Anda di halaman 1dari 14

Aspek Keamanan Pangan : Uji Toksisitas Secara In Vitro

Pepes Ikan Mas (Cyprinus Carpio) yang Disterilkan dengan


Iradiasi Gamma ISSN 1907-0322
(Zubaidah Irawati, dkk.)

Aspek Keamanan Pangan : Uji Toksisitas Secara In Vitro


Pepes Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang Disterilkan dengan
Iradiasi Gamma
Food Safety Aspect : Toxicity Test of Gold Fish Pepes Sterilized
by Gamma Irradiation In Vitro

Zubaidah Irawati1, Kallista Rachmavika Putri2 dan Fransiska


Rungkat Zakaria2
1
Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN
Jl. Lebak Bulus No. 49 Jakarta Selatan 12440
e-mail : irakoenari@yahoo.com
2
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Diterima 14 Juli 2011; Disetujui 13 Oktober 2011

ABSTRAK

Aspek Keamanan Pangan : Uji Toksisitas Secara In Vitro Pepes Ikan Mas
(Cyprinus carpio) yang Disterilkan dengan Iradiasi Gamma. Iradiasi pengion merupakan
salah satu teknik fisika untuk pengawetan bahan pangan yang menggunakan proses ionisasi
tanpa mengubah secara nyata karakteristika fisiko-kima dan kandungan gizi dari bahan yang
diiradiasi. Pembentukan senyawa radikal bebas dan senyawa radiolitik dalam produk akibat
iradiasi dikhawatirkan akan membentuk senyawa yang bersifat toksik, mutagenik, ataupun
karsinogenik sehingga membahayakan konsumen.Uji toksisitas yang merupakan bagian dari
uji keamanan pangan pada sampel pepes ikan mas (Cyprinus carpio) di dalam kemasan secara
vakum dan diiradiasi dengan sinar gamma pada dosis 45 kGy dalam kondisi beku dilakukan
melalui uji proliferasi limfosit dan pengukuran kandungan malonaldehida. Limfosit
merupakan sel yang berfungsi terhadap respon imun spesifik dan sensitif terhadap
ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan di dalam tubuh manusia, sedangkan kadar
malonaldehida merupakan indikator keberadaan radikal bebas sekaligus berfungsi sebagai
indikator kerusakan oksidatif di dalam matriks suatu material biologis. Baik pada sampel
kontrol (K) maupun pada sampel yang diiradiasi dalam waktu penyinaran yang berbeda yaitu
pada tanggal 11 November 2006 (A), 14 Juni 2007(B), pada tanggal 5 April 2008 (C), dan pada
tahun 2008 (kode: “no label”) (D), masing-masing dilakukan pengenceran pada tingkat yang
berbeda. Proliferasi sel limfosit diukur berdasarkan Nilai Indeks Stimulasi (IS), sedangkan
kadar radikal bebas diukur berdasarkan kadar malonaldehida (pmol/ml) terhadap seluruh
sampel yang diamati. Hasil pengukuran IS pada sampel tanpa pengenceran, menunjukkan
bahwa nilai tertinggi terdapat pada sampel B (1,356), yang terendah terdapat pada kontrol (K)
(1,161); pada pengenceran 1x nilai tertinggi dicapai oleh sampel D (1,344), terendah pada B
(1,084) bila dibandingkan dengan kontrol (1,259). Pada pengenceran 2x nilai tertinggi terdapat
pada Kontrol (1,293), tetapi nilai terendah pada sampel D (0,984). Hasil pengukuran kadar
malonaldehida (pmol/ml) menunjukkan bahwa tanpa pengenceran, nilai tertinggi terdapat
pada sampel A (0,1182 pmol/ml), terendah pada sampel C (0,1178 pmol/ml) apabila keduanya
dibandingkan dengan kontrol (0,1180 pmol/ml). Ekstrak sampel tanpa pengenceran dari
seluruh pepes ikan mas yang diiradiasi 45 kGy tidak menghambat proliferasi dari sel limfosit
ketika dibandingkan dengan sampel kontrol (p<0.01). Baik sampel kontrol maupun sampel
iradiasi tidak menginduksi proliferasi sel limfosit bila dibandingkan dengan kontrol standar
(p<0.01). Konsentrasi malonaldehida sampel ikan tersebut masih dapat diterima dan tidak
berbahaya bila dibandingkan dengan sampel pepes kontrol (p<0.01). Berdasarkan pengujian
proliferasi limfosit dan pengukuran kadar malonaldehida ekstrak sampel, pepes ikan mas
yang diiradiasi dengan dosis 45 kGy dapat dinyatakan aman untuk dikonsumsi.
Kata kunci : pepes ikan mas, proliferasi limfosit, kadar malonaldehida, iradiasi pangan,
senyawa radiolitik

83
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi
A Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation ISSN 1907-0322
Vol. 7 No. 2 Desember 2011

ABSTRACT

Food Safety Aspect : Toxicity Test of Gold Fish Pepes Sterilized by Gamma
Irradiation In Vitro. Ionizing radiation is a physical preservation technique for foods using
ionizing energy without impairing the products either natural characteristics or nutritive
contents. Formation of free radicals and radiolytic products in irradiated foods may produce
toxic substances, mutagen or carcinogenic that can affect the consumer health. Toxicity test as
a part of food safety assays on gold fish (Cyprinus carpio) pepes in a package and irradiated at
the dose of 45 kGy under cryogenic condition was conducted through lymphocyte
proliferation because lymphocyte cell is responsible for specific immune response and
sensitive to unbalance condition between oxidant and anti oxidant in human body.
Malonaldehylde content in the irradiated fish was also measured bearing in mind that
malonaldehyde content could be used as indicator in the presence of free radicals and as
oxidative damage indicator within the matrix of biological material. Dilution steps was done
in all samples both in control and irradiated. Irradiation was conducted at three different
times i.e., sample irradiated on 11 November 2006 (A), 14 June 2007(B), 5 April 2008 (C) and
in 2008 (code: “no label”) (D), respectively. Proliferation of limphocyte cell was assayed based
on Stimulation Index value (SI), and free radical content of all samples was calculated based
on malondialdehyde content (pmol/ml). The measurement of SI in sample without dilution
showed that the highest value was found in sample B (1.356), but the lowest value was
obtained in control (1.161); at one time dilution the highest value was obtained in sampel D
(1.344), the lowest was found in sample B (1.084) compared to control (1.259). At twice time
dilution, the highest value was found in control (1.293), but the lowest was in sample D
(0.984). The results of malonaldehyde content (pmol/ml) showed that sample without dilution
has the highest quantity was found in sample A (0.1182 pmol/ml), but the lowest was in
sample C (0.1178 pmol/ml) for both samples compared to control (0.1180 pmol/ml). The
extract of irradiated gold fish pepes without dilution did not disturb proliferation of
lymphocyte cell in comparation with those in control (p<0.01). Both in unirradiated and
irradiated samples did not induct proliferation of the cell compared to standard control
(p<0.01).Concentration of malonaldehyde content of irradiated gold fish pepes samples was
still acceptable and safe compared to unirradiated one (p<0.01). Based on the obtained results
in lymphocyte proliferation assays and the measurement of malonaldehyde content of the
samples, gold fish pepes irradiated at the dose of 45 kGy was safe for consumption.
Key words : gold fish pepes, lymphocyte proliferation, malonaldehyde content, food
irradiation, radiolitytic compounds

PENDAHULUAN 1,5 tahun [1]. Kendala yang ada dalam


penerapan teknologi iradiasi pangan pada
Pangan olahan siap saji merupakan umumnya adalah keraguan dalam
produk yang mudah rusak sehingga masyarakat mengenai keamanan pangan
memiliki masa simpan yang terbatas. Di produk iradiasi akibat pembentukan radikal
Indonesia, khususnya PATIR BATAN telah bebas dan senyawa radiolitik produk dari
melakukan penelitian dan pengembangan proses tersebut. Adanya senyawa radikal
secara intensif iradiasi terhadap berbagai bebas dalam produk dikhawatirkan akan
jenis pangan olahan siap saji berbasis ikan, membentuk senyawa yang bersifat toksik,
daging dan unggas. Komoditi tersebut mutagenik, ataupun karsinogenik di dalam
masing-masing diolah menjadi makanan siap tubuh manusia [2]. Meskipun CODEX
santap seperti pepes ikan mas, rendang sapi, Alimentarius Commisssion rev.1-2003 [3]
opor dan kare ayam. Setiap jenis produk telah menetapkan bahwa iradiasi pada
olahan tersebut dikemas dan disterilkan bahan pangan pada dosis sampai 10 kGy dan
dengan metode iradiasi pada dosis 45 kGy bahkan diatasnya dinyatakan aman untuk
dalam kondisi beku (-79˚C) yang selanjutnya dikonsumsi manusia, namun data kajian
disimpan pada suhu suhu kamar (28-30oC) teknis mengenai keamanan pangan iradiasi
dan mutunya dapat dipertahankan selama dosis tinggi 45 kGy pada jenis pangan

84
Aspek Keamanan Pangan : Uji Toksisitas Secara In Vitro
Pepes Ikan Mas (Cyprinus Carpio) yang Disterilkan dengan
Iradiasi Gamma ISSN 1907-0322
(Zubaidah Irawati, dkk.)

olahan siap saji khas Indonesia masih dibuat sesuai metode yang dikembangkan
merupakan persyaratan BPOM untuk dan dibakukan oleh Irawati dkk [1].
dipenuhi apabila akan dikomersialisasikan Pepes ikan mas dibuat dan diiradiasi
[4]. Iradiasi dosis 45 kGy merupakan dosis pada waktu yang berbeda, yaitu sampel
sterilisasi komersial yang dapat mematikan tanggal 11 November 2006 (A), tanggal 14
bakteri berspora Clostridium botulinum Juni 2007 (B), tanggal 5 April 2008 (Pepes C),
sebagai persyaratan baku proses tersebut dan tanpa label diiradiasi pada tahun 2008
pada jenis pangan olahan siap saji berbasis (D) serta sampel pepes ikan mas yang tidak
daging dan ikan yang akan disimpan jangka diiradiasi sebagai kontrol standar yang
panjang pada suhu kamar [5]. dipersiapkan segar, pada saat akan
Pepes ikan adalah hidangan tradisional dilakukan analisis. Bahan yang digunakan
khas Indonesia yang terdiri dari sepotong untuk ekstraksi sampel adalah aquadest (air
ikan yang sudah diolah dengan berbagai suling), kertas saring Whatman 40,
macam bumbu, dibungkus dengan daun sedangkan bahan baku untuk analisis
pisang, kemudian dimasak. Bumbu dasar proliferasi limfosit adalah darah manusia
yang biasanya digunakan dalam pengolahan golongan AB dari donor yang sehat. Bahan
pepes ikan antara lain adalah bawang lain yang digunakan adalah histopaque
merah, bawang putih, kemiri, cabai, kunyit, (Sigma, USA), RPMI-1640 (Sigma, USA),
jahe, lengkuas, garam, dan gula pasir. NaHCO3 anhidrous, gentamycin, 3-(4,5-
Proses ionisasi pada bahan pangan dimethlthiazol-2-yl)-2,5-diphenyl tetrazolium
yang diiradiasi dengan radiasi pengion dapat bromide (MTT) (Sigma, USA), HCl-
menyebabkan eksitasi pada atom jaringan isopropanol 0,04N, Lipo Poly Sacharides
pangan dan menyebabkan beberapa (LPS) dan larutan mitogen (Con A dan
perubahan pada produk, seperti oksidasi Pokeweed). Bahan kimia untuk pengukuran
lipid, pelunakan jaringan, terbentuknya kadar malonaldehida, adalah larutan standar
beberapa senyawa radikal bebas dan 1,1,3,3 tetraetoksipropana (TEP) (Sigma,
radiolitik yang senantiasa dikhawatirkan USA), larutan phosphate buffer saline (PBS),
dapat memberikan dampak negatif pada larutan TBA 0,38 % - Tri Chloro Acetic acid
konsumennya. Sebagai upaya untuk (TCA) 15 % - Butylated Hydroxy Toluene
meyakinkan konsumen, maka dilakukan uji (BHT) 0,5 % dalam HCl 0,25 N dingin [2].
keamanan pangan secara menyeluruh yaitu Peralatan yang digunakan dalam
uji mikrobiologi, fisiko kimia, in vitro dan in persiapan sampel adalah pisau, mortar,
vivo terhadap jenis pangan olahan siap saji corong, kain saring, gelas ukur, gelas piala,
tersebut. syringe, membran steril 0,20 µm, dan
Penelitian ini bertujuan untuk sentrifuse. Alat yang digunakan dalam
mendapatkan data kajian teknis dengan analisis proliferasi limfosit adalah vacutainer
mengamati pengaruh iradiasi dosis 45 kGy darah dan serum, tabung sentrifuse (Cognic),
pada sampel pepes ikan mas dengan masa mikropipet eppendorf 10-100 µl dan 100-
simpan yang berbeda, terhadap proliferasi 1000 µl, sentrifus, laminar air flow, microplate
sel limfosit manusia secara in vitro serta reader, lempeng mikrokultur (Cognic),
mengukur kadar malonaldehida yang waterbath, dan inkubator 370C dengan
terkandung dalam produk tersebut. atmosfer 5% CO2, O2 95% dan RH 96%.
Sedangkan alat yang digunakan dalam
pengukuran kadar malonaldehida adalah
BAHAN DAN METODE tabung reaksi, mikropipet, labu takar,
waterbath, sentrifus, tabung sentrifus, dan
Bahan spektrofotometer UV-VIS.
Bahan baku utama adalah pepes ikan
mas yang disterilkan dengan radiasi yang

85
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi
A Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation ISSN 1907-0322
Vol. 7 No. 2 Desember 2011

Metode b. Pengujian limfosit darah tepi , dan


Ekstraksi Sampel. Bagian daging aktivitas proliferasi sel limfosit
(edible portion) sampel pepes ikan mas menggunakan serum darah golongan
iradiasi dan kontrol yang akan diujikan AB
masing-masing diambil dan dipisahkan yaitu Pengujian limfosit darah tepi dan
sebanyak 15 g untuk pengujian proliferasi serum darah golongan AB masing-masing
limfosit, dan sebanyak 10 g untuk dilakukan menurut metode NURRAHMAN
pengukuran kadar malonaldehida. Sampel A dkk. [6].
yang sudah melewati batas masa simpan Sel limfosit yang digunakan dalam penelitian
(expired) hanya digunakan untuk pengecekan ini diisolasi dari darah seorang donor sehat
kadar malonaldehida saja, dan tidak secara profesional dan aseptis di klinik Farfa
dilakukan uji proliferasi limfosit. Sampel Dramaga dengan menggunakan tabung
kemudian diekstrak menggunakan aquades vacuntainer steril. Darah tersebut kemudian
(perbandingan 1:1) dan dihancurkan dengan dipindahkan ke dalam tabung sentrifus,
mortar. Hancuran sampel kemudian disaring yang dilakukan di dalam laminar hood.
menggunakan kain saring dan dimasukkan
dalam tabung sentrifus kemudian c. Pengujian aktivitas proliferasi dari
disentrifuse dengan kecepatan 3500 rpm suspense sel limfosit
selama 30 menit. Pengujian dilakukan dengan metode
Bagian supernatan sampel pasca MTT menurut MEIRIANA [7]. Nilai Indeks
sentrifugasi dipisahkan dari lemak dan Stimulasi (I.S) dihitung dengan
minyak lalu disaring, kemudian dilewatkan menggunakan persamaan berikut:
pada membran steril dengan ukuran pori
0,20 μm. Pada pengujian proliferasi limfosit I.S. = Absorbansi ekstrak sampel
digunakan ekstrak steril, namun pada Absorbansi kontrol standar
pengukuran kadar malonaldehida cukup
digunakan ekstrak yang lolos kertas saring. Penetapan kadar malonaldehida.
Penggunaan membran steril dalam proses Kadar Malonaldehida ditetapkan menurut
pemisahan dilakukan karena metode SELIGMAN et al.[8].
mikroorganisme yang dapat mengontaminasi Analisis Statistik. Analisis statistik
dapat tertahan di membran. yang digunakan adalah ANOVA dengan nilai
Ekstrak yang akan diuji kemudian selang kepercayaan 99% yang diikuti dengan
diperlakukan seperti yang telah secara rinci uji Duncan [9].
dikemukakan oleh PUTRI [2].

Proliferasi Limfosit HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Persiapan Media Kultur Sel
Media yang dipergunakan untuk Pada penelitian ini, ekstraksi
kultur sel limfosit adalah RPMI-1640 yang dilakukan pada bagian daging ikan yang
mengandung L-glutamine. Sebanyak 10,42 g umum dikonsumsi oleh masyarakat (edible
bubuk RPMI dilarutkan dalam aquabidest portion). Pelarut yang digunakan untuk
sebanyak 1000 ml sehingga diperoleh 1000 ekstraksi adalah air suling. Hal ini dilakukan
ml larutan RPMI-1640 selanjutnya dengan asumsi bahwa masyarakat
ditambahkan 2 g NaHCO3 yang berfungsi mengkonsumsi pepes, dan mengkonsumsi
sebagai buffer dan 10 ml gentamycin untuk air biasa sebagai minuman. Pada uji
mencegah pertumbuhan mikroorganisme proliferasi limfosit digunakan sampel yang
pada media. Campuran larutan tersebut dilewatkan melalui membran steril, untuk
kemudian dilewatkan pada membran steril mencegah kontaminasi mikroorganisme agar
0,22 μm hingga menjadi steril [2]. tidak menyebabkan kesalahan terhadap
parameter yang diuji. Pengenceran dengan

86
Aspek Keamanan Pangan : Uji Toksisitas Secara In Vitro
Pepes Ikan Mas (Cyprinus Carpio) yang Disterilkan dengan
Iradiasi Gamma ISSN 1907-0322
(Zubaidah Irawati, dkk.)

taraf yang berbeda ditujukan untuk seseorang di dalam mengkonsumsi ikan


membedakan intensitas dalam konsumsi dianggap semakin tinggi.
pepes ikan mas iradiasi. Semakin rendah
taraf pengenceran, berarti frekwensi
PROLIFERASI LIMFOSIT
seseorang dalam hal mengkonsumsi ikan
dianggap semakin tinggi. Uji toksisitas Model uji toksisitas kultur limfosit in
secara in vitro yang dilakukan selama ini vitro pada pepes ikan mas iradiasi
terbatas pada sel bakteri dan sel mamalia Metode in vitro memerlukan kondisi
juga terbatas pada efek mutagenik dari lingkungan pertumbuhan yang sama seperti
senyawa radiolitik yang terdapat pada keadaaan di dalam tubuh (in vivo) agar
produk iradiasi, misalnya senyawa 2-Alkyl proses biologis yang terjadi di dalam kultur
Cyclo Butanones (ACB) dan 2-Deoxy alkyl sel berlangsung mendekati keadaan
Cyclo Butanone (DCB). ASHLEY et al. [10] sebenarnya di dalam tubuh. Kondisi
melaporkan bahwa, dari 19 penelitian yang lingkungan yang perlu dikontrol, yaitu
dilakukan secara in vitro terhadap efek temperatur, pH, asupan nutrisi yang
mutagenik sel, ada 7 penelitian yang diberikan, tekanan osmotik, ataupun fase
menyatakan bahwa produk dapat gas yang sesuai [11]. Keuntungan dari
menyebabkan mutagenik maupun sitotoksik metode in vitro adalah keadaan lingkungan
sel. Namun hal ini dianggap tidak berbahaya pertumbuhan yang cenderung lebih stabil
karena sumber mutagenik yang ada karena dapat diamati dan diatur secara
dianggap tidak menyebabkan tumor atau langsung, selain itu karakteristik dari sel
kanker. Sementara itu dari 26 penelitian dan yang ingin ditumbuhkan juga dapat diatur
studi studi in vitro yang dilakukan, hanya [12].
empat penelitian yang menyatakan bahwa Kultur sel limfosit dapat digunakan
pemberian ransum iradiasi pada tikus sebagai model uji toksisitas karena limfosit
menyebabkan mutasi sel. Hal ini adalah sel yang bertanggung jawab terhadap
kemungkinan disebabkan oleh respon imun spesifik, dimana sel tersebut
penyimpangan sifat histo patologi hewan mempunyai kemampuan untuk mengenal
tersebut yang sulit dideteksi sebelum berbagai macam antigen yang berbeda [13].
pemberian ransum tersebut. Limfosit mempunyai fungsi yang paling
beragam dibandingkan semua sel dalam
Ekstraksi sampel sistem imun dimana lebih dari satu juta
Pada penelitian ini, ekstraksi struktur antigenik dapat dibedakan karena
dilakukan pada bagian daging ikan yang kemampuan pengenalan yang dimiliki
biasa dikonsumsi oleh masyarakat (edible limfosit. Selain itu limfosit sebagai sel imun
portion). Pelarut yang digunakan untuk cenderung sensitif terhadap
ekstraksi adalah air suling. Hal ini dilakukan ketidakseimbangan oksidan-antioksidan
dengan asumsi bahwa masyarakat dalam tubuh karena struktur membran
mengkonsumsi pepes, dan mengkonsumsi plasma sel limfosit banyak mengandung
air biasa sebagai minuman. Pada uji asam lemak tidak jenuh yang mudah
proliferasi limfosit digunakan sampel yang teroksidasi. Selain mempengaruhi sel
dilewatkan melalui membran steril, untuk limfosit, ketidakseimbangan oksidan-
mencegah kontaminasi mikroorganisme agar antioksidan dalam tubuh juga
tidak menyebabkan kesalahan terhadap mempengaruhi integritas dan fungsi plasma
parameter yang diuji. Pengenceran dengan membran sel, protein selular, DNA, dan
taraf yang berbeda ditujukan untuk mengganggu tranduksi sinyal dalam
membedakan intensitas dalam konsumsi replikasi DNA [14]. Oleh karena itu, dapat
pepes ikan mas radiasi. Semakin rendah dinyatakan bahwa ketidakseimbangan
taraf pengenceran, berarti frekwensi antara oksidan dan antioksidan dalam

87
Jurnal Ilmiah Applikasi Isotop dann Radiasi
A Scientific Journ
rnal for The Applilications of Isotoppes and Radiationn ISSN 1907-0322
Vol. 7 No. 2 Deesember 2011

lingkungann pertumbu uhan sel lim mfosit dapat limfoosit hidupp yang teerkandung dalam
menghamb bat proliferaasi dari sel limfosit. darah.
Laruttan histopha ague mamp pu menahaan Proses dan hasil isollasi sel limffosit dan
sel-sel agraanulosit yaang berden nsitas rendaah hasill pemisahaan sel limffosit mengg gunakan
seperti lim
mfosit sehiingga tetap p berada di d laruttan Histopa
aque masing-masing disajikan
d
bagian ataas, sementara sel erritrosit yan ng padaa Gambar 1 dan Gamb bar 2.
berdensitass tinggi beerada di bagian dasaar. Pada peneelitian ini d
digunakan senyawa
s
Menurut BALABAN,
B , et al. [115], Metod de mitoogen sebagai kontrol positif. Senyawa
S
pemisahan dengan menggunak kan larutaan mitoogen dapat memicu
m terrjadinya prroliferasi
histopaque dapat mem misahkan leb bih dari 90% non spesifik darri sel limfossit karena senyawa
s

(a) (b) (c)

Gam
mbar 1. (a) Darah setelaah disentrifu
use dan terp
pisah menjad di
baggian plasma, buffycoat, dan
d eritrosit,, (b) Lapisan n
bufffycoat dan larutan Histopaque,
H (c) Setelah h
diseentrifuse, terjadi pemisa
ahan eritrosiit, histopaquee,
dann limfosit.

ini dapat meengaktivasi hormon tirosin


kinase yang meerupakan faaktor pertum mbuhan
dari sel. Hormo on tirosin k
kinase berta anggung
jawaab untuk mengirim mkan sinya al-sinyal
yangg mempenggaruhi fakttor transkriipsi dan
aktiv
vasi gen seehingga terjrjadi prolife
erasi sel
[16].
Senyawa mitogen yang dig gunakan
padaa penelitian
n ini adalah
h pokeweed d (PWM)
dan lipopolisak karida (LPPS). PWM adalah
senyyawa mito ogen yangg diekstra ak dari
tanamman pokew weed (Phyttolacca am mericana)
dan mengandun ng protein llektin yangg berasal
dari tumbuhan n. Lektin mmampu me engenali
Gambar 2. Hasil pemissahan limfossit menggu- perbbedaan glik koprotein pada perrmukaan
nakan Histoopaque.
setia
ap sel, term
masuk sel lim
mfosit. PWM M dapat

88
Aspek Keamanan Pangan : Uji Toksisitas Secara In Vitro
Pepes Ikan Mas (Cyprinus Carpio) yang Disterilkan dengan
Iradiasi Gamma ISSN 1907-0322
(Zubaidah Irawati, dkk.)

menginduksi proliferasi sel limfosit T dan B nilai IS yang didapatkan bervariasi dan
secara bersama-sama [17], sedangkan menunjukkan pola tertentu untuk tiap
senyawa mitogen LPS berasal dari pengenceran. Nilai indeks kultur limfosit ini
komponen dinding sel bakteri gram standar merupakan nilai rataan dari hasil
seperti Salmonella typhii. LPS dapat memicu pembacaan sampel pada dua batch dengan
proliferasi dari sel B. Konsentrasi mitogen tiga kali ulangan. Kontrol positif LPS dan
yang digunakan adalah 10 μg/ml. Penentuan Pokeweed menunjukkan nilai IS lebih besar
konsentrasi ini dipilih berdasarkan dibandingkan dengan kontrol standar
penelitian KRISMAWATI [12]. maupun sampel lain yang diuji, dimana nilai
Hasil yang diperoleh di dalam IS LPS adalah 1,813 dan nilai IS Pokeweed
penelitian ini menunjukkan bahwa nilai adalah 1,466 dari nilai kontrol standar yaitu
Indeks Stimulasi (IS) kontrol positif lebih 1,000. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa
tinggi bila dibandingkan dengan kontrol mitogen yang digunakan masih berfungsi
standar. Hal ini menunjukkan mitogen yang dengan baik untuk menginduksi proliferasi
digunakan berfungsi dengan baik sehingga dari limfosit yang diuji. Perbandingan nilai
dapat memicu terjadinya proliferasi sel IS kultur limfosit pada masing-masing
limfosit. Nilai IS kontrol standar dianggap 1, sampel dengan berbagai pengenceran dapat
sementara nilai IS sel yang dikultur dengan dilihat pada Gambar 3.
mitogen Con A adalah 1.54 dan nilai IS yang Perbandingan antara sampel pepes
dikultur dengan mitogen LPS adalah 1.27. ikan mas iradiasi dan sampel pepes kontrol
Jumlah sel limfosit hidup tersebut pada pengenceran 1x menunjukkan bahwa
ditentukan melalui asumsi bahwa sel sampel-sampel pepes iradiasi memiliki nilai
limfosit akan mampu bertahan hidup dan IS lebih besar dibandingkan dengan sampel
melewati siklus hidupnya selama waktu pepes kontrol. Nilai IS dari sampel pepes
inkubasi 72 jam. Pemilihan waktu inkubasi kontrol sebesar 1,161, sampel pepes B
72 jam dilakukan karena kultur sel limfosit sebesar 1,356, sampel pepes C sebesar
manusia hanya bisa bertahan selama tiga 1,289, dan sampel pepes D sebesar 1,347.
hari, bila lewat dari waktu tersebut maka sel Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa
yang dikultur akan mati secara perlahan masing-masing sampel pepes iradiasi
[18]. Pemilihan waktu inkubasi 72 jam juga pengenceran 1x memiliki nilai IS yang
disesuaikan dengan asumsi berkurangnya tidak berbeda nyata dengan sampel pepes
zat-zat nutrisi yang ada untuk mendukung kontrol dan kontrol standar pada selang
proses pertumbuhan sel. Medium kepercayaan 99%. Hal ini menunjukkan
pertumbuhan sel limfosit hanya berfungsi bahwa baik sampel pepes iradiasi maupun
secara maksimal selama tiga hari, tetapi, sampel pepes kontrol tidak menginduksi
untuk pembuatan kultur yang lebih lama, proliferasi dari limfosit dan tidak
harus dilakukan penyegaran media dan membunuh sel (non-sitolitik).
penambahan glutamin. Pada pengenceran 2x terlihat bahwa
Pengujian aktivitas proliferasi ekstrak pepes kontrol dengan nilai IS 1,259
dilakukan dengan membandingkan antara memiliki nilai lebih besar dari pada sampel
jumlah sel limfosit yang hidup tanpa pepes iradiasi B (1,084) dan C yaitu dengan
penambahan ekstrak dengan sel yang (1,144). Nilai IS tertinggi dicapai oleh sampel
ditambahkan ekstrak melalui peningkatan D (1,344). Hasil uji ANOVA menunjukkan
ataupun penurunan jumlahnya setelah bahwa nilai IS pada sampel pepes iradiasi
inkubasi selama 72 jam. dan sampel pepes kontrol pada taraf
pengenceran 2x tidak memiliki perbedaan
Pengaruh ekstrak pepes iradiasi pada yang nyata pada selang kepercayaan 99%.
proliferasi limfosit Hal ini menyatakan bahwa baik sampel
Berdasarkan hasil yang didapatkan pepes iradiasi maupun sampel pepes kontrol
dari nilai pembacaan kultur tampak bahwa

89
Jurnal Ilmiah Applikasi Isotop dann Radiasi
A Scientific Journ
rnal for The Applilications of Isotoppes and Radiationn ISSN 1907-0322
Vol. 7 No. 2 Deesember 2011

2,000 
2,000 1,813
1,800 
1,800
1,600 
1,600 1,356 1,289 1,347 93 1,466
1,29
1,144 1,344 1,259
1,400 
1,400 1,084
1,105 1,169
9 1,161
1,200 
1,200 1,000
0,98
84
1,000
1,000 
0,800
0,800 
0,600
0,600 
0,400
0,400 
0,200
0,200 
0,000
0,000 
Ekstrak B Ekstrak C Ekstrak D Kontrol Pep
pes Pokeweeed LPS ol 
Kontro
Standaar

Pengenceran 1x Peengenceran 2x Pengen


nceran 4x

Gambar 3. Indek
ks stimulasi (IS) proliferaasi kultur lim
mfosit.

tidak menginduksi proliferasi


p d
dari limfossit samp pel pepes irradiasi. Meenurut DIEH HL [19],
maupun membunuh
m s (non-sito
sel olitik). energi yang dihasilkan dari radiasi gamma
Hasill pada taaraf pengeenceran 4x, 4 sumb ber radioaaktif coballt-60 terlallu kecil
menunjukk kan bahwa nilai IS saampel pepees untuuk menginduksi radiioaktivitas elemen
kontrol ad dalah 1,293 3, lebih besar daripad da dalamm matrikss pangan. Hal serup pa juga
sampel pep pes iradiasii, bahkan nilai
n IS pad da dinyatakan oleh h DOYLE [2 20].
sampel peepes D meenunjukkan n nilai yan ng Salah s
satu kek
khawatiran n atas
lebih rendah dibandiingkan den ngan kontrol keammanan pan ngan irad diasi juga akibat
standar. Nilai
N IS pada maasing-masin ng adannya dugaaan pemben ntukan produk
sampel adaalah pada pepes B sebesar1,10
s 5, radioolitik berbaahaya dalam m produk iradiasi.
pepes C seebesar 1,169 9, dan pepees D sebesaar Besaar kecilnya keberadaan n produk radiolitik
0,984. Hasil uji ANOV VA yang menunjukka
m an ini di
d dalam produk terggantung pad da dosis
bahwa pad da taraf peengenceran ini, nilai IS I iradiiasi yang diiaplikasikan
n, kadar airr bahan,
sampel pep pes iradiasi, sampel peepes kontro ol, dan keberadaaan oksigeen [19]. Bahkan
dan sampeel kontrol standar
s tid
dak memilik ki menurut NAW WAR [21 1], pembentukan
perbedaan yang nyata paada selanng senyyawa radioliitik yang teerjadi akiba
at proses
kepercayaaan 99%. Berdasarkan hal h ini dapat pema asakan p
panas bissa lebih besar
dikatakan bahwa
b baik
k sampel pepes iradiaasi diban ndingkan dengan proses iradiasi.
maupun sampel pepes p konntrol tidaak Kommbinasi pem mbekuan dan kondisii vakum
menginduk ksi proliferrasi dari limfosit
l daan padaa produk juga menceegah terben ntuknya
sampel pep pes D tidak menguranggi jumlah sel rantaai radikal bebas
b pada pproduk. Paada suhu
limfosit yanng dikulturrkan. -20˚C
C sampai -40˚C, radikal beba as yang
Pada penelitian n ini tam mpak bahw wa terbeentuk akiibat energgi ionisasi akan
ekstrak pepes ikkan irad
diasi tidaak terpeerangkap dan tidak k dapat bergerak
b
menyebabk kan penghaambatan prroliferasi sel sehinngga tidak mampu m menyerang susbtrat
limfosit sellama masaa inkubasi 72 jam. Hal panggan yang adaa dan tiddak menye ebabkan
ini membu uktikan bah hwa dalam m lingkungaan terjadinya ran ntai radik kal bebas dalam
tumbuh seel limfosit tidak
t terdappat senyaw wa prodduk. Radikaal bebas y yang terperangkap
yang berssifat toksiik, termassuk ekstraak akann mengalam mi pembeelahan dirii dalam

90
Aspek Keaamanan Pangan n : Uji Toksisitaas Secara In Vitrro
Pepes Ikann Mas (Cyprinuss Carpio) yang Disterilkan
D denggan
Iradiasi Gaamma IS
SSN 1907-0322
2
(Zubaidah Irawati, dkk.)

waktu nanodetik
n s
sehingga tid
dak akan teersisa keberadaan
k air. Radik
kal hidrok ksi maupun n
dalam produk
k. Pemb bekuan juga hidrogen
h p
peroksida dapat me enyebabkan n
menuruunkan kebeeradaan air bebas sehingga oksidasi
o paada membrran sel lim mfosit yangg
meminiimalkan pembentukan senyyawa kaya
k akan asam lemaak tak jenu uh sehinggaa
radikal hidroksii, hidrogen perokksida, mengganggu
m u proses prroliferasi da
ari limfositt,
maupun n hidrogen reaktif. kemungkina
k an hal inii dapat menurunkan
m n
nilai
n IS.
Pengarruh variassi pengencceran terha adap
proliferasi limfossit
Beerdasarkan pada grafiik perbandiingan KADAR
K MA
ALONALD
DEHIDA
nilai IS sampel terlihat bahw wa pada saampel
pepes kontrol, peningkaatan nilaii IS Analissis malon
naldehida dilakukann
berband ding lurrus denngan tin
ngkat sebagai pen ngukuran tidak lang gsung baggi
pengencceran, tetaapi pada pepes iraadiasi ra
adikal beb bas karenaa untuk menentukan
m n
menunjjukkan haasil sebaliiknya.Walaaupun ju
umlah radik kal bebas ssecara langssung sangat
berdasaarkan padaa pengujian n ANOVA nilai su
ulit. Hal ini disebaabkan rad dikal bebass
yang didapatkan
d n tidak berbeda
b n
nyata, bersifat
b tidaak stabil ddan cende erung cepat
namun hal ini meenunjukkan n bahwa addanya mengambil
m elektron d
dari moleku ul lain [22].
interakssi tertentu antara air dengan ek
kstrak Malonaldeh
M ida merupakan produkk
sampel.. Perband dingan haasil pewarrnaan peroksidasi
p asam lemmak tak jenuh yangg
kultur limfosit deengan men nggunakan MTT banyak
b diteemukan daalam matrik ks biologiss.
dapat dilihat paada Gambar 5. Tam mpak Oleh
O kareena itu, pengukurran kadarr
bahwa dengan semakin meningkaatnya malonaldehi
m ida juga berfungssi sebagaai
pengencceran, warrna biru yangy dihassilkan in
ndikator kerusakan
k oksidatif di dalam m
memud dar bahkan hilang. material
m bio
ologis.

Tingkkat pengencerann rendah

Tinggkat pengenceraan tinggi

G
Gambar 5. Hasil pewarrnaan kulturr limfosit meenggunakan M
MTT

Paada produk
k iradiasi biasanya
b baanyak Menurrut NAWAR R [23], mettode TBARSS
ditemukkan hidroggen peroksiida dan raadikal banyak
b d
digunakan untuk mengukurr
hidrokssi sebagaii oksidato or kuat. Saat keberadaan
k radikal bebas dan peroksidassi
dilakuk
kan pengeenceran maka m sem
makin liipid karenaa memiliki kepekaan yang
y cukup
p
meninggkat pula pemben ntukan raadikal tiinggi. Selaain itu, metode ini i mudahh
hidrokssi ataupun hidrogen peroksida
p a
akibat

91
1
Jurnal Ilmiah Applikasi Isotop dann Radiasi
A Scientific Journ
rnal for The Applilications of Isotoppes and Radiationn ISSN 1907-0322
Vol. 7 No. 2 Deesember 2011

diaplikasik
kan untuk berbagai sampel
s padda adalaah sampel pepes
p iradiasi A, B, C, D, dan
berbagai taahap oksidaasi. samp pel pepes kontrol.
k
Ekstrrak pepes ik
kan baik yaang diiradiaasi Untuk mengetahhui kon
nsentrasi
maupun pepes
p ikan
n kontrol direaksikaan maloonaldehida dalam ssampel dig gunakan
dengan larrutan camp puran TBA A, TCA, daan laruttan staandar TEP (1,1,3,3
BHT. Laru utan trichloroacetic acid (TCA A) tetra
aetoksipropaana). Padaa suasana a asam,
berfungsi untuk mengendapk
m kan proteiin TEP dapat terrhidrolisis dan mengh hasilkan
yang ada pada
p sampeel, sementaara butylateed hemiiasetal dan n etanol. Hemiaseta al yang
hydroxytolluene (BH HT) berfun ngsi sebaggai terbeentuk kemu udian terdeekomposisi menjadi
antioksidann. Pemanaasan yangg dilakukaan etanool dan maalonaldehid da. Kurva standar
berfungsi untuk meenghidrolisiis peroksid da laruttan TEP daari malonald dehida (Gaambar 6)
lipid sehhingga d
dapat m
membebaska an diperrlukan unttuk mengeetahui secara pasti
malonaldeh hida yang terikat dalam
m komplek ks. konssentrasi maalonaldehid da dalam sampel.
Sampel yan ng digunakkan pada penelitian
p in
ni Berddasarkan hasil pen ngukuran terlihat

Kurrva Stan
ndar Larutan TEEP
0,8
0,8 
Konsentrasi (pmol/ml)

0,6
0,6 
0,4
0,4 
y = 0,002x + 0,117 ;
0,2
0,2  R² = 0,,991
00 
0 50 1
100 150 200 25
50 300
nsi
Absorban

Gaambar 6. Kurrva standar larutan


l TEP

0,1184 
0,1184
0,1
1182 0,1182
2
0,1182 
0,1182 181
0,11 0,1180
Konsentrasi (pmol/ml)

0,1180 
0,1180
78
0,117
0,1178 
0,1178 0,1177 0
0,1176
0,1176  0,1176
0,1176
0,,1175 0,1174 Peengenceran 1xx
0,1174  0,1175 0,1175 0
0,1174
0,1174
0,1173 Peengenceran 2xx
0,1172  0,1173
0,1172
0,1170  Peengenceran 4xx
0,1170
0,1168 
0,1168
E
Ekstrak A Ekkstrak B Eksstrak C Ekstrrak D Konttrol 
Pepes
Sampel

Gambar 7.
7 Perbandinggan konsentrrasi malonalldehida

92
Aspek Keamanan Pangan : Uji Toksisitas Secara In Vitro
Pepes Ikan Mas (Cyprinus Carpio) yang Disterilkan dengan
Iradiasi Gamma ISSN 1907-0322
(Zubaidah Irawati, dkk.)

bahwa konsentrasi malonaldehida yang malonaldehida sampel meningkat. Pada


terkandung di dalam sampel baik pepes awal penyimpanan, kadar malonaldehida
iradiasi maupun pepes kontrol dalam sampel berkisar antara 0,5-0,6 mg/kg sampel
berbagai pengenceran menunjukkan nilai dan pada akhir penyimpanan sampel kontrol
yang tidak berbeda jauh yaitu dengan (non-iradiasi) memiliki konsentrasi sebesar
kisaran 0,1173-0,1182 pmol/ml (Gambar 7). 4.9 mg/kg, sampel iradiasi 1 kGy dan 3 kGy
Pada sampel tanpa pengenceran (1x), masing-masing memiliki konsentrasi sebesar
sampel A dan D memiliki konsentrasi 5,2 mg/kg, dan sebesar 6,8 mg/kg [25].
sebesar 0,1182 pmol/ml, sampel B sebesar Produk pangan berbasis ikan, mengandung
0,1181 pmol/ml, sampel C sebesar 0,1178 kadar air, protein serta lemak cukup tinggi.
pmol/ml, dan sampel pepes kontrol sebesar Perlakuan iradiasi pada produk pangan
0,1180 pmol/ml. Pada taraf pengenceran 2x dapat menyebabkan beberapa perubahan
terlihat bahwa sampel pepes A memiliki pada matriks pangan. Pada umumnya
nilai konsentrasi tertinggi (0,1177 pmol/ml), dengan semakin meningkatnya dosis iradiasi
sampel pepes B dan sampel D masing- maka perubahan yang terjadi pada
masing memiliki konsentrasi sebesar 0,1176 komponen pangan pun meningkat, dan
pmol/ml, dan sampel C sebesar 0,1175 pembentukan malonaldehida merupakan
pmol/ml, sementara sampel pepes kontrol hasil dari oksidasi lipid pada komponennya.
memiliki konsentrasi sebesar 0,1174 Oksidasi lipid pada pangan iradiasi berasal
pmol/ml. Pada taraf pengenceran 4x, terlihat dari efek radiasi langsung akibat adanya
bahwa sampel pepes A dan sampel pepes B pemutusan ikatan rangkap pada
masing-masing memiliki konsentrasi sebesar komponennya. Autooksidasi dari lipid pada
0,1175 pmol/ml, sampel D sebesar 0,1174 peristiwa ionisasi juga dapat terjadi akibat
pmol/ml, sedangkan sampel C dan sampel keberadaan oksigen [19]. Teknik
pepes kontrol masing-masing sebesar 0,1173 pengemasan dan kondisi iradiasi yang
pmol/ml. Secara keseluruhan, hasil uji diterapkan pada sampel pepes ikan mas
ANOVA dari berbagai tingkat pengenceran dalam penelitian ini ditujukan untuk
menunjukkan bahwa masing-masing sampel mencegah terjadinya oksidasi lipid dan
pepes iradiasi memiliki konsentrasi komponen pangan lainnya.
malonaldehida yang tidak berbeda nyata Menurut ASTRACK et al. [26],
dengan sampel pepes kontrol pada selang pengukuran kadar peroksida minyak ikan
kepercayaan 99%. Berdasarkan hal tersebut, makarel yang dilakukan sesaat setelah
dapat dinyatakan bahwa kadar proses iradiasi, tidak menunjukkan adanya
malonaldehida pada sampel pepes ikan mas perbedaan antara sampel iradiasi dan
iradiasi masih dapat diterima dan tidak sampel non-iradiasi. Namun selama proses
berbahaya. penyimpanan, tampak perbedaan nyata
CRAWFORD et al. [24] melakukan pada sampel yang mengalami perlakuan
penelitian tentang dosis letal malonaldehida iradiasi. Hal ini mungkin terjadi karena
pada tikus adalah sebesar 632 ppm, selama proses ionisasi yang berlangsung
sementara penelitian mengenai dosis letal terbentuk hidrogen peroksida yang berasal
malonaldehida pada manusia belum ada. dari sistem aqueous matriks pangan. Selama
Data mengenai pengukuran kadar penyimpanan, hidrogen peroksida akan
malonaldehida pada produk ikan siap saji berkurang secara berkala, namun
yang mengalami proses γ-iradiasi pada dosis menyebabkan substrat lain dalam bahan
tinggi masih terbatas. Sebagai pangan teroksidasi.
perbandingan,data hasil pengukuran kadar Senyawa-senyawa yang terbentuk
malonaldehida (mg/kg) pada sampel ikan Sea selama proses iradiasi disebut sebagai
Bream yang diiradiasi gamma pada dosis 1 senyawa radiolitik. Beberapa peneliti
kGy dan 3 kGy menunjukkan bahwa selama terdahulu telah menemukan bahwa radiasi
masa simpan selama 21 hari, kadar tidak menyebabkan pembentukan cincin

93
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi
A Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation ISSN 1907-0322
Vol. 7 No. 2 Desember 2011

aromatik dan cincin heterosiklik, serta tidak (5 mg malonaldehida/kg sampel).


menyebabkan kondensasi dari cincin Berdasarkan kedua hasil pengamatan
aromatik [19]. Senyawa cincin aromatik dan tersebut, dapat dinyatakan bahwa pepes
heterosiklik diketahui bersifat karsinogen ikan mas yang diiradiasi dengan dosis 45
dan biasanya terbentuk akibat proses kGy dan disimpan selama 6-12 bulan dapat
pemasakan suhu tinggi. Menurut NAWAR dinyatakan aman untuk dikonsumsi.
[21], perubahan kimia yang terjadi akibat
proses panas lebih besar daripada proses
iradiasi. Iradiasi yang dilakukan pada asam DAFTAR PUSTAKA
amino murni dan peptida pada dosis 60 kGy
membentuk senyawa volatil yang jauh lebih 1. IRAWATI, Z., MAHA, M., ANSORI, N.,
sedikit dibandingkan dengan proses NURCAHYA, C.M. and ANAS. F.,
pemasakan pada suhu 170˚C selama satu Development of shelf-stable foods fish
jam. pepes, chicken and meat dishes through
Selain itu dari beberapa studi yang radiation processing, In: Radiation
dilakukan pada daging yang diiradiasi processing for safe, shelf-stable and
menyimpulkan bahwa protein atau ready to eat food, Proceedings of a
kompleks protein-karbohidrat mampu final Research Co-ordination Meeting
berfungsi sebagai antioksidan yang held in Montreal, Canada, 10-14 July
melindungi oksidasi lipid dengan 2000, IAEA-TECDOC-1337,
meningkatnya dosis iradiasi [19]. Menurut International Atomic Energy Agency,
KARADAG and GUNES [27], penggunaan Vienna, 85-99 (2003).
antioksidan, bumbu, dan rempah pada
produk juga dapat menghambat oksidasi 2. PUTRI, K.R., Proliferasi limfosit dan
lipid pada produk. Pada produk pepes ikan kadar malonaldehida pada produk
mas dalam penelitian ini, digunakan pepes ikan iradiasi, Skripsi, Fateta,
berbagai macam bumbu dan rempah yang IPB, Bogor (2009).
mengandung berbagai komponen bioaktif
yang dapat berfungsi sebagai antioksidan 3. ANONYMOUS, "Codex General
dan menurunkan oksidasi lipid akibat proses Standard for Irradiated Foods",
iradiasi. Oleh karenanya, pepes iradiasi (Codex Stan 106-1983 —Rev. 1-2003)
dapat dinyatakan aman untuk dikonsumsi Codex Alimentarius Commission,
masyarakat. Geneva, (2003).

4. DEPKES RI., Keputusan Menteri


KESIMPULAN Kesehatan Republik Indonesia
No.701/MENKES/PER/VIII/2009,
Baik pada sampel kontrol tanpa tentang pangan iradiasi (2009).
penyimpanan, maupun sampel dengan
5. NURRAHMAN, F., ZAKARIA, R.,
perlakuan kombinasi antara kondisi iradiasi
SAYUTHI, D., dan SANJAYA,
dan pengemasan pada pembuatan pepes
Pengaruh Konsumsi Sari Jahe
ikan mas yang diiradiasi dengan dosis 45
Terhadap Perlindungan Limfosit dari
kGy pada 4 taraf penyinaran yang berbeda
Stress Oksidatif pada Mahasiswa
yang disimpan selama 6-12 bulan, tidak
Pondok Pesantren Ulil Al Baab,
berpotensi menghambat dan mengiduksi
Prosiding Seminar Nasional
proliferasi maupun menurunkan jumlah
Teknologi Pangan, PATPI &
kultur sel limfosit darah yang diuji. Kadar
MENPANGHOR, Jakarta (1999).
malonaldehida pada pepes iradiasi nilai yang
diperoleh masih berada jauh dibawah batas
ambang yang diijinkan untuk bahan pangan

94
Aspek Keamanan Pangan : Uji Toksisitas Secara In Vitro
Pepes Ikan Mas (Cyprinus Carpio) yang Disterilkan dengan
Iradiasi Gamma ISSN 1907-0322
(Zubaidah Irawati, dkk.)

6. MEIRIANA, Y., Pengaruh ekstrak buah changes in oxidation-reduction


merah (Pandanus conoideus Lam.) imbalance in the intestine. American
terhadap aktivitas proliferasi sel Journal of Clinical Nutrition, 70, 557-
limfosit manusia secara In Vitro, 565 (1999).
Skripsi, Fateta, IPB, Bogor (2006).
14. BALABAN, E.P., SIMON, T.R. and
7. SELIGMAN, M.L., FLAMM, E.S., FRENKEL, E.P., Toxicity of indium-
GOLDSTEIN, B.D., POSER, R.G., 111 on the radiolabeled lymphocyte,
DEMOPOULOS, H.B. and J. Nucl. Med., 28, 229-233 (1987).
RANSOHOFF, J., Spectrofluorescent
detection of malonaldehyde as a 15. DECKER, J.M., "Introduction to
measure of lipid free radical damage Immunology", Blackwell Science,
in response to ethanol potentiation of Inc., Massachusetts, (2001).
spinal cord trauma, Jurnal Lipids, 12,
(11), (1977). 16. TIZARD, I., "Pengantar Imunologi
Veteriner", Airlangga University
8. STEEL, R.GD. dan TORRIE, J.H., Press, Surabaya, (1988).
"Prinsip dan prosedur statistika,
Suatu pendekatan biometric, 17. PAUL, J., "Cell and Tissue Culture",
Terjemahan oleh : Bambang Churchill livingstone, London,
Sumantri, Gramedia, Jakarta (1980). (1972).

9. ASHLEY, B.C., BIRCHFIELD, P.T., 18. DIEHL, J.F., "Safety of Irradiated


CHAMBERLAIN, B.V., KOTWAL, Foods", Marcel Dekker. Inc., New
R.S., MCCELLAN, S.F., York, (1990).
MOYNIHAN, S., PATNI, S.B.,
SALMON, S.A. and AU, W.W., 19. DOYLE, M.E., "Food Irradiation", Food
Health concerns regarding Research Institute, UW-Madison,
consumption of irradiated food, Int. (1999).
J. Environ. Health., 207, 493-504
(2004). 20. NAWAR, W.W., Volatiles from food
irradiation, Food Revs. Internat., 2, 45
10. DAVIS, J.M., "Basic cell culture : A (1986).
practical approach", Oxford
University Press, New York (1994). 21. GUTTERIDGE, J.M.C., Lipid
peroxidation and antioxidants as
11. HARRISON, M.A. and RAE, I.F., biomarkers of tissue damages, Clin.
General Techniques of Cell Culture, Biochem., 41, 1819-1828 (1995).
Cambridge University Press,
Cambridge (1997). 22. NAWAR, W.W., Lipids, In: Principles of
Food Chemistry, (O.R. FENNEMA,
12. KRISMAWATI, A., Pengaruh ekstrak ed.), Marcell Dekker. Inc., New
tanaman ceremai, delima putih, jati York, (1985).
belanda, kecombrang dan kemuning
secara in vitro terhadap proliferasi sel 23. CRAWFORD, D.L., SINNHUBER, R.O.,
limfosit manusia, Skripsi, Fakultas STOUT, F.M., OLDFIELD, J.E. and
Teknologi Pertanian, IPB, Bogor KAUFMES, J., Acute toxicity of
(2007). malonaldehyde. J. Elsevier Inc., 7, (6)
826-832 (1965).
13. AW, T.Y. Molecular and cellular
responses to oxidative stress and

95
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi
A Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation ISSN 1907-0322
Vol. 7 No. 2 Desember 2011

24. CHOULIARA, I., SAVVAIDIS, I.N., intensity electron burst upon various
RIGANAKOS, K. and vegetable and fish oils, Food Res.,
KONTOMINAS, M.G. Shelf-life 17, 570 (1952).
extension of vacuum-packaged sea
bream (Sparus aurata) fillets by 26. KARADAG, A. and GUNES, G., The
combined γ-irradiation and effects of gamma irradiation on the
refrigeration: microbiological, quality of ready-to-cook meatballs,
chemical and sensory changes, J. Sci. Turk., J. Vet. Anim. Sci., 32, (4), 269-
Food. Agric., 85, 779-784 (2005). 274 (2008).

25. ASTRACK, A., SORBYE, O., BRASCH,


A. and HUBER. W., Effects of high

96

Anda mungkin juga menyukai