Anda di halaman 1dari 50

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fraktur telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat pelayanan


kesehatan di seluruh dunia.Kasus fraktur kebanyakan disebabkan oleh cedera antara
lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam atau tumpul. WHO
mengakui bahwa kematian dan kecacatan dari trauma lalu lintas adalah masalah
kesehatan masyarakat yang utama di seluruh duniadan fraktur merupakan kasus yang
sering terjadi dalam kecelakaan lalu lintas.1
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau diskontinuitas struktur tulang.
Fraktur dapat bersifat total ataupun parsial yang umumnya disebabkan oleh tekanan
yang berlebihan, sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam
derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan persarafan. Fraktur dapat berupa retakan,
patah, atau serpihan dari korteks, sering patahan terjadi sempurna dan bagian tulang
bergeser.2,3
Kebanyakan fraktur terjadi akibat dari trauma. Trauma yang menyebabkan
tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma
langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah
tekanan. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih
jauh dari daerah fraktur. Beberapa fraktur terjadi karena proses penyakit seperti
osteoporosis, yang menyebabkan fraktur patologis.2
Penegakan diagnosis fraktur dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik,
yang ditunjang dengan pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan pencitraan diperlukan
untuk membantu menegakkan diagnosis fraktur dan mengevaluasi komplikasi yang
terjadi dalam rangka menunjang pengambilan keputusan terapi pada pasien.1,3
Penanganan terhadap fraktur dapat dengan pembedahan atau tanpa
pembedahan. Prinsip penanganan fraktur meliputi: (1) Reduksi yaitu memperbaiki
posisi fragmen yang patah terdiri dari reduksi tertutup yaitu tindakan yang dilakukan

1
tanpa operasi dan reduksi terbuka yaitu tindakan yang dilakukan dengan operasi, (2)
Immobilisasi yaitu suatu tindakan untuk mencegah terjadinya pergeseran dengan cara
traksi terusmenerus, pembebatan dengan gips, fiksasi internal dan fiksasi eksternal,
(3) Rehabilitasi yaitu memulihkan fungsi agar pasien dapat kembali ke aktifitas
normal.2
Manajemen awal yang tidak tepat dari patah tulang dapat menyebabkan
morbiditas jangka panjang yang signifikan dan berpotensi kematian, oleh karena itu
fraktur menjadi salah satukasus yang penting untuk dibahas dan diketahui.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Tulang Panjang


Tulang adalah jaringan hidup yang memiliki kemampuan untuk merubah
strukturnya sebagai hasil dari stres yang diarahkan kepadanya. Sebagaimana jaringan
ikat, tulang terdiri dari sel, serat, dan matriks. Tulang memiliki struktur yang keras
karena adanya kalsifikasi dari matriks ekstraseluler dan memiliki tingkat elastisitas
karena adanya serat organik.4
Tulang memiliki fungsi protektif: tulang tengkorak dan collumna vertebrae,
sebagai contohnya, untuk melindungi otak dan korda spinalis dari cedera. Selain itu,
tulang juga berfungsi sebagai alat gerak, sebagaimana yang dapat terlihat pada tulang
panjang, dan sebagai tempat penyimpanan deposit garam kalsium. Tulang juga
menjadi tempat untuk sumsum tulang.4
Tulang tersusun dari dua, kompakta dan spongiosa. Tulang kompakta sebagai
massa padat; spongiosa terdiri atas trabekula atau balok tulang langsing, tidak teratur,
bercabang, dan saling berhubungan membentuk anyaman. Celah di antara anyaman
ditempati oleh sumsum tulang. Trabekula tersususun sedemikian rupa untuk menahan
tegangan dan tekanan yang mengenainya.4
Tulang panjang terdiri dari epifisis, metafisis dan diafisis. Epifisis merupakan
bagian paling atas dari tulang panjang.Diafisis merupakan bagian tulang panjang
yang di bentuk dari pusat osifikasi primer. Tulang ini mempunyai corpus berbentuk
tubular. Selama masa pertumbuhan, diaphysis dipisahkan dari epiphysis oleh
cartilago epiphysis. Metafisis merupakan bagian yang lebih lebar dari ujung tulang
panjang, yang berdekatan dengan diskus epifisialis.3,4
Corpus mempunyai cavitas medullaris di bagian tengah yang berisi medulla
ossium (sumsum fulang). Bagian luar corpus terdiri dari tulang kompakta yang
diliputi oleh selubung jaringan ikat, periosteum.Ujung-ujung tulang panjang terdiri
dari tulang spongiosa yang dikelilingi oleh selapis tipis tulang kompakta. Facies
articularis ujung-ujung tulang diliputi oleh cartilago hyalin.4

3
Gambar 1. Struktur tulang panjang

4
2.2. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktural dari tulang. Mungkin saja tidak
lebih dari sebuah celah atau retakan dari korteks tulang; tetapi yang lebih sering
terjadi adalah fraktur inkomplet dan fragmen tulang yang berpindah tempat. Apabila
kulit di permukaan daerah fraktur tetap intak, tergolong ke dalam fraktur tertutup atau
sederhana. Namun, apabila kulit di permukaannya rusak, tergolong ke dalam fraktur
terbuka yang cenderung terkena infeksi dan kontaminasi. Fraktur tulang di dekat
sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi
yang disebut fraktur dislokasi.2
Fraktur atau patah tulang umumnya disebabkan oleh trauma. Trauma yang
menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada
lengan bawah yang menyebabkan fraktur tulang radius dan ulna, dan dapat berupa
trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan
tulang klavikula atau radius distal patah.2

2.3. EtiologiFraktur2,3
Etiologi fraktur yang dimaksudadalahperistiwa yang
dapatmenyebabkanterjadinyafrakturdiantaranyaperistiwa trauma (kekerasan)
danperistiwapatologis.
1. Peristiwa Trauma (kekerasan)
a) Kekerasanlangsung
Kekerasanlangsungdapatmenyebabkantulangpatahpadatitikterjadiny
akekerasanitu, misalnyatulang kaki terbentur bumper mobil,
makatulangakanpatahtepat di tempatterjadinyabenturan.
Patahtulangdemikianseringbersifatterbuka,
dengangarispatahmelintangatau miring.
b) Kekerasantidaklangsung
Kekerasantidaklangsungmenyebabkanpatah tulang di tempat yang
jauhdaritempatterjadinyakekerasan.Yang patahbiasanyaadalahbagian
yang paling

5
lemah.Contohpatahtulangkarenakekerasantidaklangsungadalahbilaseoran
gjatuhdariketinggiandengantumit kaki terlebihdahulu.Yang
patahselaintulangtumit, terjadi pula patahtulangpada tibia
dankemungkinan pula patahtulangpahadantulangbelakang.Demikian pula
bilajatuhdengantelapaktangansebagaipenyangga,
dapatmenyebabkanpatahpadapergelangantangandantulanglenganbawah.
2. Repetitive stress
Frakturiniterjadipada orang yang yangmelakukanaktivitasberulang-
ulangpadasuatudaerahtulangataumenambahtingkat aktivitas yang
lebihberatdaribiasanya.Tulangakanmengalamiperubahan structural
akibatpengulangantekananpadatempat yang sama,
ataupeningkatanbebansecaratiba –
tibapadasuatudaerahtulangmakaakanterjadiretaktulang.
3. PeristiwaPatologis
Frakturdapatterjadiolehtekanan yang normal
karenalemahnyasuatutulangakibatpenyakitinfeksi, penyakit metabolism
tulangmisalnya osteoporosis, dan tumor
padatulang.Sedikitsajatekananpadadaerahtulang yang
rapuhmakaakanterjadifraktur.

Menurut garis frakturnya, fraktur dibagi menjadi fraktur komplet atau


inkomplet (termasuk fisura dan greenstick fracture), transversa, oblik, spiral,
kompresi, simpel, kominutif, segmental, kupu-kupu, dan impaksi.3
a) Komplet yaitu garis fraktur menyilang atau memotong seluruh tulang dan
fragmen tulang biasanya tergeser

6
b) Inkomplet yaitu meliputi hanya sebagian retakan pada sebelah sisi tulang
c) Transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu
panjang tulang atau bentuknya melintang dari tulang. Fraktur semacam ini
biasanya mudah dikontrol dengan pembidaian gips.
d) Spiral adalah fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul akibat torsi
ekstremitas atau pada alat gerak. Fraktur jenis ini hanya menimbulkan sedikit
kerusakan jaringan lunak.
e) Oblik adalah fraktur yang memiliki patahan arahnya miring dimana garis
patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
f) Segmentaladalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang, ada segmen tulang
yang retak dan ada yang terlepas menyebabkan terpisahnya segmen sentral
dari suplai darah.
g) Kominuta adalah fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau terputusnya
keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.
h) Greenstick adalah fraktur tidak sempurna atau garis patahnya tidak lengkap
dimana korteks tulang sebagian masih utuh demikian juga periosterum.
Fraktur jenis ini sering terjadi pada anak – anak.
i) Fraktur Impaksi adalah fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk
tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti pada satu vertebra dengan dua
vertebra lainnya.
j) Fraktur Fissura adalah fraktur yang tidak disertai perubahan letak tulang yang
berarti, fragmen biasanya tetap di tempatnya setelah tindakan reduksi.

7
Gambar 3. Mekanisme Fraktur.(a) Spiral (berputar); (b) Oblik/serong (kompresi);
(c) Triangular butterfly fragment/kupu-kupu (membengkok);
(d) Transversal/lintang (tension)3

Gambar 4. Jenis Fraktur. Fraktur komplet : (a) Transversal; (b) Segmental; (c) Spiral.
Fraktur inkomplete : (d) Buckle/torus/melengkung; (e,f) greenstick.3

8
Gambar 5. Jenis Fraktur: Kominuta, Greenstick, Impaksi, Fissura

Berpindahnya fragmen tulang dari tempatnya semula disebut displacement.


Displacement ini dibagi menjadi 4, yaitu : 2,3
1. Aposisi
Aposisi merupakan suatu keadaan dimana fragmen tulang mengalami
perubahan letak sehingga terjadi perubahan dalam kontak antara fragmen tulang
proksimal dan distal. Pada pemeriksaan radiologik, aposisi dinyatakan dalam
persentase kontak antara fragmen proksimal dan distal. Jadi, misalnya dari hasil
pemeriksaan rontgen terlihat bahwa tidak ada kontak sama sekali antara
permukaan fragmen proksimal dengan distal maka dinyatakan aposisi 0%,
disebut juga aposisi komplet. Kalau kontak masih terjadi disebut aposisi parsial,
misalnya aposisi 80%, berarti 80% permukaan fragmen proksimal masih kontak
dengan fragmen distal.
2. Alignment
Alignment merupakan suatu kondisi miringnya fragmen tulang panjang
sehingga arah aksis longitudinalnya berubah. Apabila antara aksis longitudinal

9
fragmen proksimal dan distal membentuk sudut maka disebut angulasi. Pada
pemeriksaan radiologi, angulasi ini dinyatakan dalam derajat.

3. Rotasi
Rotasi adalah berputarnya fragmen tulang pada aksis longitudinalnya,
misalnya fragmen distal mengalami perputaran terhadap fragmen proksimal.
4. Length (panjang)
Length dapat dibagi menjadi 2, yaitu overlapping (tumpang tindihnya
tulang) yang menyebabkan pemendekan (shortening) tulang serta distraksi yang
menyebabkan tulang memanjang.

Gambar 6. Macam-macam Displacement

Satu bentuk fraktur yang khusus pada anak adalah fraktur yang mengenai
cakram pertumbuhan. Fraktur yang mengenai cakram epifisis ini perlu mendapat

10
perhatian khusus karena dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Fraktur cakram
epifisis ini dibagi menjadi lima tipe. 8

2.5. Diagnosis Fraktur


Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri dan bengkak di
bagian tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi), gangguan fungsi
muskuloskeletal akibat nyeri, putusnya kontinuitas tulang, dan gangguan
neurovaskuler. Apabila gejala klasik tersebut ada, secara klinis diagnose fraktur dapat
ditegakkan walaupun jenis konfigurasinya belum dapat ditentukan.2,3
Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi
kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut. riwayat
cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang
dia konsumsi, merokok, riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain.2,3
Pada pemeriksaan fisik dilakukan tiga hal penting, yakni inspeksi/look:
deformitas (angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan), bengkak. Palpasi / feel
(nyeri tekan, krepitasi). Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu
diperiksa. Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi
persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan
krepitasi. Neurovaskularisasi bagian distal fraktur meliputi : pulsasi aretri, warna
kulit, pengembalian cairan kapler, sensasi. Pemeriksaan gerakan/move dinilai apakah
adanya keterbatasan pada pergerakan sendi yang berdekatan dengan lokasi fraktur.3,5
Pemeriksaan trauma di tempat lain meliputi kepala, toraks, abdomen, pelvis.
Sedangkan pada pasien dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan
menurut protokol ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway, breathing, dan
circulation.Perlindungan pada vertebra dilakukan sampai cedera vertebra dapat
disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan radiologis.2,3
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain laboratorium meliputi
darah rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test, dan urinalisa.
Pemeriksaan radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two: dua

11
gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral, memuat dua sendi di proksimal dan distal
fraktur, memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera dan
yang tidak terkena cedera (pada anak) dan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan
sesudah tindakan.2,3,5

2.6. Komplikasi Fraktur


Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri atau akibat
penanganan fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik.

2.6.1. Komplikasi umum


Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan
gangguan fungsi pernafasan.Ketiga macam komplikasi tersebut diatas dapat terjadi
dalam 24 jam pertama pasca trauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan
terjadi gangguan metabolisme, berupa peningkatan katabolisme. Komplikasi umum
lain dapat berupa emboli lemak, trombosis vena dalam (DVT), tetanus atau gas
gangren.

2.6.2. Komplikasi Lokal


a. Komplikasi dini
Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca
trauma, sedangkan apabila kejadiannya sesudah satu minggu pasca trauma
disebut komplikasi lanjut.
 Pada Tulang
1. Infeksi, terutama pada fraktur terbuka.
2. Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan
operasi pada fraktur tertutup. Keadaan ini dapat menimbulkan
delayed union atau bahkan non union
Komplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif
yang sering terjadi pada fraktur terbuka atau pasca operasi yang

12
melibatkan sendi sehingga terjadi kerusakan kartilago sendi dan
berakhir dengan degenerasi.
 Pada Jaringan lunak
1. Lepuh
Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial karena
edema. Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering dan
melakukan pemasangan elastik.
2. Dekubitus
Terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh
karena itu perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah
yang menonjol.
 Pada Otot
Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot
tersebut terganggu. Hal ini terjadi karena serabut otot yang robek melekat
pada serabut yang utuh, kapsul sendi dan tulang. Kehancuran otot akibat
trauma dan terjepit dalam waktu cukup lama akan menimbulkan sindroma
crush atau thrombus.
 Pada pembuluh darah
Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus.
Sedangkan pada robekan yang komplit ujung pembuluh darah mengalami
retraksi dan perdarahan berhenti spontan.
Pada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan nekrosis.
Trauma atau manipulasi sewaktu melakukan reposisi dapat menimbulkan
tarikan mendadak pada pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan
spasme. Lapisan intima pembuluh darah tersebut terlepas dan terjadi
trombus. Pada kompresi arteri yang lama seperti pemasangan torniquet
dapat terjadi sindrome crush. Pembuluh vena yang putus perlu dilakukan
repair untuk mencegah kongesti bagian distal lesi.
Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra kompartemen otot
pada tungkai atas maupun tungkai bawah sehingga terjadi penekanan

13
neurovaskuler sekitarnya. Fenomena ini disebut Iskhemi Volkmann. Ini
dapat terjadi pada pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga dapat
menggangu aliran darah dan terjadi edema dalam otot.
Apabila iskemi dalam 6 jam pertama tidak mendapat tindakan dapat
menimbulkan kematian/nekrosis otot yang nantinya akan diganti dengan
jaringan fibrus yang secara periahan-lahan menjadi pendek dan disebut
dengan kontraktur volkmann. Gejala klinisnya adalah 5 P yaitu Pain
(nyeri), Parestesia, Pallor (pucat), Pulseness (denyut nadi hilang) dan
Paralisis
 Pada saraf
Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus), aksonometsis
(kerusakan akson). Setiap trauma terbuka dilakukan eksplorasi dan
identifikasi nervus.1

b. Komplikasi lanjut
Pada tulang dapat berupa malunion, delayed union atau non union. Pada
pemeriksaan terlihat deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau
perpanjangan.
 Delayed union
Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara
normal. Pada pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat bayangan sklerosis
pada ujung-ujung fraktur.
Terapi konservatif selama 6 bulan bila gagal dilakukan Osteotomi.
Bila lebih 20 minggu dilakukan cancellus grafting (12-16 minggu)
 Non union
Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan.

14
Tabel 4. Tipe non union
Tipe Klasifikasi
Tipe I Tidak akan terjadi proses penyembuhan fraktur dan
(hypertrophic diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus yang
non union) masih mempunyai potensi untuk union dengan melakukan
koreksi fiksasi dan bone grafting.

Tipe II (atrophic Disebut juga sendi palsu (pseudoartrosis) terdapat


non union) jaringan sinovial sebagai kapsul sendi beserta rongga
sinovial yang berisi cairan, proses union tidak akan
dicapai walaupun dilakukan imobilisasi lama.

Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi


periosteum yang luas, hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur,
waktu imobilisasi yang tidak memadai, implant atau gips yang tidak
memadai, distraksi interposisi, infeksi dan penyakit tulang (fraktur
patologis)
 Mal union
Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan deformitas.
Tindakan refraktur atau osteotomi koreksi.
 Osteomielitis
Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan
operasi pada fraktur tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed union
sampai non union (infected non union). Imobilisasi anggota gerak yang
mengalami osteomielitis mengakibatkan terjadinya atropi tulang berupa
osteoporosis dan atropi otot.
 Kekakuan sendi
Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan
imobilisasi lama, sehingga terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan
intraartikuler, perlengketan antara otot dan tendon. Pencegahannya berupa

15
memperpendek waktu imobilisasi dan melakukan latihan aktif dan pasif
pada sendi. Pembebasan periengketan secara pembedahan hanya dilakukan
pada penderita dengan kekakuan sendi menetap.

2.7 Fraktur yang Sering Terjadi


2.7.1 Frakture klavikula
Fraktur biasanya terjadi karena jatuh atau benturan
langsung pada bahu atau jatuh dengan tangan yang terulur. Klavikula
adalah tulang penyokong yang memfiksasi lengan di bagian
lateral, sehingga dapat bergerak dengan bebas. Karena posisi
tersebut, klavikula mudah terkena trauma karena klavikula
meneruskan gaya dari extremitas superior ke tubuh. Tulang
ini merupakan tulang yang paling sering fraktur didalam
tubuh.

16
17
18
19
20
- Klasifikasi fraktur clavicular dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

1.Grub I : Fraktur 1/3 tengah klavikula


- paling banyak ditemui
- terjadi medial ligament korako-klavikula ( antara medial
dan 1/3 lateral)
- mekanisme trauma berupa trauma langsung atau tak
langsung ( dari lateral bahu)
2.Grub II : Fraktur 1/3 lateral klavikula
-fraktur klavikula lateral dan ligament korako-kiavikula,
yang dapat dibagi:
type 1: undisplaced jika ligament intak
type 2 displaced jika ligamen korako-kiavikula rupture.
type 3 : fraktur yang mengenai sendi akromioklavikularis.
3.Grub III : Fraktur 1/3 medial klavikula
- Insiden jarang, hanya 5% dan seluruh fraktur klavikula.
- Mekanisme trauma dapat berupa trauma langsung dan
trauma tak langsung pada bagian lateral bahu yang dapat
menekan klavikula ke sternum.
- Jatuh dengan tangan terkadang dalam posisi abduksi.

- Gejala klinis

Fraktur klavikula sering terjadi pada anak-anak. Biasanya


penderita datang dengan keluhan jatuh dan tempat tidur atau trauma
lain dan menangis saat menggerakkan lengan. Kadangkala penderita
datang dengan pembengkakan pada daerah klavikula yang terjadi
beberapa hari setelah trauma dan kadang-kadang fragmen yang tajam
mengancam kulit. Ditemukan adanya nyeri tekan pada daerah
klavikula.

21
- Komplikasi :
1. komplikasi dini
kerusakan pada pembuluh darah atau saraf ( jarang terjadi)
2. komplikasi lanjut
- non-union : jarang terjadi dapat diterapi dengan
fiksasi interna dan pencangkokan tulang yang aman.
- mal-union :meninggalkan suatu benjolan, yang
biasanya hilang pada waktunya. untuk memperoleh
hasil yang baik dan cepat dapat menjalani terapi yang
lebih drastis yaitu fraktur direduksi dibawah anastesi
dan dipertahankan reduksinya dengan menggunakan
gips yang mengelilingi dada kekakuan bahu sering
ditemukan, hanya sementara, akibat rasa takut untuk
menggerakkan fraktur. Jari juga akan kaku dan
membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk memperoleh
kembali gerakan, kecuali kalau dilatih.
Tatalaksana :
Teknik penanganan terapi konserfatif dan operasi
1. Fraktur 1/3 tengah
- Undisplaced fraktur dan minimal displaced
fraktur diterapi dengan menggunakan sling, yang dapat
mengurangi nyeri.Displaced fraktur fraktur dengan
gangguan diterapi dengan menggunakan commersial
strap yang berbentuk angka 8, untuk menarik bahu
sehingga dapat mempertahankan alignment dan fraktur.
Strap harus dijaga supaya tidak terlalu ketat karena
dapat mengganggu sirkulasi dan persyarafan. Suatu
bantal dapat diletakkan di antara scapula untuk menjaga
tarikan dan kenyamanan. Jika commersial strap tidak
dapat digunakan balutan dapat dibuat dari “tubular

22
stockinet”, ini biasanya digunakan untuk anak yang
berusia <10 tahun.
- Plating Clavikula
Digunakan insisi sesuai garis Langer untuk
mengekspos permukaan superior clavikula. Hindari
flap kulit undermining dan kerusakan saraf
supraklavikula. Hindari juga diseksi subperiosteal
pada fracture site. Dilakukan reduksi fragmen fraktur
jika memungkinkan pasang lag screw melintasi
fraktur. Plate diletakkan di sisi superior clavikula
dengan 3 screw pada masing-masing sisi fraktur untuk
mencapai fiksasi yang solid.Jika diperlukan diletakan
subkutaneus drain, luka operasi ditutup dengan jahitan
subcuticular.

2. Fraktur lateral
- Undisplaced fraktur dapat diterapi dengan sling.
- Displaced fraktur dapat diterapi dengan sling
atau dengan open reduction dan internal fiksasi. Jika
pergeseran lebih dan setengah diameter klavikula harus
direduksi dan internal fiksasi. Bila dibiarkan tanpa
terapi akan terjadi deformitas dan dalam beberapa kasus
rasa tidak enak dan kelemahan pada bahu karena itu
terapi diindikasikan melalui insisi supraklavikular,
fragmen diaposisi dan dipertahankan dengan pen yang
halus, yang menembus kearah lateral melalui fragmen
sebelah luar dan akromion dan kemudian kembali ke
batang klavikula. Lengan ditahan dengan kain
gendongan selama 6 minggu dan sesudah itu dianjurkan
melakukan pergerakan penuh.

23
2.7.2 Frakture Humerus
Fraktur korpus humerus terjadi akibat trauma yang tiba-
tiba mengenai tulang dengan kekuatan yang besar pada tulang
corpus humerus dan tulang tidak mampu menahan trauma
tersebut sehingga menjadi patah, jatuh pada tangan dapat
memuntir humerus, jatuh pada siku saat lengan pada posisi
abduksi, dan membuat aktivitas seseorang menjadi
terbatas.Tulanghumerus adalah tempat menempel otot utama
yang menggerakkan bahu dan siku.

24
25
26
- Gejala klinis :
Pada pemeriksaan fisik pasien fraktur terdapat
deformitas, nyeri tekan daerah sendi, kadang-kadang disertai
gangguan neurovaskuler.Sistem persendian dievaluasi dengan
memeriksa luas gerakan, deformitas, stabilitas, dan adanya
benjolan.Luas gerakan dievaluasi baik secara aktif (sendi
digerakkan oleh otot sekitar sendi) maupun pasif (sendi
digerakkan oleh pemeriksa).
- Komplikasi :
1. Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatkan permeabilitas kapiler yang menyebabkan
menurunnya oksigenasi. hal ini biasanya terjadi pada fraktur.

27
2. Kerusakan arteri, pecahnya arteri karena trauma bisa
ditandai oleh tidak adanya nadi, CRT menurun, sianosis
bagian distal, hematoma yang lebar, serta dingin pada
ekstremitas disebabkan oleh tindakan emergensi
pembidaian, perubahan posisisi pada yang sakit, tindakan
reduksi dan pembedahan
3. simdrom kompartemen adalah suatau kondisi dimana
terjadi dijebaknya otot, tulang, saraf dan pembuluh darah
dalam jaringan perut akibat suatu pembekakan dari edema
pendarahan ruak bila ada trauma pada jaringan.
4. Infeksi, system pertahanan rusak bila ada trauma pada
jaringan, pada trauma ortopedik infeksi dimulai pada kulit
(superficial) dan masuk ke dalam. hal ini biasanya terjai
pada fraktur terbuka, tapi bisa juga karena bahan lain dalam
pembedahan seperti PIN (ORIF dan OREF) atau plat.
5. Avascular nekrosis terjadi karena aliran darah ketulang
rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis
tulang dan diawali dengan adanya volkman’s ischemia.
6. Sindrom emboli lemak adalah komplikasi yang paling
sering terjadi pada fraktur tulangpanjang. FES terjadi karena
sel-sel lemak yang dihasilkan sum-susm tulang kuning
masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat
oksigendalam darah rendah yang ditandai gangguan
pernafasan, takikardi, hipertensi, takipnea dan demam.
7. Pada pos operasi dapat juga terjadi :
a. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi
yang tidak seharusnya.
b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus
berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat
dari keadaan normal.

28
c. Non union : tulang yang tidak menyambung
kembali

- Tatalaksana :

a Recognisi/pengenalan : Di mana riwayat kecelakaannya atau


riwayat terjadi fraktur harus jelas.
b. Reduksi/manipulasi : Usaha untuk manipulasi fragmen yang
patah sedapat mungkin dapat kembali seperti letak asalnya.
c. Retensi/memperhatikan reduksi : Merupakan suatu upaya
yang dilakukan untuk menahan fragmen
d.Traksi : Suatu proses yang menggunakan kekuatan tarikan
pada bagian tubuh dengan memakai katrol dan tahanan beban
untuk menyokong tulang.
e. Gips : Suatu teknik untuk mengimobilisasi bagian tubuh
tertentu dalam bentuk tertentu dengan mempergunakan alat
tertentu.
f. Operation/pembedahan : Saat ini metode yang paling
menguntungkan, mungkin dengan pembedahan. Metode ini
disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Dengan tindakan
operasi tersebut, maka fraktur akan direposisi kedudukan
normal, sesudah itu direduksi dengan menggunakan orthopedi
yang sesuai.

29
2.7.3 Frakture Monteggia

Fraktur jenis ini disebabkan oleh pronasi lengan bawah


yang dipaksakansaat jatuh atau pukulan secara langsung pada
bagian dorsal sepertigaproksimal dengan angulasi anterior yang
disertai dengan dislokasi anteriorkaput radius.
Klasifikasi menurut klasifikasi Bado:
- Tipe I : dislokasi anterior kepala radius dengan
fraktur diafisis ulna denganangulasi anterior
- Tipe II : dislokasi posterior/posterolateral kepala
radius dengan fraktur diafisisulna dengan angulasi
posterior
- Tipe III : dislokasi patellar/anterolateral kepala
radius dengan fraktur metafisisulna
- Tipe IV : dislokasi anterior kepala radius dengan
fraktur sepertiga proksimalradius-ulna

30
- Gambarab klinis
Terdapat 2 tipe yaitu ekstensi (lebih sering) dan tipe fleksi.
pada tipe ekstensi gaya yang terjadi mendorong ulna kearah
hiperekstensi dan pronasi. sedangkan pada tipe fleksi, gaya
mendorong dari depan kea rah fleksi yang menyebabkan
fragmen ulna mengadakan angulasi ke posterior.

- Tatalaksana

31
Petunjuk untuk keberhasilan terapi adalah memulihkan
panjangnya ulna yang mengalami fraktur. Hanya setelah itu
sendi yang mengalami dislokasi dapat sepenuhnya direduksi.
Pada anak-anak kadang dapat dilakukan manipulasi,tapi pada
orang dewasa lebih baik dilakukan reduksi terbuka dan
pemasangan plat. Jika kaput radius dapat direduksi secara
tertutup, begitu lebih baik. Jika tidak, ini juga harus ditangani
dengan operasi.
Lengan diimobilisasi dalam gips dengan siku yang difleksikan
(untuk mencegah dislokasi ulang pada kaput radius) selama 6
minggu. Setelah itu, gerakan aktif dianjurkan.

2.7.4 Frakture Geleazzi

Fraktur Galeazzi yaitu Fraktur pada 1/3 distal radius disertai


dislokasisendi radio-ulna distal. Fragmen distal mengalami pergeseran
dan angulasi kearah dorsal. Dislokasi mengenai ulna ke arah dorsal
dan medial. Fraktur iniakibat terjatuh dengan tangan terentang dan
lengan bawah dalam keadaanpronasi, atau terjadi karena pukulan
langsung pada pergelangan tangan bagiandorsolateral.Ujung bagian
bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yangmencolok. Perlu
dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang seringterjadi.

32
33
- Gambaran klinis
Tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal. Pada
pergelangan tangandapat diraba tonjolan ujung distal ulna. Bila ringan,
nyeri dan dan tegang hanyadirasakan di darah fraktur; bila berat
biasanya terjadi pemendekan lengan bawah.

- Tatalaksana
Dapat dilakukan reposisi tertutup. Bila hasilnya baik,
dilakukan imobilisasidengan gips sirkular di atas siku, dipertahankan
selama 4-6 minggu. Bila hasilnyakurang baik, dapat dilakukan internal
fiksasi pada tulang radius. Dengan reposisiakurat dan cepat maka
dislokasi sendi ulna distal juga tereposisi dengansendirinya.

34
Apabila reposisi spontan tidak terjadi maka reposisi dilakukan
denganfiksasi K-wire.

2.7.5 Frakture Colles


Fraktur terjadi pada metafisis distal radius. Kebanyakan
dijumpai pada penderita-penderita wanita usia > 50 tahun, karena
tulang pada wanita setelah usia tersebutmengalami osteoporosis post
menopause.
Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha
menahan badan dalamposisi terbuka dan pronasi atau jatuh bertumpu
pada telapak tangan dengan tangandalam posisi dorsofleksi. Gaya akan
diteruskan ke daerah metafisis distal radiusyang akan menyebabkan
fraktur radius sepertiga distal dimana garis patahnyaberjarak 2 cm dari
permukaan persendian pergelangan tangan.Fragmen bagian distal
radius terjadi dislokasi ke arah dorsal, radial dansupinasi. Gerakan ke
arah radial sering menyebabkan fraktur avulsi dari processusstyloid
ulna, sedangkan dislokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan ke
arahdistal menyebabkan subluksasi sendi radio ulna distal.

35
36
- Gejala klinis
Pada inspeksi bentuk khas yang dapat dilihat seperti sendok
makan (dinner forkdeformity). Gambaran ini terjadi karena adanya
angulasi dan pergeseran ke dorsal,deviasi radial, supinasi dan impaksi
ke arah proksimal. Gejala-gejala yang lainseperti lazimnya gejala
patah tulang, ada pembengkakan, nyeri gerak, nyeri tekan,deformitas.

- Komplikasi
Sering dapat berupa kekakuan jari-jari tangan, kekakuan sendi
bahu, mal unionsubluksasio sendi radio-ulnar distal. Jarang terjadi
atrofi Suddeck, rupture tendonekstensor polisis longus, sindrom karpal
tunnelPada atrofi Suddeck, tangan menjadi kaku, biru, dan dingin
akibat reflexsympathetic dystrophy yang disebabkan oleh gangguan

37
sensoris dan otonom padatulang dan pembuluh darah. Hal ini
sering terjadi pada pasien yang tidakmenggerakkan jari-jarinya
dan bisa juga turut terjadi pada bahu setelah terjadifraktur pada lengan
bawah.Kerusakan pada nervus medianus bisa terjadi akibat fraktur
Colles danbisa menyebakan kompresi pada saraf tersebut. Simptom
ini akan menghilangsetelah frakturnya menyatu namun dekompresi
harus dilakukan untuk mengurangi symptom.
Ruptur tendon longus pollicis ekstensor bisa terjadi akibat
pergerakan daripinggir tajam dari tulang yang patah di daerah dorsal
pergelangan tangan. Pasienakan mengeluhkan jempolnya tidak bisa
diangkat.

- Tatalaksana
Jika tidak dirawat, fraktur ini akan menyatu dengan
angulasi ke belakang(backward angulation), kehilangan fungsi
supinasi, kelemahan genggaman, dankehilangan fungsi deviasi ulna.
Fungsional lengan bawah masih baik.
Pada fraktur displaced, fraktur ini harus dimanipulasi ke posisi
yang baikdengan menarik tangan ke arah distal, memfleksikan sendi
pergelangan tangan,dan menarik tangan ke arah deviasi ulnar. Setelah
direduksi, gips diletakkan darisiku hingga ke sendi
metacarpophalangeal, tepat dimana terdapat garis kulitproksimal
pada telapak tangan. Jari-jari dan jari jempol harus dibiarkan
bebasbergerak. Pasien disuruh kembali lagi antara 7 hingga 10 hari
kemudian dandilakukan radiografi untuk memeriksa posisi. Jika
posisi fragmen beranjak,manipulasi lanjutan harus dilakukan.
Fisioterapi turut harus dimulai sekiranyapasien masih tidak
menggunakan tangan dan bahunya. Gips dikekalkan selama 4minggu
dimana dalam tempoh tersebut harus ada pergerakan penuh dari jari-
jari,jempol, siku, dan bahu.Pada fraktur impacted yang berada

38
dalam posisi baik, kadang-kadangimpact terjadi dalam posisi
yang dapat diterima dengan sedikit angulasi kebelakang.
Fraktur seperti ini tidak memerlukan manipulasi lanjutan namun
adalahlebih baik untuk dipasangkan gips selama 2 minggu
untuk mengelakkanpergeseran yang tidak disengajakan.

2.7.5 Frakture smith


Lebih jarang terjadi dibandingkan fraktur colles.
Kadang-kadang diistilahkansebagai reverse colles fracture
walaupun tidak tepat. Banyak dijumpai padapenderita laki-laki
muda.
Penderita jatuh, tangan menahan badan, sedang posisi tangan
dalam volar fleksipada pergelangan tangan, pronasi. Garis
patah biasanya transversal, kadang-kadang intraartikular.

39
- Komplikasi
Komplikasi: a.trauma Ulnaris dan medianus
b. kerusakan tendon
- Tatalaksana
Dilakukan reduksi dengan tangan diletakkan dalam posisi
dorsofleksi ringan, deviasi ulnar dan supinasi maksimal
kemudian diimobilisasi dengan long arm cast selama 4-6
minggu.

2.7.6 Femoral Shaft Fraktur


merupakan High energy trauma. Contoh: Kecelakaan lalu
lintas, jatuh dari ketinggian, akibat benturan langsung yang
keras jatuh dengan posisi kaki tertambat sementara daya
pemuntir ditransmisikan ke femur.

40
41
- gejala klinis :
a. Pasien tidak bisa bangun
b. Kaki tampak lebih pendek
c. Kaki berotasi keluar

42
d. Bengkak dan memar

- Komplikasi
- Cedera pembuluh darah
- Perdarahan massive hingga syok
- Emboli lemak
- Tromboemboli
- Cedera jaringan lunak
- Sindroma kompatemen

- Penatalaksanaan
Dilakukan reposisi dalam anestesi lokal atau anestesi
umum. Posisi tangandiletakkan dalam posisi dorsofleksi – supinasi
(kebalikan dari posisi colles).Diimobilisasi dalam gips sirkular di
bawah siku selama 4-6 minggu. Jika tidak berhasil, dapat difiksasi
dengan plate.

2.7.7 Frakture tibia plantau

Fraktur tibial plateau biasanya terjadi sebagai akibat dari


kecelakaan pejalan kakiyang rendah energy mengenai bumper
mobil. Sebagian besar kejadian fraktur tibial plateauini juga
dilaporkan terjadi akibat dari kecelakaan sepeda motor dengan
kecepatan tinggi dan jatuh dari ketinggian.
Fraktur tibial plateau terjadi akibat kompresi langsung secara axi
al, biasanya dengan posisi valgus (paling sering) atau
varus (jarang) atau trauma tidak langsungyang besar. Aspek
anterior dari kondilus femoralis berbentuk baji, dengan
terjadinya hiperekstensi dari lutut maka kekuatan ditimbulkan
oleh gerakan kondilus ke tibial plateau.Arah, besar, dan lokasi
dari kekuatan yang ditimbulkan, serta posisi lutut pada saat

43
traumaakan menyebabkan perbedaan dari pola fraktur, lokasi,
dan tingkat pergeseran. Factor lain seperti usia dan kualitas
tulang juga berpengaruh pada konfigurasi fraktur. Pasien yang
lebihtua dengan tulang yang osteopeni akan lebih cenderung
menjadi tipe fraktur depresi karena tulang subkondralnya lebih
kaku untuk mengikuti beban.

44
- Klasifikasi fraktur tibial plateau (Schatzer classification):
Tipe 1: fraktur biasa pada kondilus tibia lateral. Pada pasien
yang lebih muda yang tidak menderita osteoporosis berat, mungkin
terdapat retakan vertikal
dengan pemisahan fragmen tunggal. Fraktur ini mungkin sebenarn
ya tidak bergeser,atau jelas sekali tertekan dan miring, kalau
retakannya lebar, fragmen yanglepas atau meniscus lateral dapat
terjebak dalam celah.
Tipe 2 : peremukan kominutif pada kondilus lateral dengan
depresi pada fragmen. Tipefraktur ini paling sering ditemukan dan
biasanya terjadi pada orang tua denganosteoporosis.
Tipe 3 : peremukan komunitif dengan fragmen luar yang utuh.
Fraktur ini mirip dengantipe 2, tetapi segmen tulang sebelah luar
memberikan selembar permukaansendi yang utuh.
Tipe 4 : fraktur pada kondilus tibia medial. Ini kadang-kadang
akibat cedera berat, dengan perobekan ligament kolateral lateral

45
Tipe 5 : fraktur pada kedua kondilus dengan batang tibia yang
melesak diantara keduanya
Tipe 6 : kombinasi fraktur kondilus dan subkondilus, biasanya
akibat daya aksial yang hebat

46
BAB III
KESIMPULAN

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktural dari tulang. Mungkin saja


tidak lebih dari sebuah celah atau retakan dari korteks tulang; tetapi yang lebih sering
terjadi adalah fraktur inkomplet dan fragmen tulang yang berpindah tempat. Apabila
kulit di permukaan daerah fraktur tetap intak, tergolong ke dalam fraktur tertutup atau
sederhana. Namun, apabila kulit di permukaannya rusak, tergolong ke dalam fraktur
terbuka yang cenderung terkena infeksi dan kontaminasi. Fraktur tulang di dekat
sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi
yang disebut fraktur dislokasi.
Etiologi fraktur diakibatkan peristiwa yang dapat menyebabkan terjadinya
fraktur diantaranya peristiwa trauma (kekerasan) baik secara langsung dan tidak
langsung, repetitive tes yang dikarenakan karena kegiatan berulang pada tulang dan
peristiwa patologis oleh perjalanan suatu penyakit.
Menurut garis frakturnya, fraktur dibagi menjadi fraktur komplet atau
inkomplet (termasuk fisura dan greenstick fracture), transversa, oblik, spiral,
kompresi, simpel, kominutif, segmental, kupu-kupu, dan impaksi.
Komplikasi pada fraktur dapat dibedakan menjadi komplikasi umum dan
komplikasi lokal. Komplikasi umum adalah komplikasi yang terjadi akibat dari
fraktur itu sendiri yang melibatkan kompensasi lain dari tubuh. Komplikasi lokal
adalah komplikasi yang terjadi pada tulang dan organ sekitarnya, komplikasi lokal
dapat dibedakan berdasarkan waktunya menjadi komplikasi dini dan komplikasi
lanjut. Komplikasi dini terjadi pada awal minggu setelah fraktur terjadi, dapat
mengenai pembuluh darah, saraf jaringan lunak, otot dan kulit. Komplikasi lanjut
terjadi pada beberapa bulan setelah fraktur terjadi, dan spesifik mengenai proses dari
pertumbuhan tulang dan infeksi lanjut akibat dari fraktur.
Pada umumnya fraktur paling banyak terjadi pada tulang yang banyak
digunakan untuk melakukan aktivitas, yaitu pada area ekstrimitas atas dan bawah.
Diantaranya pada ekstrimitas atas adalah fraktur klavikula, fraktur humeri, fraktur
montegia, fraktur galezi, fraktur smith, fraktur coles. Sedangkan pada ekstrimitas
bawah umumnya dapat terjadi fraktur femur dan tibia plateu.
Fraktur klavikula biasanya terjadi karena jatuh atau benturan langsung pada
bahu atau jatuh dengan tangan yang terulur, biasanya penderita datang dengan
keluhan jatuh dan tempat tidur atau trauma lain dan menangis saat menggerakkan
lengan. Kadang kala penderita datang dengan pembengkakan pada daerah klavikula
yang terjadi beberapa hari setelah trauma. Klasifikasi fraktur klavikula dibagi menjadi
1/3 medial, 1/3 tengah dan 1/3 lateral. Pemasangan arm sling dan strap comercil
bertujuan untuk imobilisasi, sedangkan untuk reduksi dapat dilakukan platting. Pada
fraktur klavikula 1/3 tengah klavikula dilakukan pemasangan arm sling untuk jenis
fraktur undisplacement, sedangkan pada fraktur displacement yang minimal dapat
dilakukan pemasanagan strap comercil, lalu setelah itu dilakukan reduksi pemasangan

47
platting. Pada fraktur 1/3 lateral klavikula dilakukan pemasangan sling pada jenis
undisplacement fraktur dapat dilakukan pemasanagan sling, sedangkan pada
displacement fraktur dapat dilakukan pemasangan sling lalu dilakukan ORIF.
Fraktur humerus terjadi akibat trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan
kekuatan yang besar pada tulang corpus humerus dan tulang tidak mampu menahan
trauma tersebut sehingga menjadi patah, jatuh pada tangan dapat memuntir humerus,
jatuh pada siku saat lengan pada posisi abduksi, dan membuat aktivitas seseorang
menjadi terbatas. Pasien datang biasanya datang denga keluhan nyeri, dan pada
pemeriksaan dapat ditemukan tanda pasti fraktur. Penatalaksanaannya dapat
dilakukan pemasangan arm sling dan gips untuk imobilisasi, dan reduksi terbuka
dengan fiksasi internal.
Fraktur montegia Fraktur jenis ini disebabkan oleh pronasi lengan bawah yang
dipaksakan saat jatuh atau pukulan secara langsung pada bagian dorsal sepertiga
proksimal dengan angulasi anterior yang disertai dengan dislokasi anteriorkaput
radius. Terdapat 2 tipe yaitu ekstensi (lebih sering) dan tipe fleksi. pada tipe ekstensi
gaya yang terjadi mendorong ulna kearah hiperekstensi dan pronasi. sedangkan pada
tipe fleksi, gaya mendorong dari depan kearah fleksi yang menyebabkan fragmen
ulna mengadakan angulasi ke posterior. Tatalaksana dilakukan reduksi terbuka dan
pemasangan plat. Jika kaput radius dapat direduksi secara tertutup, begitu lebih baik.
Jika tidak, ini juga harus ditangani dengan operasi. Lengan diimobilisasi dalam gips
dengan siku yang difleksikan (untuk mencegah dislokasi ulang pada kaput radius)
selama 6 minggu. Setelah itu, gerakan aktif dianjurkan.
Frktur galezi, Fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi sendi radio-ulna
distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dan angulasi kearah dorsal. Dislokasi
mengenai ulna ke arah dorsal dan medial. Fraktur iniakibat terjatuh dengan tangan
terentang dan lengan bawah dalam keadaan pronasi, atau terjadi karena pukulan
langsung pada pergelangan tangan bagian dorsolateral. Ujung bagian bawah ulna
yang menonjol merupakan tanda yang mencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk
lesi saraf ulnaris. Gambaran klinis dapata didapatkan tangan bagian distal dalam osisi
angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangandapat diraba tonjolan ujung distal ulna.
Untuk penatalaksanaan dapat dilakukan reposisi tertutup. Bila hasilnya baik,
dilakukan imobilisasi dengan gips sirkular di atas siku, dipertahankan selama 4-6
minggu. Bila hasilnyakurang baik, dapat dilakukan internal fiksasi pada tulang radius.
Fraktur colles Fraktur terjadi pada metafisis distal radius. Kebanyakan dijumpai pada
penderita-penderita wanita usia > 50 tahun, karena tulang pada wanita setelah usia
tersebut mengalami osteoporosis post menopause. Biasanya penderita jatuh terpeleset
sedang tangan berusaha menahan badan dalam posisi terbuka dan pronasi atau jatuh
bertumpu pada telapak tangan dengan tangandalam posisi dorso fleksi. Gaya akan
diteruskan ke daerah metafisis distal radiusyang akan menyebabkan fraktur radius
sepertiga distal dimana garis patahnya berjarak 2 cm dari permukaan persendian
pergelangan tangan. Gambaran klinis dapat ditemukan bentuk khas yang dapat dilihat
seperti sendok makan (dinner forkdeformity). Gejala-gejala yang lain seperti

48
lazimnya gejala patah tulang, ada pembengkakan, nyeri gerak, nyeri tekan,
deformitas. Penatalaksanaannya pada fraktur displaced, fraktur ini harus dimanipulasi
dengan menarik tangan ke arah distal, memfleksikan sendi pergelangan tangan,dan
menarik tangan ke arah deviasi ulnar. Setelah direduksi, gips diletakkan dari siku
hingga ke sendi metacarpophalangeal. Pada fraktur impacted yang berada
dalamposisi baik, kadang-kadang impact terjadi dalam posisi yang dapat diterima
dengan sedikit angulasi kebelakang. Fraktur seperti ini tidak memerlukan manipulasi
lanjutan namun adalah lebih baik untuk dipasangkan gips selama 2 minggu. Fraktur
smith penderita jatuh, tangan menahan badan, sedang posisi tangan dalam volar
fleksipada pergelangan tangan, pronasi. Garis patah biasanya transversal, kadang-
kadang intraarticular. Tatalaksananya dilakukan reduksi dengan tangan diletakkan
dalam posisi dorsofleksi ringan, deviasi ulnar dan supinasi maksimal kemudian
diimobilisasi dengan long arm cast selama 4-6 minggu. Fraktur shaft femur
merupakan fraktur pada femur yang umumnya disebabkan karena trauma. gejala
klinis : Pasien tidak bisa bangun, kaki tampak lebih pendek, kaki berotasi keluar,
bengkak dan memar. terapinya dilakukan reposisi dalam anestesi lokal atau anestesi
umum. Posisi tangan diletakkan dalam posisi dorsofleksi –supinasi (kebalikan dari
posisi colles). Diimobilisasi dalam gips sirkular di bawah siku selama 4-6 minggu.
Jika tidak berhasil, dapat difiksasi dengan plate.

49
DAFTAR PUSTAKA

1. Richard, Buckley. (2012). General Principles of Fracture Care.


Diaksesdarihttp://emedicine.medscape.com/article/1270717-overview
2. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. (2011). Buku Ajar IlmuBedah. Edisi ke-2.
Jakarta :PenerbitBukuKedokteran EGC.
3. Apley, A.Graham. (2010). Apley’s System of Orthopaedics and Fractures Ed
9. UK :Hodder Arnold.
4. Snell, Richard S. (2006) AnatomiKlinis Berdasarkan Sistem ed. 6. EGC :
Jakarta.
5. Rasjad, Chairuddin. (2007) PengantarIlmuBedahOrtopedi. Jakarta : PT.

YarsifWatampone.

50

Anda mungkin juga menyukai