Material Dan Simalakama Negeriku

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

[MATERIAL DAN SIMALAKAMA NEGERIKU]

"Mempelajari ilmu bahan adalah sebuah pengalaman yang mengasyikkan. Karena, dengan
menekuni bidang teknik material dan metalurgi, kalian telah mengawinsilangkan banyak sekali
cabang ilmu, mulai fisika, kimia, biologi, dan tentu saja engineering. Dan asal tahu saja, sejak
zaman Ken Arok pun, bidang ilmu kita telah menjadi pijakan utama di dalam pembuatan keris
oleh Mpu Gandring, ilmu perlakuan panas dalam metalurgi."

PERNYATAAN itu disampaikan oleh Dr Sungging Pintowantoro, ST, MT saat pembukaan masa
orientasi mahasiswa baru teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya, pada 2012.

Ilmu material memang merupakan perkawinan sempurna antara ilmu fisika, kimia, dan produksi.
(Untuk ITB sendiri, kedekatan historis dengan teknik mesin membuat keduanya susah
dipisahkan). Karenanya, material menjadi pokok dari dunia engineering. Sebutlah gedung tinggi
Burj Khalifa setinggi 828 m hingga grapehene yang lebarnya kurang lebih 1 atom, keduanya
adalah hasil obok-obok ahli material.

Tidak perlu 50 tahun emas atau potensi2 termal, material memiliki peranan besar di lintas
zaman, masa lalu, masa mendatang, dan masa sekarang. Tengoklah periodesisasi peradaban
manusia, zaman batu, zaman besi, zaman perunggu, semuanya didasarkan pada material yang
digunakan. Belum lagi isu kota masa depan, dimana energi fosil ditinggalkan dan energi solar
didayagunakan, kunci perwujudan kota itu adalah material efektif penyusun baterai guna
menyimpan energi. Surya yang kadang tertutup mendung, angin yang kadang tak muncul, atau
air yang kering tak lagi mengalir. Satu-satunya hambatan energi alternatif adalah kemunculan-
kelenyapan yang tak bisa diprediksi.

Ketika raksasa teknologi asia, Jepang, Cina, Korea, India, Taiwan berhasil mengembangkan
material di tingkat electronic device advancement dan nanotechnology. Anehnya kita masih
berunding panjang mengenai infrastruktur yang tak kunjung rampung, entah yang mangkrak
karena dananya hilang atau yang berhasil tapi dikritik karena hasil hutang.

Negara kita yang masih miskin riset membuat kemajuan semakin sulit diperjuangkan. Bagaimana
negara mau sudi kehilangan uang di bidang yang tidak pasti, kalau ada banyak perut dan kantong
yang perlu diisi. Sudah jadi peringatan bagi pemangku kebijakan, bahwa kemegahan bukan
hanya dinilai dari besar dan lengkapnya bangunan atau meriahnya sebuah pembukaan
(flashback ASIAN GAMES). Tapi juga kemauan untuk tidak mau kalah terutama dalam balapan
menuju teknologi modern. Runtuhnya industri penerbangan, Kurangnya dukungan di
transportasi berbasis listrik, dan entah mengapa akhirnya barang2 tadi kita beli bukan dari negeri
sendiri. Apakah negara ini tidak pernah belajar?

Penyakit lain di negeri ini adalah seringnya kita menempatkan yang tidak pada tempatnya.
Banyak posisi orang material di perusahaan nasional (semua perusahaan di Indonesia, bukan
hanya BUMN) yang justru dipegang oleh orang mesin, teknik kimia, atau elektro. Lantas apa
yang dipegang orang material? Orang Material memegang amanah memimpin mereka hahaha,
(kan tentang material kenapa enggak?)

Hal diatas mungkin dikarenakan kurangnya lulusan material atau ketidaktahuan perusahaan
tentang ilmu material itu sendiri. Entahlah ... bagaimana industri bisa bersaing, kalau potensi
(ahli) sendiri tak diambil pusing. Hasilnya pun produk biasa saja karena yang terpenting ada
orang untuk bekerja, tak peduli siapa apalagi keahliannya(secara spesifik).

Ketika berbicara 20 tahun lagi, saya ingin menjadi seorang dosen/pengajar, setelah empat tahun
menjadi civitas akademika, ingin rasanya untuk membagi ilmu dan pengalaman,
mengembangkan keilmuan, dan bergerak sebagai seorang cendekia. Tentunya setelah bekerja di
industri dan mengambil S2.

Kenyataan bahwa ilmu material tak terlalu berkembang di negeri sendiri memang susah untuk
ditepis, tapi bukankah itu yang menjadi semangat untuk mengambil dan akhirnya kembali ke
keilmuan ini. Memperkenalkan dan membangun keilmuan di negeri sendiri, sebuah perbuatan
berpahala besar yang lantas memasukkan kita ke firdausnya akademisi, mensejajarkan kita
dengan nama besar semacam Ki Hajar Dewantara dan Pak Habibie.

Sumber :

https://edukasi.kompas.com/read/2018/03/05/20504571/material-ilmu-futuristik-yang-
terlupakan-di-indonesia

https://news.okezone.com/read/2012/09/06/373/686144/insinyur-material-metalurgi-di-ri-
minim

Sumber Gambar :

https://hardiananto.wordpress.com/2008/06/14/apa-itu-teknik-material/

https://materialmetalurgiku.blogspot.com

https://greenboydiary.wordpress.com/

https://www.youtube.com/watch?v=jn1p1ze1vrs

https://www.viva.co.id/berita/nasional/1012971-doa-untuk-habibie

Muhammad Abdul Rokhim

Teknik Material ITB

13717057
#MTMSuperPro

#PerwiraMTM

#SekolahPerwiraKesultanan

Anda mungkin juga menyukai