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman adalah respon yang diberikan
individual sesuai dengan stimulus yang datang.

3
4) Prilaku sesuai dengan cara berskap individu yang sesuai dengan
perannya.
5) Hubungan social harmonis dimana individu dapat berinteraksi dan
berkomunkasi dengan orang lain tanpa adanya rasa curiga, bersalah
dan tidak senang.

b) Respons maladaptif adalah suatu respon yang tidak dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan budaya secara umum yang berlaku dimasyarakat,
dimana individu dalam menyelesaikan masalah tidak berdasarkan norma
yang sesuai diantaranya:
1) Gangguan proses pikir / waham adalah ketidakmampuan otak untuk
memproses data secara akurat yang dapat menyebabkan gangguan
proses pikir, seperti ketakutan, merasa hebat, beriman, pikiran
terkontrol, pikiran yang terisi dan lain-lain.
2) Halusinasi adalah gangguan identifikasi stimulus berdasarkan
informasi yang diterima otak dari lima indra seperti suara, raba, bau,
dan pengelihatan
3) Kerusakan proses emosi adalah respon yang diberikan Individu tidak
sesuai dengan stimulus yang datang.
4) Prilaku yang tidak terorganisir adalah cara bersikap individu yang
tidak sesuai dengan peran.
5) Isolasi social adalah dimana individu yang mengisolasi dirinya dari
lingkungan atau tidak mau berinteraksi dengan lingkungan.

Jenis dan Fase Halusinasi

JENIS HALUSINASI DATA OBJEKTIF DATA SUBYEKTIF

Halusinasi Dengar (Klien  Bicara atau tertawa  Mendengar suara-suara


mendengar /bunyi yang sendiri atau kegaduhan
tidak ada hubungannya  Marah-marah tanpa  Mendengar suara yang
dengan stimulus yang sebab mengajak bercakap-
nyata /lingkungan)  Mendekatkan telingah cakap
kearah tertentu  Mendengar suara
 Menutup telingah menyuruh melakukan

4
sesuatu yang bebahaya
Halusinasi Penglihatan  Menunjuk-nunjuk arah Melihat bayangan , sinar ,
(klien melihat gambaran tertentu bentuk geometris , kartun ,
yang jelas /samar terhadap  Ketakutan pada sesuatu hantu , atau monster
adanya stimulus yang yang tidak jelas
nyata dari lingkungan dan
orang lain tidak
melihatnya)

Halusinasi Penciuman  Mengendus-endus Membaui bau-bauan


(Klien mencium suatu seperti sedang seperti bau darah , urine
yang bau yang muncul membaui bau-bauan dan terkadang bau-bau
dari sumber tertentu tanpa tertentu tersebut menyenangkan
stimulus yang nyata)  Menutup hidung bagi klien

Halusinasi Pengecap  Sering meludah Merasakan rasa seperti


(Klien merasakan sesuatu  Muntah darah , urine atau feses
yang tidak nyata , biasanya
merasakan rasa makanan
yang tidak enak)

Halusinasi Perabaan Menggaruk - garuk  Mengatakan ada


(Klien merasakan sesuatu permukaan kulit serangga dipermukaan
pada kulitnya tanpa ada kulit
stimulus yang nyata)  Merasa seperti
tersengat listrik
Halusinasi Kinestetik Memegang kakinya yang Mengatakan badanya
(Klien merasa badanya dianggapnya bergerak melayang diudara
bergerak dalam suatu sendiri
ruangan atau anggota
badannya bergerak

Halusinasi Visual Mengatakan perutnya


(Perasaan tertentu timbul menjadi mengecil setelah
dalam tubuhnya) minum soft drink

Fase-fase Halusinasi

5
Fase-fase halusinasi menurut Farida, Yudi, hal 106 meliputi :
1. Fase Pertama
Disebut juga fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini masuk
dalam golongan non psikotik. Karakteristik : klien mengalami stress, cemas,
perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat
diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan,
cara ini hanya menolong sementara. Perilaku klien : menggerakan bibir tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri, respon verbal yang lambat jika
sedang asyik dengan halusinasinya.
2. Fase Kedua
Disebut juga fase condemmingatau ansietas berat.Pengalaman sensori yang
menjijikkan dan menakutkan.Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk
mengambil jarak dirinya dengan sumber yang diekspresikan.Fase ini bersifat psikotik
ringan. Perilaku klien : meningkatkan tanda-tanda system saraf otonom akibat
ansietas seperti peningkatan denyut jantung, pernafasan, dan tekanan darah. Rentang
perhatin menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dan realita.

3. Fase Ketiga
Adalah fase controlling.Klien mengalami ansietas berat dan pengalaman
sensorik menjadiberkuasa.Klien berhenti menghentikan perlawanan kesepian jika
sensori halusinasi berhenti.Fase ini bersifat psikotik. Perilaku klien : kemauan
yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti, kesukaran berhubungan dengan
orang lain, rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit.
4. Fase Keempat
Disebut juga fase Conquering.Klien mengalami panik dan umumnya
menjadi melebur dalam halusinasi.Pengalaman sensori menjadi mengancam jika
klien mengikuti perintah halusinasi.Karakteristik : halusinasi berubah menjadi
mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak
berdaya, hilang kontrol. Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh
diri, perilaku kekerasan, menarik diri.

6
Faktor biologi psikologi Social budaya
s
Gangguan Respon Kemiskinan,
perkembangan psikologis stress, konflik
otak terisolasi
Pola asuh pada
anak-anak Social budaya
Gangguan
tumbuh yang tidak Biologis
kembang adekuat, Perilaku
konflik dalam
Faktor Faktor presipitasi
keluarga
predisposisi

Respon neurobiologik
Fase HALUSINASI
maladaftif

comforting condenming controlling conquering Gangguan Gangguan

d. Pathway proses pikir persepsi


Klien senang Menyalahka
Ansiestas berat Halusinasi
rasa nyaman n kecemasan
menguasai
Ansietas sedang Ansietas berat berhenti
Berlangsung
e. menghentikan
jam/hari
Kesepian, Antipati perlawanan
ketakutan,rasa terhadap halusinasi panik
bersalah Pengalaman kesepian jika
sensorik menarik sensorik Aktifitas fisik
diri dari orang lain merefleksikan
halusinasi
berhenti. isi halusinasi
3. Isolasi sosial
kemauan 2. Resti
yang mencederai diri

dikendalikan sendiri
1.Halusinasi 7
halusinasi
dengan persepsi
akan lebih
sensori
diikuti
e.Tanda dan Gejala

Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi


adalah sebagai berikut:

1) Data Subyektif (minor)


a. Klien mengatakan mendengar suara
b. Respon verbal yang lambat
c. Klien menarik diri dari orang lain, senang menyendiri.
d. Klien berusaha untuk menghindari orang lain.
e. Klien kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
f. Klien mengatakan tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata
g. Klien merasa mudah tersinggung, jengkel dan marah
h. Klien merasa curiga dan bermusuhan
i. Klien merasa panik dan ketakutan
j. Klien mengatakan sulit berkonsentrasi

2) Data Obyektif (mayor)


a. Bicara sendiri.
b. Senyum sendiri.
c. Ketawa sendiri.
d. Menggerakkan bibir tanpa suara.
e. Pergerakan mata yang cepat/abnormal
f. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan
g. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
h. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik
i. Ekspresi muka tegang
j. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk

8
k. Tampak tremor dan berkeringat
l. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya
daripada menolaknya
m. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan
n. Tidak dapat mengurus diri
o. Kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan
realitas

Seseorang yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat


beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai
merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri,
orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala:
- Memperlihatkan permusuhan
- Mendekati orang lain dengan ancaman
- Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
- Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
- Mempunyai rencana untuk melukai

9
3. Proses keperawatan
1. Pengkajian

a.Identitas klien
Sering ditemukan pada usia masa pubertas (remaja) atau orang dewasa
pertengahan karena pengalaman masa lau dan masalah ekonomi, pekerjaan,
dan pendidikan.
II. Alasan masuk rumah sakit
Umumnya klien halusinasi dibawa ke rumah sakit karena keluarga merasa
tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala
yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan.
III. Faktor predisposisi.
 Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan
lingkungan yang terlalu tinggi.
 Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri,
ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran,
gambaran diri negatif dan koping destruktif.
 Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran
vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.
 Faktor genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui
kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap
penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah kromoson nomor enam,
dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak kembar
identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika
salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya
sebesar 15%, seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami

10
skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua
orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35 %.
IV. Psikososial
1. Genogram
Genogram menggambarkan klien dan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan, dan pola asuh.

2. Konsep Diri
Adalah semua jenis pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi
hubungan dengan orang lain. Konsep diri terdiri atas:
a. Identitas diri
Yaitu pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung
jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan keunukan
individu.
b. Penampilan Peran
Yaitu serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan
sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial.
c.Harga diri
Yaitu penilaian tentang nilai resonal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal
dirinya.
d. Hubungan sosial
Dalam setiap interaksi dengan klien, perawat harus menyadari
luasnya dunia kehidupan klien, memahami pentingnya kekuatan sosial
dan budaya bagi klien, mengenal keunikan aspek ini dan menghargai
perbedaan klien.
V. Status Mental
Pengkajian pada status mental meliputi:
1. Pembicaraan
Cara berbicara digambarkan dalam frekuensi (kecepatan, cepat atau lambat),
volume(keras atau lembut), jumlah (sedikit, membisu, ditekan) dan
karakternya (gugup, kata-kata bersambung, aksen tidak wajar). Bagaimana
pembicaraan yang didapatkan pada klien, apakah cepat, keras, gagap,

11
inkoherensi, apatis, lambat, membisu, tidak mampu memulai pembicaraan,
pembicaraan berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lainnya yang
tidak berkaitan dan jelaskan hal-hal lain yang berkaitan (lebih terinci lihat
pada gangguan proses pikir khususnya gangguan arus pikir)
2. Aktivitas motorik: meningkat atau menurun.
Aktivitas motorik berkenaan dengan gerakan fisik perlu dicatat dalam hal
tingkat aktivitas (letargik, tegang, gelisah, agitasi), jenis (tik, seringai, tremor)
dan isyarat tubuh atau mannerisme yang tidak wajar. Jelaskan psikomotor
atau aktivitas motorik yaitu gerakan badan atau anggota badan yang
dipengaruhi oleh keadaan jiwanya, efek bersama yang mengenai bdan dan
jiwa(biasanya disebut konasi atau perilaku motorik)
3. Alam perasaan: suasana hati dan emosi.
Alam perasaan(emosi) adalah manifestasi afek yang ditampilkan atau di
ekspresikan keluar, disertai banyak komponen fisiologis dan berlangsung
(waktunya) relatif lebih singkat atau spontan seperti sedih, ketakutan, putus
asa, kuwatir atau berlebihan. Yang terjadi pada klien seperti sedih, ketakutan,
putus asa, kuwatir, atau gembira berlebihan.
4. Afek: sesuai atau maladaptif seperti tumpul, datar, labil dan ambivalen
Afek adalah nada perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan
yang menyertai suatu pikiran dan berlangsung relatif lama dan dengan sedikit
komponen fisiologis atau fisik, seperti kebanggaan, kekecewaan. Jelaskan
afek yang terjadi pada klien seperti datar, tumpul, labil, atau tidak sesuai.
5. Interaksi selama wawancara: respon verbal dan nonverbal.
Jelaskan keadaan yang ditampilkan klien saat wawancara seperti
bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung, kontak mata kurang(tidak
mau menatap lawan bicara), defensif (selalu berusaha mempertahankan
pendapat dan kebenaran dirinya) atau curiga(menunjukkan sikap atau
perasaan tidak percaya pada orang lain).
6. Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai
dengan informasi.
Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas, hubungan, perbedaan
sesuatu, hal tersebut melalui proses mengamati, mengetahui dan
mengartikannya setelah panca indera mendapat rangsangan. Ada dua hal
masalah perseptual yaitu halusinasi dan ilusi.

12
Jelaskan sensori dan persepsi yang ditampilkan atau dinyatakan oleh
klien seperti adanya halusinasi serta ilusi. Jelaskan jenisnya dan isinya,
seperti halusinasi pendengaran, penglihatan, perasaan, pengucapan, atau
penghidu. Frekuensi terjadi dalam satu hari dan tanda/gejala yang
ditampilkan atau nampak oleh adanya pengaruh halusinasi atau ilusi.
7. Proses pikir: proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik dan
dapat mempengaruhi proses pikir.
Proses pikir adalah meliputi proses pertimbangan (judgement), pemahaman,
(komprehension), ingatan dan penalaran (reasoning). Proses berpikir normal
mengandung arus idea, simbol-simbol, asosiasi terarah, bertujuan yang
dibangkitkan oleh masalah tugas serta mengantarkan penyelesaian masalah
yang berorientasi kenyataan. Proses pikir merujuk pada “bagaimana” ekspresi
diri klien. Sedangkan isi pikir mengacu arti spesifik yang diekspresikan
dalam komunikasi klien merujuk pada apa yang dipikirkan klien.
a) Jenis Halusinasi
Jenis- jenis Halusinasi menurut Stuart and Sundeen dalam Ermawati
Dalami , S.Kp 2009 hal 19 adalah :
1. Halusinasi pendengaran (Auditori )
Halusinasi yang seolah-olah mendengar suara, paling sering suara
orang. Suara dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai
suara orang yang berbicara mengenai klien, klien mendengar
orang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh
klien dan memerintah untuk melakukan suatudan kadang-kang
melakukan yang bahaya.
2. Halusinasi penglihatan (Visual )
Halusinasi yang merupakan stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometris, gambar kartun dan atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan.
3. Halusinasi penghidung atau bau ( Alfaktori )
Halusinasi yang seolah-olah mencium bau busuk, amis atau bau
yang menjijikan seperti darah, urin atau feses. Halusinasi
penghidung khususnya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang
dan dimensial.
4. Halusinasi pengecap ( gustatori )

13
Halusinasi yang seolah-olah merasakan suatu yang busuk, amis
dan menjijikan seperti, darah, urin feses atau bisa merasa ada
sesuatu rasa dimulutnya.
5. Halusinasi peraba ( tartil )
Halusinasi yang seolah-olah mengalami rasa sakit atau tidak enak
secara stimulus yang terlihat. Merasakan sensasi listrikdatang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
6. Halusinasi Sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti
darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.
b) Isi halusinasi
Dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang
dikatakan suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan
yang dilihat oleh klien, jika halusinasi visual, bau apa yang tercium
jika halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap jika halusinasi
pengecapan,dan apa yang dirasakan dipermukaan tubuh jika
halusinasi perabaan.
c) Waktu dan frekuensi.
Dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman
halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu, atau sebulan
pengalaman halusinasi itu muncul. Informasi ini sangat penting untuk
mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan bilamana klien
perlu perhatian saat mengalami halusinasi.
d) Situasi pencetus halusinasi.
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum
halusinasi muncul serta mengobservasi apa yang dialami klien
menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien.
e) Respon Klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien
bisa dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami
pengalaman halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus
halusinasinya atau sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya.

f) Bentuk pikir halusinasi

14
1) Dereistik yaitu bentuk pemikiran tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada atau tidak mengikuti logika secara umum
(tak ada sangkut pautnya antara proses mental individu dan
pengalaman yang sedang terjadi)
2) Otistik (autisme) yaitu bentuk pemikiran yang berupa
fantasiatau lamunan untuk memuaskan keinginan yang tidak
dapat dicapainya. Hidup dalam pikirannya sendiri, hanya
memuaskan keinginannya tanpa peduli sekitarnya,
menandakan ada distorsi arus asosiasi dalam diri klien yang
dimanifestasikan dengan lamunan, fantasi waham, dan
halusinasi yang cenderung menyenangkan dirinya.
3) Nonrealistic yaitu bnetuk pemikiran yang sama sekali tidak
logis/tidak masuk akal, sama sekali tak berdasarkan kenyataan

8. Isi pikir: berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis.


9. Tingkat kesadaran: orientasi waktu, tempat dan orang.
10. Memori
- Memori jangka panjang: mengingat peristiwa setelah lebih setahun berlalu.
- Memori jangka pendek: mengingat peristiwa seminggu yang lalu dan pada
saat dikaji.
11. Kemampuan konsentrasi dan berhitung: kemampuan menyelesaikan tugas
dan berhitung sederhana.
12. Kemampuan penilaian: apakah terdapay masalah ringan sampai berat.
13. Daya tilik diri: kemampuan dalam mengambil keputusan tentang diri.
Kebutuhan persiapan pulang: yaitu pola aktifitas sehari-hari termasuk makan
dan minum, BAB dan BAK, istirahat tidur, perawatan diri, pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan sera aktifitas dalam dan luar ruangan.

2. Diagnosa keperawatan
 Pohon Masalah

EFEK Resti mencederai diri sendiri,orang lain


15
dan lingkungan
Perubahan persepsi
CORECAUSE
PROBLEM sensori (halusinasi)
Isos : menarik diri

Gangguan konsep HDR

Tidak efektifnya koping individu

 Prioritas Masalah
1. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
2. Resiko menciderai diri sendiri, oranglain, dan lingkungan
3. Isolasi sosial : Menarik diri
4. Harga diri rendah

16
3. NCP
Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Perencanaan
Tgl Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
Perubahan Tujuan Umum :
sensori- Klien tidak
perseptual: menciderai diri
halusinasi sendiri atau orang
pendengaran lain ataupun
lingkungan.
1. Bina hubungan saling percaya
TUK 1: Klien mampu membina Hubungan saling percaya
dengan menggunakan prinsip
hubungan saling percaya merupakan langkah awal
Klien dapat
komunikasi terapeutik :
dengan perawat, dengan menentukan keberhasilan rencana
membina
a. sapa klien dengan ramah
kriteria hasil : selanjutnya.
hubungan saling
baik verbal maupun non
percaya dengan  membalas sapaan
perawat verbal
perawat.
b. perkenalkan diri dengan Untuk mengurangi kontak klien
 ekspresi wajah
bersahabat dan senang sopan dengan halusinasinya dengan
 ada kontak mata c. tanyakan nama lengkap mengenal halusinasi akan
 mau berjabat tangan klien dan nama panggilan membantu mengurangi dan
 mau menyebutkan kesukaan klien menghilangkan halusinasi.
nama

17
d. jelaskan maksud dan
 klien mau duduk
berdampingan dengan tujuan interaksi
perawat
e. berikan perhatian pada
 klien mau
mengutarakan masalah klien, perhatikan
yang dihadapi kebutuhan dasarnya
2. Beri kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaannya
3. Dengarkan ungkapan klien
dengan empati
1. Adakan kontak sering dan
TUK 2 : Klien mampu mengenali Mengetahui apakah halusinasi
singkat secara bertahap
halusinasinya dengan datang dan menentukan tindakan
Klien dapat
2. Tanyakan apa yang didengar
kriteria hasil : yang tepat atas halusinasinya.
mengenali
dari halusinasinya
halusinasinya.  klien dapat
menyebutkan waktu, 3. Tanyakan kapan halusinasinya
timbulnya halusinasi datang Mengenalkan pada klien terhadap
 klien dapat 4. Tanyakan isi halusinasinya halusinasinya dan
mengidentifikasi
mengidentifikasi faktor pencetus
kapan frekuensi situasi 5. Bantu klien mengenalkan
saat terjadi halusinasi halusinasinya halusinasinya.
 klien dapat  jika menemukan klien
mengungkapkan
perasaannya. sedang berhalusinasi,
tanyakan apakah ada suara
yang didengar

18
 jika klien menjawab ada,
laanjutkan apa yang
dikatakan
 katakan bahwa perawat
percaya klien mendengar
suara itu, namun perawat
sendiri tidak
 katakan bahwa klien lain
juga ada yang seperti klien Menentukan tindakan yang sesuai
 katakan bahwa perawat bagi klien untuk mengontrol
akan membantu klien halusinasinya
6. Diskusikan dengan klien :
 situasi yang menimbulkan
atau tidak menimbulkan
halusinasi
 waktu, frekuensi
terjadinya halusinasi
7. Diskusikan dengan klien apa
yang dirasakan jika terjadi
halusinasi (marah, takut,
sedih, senang) beri
kesempatan mengungkapkan

19
perasaannya
1. Identifikasi bersama
TUK 3 : Klien dapat
klien tindakan yang biasa
mengidentifikasi
Klien dapat
dilakukan bila terjadi
tindakan yang dilakukan
mengontrol
halusinasi
untuk mengendalikan
halusinasinya.
2. Diskusikan manfaat dan
halusinasinya.
cara yang digunakan klien, jika
bermanfaat beri pujian
Klien dapat menunjukkan 3. Diskusikan cara baik
memutus atau mengontrol
cara baru untuk
halusinasi
mengontrol halusinasi.
 katakan ‘saya tidak mau
dengar kamu (pada saat
halusinasi terjadi)
 temui orang lain (perawat
atau teman atau anggota
keluarga) untuk bercakap-
cakap atau mengatakan
halusinasi yang didengar
 membuat jadwal kegiatan
sehari-hari
 meminta keluarga atau

20
teman atau perawat untuk
menyapa klien jika
tampak berbicara sendiri,
melamun atau kegiatan
yang tidak terkontrol
4. Bantu klien memilih dan
melatih cara memutus
halusinasi secara bertahap
5. Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang dilatih.
evaluasi hasilnya dan beri
pujian jika berhasil.
6. Anjurkan klien
mengikuti terapi aktivitas
kelompok. jenis orientasi
realita atau stimulasi persepsi.

TUK 4 : Klien dapat memilih cara 1. Anjurkan klien untuk Membantu klien menentukan cara
Klien dapat mengatasi halusinasi. memberi tahu keluarga jika mengontrol halusinasi.
dukungan dari mengalami halusinasi. Periode berlangsungnya
keluarga untuk Klien melaksanakan cara 2. Diskusikan dengan keluarga halusinasinya:
mengontrol yang telah dipilih untuk (pada saat keluarga 1. memberi support kepada klien

21
halusinasinya memutus halusinasinya. berkunjung atau kunjungan 2. menambah pengetahuan klien
rumah) untuk melakukan tindakan
Klien dapat mengikuti a. gejala halusinasi yang pencegahan halusinasi
terapi aktivitas dialami klien
kelompok. b. cara yang dapat dilakuakan Membantu klien untuk
klien dan keluarga untuk beradaptasi dengan cara
memutus halusinasi alternatife yang ada.
c. cara merawat anggota Memberi motivasi agar cara
keluarga yang mengalami diulang.
halusinasi di rumah : beri
kegiatan, jangan biarkan
sendiri, makan bersama,
bepergian bersama.
d. beri informasi wakto
follow up atau kapan perlu
mendapat bantuan
halusinasi tidak terkontrol
dan resiko menciderai
orang lain.
3. Diskusikan dengan keluarga
dan klien tentang jenis, dosis,
frekuensi dan manfaat obat

22
4. Pastikan klien minum obat
sesuai dengan program dokter

TUK 5: Keluarga dapat membina 1. Anjurkan klien bicara Partisipasi klien dalam kegiatan
Klien dapat hubungan saling percaya dengan dokter tentang tersebut membantu klien
menggunakan obat dengan perawat. manfaat dan efek samping beraktivitas sehingga halusinasi
dengan benar Keluarga dapat obat tidak muncul.
untuk menyebutkan pengertian, 2. Diskusikan akibat
mengendalikan tanda, tindakan untuk berhenti obat tanpa konsultasi
halusinasinya mengalihkan halusinasi 3. Bantu klien
menggunakan obat dengan
prinsip 5 benar
Klien dan keluarga dapat Meningkatkan pengetahuan
menyebutkan manfaat, keluarga tentang obat
dosis dan efek samping Membantu mempercepat
obat. penyembuhan dan memastikan
obat sudah diminum oleh klien.
Klien minum obat secara
teratur.
Klien dapat informasi Meningkatkan pengetahuan
tentang manfaat dan efek tentang manfaat dan efek samping
samping obat. obat.

23
Klien dapat memahami Mengetahui reaksi setelah minum
akibat berhenti minum obat.
obat tanpa konsultasi Ketepatan prinsip 5 benar minum
Klien dapat menyebutkan obat membantu penyembuhan dan
prinsip 5 benar menghindari kesalahan minum
penggunaan obat. obat serta membantu tercapainya
standar.

24
4. Implementasi (SP)

Halusinasi Pasien Keluarga

Sp1 Sp1
a. Mengenal halusinasi a. Mengidentifikasi
 Isi masalah keluarga dalam
 Frekuensi merawat pasien
 Waktu terjadinya b. Menjelaskan proses
 Situasi pencetus terjadinya halusinasi
 Perasaan saat terjadi halusinasi c. Menjelaskan cara
b. Latih mengontrol halusinasi meraat pasien.
dengan cara: d. Bermain peran cara
 Menghardik merawat.
c. Memasukkan dalam jadwal pasien e. RTL keluarga/ jadwal
keluarga untuk merawat
pasien.

Sp2 Sp2
a. Evaluasi kegiatan yang lalu. a. Evaluasi kemampuan
b. Melatih berbicara dengan orang keluarga (SP1)
lain saat halusinasi muncul. b. Latih keluarga merawat
c. Masukkan jadwal pasien.
c. RTL keluarga / jadwal
keluarga untuk merawat
pasien.
Sp3 Sp3
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 a. Evaluasi kemampuan
& 2) keluarga (SP2).
b. Melatih kegiatan agar halusinasi b. Latih keluarga merawat
tidak muncul. pasien.
c. Masukkan jadwal. c. RTL keluarga / jadwal
keluarga untuk merawat
pasien.

Sp4 Sp4
a. Evaluasi jadwal pasien yang lalu a. Evaliusi kemampuan
(SP 1,2,3) keluarga.
b. Menanyakan pengobatan b. Evaluasi kemampuan
sebelumnya. pasien.
c. Menjelaskan tentang pengobatan c. RTL keluarga:
(5 benar)  Follow up
d. Melatih pasien minum obat.  Rujukan
e. Masukkan jadwal.

4. Daftar Pustaka

25
Stuart,G W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Ma’rifatul A Lilik. 2011. Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik).


Yogyakarta:GrahaIlm

26
BAB II
TINJAUAN KASUS
1. Kasus

Bapak M, umur 41 th, duda, mempunyai satu anak perempuan berumur 18 th.
Klien sudah 10 tahun bercerai. Klien beragama islam, pendidikan akademi tamat. Saat ini
klien tidak bekerja. Klien tinggal di rumah hanya dengan anak perempuannya. Orang yang
terdekat dangan klien adalah orang tua (ibu), tapi ibu klien telah meninggal 2 tahun yang
lalu. Dan anak satu-satunya sudah tidak peduli dengan keadaan ayahnya. Semenjak
kejadian itu klien sering melamun, menyendiri dikamar jarang keluar kamar, sesekali
melempar barang karena mendengar suara-suara yang menakutkan, dan berbicara
sendiri“mengatakan bahwa dirinya tidak mampu menjadi kepala keluarga yang baik, dan
tidak berdaya untuk melakukan apapun”. Klien dirawat di RSJ untuk ke-3 kalinya,namun
dengan alasan sering melamun dan mendengar suara-suara yang ingin membunuhnya “
buat apa kamu masih hidup, istri dan ibu yang kamu sayangi sudah pergi
meninggalkanmu”.Suara-suara itu sangat menakutkan sehingga klien kesal dan merasa
terganggu sehingga melempar barang-barang agar suara tersebut hilang. Suara itu datang
sehari 1 kali, terjadi pada saat siang hari ketika klien melamun dan menyendiri.

Dari observasi didapat data: rambut tidak disisir dan kotor, janggut dan kumis tdk
terawat, kuku panjang dan hitam, baju kotor. Selama di RS, klien selalu menyendiri duduk
di pojok atau tiduran di tempat tidur, kadang-kadang klien berjalan mondar-mandir. Klien
sering berbicara sendiri.

27
2.Proses keperawatan

a.Pengkajian

1. Identitas :
Ruang rawat : Tgl dirawat/MRS :
Nama : Tn. M Umur : 41 tahun
2. Alasan Masuk
Klien dirawat di RSJ untuk ke-3 kalinya,namun dengan alasan sering
melamun dan mendengar suara-suara yang ingin membunuhnya “ buat apa kamu
masih hidup, istri dan ibu yang kamu sayangi sudah pergi meninggalkanmu.

3. Pemeriksaan Fisik
 Rambut tidak disisir dan kotor
 Janggut dan kumis tidak terawat
 Kuku panjang dan hitam
 Baju kotor
4. Pengkajian psikososial
a. Genogram
b. Genogram

pasien
Keterangan :
laki-laki meninggal
perempuan pasien
meninggal tinggal satu rumah

Berdasarkan pengkajian psikososial khususnya genogram, Tn. I


merupakan anak kelima dari lima bersaudara dan tinggal serumah dengan
kakak keduanya. Tidak ada anggota Tn.I yang mengalami gangguan jiwa.
c. Konsep Diri
 Citra tubuh : tidak ada
 Identitas diri : klien sering melamun dan menyendiri di kamar
 Peran : Hubungan dan peran dalam keluarga dan masyarakat kurang baik,
klien jarang berinteraksi dengan orang lain karena sering melamun dan
menyendiri di kamar.
 Ideal diri : tidak ada

28
 Harga diri : klien merasa tidak mampu menjadi kepala keluarga yang baik, dan
tidak berdaya untuk melakukan apapun.
b. Hubungan Sosial
 Orang yang berarti : tidak ada
 Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat : tidak ada
 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : klien tidak mau
bersosialisasi dengan orang lain karena klien sering menyendiri dikamar.
c. Spiritual : tidak ada
5. Status mental
a. Penampilan diri tidak rapi
b. Pembicaraan
Klien tidak mau melihat lawan bicaranya, jawaban datar dan ekspresi sering
melamun
c. Aktivitas motorik
Klien terlihat gelisah
d. Emosi
 Afek : datar, tidak ada ekspresi raut muka, kontak mata berkurang
 Alam perasaan : sedih, putus asa, merasa kesepian
e. Interaksi selama wawancara
Klian kurang adanya kontak mata.
f. Persepsi-Sensori
Halusinasi : Pendengaran
Klien mendengar suara-suara yang menakutkan “buat apa kamu masih hidup, istri
dan ibu yang kamu sayangi sudah pergi meninggalkanmu”.
g. Kesadaran
Klien bingung dan kadang berjalan mondar-mandir
h. Memori
Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu, dan orang.
i. Kemampuan penilaian
Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan,
selalu memberikan alasan tidak jelas.
j. Tilik diri : Tidak ada yang khas
6. Kebutuhan sehari-hari : -
7. Mekanisme Koping

Respon Adaftif Respon Maladaftif

29
Melamun, suka menyendiri, berbicara Melempar barang
sendiri, dan berjalan mondar-mandir
b.Analisa Data

Data Problem
Ds : Perubahan persepsi sensori :
- Klien mengatakan sering mendengar
Resti mencederaiHalusinasi
diri sendiri,orang lain
EFEK Pendengaran
suara-suara yang ingin membunuhnya. dan lingkungan
Do :
- Klien sering berbicara sendiri
- Klien berjalan mondar-mandir
Ds : - Isos : menarik diri
Do :
- Klien sering menyendiri dikamar Perubahan persepsi
CORE PROBLEM
- Klien sering melamun sensori (halusinasi)
c.Pohon Masalah

CAUSE

Isos : menarik diri

Gangguan konsep HDR

Tidak efektifnya koping individu


dan keluarga

d.Diagnosa Prioritas
a. Perubahan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran

30
31
e.NCP

Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Perencanaan
Tgl Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
Perubahan Tujuan Umum :
sensori- Klien tidak
perseptual: menciderai diri
halusinasi sendiri atau orang
pendengaran lain ataupun
lingkungan.
4. Bina hubungan saling percaya
TUK 1: Klien mampu membina Hubungan saling percaya
dengan menggunakan prinsip
hubungan saling percaya merupakan langkah awal
Klien dapat
komunikasi terapeutik :
dengan perawat, dengan menentukan keberhasilan rencana
membina
f. sapa klien dengan ramah
kriteria hasil : selanjutnya.
hubungan saling
baik verbal maupun non
percaya dengan  membalas sapaan
perawat verbal
perawat.
g. perkenalkan diri dengan Untuk mengurangi kontak klien
 ekspresi wajah
bersahabat dan senang sopan dengan halusinasinya dengan
 ada kontak mata h. tanyakan nama lengkap mengenal halusinasi akan
 mau berjabat tangan klien dan nama panggilan membantu mengurangi dan
 mau menyebutkan menghilangkan halusinasi.
32
kesukaan klien
nama
 klien mau duduk i. jelaskan maksud dan
berdampingan dengan tujuan interaksi
perawat
j. berikan perhatian pada
 klien mau
mengutarakan masalah klien, perhatikan
yang dihadapi kebutuhan dasarnya
5. Beri kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaannya
6. Dengarkan ungkapan klien
dengan empati
TUK 2 : Klien mampu mengenali 8. Adakan kontak sering dan Mengetahui apakah halusinasi
singkat secara bertahap
halusinasinya dengan datang dan menentukan tindakan
Klien dapat
9. Tanyakan apa yang didengar
kriteria hasil : yang tepat atas halusinasinya.
mengenali
dari halusinasinya
halusinasinya.  klien dapat
menyebutkan waktu, 10. Tanyakan kapan
timbulnya halusinasi halusinasinya datang Mengenalkan pada klien terhadap
 klien dapat 11. Tanyakan isi halusinasinya dan
mengidentifikasi
halusinasinya mengidentifikasi faktor pencetus
kapan frekuensi situasi
saat terjadi halusinasi 12. Bantu klien halusinasinya.
 klien dapat mengenalkan halusinasinya
mengungkapkan
perasaannya.  jika menemukan klien
sedang berhalusinasi,

33
tanyakan apakah ada suara
yang didengar
 jika klien menjawab ada,
laanjutkan apa yang
dikatakan
 katakan bahwa perawat
percaya klien mendengar
suara itu, namun perawat
sendiri tidak
 katakan bahwa klien lain
Menentukan tindakan yang sesuai
juga ada yang seperti klien
bagi klien untuk mengontrol
 katakan bahwa perawat
halusinasinya
akan membantu klien
13. Diskusikan dengan
klien :
 situasi yang menimbulkan
atau tidak menimbulkan
halusinasi
 waktu, frekuensi
terjadinya halusinasi
14. Diskusikan dengan klien
apa yang dirasakan jika terjadi

34
halusinasi (marah, takut,
sedih, senang) beri
kesempatan mengungkapkan
perasaannya
7. Identifikasi bersama
TUK 3 : Klien dapat
klien tindakan yang biasa
mengidentifikasi
Klien dapat
dilakukan bila terjadi
tindakan yang dilakukan
mengontrol
halusinasi
untuk mengendalikan
halusinasinya.
8. Diskusikan manfaat dan
halusinasinya.
cara yang digunakan klien, jika
bermanfaat beri pujian
Klien dapat menunjukkan 9. Diskusikan cara baik
memutus atau mengontrol
cara baru untuk
halusinasi
mengontrol halusinasi.
 katakan ‘saya tidak mau
dengar kamu (pada saat
halusinasi terjadi)
 temui orang lain (perawat
atau teman atau anggota
keluarga) untuk bercakap-
cakap atau mengatakan
halusinasi yang didengar

35
 membuat jadwal kegiatan
sehari-hari
 meminta keluarga atau
teman atau perawat untuk
menyapa klien jika
tampak berbicara sendiri,
melamun atau kegiatan
yang tidak terkontrol
10. Bantu klien memilih dan
melatih cara memutus
halusinasi secara bertahap
11. Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang dilatih.
evaluasi hasilnya dan beri
pujian jika berhasil.
12. Anjurkan klien
mengikuti terapi aktivitas
kelompok. jenis orientasi
realita atau stimulasi persepsi.

TUK 4 : Klien dapat memilih cara 5. Anjurkan klien untuk Membantu klien menentukan cara
Klien dapat mengatasi halusinasi. memberi tahu keluarga jika mengontrol halusinasi.

36
dukungan dari mengalami halusinasi. Periode berlangsungnya
keluarga untuk Klien melaksanakan cara 6. Diskusikan dengan keluarga halusinasinya:
mengontrol yang telah dipilih untuk (pada saat keluarga 3. memberi support kepada klien
halusinasinya memutus halusinasinya. berkunjung atau kunjungan 4. menambah pengetahuan klien
rumah) untuk melakukan tindakan
Klien dapat mengikuti e. gejala halusinasi yang pencegahan halusinasi
terapi aktivitas dialami klien
kelompok. f. cara yang dapat dilakuakan Membantu klien untuk
klien dan keluarga untuk beradaptasi dengan cara
memutus halusinasi alternatife yang ada.
g. cara merawat anggota Memberi motivasi agar cara
keluarga yang mengalami diulang.
halusinasi di rumah : beri
kegiatan, jangan biarkan
sendiri, makan bersama,
bepergian bersama.
h. beri informasi wakto
follow up atau kapan perlu
mendapat bantuan
halusinasi tidak terkontrol
dan resiko menciderai
orang lain.

37
7. Diskusikan dengan keluarga
dan klien tentang jenis, dosis,
frekuensi dan manfaat obat
8. Pastikan klien minum obat
sesuai dengan program dokter

TUK 5: Keluarga dapat membina 5. Anjurkan klien bicara Partisipasi klien dalam kegiatan
Klien dapat hubungan saling percaya dengan dokter tentang tersebut membantu klien
menggunakan obat dengan perawat. manfaat dan efek samping beraktivitas sehingga halusinasi
dengan benar Keluarga dapat obat tidak muncul.
untuk menyebutkan pengertian, 6. Diskusikan akibat
mengendalikan tanda, tindakan untuk berhenti obat tanpa konsultasi
halusinasinya mengalihkan halusinasi 7. Bantu klien
menggunakan obat dengan
prinsip 5 benar
Klien dan keluarga dapat Meningkatkan pengetahuan
menyebutkan manfaat, keluarga tentang obat
dosis dan efek samping Membantu mempercepat
obat. penyembuhan dan memastikan
obat sudah diminum oleh klien.
Klien minum obat secara
teratur.

38
Klien dapat informasi Meningkatkan pengetahuan
tentang manfaat dan efek tentang manfaat dan efek samping
samping obat. obat.

Klien dapat memahami Mengetahui reaksi setelah minum


akibat berhenti minum obat.
obat tanpa konsultasi Ketepatan prinsip 5 benar minum
Klien dapat menyebutkan obat membantu penyembuhan dan
prinsip 5 benar menghindari kesalahan minum
penggunaan obat. obat serta membantu tercapainya
standar.

39
f.Implementasi (SP)

Halusinasi Pasien Keluarga

Sp1 Sp1
d. Mengenal halusinasi f. Mengidentifikasi
 Isi masalah keluarga dalam
 Frekuensi merawat pasien
 Waktu terjadinya g. Menjelaskan proses
 Situasi pencetus terjadinya halusinasi
 Perasaan saat terjadi halusinasi h. Menjelaskan cara
e. Latih mengontrol halusinasi meraat pasien.
dengan cara: i. Bermain peran cara
 Menghardik merawat.
f. Memasukkan dalam jadwal pasien j. RTL keluarga/ jadwal
keluarga untuk merawat
pasien.

Sp2 Sp2
d. Evaluasi kegiatan yang lalu. d. Evaluasi kemampuan
e. Melatih berbicara dengan orang keluarga (SP1)
lain saat halusinasi muncul. e. Latih keluarga merawat
f. Masukkan jadwal pasien.
f. RTL keluarga / jadwal
keluarga untuk merawat
pasien.
Sp3 Sp3
d. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 d. Evaluasi kemampuan
& 2) keluarga (SP2).
e. Melatih kegiatan agar halusinasi e. Latih keluarga merawat
tidak muncul. pasien.
f. Masukkan jadwal. f. RTL keluarga / jadwal
keluarga untuk merawat
pasien.

Sp4 Sp4
f. Evaluasi jadwal pasien yang lalu d. Evaliusi kemampuan
(SP 1,2,3) keluarga.
g. Menanyakan pengobatan e. Evaluasi kemampuan
sebelumnya. pasien.
h. Menjelaskan tentang pengobatan f. RTL keluarga:
(5 benar)  Follow up
i. Melatih pasien minum obat.  Rujukan
j. Masukkan jadwal.

3.Terapi Modalitas

40
1. Terapi Kognitif
Terapi ini dengan mengubah pola pikir Bapak M yang mempengaruhi perasaan
dan perilaku klien agar klien dapat bersikap lebih baik dan benar.
2. Terapi Individual
Dengan adanya terapi individual yang dilakukan hubungan bina saling percaya
terhadap perawat dengan pasien agar pasien bersedia untuk mengungkapkan tentang
masalah yang dialami sehingga dari pihak perawat tersebut bisa untuk member solusi
permsalahan juga motivasi terhadap Bapak M.
3. Terapi Lingkungan
Dengan adanya terapi lingkungan dari pihak perawat bisa untuk memberi
dukungan kepada Bapak M tersebut agar Bapak M tidak melakukan perilaku
maladaptive ( halusinasi), setelah diberikan dukungan diharapkan Bapak M bisa
menjadi orang yang bertanggungjawab terhadap keluarganya. Misalnya seperti Bapak
M mengatakan bahwa dirinya tidak mampu menjadi kepala keluarga yang baik, dan
tidak berdaya untuk melakukan apapun. Dengan demikian peran penting untuk
keluarga adalah memberikan dukungan kepada Bapak M.
4. Terapi Keluarga
Terapi keluarga memang sangat dibutuhkan pada klien yang mengalami gangguan
jiwa, karena dengan terapi keluarga ini, keluarga bisa untuk memberikan motivasi
terhadap klien sehingga klien tidak sampai mengalami halusinasi karena adanya
masalah.
5. Terapi Perilaku
Dalam terapi ini klien dimotivasi untuk mengubah perilaku yang tidak baik dan
klien diberi kesempatan untuk mengubah perilaku Bapak M .

4.TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)

TAK : Stimulus persepsi mengontrol halusinasi

41
ALASAN : Mengubah pola pikir klien terhadap stimulus yang dipersepsikan
Sesi I : Klien mengenal halusinasi (TUK 2)
Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik (TUK 3)
Sesi III : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal
(TUK 3)
Sesi IV : Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat (TUK 5)
Sesi V : Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap – cakap dengan orang
lain (TUK 3)

BAB III
PROPOSAL SPTK dan TAK
1. Proposal SPTK

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

42
PADA Tn “M” DENGAN MASALAH
HALUSINASI DENGAR

Pertemuan : Ke-1 Tanggal : 11 Agustus 2018


Perawat : Vebri Jam : 07.30 WIB

A. PROSES KEPERAWATAN
Kondisi :Klien mengatakan bahwa ia sering mendengar suara-suara yang ingin
membunuhnya. Suara-suara itu sangat menakutkan sehingga klien kesal dan
merasa terganggu sehingga melempar barang-barang agar suara tersebut
hilang.
Diagnosa : Halusinasi dengar
TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2.Klien dapat mengenali halusinasinya.
3.Klien dapat mengontrol halusinasinya.
Rencana Tindakan Keperawatan : SP 1 (pasien)
a. BHSP.
b. Mengenal halusinasi.
c. Melatih mengontrol halusinasi dengan: menghardik.
d. Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi Pak, perkenalkan nama saya “…”. Bapak bisa panggil saya
“…”Saya mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto.Saya praktik di sini
selama satu minggu. Kalau boleh tau, nama bapak siapa ? bapak senang dipanggil
apa?.

b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak pagi ini? Bagaimana ceritanya sampai bapak di bawa
kesini?

c. Kontrak

43
- Topik
Pak, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tantang perasaan yang sudah bapak
alami selama ini?
- Tempat
Bapak maunya kita ngobrol dimana ? Bagaimana kalau di halaman saja pak?
- Waktu
Mau berapa lama kita bercakap-cakapnya pak?Bagaimana kalau 15 menit?
2. Kerja

- Apa yang menyebabkan bapak di bawa kemari?


- Saya menerima keyakinan anda,tapi sulit bagi saya mempercayai hal itu terjadi?
- Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara itu?
- Apakah terus – menerus terdengar atau sewaktu – waktu? Kapan yang paling sering
bapak dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami ?pada keadaan apa suara
terdengar? Apakah pada waktu sendiri?
- Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu ?
- Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara –
suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara – cara untuk mencegah suara –
suara itu muncul.
- Bapak, ada empat cara untuk mencegah suara – suara itu muncul, pertama dengan
cara menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap – cakap dengan orang
lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal. Dan yang keempat minum
obat dengan teratur.
- Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.
- Caranya bapak ya… saat suara – suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya
tidak mau dengar, pergi jangan ganggu saya, stop jangan ganggu saya. Begitu diulang
– ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu,
bagus…! Coba lagi! Ya bagus, bapak sudah dapat memperagakan.

3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi ?kalau suara – suara itu
muncul lagi, silahkan coba cara tersebut!

b. Evaluasi objektif
Nah, sekarang coba bapak ulangi sekali lagi?
4. Rencana Tindak Lanjut

44
Bagaimana, apakah bapak ingin berlatih lagi cara mengontrol halusinasi dengan cara yang
lain?
5. Kontrak
- Topik
Besok kita akan bertemu lagi untuk belajar cara mengontrol halusinasi dengan cara
berbicara dengan orang lain? Bapak tidak keberatan kan?
kalau begitu kita tulis jadwalnya disini ya pak?
- Tempat
Dimana besok kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat yang sama?
- Waktu
Enaknya kita besok bertemu jam berapa? Bagaimana kalau jam 07.30 saja? Baiklah.
Terimakasih pak, sampai jumpa besok dengan teman saya..!

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Pertemuan : ke 2 Tanggal : 24 Juli 2018

Perawat : Yuni Jam : 07.30

A. PROSES KEPERAWATAN
Kondisi : Klien mengatakan masih mendengar suara-suara yang ingin membunuh
dirinya.
Diagnosa : halusinasi dengar

45
TUK : 3. klien dapat mengontrol halusinasinya
Rencana tindakan keperawatan : SP 2
- Evaluasi kegiatan yang lalu
- Melatih berbicara dengan orang lain saat halusinasi muncul
- Masukkan jadwal
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya “...”. bapak bisa panggil saya Suster
“...”. Saya mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya adalah teman
dari perawat “…..”.

b. Evaluasi Validasi
- Bagaimana perasaan bapak pagi ini, kemarin malam tidurnya nyenyak?
baiklah
- Apa saja kegiatan yang sudah dilakukan? bagus sekali.
c. Kontrak
Selamat pagi pak . Bagaimana perasaan bapak hari ini ? apakah suara-suara itu
masih muncul ? apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih ? berkurangnya
suara-suaranya ? Bagus ! Sesuai janji kita tadi, saya akan latih cara kedua untuk
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan
latihan selama 20 menit. Mau dimana ? di sisni saja ?
2. Kerja
Cara kedua untuk mencegah atau mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi, kalau bapak mulai mendengar suara-suara,
langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan
bapak. Contohnya begini.. . tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol
dengan saya ! atau kalau ada orang dirumah misalnya, kakak, mbak, katakan, kak, ayo
ngobrol dengan bapak, bapak sedang dengar suara-suara. Begitu pak. coba bapak
lakukan seperti yang tadi saya lakukan. Ya, begitu bagus ! coba sekali lagi ! bagus !
nah, latih terus ya, pak!

3. Terminasi

a. Evaluasi Subjektif
Baiklah waktunya sudah habis pak, bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan
tadi?
b. Evaluasi Objektif
Jadi kegiatan yang mana yang sering mas lakukan? bagus sekali, coba ulangi
kegiatan itu pak. iya benar bagus sekali
c. Rencana Tindak Lanjut

46
Selanjutnya bapak bisa mengisi waktu luang bapak dengan hal-hal yang positif ya
pak !
d. Kontrak
Selanjutnya besok pada jam 07.30 kita akan belajar mengontrol halusinasi dengan
cara melakukan kegiatan sehari-hari dengan teman saya perawat “…”ya pak

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Pertemuan : Ke 3 Tanggal : 25 Juli 2018

Perawat : Lailatul Jam : 07.30

A. PROSES KEPERAWATAN

Kondisi : Klien tampak sudah mampu mengatasi halusinasinya dengan mengontrol


halusinasinya

Diagnosa : Halusinasi dengar

Tujuan : TUK : 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya

Rencana Tindakan Keperawatan


- Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1&2)
- Melatih kegiatan agar halusinasi tidak muncul
- Masukkan jadwal
47
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
a. Salam terapeutik

Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya“...”. bapak bisa panggil saya “......”.
Saya mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya adalah teman dari
perawat “…..”.

Evaluasi/Validasi

- Bagaimana perasaan bapak pagi ini?


- Apakah kegiatan yang kita latih kemarin sudah dilakukan?bagus sekali
- Coba kita lihat jadwalnya, kita beri tanda ya pak, bahwa anda telah
melakukan kegiatan ini. Hebat dong pak.
b. Kontrak
- Topik : Nah, sekarang kita akan latihan lagi agar halusinasi tidak
muncul kembali.
- Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di tempat
yang kemarin lagi.
- Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?

2. Fase Kerja
- Nah, hari ini kita latihan untuk melakukan kegitan sehari-hari, seperti
menyapu, mencuci piring, mencuci baju dll
- Sekarang bapak mau memilih kegiatan yang mana?
- Baiklah, kita akan latihan kegiatan menyapu halaman
- Sekarang, mari kita praktikan . Ikuti kita ya pak, dan nanti bapak mencobanya
sendiri.
- Nah, sekarang bapak mencoba melakukan sendiri ya sambil kita bantu. Bagus
sekali.
- Jadi, jika bapak mendengar suara-suara yang ingin membunuh bapak, maka
bisa mengalihkannya dengan kegiatan sehari-hari.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
- Bagaimana perasaan bapak setelah mencobanya sendiri. Ya bagus sekali
b. Evaluasi Objektif
- Jadi, sewaktu-waktu halusinasi muncul bapak dapat mengalihkannya degan
melakukan kegiatan yang kita ajarkan tadi
- Coba ulangi kegiatan yang sudah kita ajarkan? Iya bagus.
c. Rencana Tindak Lanjut
- Kegiatan yang barusan kita latih, tolong bapak lakukan secara teratur ya
pak.
- Kita masukkan jadwal kegiatan harian ya pak.
d. Kontrak
- Topik : Nah, sudah 3 kegiatan yang kita lakukan. Bagaimana kalau di

48
pertemuan berikutnya kita melatih bagaimana cara
menggunakan obat dengan benar dengan perawat “…”?
- Tempat :Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat biasanya.
- Waktu : Bagaimana kalau besok jam 07:30 bertemu lagi dengan teman
Saya.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Pertemuan: Ke 4 Tanggal : 26 Juli 2018

Perawat : Putri Jam : 07.30 WIB

A. PROSES KEPERAWATAN

Kondisi : Klien mengenal halusinasinya dan bisa mengontrol halusinasinya dengan


menghardik, mulai bisa mengajak orang lain bercakap-cakap untuk
menghilangkan suara-suara yang didengar pasien saat muncul, dan mampu
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal

Diagnosa : halusinasi dengar

Tujuan : TUK 5: Klien dapat menggunakan obat dengan benar untuk


mengendalikan halusinasinya

Rencana tindakan keperawatan : SP 4

- Evaluasi jadwal pasien yang lalu (SP 1,2,3)


- Menanyakan pengobatan sebelumnya.
- Menjelaskan tentang pengobatan (5 benar)
- Melatih pasien minum obat.
- Masukan jadwal
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya “.....”. bapak bisa panggil saya “....”.
Saya mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya teman dari perawat “…”.
b. Evaluasi/validasi
-Bagaimana perasaan anda pagi ini?
-Apakah kegiatan yang kemarin sudah anda lakukan? (bagus sekali)
-Coba kita lihat jadwalnya, nah kita beri tanda di sini (dijadwal) bahwa bapak telah

49
melakukan. Hebat sekali anda sudah melakukan tiga cara yang telah kita latih
kemarin.

c. Kontrak
- Topik : sekarang kita akan membahas tentang obat yang setiap hari bapak
minum, apa anda keberatan?
- Tempat : mau berbincang-bincang dimana kita pak? Bagaimana kalau
ditempat ini saja atau ditaman?
- Waktu : mau berapa lama waktu kita biercabincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?
2. Kerja
Sebelumnya bapak sudah minum obat apa saja? Coba tolong anda sebutkan?
Bagus sekali Pengobatan apa saja yang sudah anda lakukan? Adakah bedanya setelah
anda meminum obat secara teratur? Apakah suara-suara yang anda dengar sudah
berkurang atau bahkan suda hilang? Minum obat sangat penting pak agar suara-suara
yang anda dengar selama ini tidak muncul lagi, pak saya mau menjelaskan beberapa
macam obat yang harus anda minum, ini yang warna orange namanya (CPZ) diminum
3kali sehari pukul 7 pagi, pukul 1 siang dan pukul 7 malam gunanya untuk membuat
pikiran anda tenang. Ini yang warnanya putih namanya (THP) diminum tiga kali
sehari pada jam yang sama dengan obat yang warna orange pukul 7 pagi, pukul 1
siang, dan 7 malam gunannya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang warna
merah jambu ini (HP) diminum 3 kali sehari, waktunya sama, gunannya untuk
mengghilangkan suara-suara. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh
berhenti diminum, nanti konsultasinya dengan dokter, sebab kalau putus obat anda
akan mrngalami kelambuhan dan akan sulit untuk mengembalikan keadaan semula.
Kalau obat habis anda dapat minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Anda juga
harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini, dan pastikan obatnya benar. Dan harus
diperhatikan juga ada nama anda yang tercantum dalam kemasan obat jangan sampai
tertukar dengan obat orang lain, pastikan obatnya diminum tepat pada waktunya,
dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tapat waktunya. bapak
juga harus perhatikan jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per
hari.”

3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif:
Bagaimana perasaannya bapak setelah melakukan sendiri? Ya bagus sekali

50
b. Evaluasi objektif:
Jadi anda sudah bisa melakukan minum obat sendiri? Ya bagus sekali Nanti anda bisa
melakukan minum obat sendiri dirumah. Hebat sekali.
c. Rencana tindak lanjut:
-Nah, bagaimana kegiatan minum obat apa sudah dilakukan secara teratur?
-Pak, bapak bisa melakukan sendiri kegiatan yang sudah kita pelajari bersama?,
semoga anda bisa melakukan kegiatan minum obat dengan teratur dan baik!
-Kita masukkan jadwal kegiatan harian ya pak untuk pertemuan hari ini.
d. Kontrak

Topik : Nah, sudah 4 kegiatan yang kita lakukan. Salah satunya menggunakan obat
dengan benar? Dan untuk pertemuan selanjutnya teman saya akan menjelaskan pada keluarga
bapak bagaimana cara merawat bapak secara langsung.

Tempat:Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat biasanya.


Waktu : Bagaimana kalau besok jam 07:30 bertemu lagi dengan teman Saya.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)


DALAM KELUARGA

Pertemuan: Ke 5 Tanggal : 27 Juli 2018

Perawat : Retno Jam : 07.30 WIB

51
A. PROSES KEPERAWATAN

Kondisi :klien terlihat tenang, keluarga belum mengetahui tentang halusinasi yang
dialami klien dan cara merawat klien

Diagnosa : Halusinasi dengar

TUK 4 : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

Rencana tindakan keperawatan : SP 1 (keluarga)

a. BHSP
b. Menjelaskan tentang halusinasi klien.
c. Menjelaskan cara merawat klien.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mbak..Perkenalkan nama saya “....”. Mbak bisa panggil
saya “....”. Saya mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya
yang merawat Tn M. Kalau boleh tau nama mbak siapa?.

b. Evaluasi/validasi
Bagaimana kondisi Tn.M hari ini mbak?
c. Kontrak
Topik : Baiklah mbak, kita akan membicarakan tentang cara merawat Tn. M
Jika tiba – tiba Tn. M kambuh dan tidak ada perawat.
Tempat : Mau berbincang-bincang dimana kita mbak? Bagaimana kalau
ditempat ini saja.?
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 25 menit ?

2. Kerja
Mbak, menurut cerita Tn. M, Tn. M sering mendengar suara-suara yang
menakutkan, inilah yang menjadi penyebab Tn M membanting-banting barang.
Saya sudah mengajarkan cara-cara untuk mengontrol halusinasi. Jika mbak
bercerita tentang halusinasinya, katakan bahwa mbak percaya dengan apa yang
dikatakan Tn.M, namun mbak tidak mendengar suara itu. Kemudian, beri Tn M
kegiatan untuk menyibukkan diri, jangan biarkan sendiri, ajaklah makan bersama,
dan bepergian bersama, supaya meminimalisir munculnya halusinasi. Apa mbak
bisa melakukannya? Bagus.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana, apa mbak mengerti dengan yang saya jelaskan?

52
b. Evaluasi objektif
Apa mbak bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi? Baik.
c. Rencana tindak lanjut
Mbak bisa melakukan kegiatan yang kita pelajari hari ini di rumah
d. Kontrak
- Topik : Kapan kita bisa bertemu lagi mbak?
- Tempat : Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat
biasanya.
- Waktu : Bagaimana kalau jam 07:30 besok kita bertemu lagi dengan
teman saya.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)


DALAM KELUARGA

Pertemuan: Ke 6 Tanggal : 28 Juli 2018

Perawat : Dian Jam : 07.30 WIB

A. PROSES KEPERAWATAN
Kondisi : klien terlihat tenang, keluarga mulai mengetahui tentang
halusinasi yang dialami klien dan mulai bisa merawat klien
Diagnosa : Halusinasi dengar
Tujuan : TUK 4
Rencana tindakan keperawatan : SP 2 (keluarga)
a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP1)
b. Latih keluarga merawat pasien.
c. RTL keluarga untuk merawat pasien
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mbak, apakah mbak masih ingat dengan saya ?

b. Evaluasi/validasi
Bagaimana latihannya kemarin? Sudah dipraktikkan belum? Bagus.
c. Kontrak
Topik : Mbak, kita akan mengevaluasi yang sudah kita lakukan kemarin.

53
Tempat : Mau berbincang-bincang dimana kita mbak? Bagaimana kalau
ditempat ini saja.?
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?
2. Kerja
Nah, coba sekarang mbak praktikan lagi bagaimana cara merawat Tn. M?
Baik. Selain itu masih ada lagi mbak, jika Tn M tampak bicara sendiri atau
melamun ataupun melakukan kegiatan yang tidak terkontrol, mbak bisa langsung
menyapanya, supaya halusinasinya terhenti, tidak berlanjut. Apa mbak mengerti
yang saya maksud? Bagus.
Kemudian, berikan pujian jika Mbak bisa mengendalikan emosi dan mampu
mengontrol halusinasinya.
Kalau menurut mbak, mana yang lebih efektif untuk memutus halusinasinya
bapak? Mengapa demikian?
Baiklah, mbak bisa mempraktikkan juga.
Coba sekarang mbak ulangi lagi. Bagus.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana, apa mbak sekarang mulai bisa merawat Tn M sendiri?
b. Evaluasi objektif
Bagaimana, apa mbak bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi? Baik.
c. Rencana tindak lanjut
Mbak juga bisa mengajari anggota keluarga yang lain, sehingga nanti bisa
mempermudah dan dapat membantu. Terimakasih atas waktunya mbak.
d. Kontrak
- Topik : Kira-kira, kapan kita bisa bertemu lagi?
- Tempat : Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat
biasanya.
- Waktu : Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi mbak, jam 07.30
Yaa mbak bertemu dengan teman saya.

54
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
DALAM KELUARGA

Pertemuan: Ke 7 Tanggal : 29 Juli 2018

Perawat : Lila Jam : 07.30 WIB

A.PROSES KEPERAWATAN

Kondisi : klien terlihat tenang, keluarga bisa merawat klien dengan baik
serta mampu membantu pasien dalam mengontrol halusinasinya
Diagnosa : Halusinasi dengar
Tujuan : TUK 5
Rencana tindakan keperawatan : SP 3 (keluarga)
b. Evaluasi kemampuan keluarga (SP1 dan 2)
c. Latih keluarga merawat pasien.
d. RTL keluarga untuk merawat pasien

B.STRATEGI KOMUNIKASI

1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mbak, apa masih ingat dengan saya ? apa mbak tidak bosan
dengan saya ?
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana latihannya kemarin? Sudah dipraktikkan belum? Bagus.
c. Kontrak
Topik : Mbak, kita akan mengevaluasi yang sudah kita lakukan kemarin.
Tempat : Mau berbincang-bincang dimana kita mbak? Bagaimana kalau
ditempat ini saja.?
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?
2. Kerja
Nah, coba sekarang mbak praktikan lagi bagaimana cara merawat Tn. M?
Baik. Selain itu masih ada lagi mbak, jika Tn M tampak ketakutan, ekspresi
wajahnya bingung dan pembicaraan tidak masuk akal/ kacau. mbak bisa langsung
menyapanya, supaya halusinasinya terhenti, tidak berlanjut. Apa mbak mengerti
yang saya maksud? Bagus.
Kemudian, berikan pujian jika Mbak bisa mengendalikannya dan mampu
mengontrol halusinasinya.

55
Kalau menurut mbak, mana yang lebih efektif untuk memutus halusinasinya
bapak? Mengapa demikian?
Baiklah, mbak bisa mempraktikkan juga.
Coba sekarang mbak ulangi lagi. Bagus.

3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana, apa mbak sekarang mulai bisa merawat Tn M sendiri?
b. Evaluasi objektif
Bagaimana, apa mbak bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi? Baik.
4. Rencana tindak lanjut
Mbak juga bisa mengajari anggota keluarga yang lain, sehingga nanti bisa
mempermudah dan dapat membantu. Terimakasih atas waktunya mbak.
5. Kontrak
- Topik : Kira-kira, kapan kita bisa bertemu lagi?
- Tempat : Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat
biasanya.
- Waktu : Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi mbak, jam 07.30
Yaa mbak bertemu dengan teman saya.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)


DALAM KELUARGA

Pertemuan: Ke 8 Tanggal : 30 Juli 2018

Perawat : Vebri Jam : 07.30 WIB

A.PROSES KEPERAWATAN

Kondisi : klien terlihat tenang, keluarga bisa merawat klien dengan baik
serta mengerti apa yang harus dilakukan keluarga saat klien melamun

56
Diagnosa : Halusinasi dengar
Tujuan : TUK 5 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar untuk
mengendalikan halusinasinya.
Rencana tindakan keperawatan : SP 4 (keluarga)
a.Evaluasi kemampuan keluarga (SP4)
b.Latih keluarga mengawasi meminum obat.
c.RTL keluarga
~ Follow up
~ Rujukan

B.STRATEGI KOMUNIKASI

1.Orientasi

a. Salam terapeutik
Selamat pagi mbak, apa mbak masih ingat dengan saya ? apa mbak tidak
bosan dengan saya ?
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana latihannya kemarin? Sudah dipraktikkan belum? Bagus.
c. Kontrak
Topik : Mbak, kita akan mengevaluasi yang sudah kita lakukan
kemarin.
Tempat : Mau berbincang-bincang dimana kita mbak? Bagaimana
kalau ditempat ini saja.?
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?

2.Kerja
Ibu disini saya akan memperjelas terapi obat Tn.M, agar anda dapat
berperan sebagai pengawas minum obat, ini yang warna orange namanya
(CPZ) diminum 3kali sehari pukul 7 pagi, pukul 1 siang dan pukul 7 malam
gunanya untuk membuat pikiran ny. F tenang. Ini yang warnanya putih
namanya (THP) diminum tiga kali sehari pada jam yang sama dengan obat
yang warna orange pukul 7 pagi, pukul 1 siang, dan 7 malam gunannya untuk
rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang warna merah jambu ini (HP) diminum
3 kali sehari, waktunya sama, gunannya untuk mengghilangkan suara-suara.
Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh berhenti diminum, nanti
konsultasinya dengan dokter, sebab kalau putus obat Tn.M akan mrngalami
kekambuhan dan akan sulit untuk mengembalikan keadaan semula. Kalau obat
habis anda dapat minta ke poli rsj untuk mendapatkan obat lagi. Anda juga
harus memastikan bahwa obat-obatan ini sudah diminum Tn.M

57
3.Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana, apa ibu sekarang mulai bisa mengawasi Tn.M saat meminum
obat?
b. Evaluasi objektif
Bagaimana, apa ibu bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi? Baik.
4.Rencana tindak lanjut
Ibu juga bisa mengajari anggota keluarga yang lain, sehingga nanti bisa
mempermudah dan dapat membantu. Ini pertemuan kita yang terakhir Bu
semoga tindakan apa saja yang kita lakukan dan kita jelaskan dapat
bermanfaat bagi kesembuhan Tn.M, Terimakasih atas waktunya Ibu.
6. Kontrak
- Topik : Kira-kira, kapan kita bisa bertemu lagi?
- Tempat : Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat
biasanya.
- Waktu : Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi mbak, jam 07.30
Yaa mbak bertemu dengan teman saya.

P: bagaimana P: memberikan P: merasa senang K: dapat Mengajarkan cara


kalau besok kita jadwal kontrol dengan respon merespon dengan mengontrol
bertemu lagi kepada klien. pasien. baik. halusinasi sesuai
untuk belajar cara K: merespon dengan jadwal.
mengontrol dengan baik.
halusinasi? Apa
bapak keberatan?
Kalau begitu kita
tulis jadwal disini
ya pak?kira- kira
dimana kita besok
berbincang-
bincang.
Bagaimana kalau
di tempat yang

58
sama? Enaknya
kita besok
bertemu jam
berapa ya pak?
Bagaimana kalau
jm 07.30 apa
bapak bisa?
Baiklah
terimakasih ya
pak?sampai jumpa
besok.
K: iya saya bisa
sus.

2. Proposal TAK
Teori TAK
a. Latar Belakang
Terapi Aktivitas Kelompol (TAK): sosialisasi TAK adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Salah satu
gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah gangguan persepsi
sensori: Halusinasi merupakan salah satu masalah keperawatan yang dapat ditemukan
pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di
mana pasien mengalami perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan.Pasien merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada.Dampak dari halusinasi yang diderita klien diantaranya
dapat menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan asyik dengan fikirannya
sendiri.Salah satu penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi Aktivitas
Kelompok yang bertujuan untuk mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol
halusinasi yang dialaminya.
b. Landasan Teori

59
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas yang menggunakan aktivitas mempersepsikan berbagai
stimulasi yang terkait dengan pengalaman dengan kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau
alternatif penyelesaian masalah.
Dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi dibagi dalam 5 sesi,
yaitu:
Sesi I : Klien mengenal halusinasi
Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
Sesi III :Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
Sesi IV : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitasterjadwal
Sesi V : Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat

c. Tujuan
Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi dalam
kelompok secara bertahap.
Tujuan khusus
a. Klien dapat mengenal halusinasi.
b. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
c. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
d. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal.
e. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.
d. Sesi yang digunakan
Sesi I : Klien mengenal halusinasi
Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
Sesi III : Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
Sesi IV: Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal
Sesi V : Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
e. Klien
Kriteria klien
a. Klien gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol.
b. Klien yang mengalami perubahan persepsi.
Proses seleksi
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.

60
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi: menjelaskan
tujuan TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam
kelompok
f.Kriteria Hasil
Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan memungkinkan klien
untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
b. Posisi tempat dilantai menggunakan tikar
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
e. Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.
Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab
dalam antisipasi masalah.
b. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang
berfungsi sebagai evaluator kelompok
c. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
Evaluasi Hasil
Diharapkan 75% dari kelompok mampu:
a. Menjelaskan apa yang sudah digambarkan dan apa yang dilihat
b. Menyampaikan halusinasi yang dirasakan dengan jelas
g. Antisipasi Masalah
1 Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau klien lain
2 Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a. Panggil nama klien
b. Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan
3 Bila klien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang telah dipilih
b. Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti oleh klien
tersebut
c. Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi pesan
pada kegiatan ini

h. Pengorgnisasian

61
SESI I
1 Pelaksanaan
a. Hari/Tanggal : Rabu, 11 Agustus 2018
b. Waktu : Pkl. 07.30– 10.00WIB s.d selesai (10 menit)
c. Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (10 menit)
Terapi kelompok (25 menit)
Penutup (10 menit)
d. Tempat : Ruang TAK Lab
e. Jumlah klien : 5 orang
2 Tim Terapi
a. Leader : Dian Restiningsih
Uraian tugas :
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Memimpin jalannya terapi kelompok
3) Memimpin diskusi
b. Co-leader : Nur Lailatul Maghfiroh
Uraian tugas :
1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang
menyimpang
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan
4) Menggantikan leader jika terhalang tugas
c. Observer Sesi I : Putri Atmahisa Juwono
Uraian tugas :
1) Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan
dengan waktu, tempat dan jalannya acara
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua
angota kelompok denganevaluasi kelompok
d. Fasilitator Sesi I : 1. Tri Wahyuni
2. Lailatul Mufarokah
3. Vebri Nur Azizi A.
4. Cahyani Retno

Uraian tugas :
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah
kegiatan
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk
melaksanakan kegiatan
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi

62
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
3. Metode dan Media
a. Metode
1) Diskusi
2) Bermain peran/stimulasi
b. Media
1) Papan nama
2) Whiteboard
3) Spidol
4) Tikar

TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI

SESI 1: MENGENAL HALUSINASI

A. Tujuan
1. Klien mengenal isi halusinasi
2. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
3. Klien mengenal frekuensi halusinasi
4. Klien mengenal perasaan bila mengalami halusinasi
B. Setting
1. Kelompok berada di ruang yang tenang
2. Klien duduk melingkar
C. Alat
1. Sound system

63
2. Spidol
3. Papan tulis
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya Jawab
E. Langkah-langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan perubahan sensori
persepsi: Halusinasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam
b. Evaluasi validasi : terapis menanyakan perasaan peserta hari ini
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
2) Terapis menjelaskan aturan main
a) Masing-masing klien memperkenalkan diri: nama, nama panggilan
b) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin
pada terapis
c) Lama kegiatan 45 menit
d) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap Kerja
a. Terapis memperkenalkan diri (nama dan nama panggilan). terapis meminta
klien memperkenalkan nama dan nama panggilan secara berurutan, dimulai
dari klien yang berada di sebelah kiri terapis, searah jarum jam. Kemudian
menulisnya di papan.
b. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu masing-masing
klien membagi pengalaman tentang halusinasi yang mereka alami dengan
menceritakan :
1) Isi halusinasi
2) Waktu terjadinya
3) Frekuansi halusinasi
4) Perasaan yang timbul saat mengalami halusinasi

64
c. Meminta klien menceritakan halusinasi yang dialami secara berurutan dimulai
dari klien yang berada disebelah kiri terapis seterusnya bergiliran searah jarum
jam. Kemudian menulisnya di papan.
d. Setelah seorang klien menceritakan pengalaman halusinasi, terapis
mempersilahkan klien yang lain untuk bertanya max 3 pertanyaan.
e. Lakukan kegiatan (b) sampai semua klien selesai mendapat giliran.
f. setiap kali klien bisa menceritakan halusinasinya, terapis memberikan pujian.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan anggota kelompok
b. Rencana Tindak Lanjut
1) Terapis menganjurkan kepada peserta jika mengalami halusinasi segera
menghubungi perawat atau teman lain.
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien kegiatan TAK berikutnya yaitu
belajar mengontrol halusinasi
2) Terapis membuat kesepakatan dengan klien waktu dan tempat TAK
berikutnya.

F. Evaluasi dan Dokumentasi


Dilakukan saat proses TAK berlangsung, khusunya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi halusinasi sesi 1, yang diharapkan adalah mengenal isi halusinasi, waktu
terjadinya halusianasi, situasi terjadinya halusinasinya dan perasaan saat terjadi
halusinasi.

N Nama peserta TAK


Aspek yang dinilai
o.

1. Menyebutkan isi halusinasi

2 Menyebutkan waktu halusinasi

3. Menyebutkan frekuensi halusinasi

65
4. Menyebutkan perasaan bila
halusinasi timbul

Petunjuk : Dilakukan = 1

Tidak dilakukan = 0

SESI 2: MENGONTROL HALUSINASI: MENGHARDIK

A. Tujuan
1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakuan untuk mengatasi
halusinasi.
2. Klien dapat memahami dinamika halusinasi.
3. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
4. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.
B. Setting
1. Klien duduk melingkar.
2. Kelompok ditempatyang tenang.
C. Alat
1. Sound system
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Simulasi
E. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mempersiapkan alat
b. Mempersiapkan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapiutik : terapis mengucapkan salam.
b. Evaluasi/validasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini.
2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang telah terjadi

66
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
2) Terapis menjelaskan aturan main:
a. Lama kegiatan 45 menit.
b. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal dan akhir.
c. Jika akan meninggalkan kelompok, klien harus meminta izin.
3. Tahap Kerja
a. Terapis meminta masing-masing klien secara berurutan searah dengan jarum
jam menceritakan apa yang dilakukan jika mengalami halusinasi dan apakah
itu bias mengatasi halusinasinya.
b. Setiap selesai klien menceritakan pengalamannya, terapis memberikan pujian
dan mengajak peserta yang lain memberikan tepuk tangan.
c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi
saat halusinasi muncul.
d. Terapis memperlihatkan cara menghardik halusinasi.
e. Terapis meninta masing-masing klien memperagakan menghardik halusinasi
dimulai dari peserta disebelah kiri terapis berurutan jarum jam sampai semua
peserta mendapatkan giliran.
f. Terapis memberikan pujian dan mengajak klien bertepuk tangan saat klien
selesai memperagakan menghardik halusinasi.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut
1) Terapis mengajurkan klien untuk menerapkan cara yang sudah dipelajari
jika halusinasi muncul.
c. Kontrak yang akan dating
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya, yaitu belajar
mengontrol halusinasi dengan cara lain.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK.

F. Evaluasi dan Dokumentasi


Dilakukan saat proses TAK berlangsung, khusunya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi halusinasi sesi 2, kemampuan yang diharapkan adalah mengatasi halusinasi
dengan menghardik.

No Aspek yang dinilai Nama peserta TAK

67
1 Menyebutkan cara yang selama
ini digunakan untuk mengatasi
halusinasi

2 Menyebutkan efektivitas cara

3 Menyebutkan cara mengatasi


halusinasi dengan menghardik

4 Meperagakan mengahrdik
halusinasi

Petunjuk : dilakukan = 1 tidak dilakukan : 0

SESI 3: MENYUSUN JADWAL KEGIATAN

68
A. Tujuan
1. Klien dapat memahami pentingnya melakukan aktivitas untuk mencegah
munculnya halusinasi.
2. Klien dapat menyusun jadwal aktivitas dari pagi sampai tidur malam.
B. Setting
1. Klien duduk melingkar mengelilingi meja.
2. Lingkungan tenang dan nyaman.
C. Alat
1. Kertas HVS sejumlah peserta
2. Pensil
3. Spidol white board
4. White board
D. Metode
1. Diskusi
2. Latihan
E. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan:
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK.
b. Terapis membuat kontrak dengan klien.
2. Orientasi:
a. Salam terapiutik: Terapis mengucapkan salam.
b. Evaluasi / validasi:
1) Terapis menanyakan keadaan klien hari ini.
2) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik
halusinasi.
c. Kontrak:
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan.
2) Terapis menjelaskan aturan permainan:
a) Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
b) Jika klien ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada
terapis.
c) Waktu TAK adalah 90 menit.
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan langkah-langkah kegiatan.
b. Terapis membagikan kertas satu lembar dan masing-masing sebuah pensil
untuk masing-masing klien.
c. Terapis menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur dalam mencegah
terjadinya halusinasi.
d. Terapis memberi contoh cara menyusun jadwal dengan menggambarkannya
dipapan tulis.
e. Terapis meminta masing-masing klien menyusun jadwal aktivitas dari bangun
pagi sampai dengan tidur malam.
f. Terapis membimbing masing-masing klien sampai berhasil menyusun jadwal.
g. Terapis memberikan pujian kepada masing-masing klien setelah berhasil
menyusun jadwal.
4. Tahap Terminasi:

69
a. Evaluasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah bisa menyusun jadwal.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut: Terapis menganjurkan klien melaksanakan jadwal aktivitas
tersebut.
c. Kontrak yang akan datang:
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK.
F. Evaluasi dan Dokumentasi
Dilakukan saat proses TAK berlangsung, khusunya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi halusinasi sesi 3, kemampuan yang diharapkan adalah klien melakukan
kegiatan harian untuk mencegah timbulnya halusinasi.

No Aspek yang di nilai Nama Peserta TAK

1 Menyebutkan pentingnya aktivitas


dalam mencegah halusinasi.

2 Menyebutkan jadwal kegiatan harian.

Petunjuk: Dilakukan = 1 Tidak dilakukan = 0

70
SESI 4 : CARA MINUM OBAT YANG BENAR

A. Tujuan
1. Klien dapat mengetahui jenis-jenis obat yang diminumnya.
2. Klien mengetahui perlunya minum obat secara teratur.
3. Klien mengetahui 5 benar dalam minum obat.
4. Klien mengetahui efek terapi dan efek samping obat.
5. Klien mengetahui akibat jika putus obat.
B. Setting
1. Klien duduk melingkar.
2. Kelompok berada diruang yang tenang dan nyaman.
C. Alat
1. Contoh obat-obatan.
2. Spidol white board
3. White board
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Simulasi
E. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat.
b. Terapis membuat kontrak dengan klien.
2. Orientasi
a. Salam Terapeutik: terapis mengucapkan salam kepada klien.
b. Evaluasi /validasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini.
2) Terapis menanyakan apakah jadwal aktivitas telah dikerjakan (TL TAK
sebelumnya)

71
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan TAK.
2) Terapis menjelaskan aturan main TAK:
 Klien mengikuti dari awal sampai akhir.
 Jika klien akan keluar dari kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
 Lama waktu TAK 60 menit.
3. Tahap Kerja
a. Terapis membagikan contoh obat, sesuai obat yang diberikan kepada masing-
masing klien.
b. Terapis menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur, sesuai anjuran.
c. Terapis meminta klien untuk menjelaskan ulang pentingnya minum obat,
secara bergantian, searah jarum jam, dimulai dari klien yang berada disebelah
kiri terapis.
d. Terapis menjelaskan akibat jika tidakl minum obat secara teratur.
e. Terapis meminta klien menyebutkan secara bergantian akibat jika tidak minum
obat secara teratur.
f. Terapis menjelaskan 5 benar ketika menggunakan obat: benar obat, benar
klien, benar waktu, benar cara, benar dosis.
g. Terapis menjelaskan efek terapi dan efek samping masing-masing obat sesuai
contoh obat yang ada pada klien.
h. Terapis meminta klien menyebutkan jenis obat, dosis masing-masing obat,
cara menggunakan, waktu menggunakan dan efek obat ( efek terapi dan efek
samping) sesuai dengan contoh obat yang ada ditangan klien masing-masing.
Secara berurutan searah jarum jam, dimulai dari sebelah kiri terapis.
i. Terapis memberikan pujian dan mengajak klien bertepuk tangan setiap kali
klien menyebutkan dengan benar.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien untuk meminum obat secara teratur.
2) Menganjurkan jika ada pertanyaan lain tentang obat, klien dapat
menghubungi perawat yang saat itu bertugas.
c. Kontrak yang akan dating
1) Terapis menyepakati kegiatanh TAK berikutnya.
2) Terapis menyepakati tempat dan waktu TAK.
F. Evaluasi dan Dokumentasi
Dilakukan saat proses TAK berlangsung, khusunya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi halusinasi sesi 4, kemampuan yang diharapkan adalah menyebutkan 5 benar
cara minum obat, keuntungan minum obat dan akibat tidak patuh minum obat

72
No Aspek yang dinilai Nama Peserta TAK

1 Menyebutkan pentingnya
minum obat secara teratur.

2 Menyebutkan akibat jika tidak


minum obat secara teratur.

3 Menyebutkan jenis obat

4 Menyebutkan dosis obat

5 Menyebutkan waktu minum


obat

6 Menyebutkan cara minum obat


yang tepat

7 Menyebutkan efek terapi obat

8 Menyebutkan efek samping


obat.

Petunjuk : Dilakukan = 1
Tidak dilakukan = 0

SESI 5: MENGONTROL HALUSINASI DENGAN BERCAKAP-CAKAP

A. Tujuan
1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain
2. Klien menerapkan cara menghubungi orang lain ketika mulai mengalami
halusinasi
B. Setting
1. Tempat TAK diruangan tenang dan nyaman.
2. Klien duduk melingkar.

73
C. Alat
1. Spidol
2. White Board
D. Metode
1. Diskusi kelompok
2. Simulasi
E. Langkah-langkah
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK
b. Terapis membuat kontrak dengan klien.
2. Orientasi
a. Salam: terapis mengucapkan salam kepada klien.
b. Evaluasi/validasi:
1) Terapis menanyakan kabar klien hari ini.
2) Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah
menerapkan 3 cara lainnya (menghardik, menyibukkan diri dengan
kegiatan terarah, dan minum obat secara teratur).
c. Kontrak
1) Terapius menjelaskan tujuan TAK.
2) Terapios menjelaskan waktu kegiatan adalah 60 menit.
3) Terapis menjelaskan aturan main.
 Klien mengikuti dari awal sampai akhir kegiatan.
 Bila klien ingin keluar dari kelompok, harus meminta izin pada
terapis.
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya berbincang-bincang dengan orang lain untuk
mengatasi halusinasi.
b. Terapis meminta kepada klien situasi yang sering dialami sehingga mengalami
halusinasi. Klien secara bergantian bercerita, dimulai dari sebelah kiri terapis
searah jarum jam sampai semua klien mandapat giliran.
c. Terapis m,emperagakan bercakap-cakap dengan orang lain jika ada tanda-
tanda halusinasi muncul.
d. Klien diminta memperagakan hal yang sama secara bergantian , dimulai dari
klien yang duduk disebelah kiri terapis, searah jarum jam sampai semua
mendapat giliran.
e. Terapis memberikan pujian kepada klien setiap selesai memperagakan.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai mengikuti TAK.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1) Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan bercakap-cakap dengan
orang lain bila mulai mengalami halusinasi.
2) Mendorong klien untuk memulai bercakap-cakap bila ada klien lain yang
mulai mengalami halusinasi.

74
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis menyepakati kegiatan TAK
2) Terapis menyepakati tempat dan waktu TAK berikutnya
F. Evaluasi dan Dokumentasi
Dilakukan saat proses TAK berlangsung, khusunya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi halusinasi sesi 5, kemampuan yang diharapkan adalah mencegah halusinasi
dengan bercakap-cakap.

No Aspek yang Dinilai Nama Peserta TAK

1 Menyebutkan
pentingnya bercakap-
cakap ketika
halusinasi muncul

2 Menyebutkan cara
bercakap-cakap

3 Memperagakan saat
mulai bercakap-cakap

Petunjuk: Dilakukan = 1
Tidak dilakukan = 0

75
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak
ada
2. Saran
Adapun saran penulis berikan agar tercapai kesehatan jiwa optimal :
1. Diharapkan pada keluarga klien apabila sudah pulang maka keluarga tetap melakukan
kontrol ke RSJ.
2. Diharapkan adanya kerjasama dengan baik antara dokter, perawat, dan tim medis
lainnya guna memperlancar proses keperawatan.
3. Diharapkan kepala keluarga harus saling mengunjungi klien ke RSJ karena dapat
membantu proses penyembuhan.

76
77

Anda mungkin juga menyukai