Anda di halaman 1dari 11

MENGUKIR SEJARAH DAN KENANGAN DI DESA

TANJUNGRASA
Adi Bayu Saputra

Tulisan ini menjadi suatu karya khusus bagi saya pribadi setelah
pelaksanaan KKN-PpMM UIN Syarif Hidayatullah tahun 2018 berakhir.
Terlebih bagi saya pribadi, KKN tahun 2018 menjadi pengalaman tersendiri
karena banyak pengalaman yang telah saya peroleh selama satu bulan
mengabdi di Desa Tanjungrasa. Yapps.. Mungkin pengalaman pengabdian ini
hanya akan saya alami sekali selama hidup saya karena tidak akan mungkin
saya dapatkan lagi momen KKN ini di masa yang akan datang. Tulisan ini saya
dedikasikan untuk warga Desa Tanjungrasa yang sudah memberikan saya
pengalaman dan pembelajaran yang sangat berharga selama di sana. Terima
kasih Tanjungrasa....

Aku Dilema Karena 4 SKS alias KKN


Di malam yang dingin ini, saya Adi Bayu Saputra sambil ditemani
alunan lagu-lagu merdu dari Maher Zain akan membagikan sedikit pengalaman
pribadi saya bersama 19 teman saya yang lainnya ketika melaksanakan KKN
di Desa Tanjungrasa. Mungkin bagi yang awam dengan singkatan KKN ini
bisa menjadi salah tafsir. Hehehe.... Ya itu yang saya rasakan ketika menginjak
semester 3 kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Hal itu berawal ketika saya tidak sengaja melihat tulisan KKN dalam
daftar mata kuliah di Buku Pedoman Akademik. Pada awalnya, saya mengira
KKN itu kepanjangan dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Waduuhh.. berat
dong kalo seperti itu. Apalagi saya merupakan mahasiswa Akuntansi yang
tidak akan jauh-jauh dengan pembahasan seperti itu. Tapi tunggu dulu,
setelah saya bertanya kepada senior-senior saya ternyata KKN itu adalah
Kuliah Kerja Nyata. Lalu muncul pertanyaan lagi dari saya pribadi, KKN itu
ngapain aja?, terus kapan itu dilaksanakan dan dimana pelaksanaannya.
Kemudian, banyak dari senior saya menjawab KKN itu enak kok kamu
nyantai-nyantai sambil melakukan pengabdian, KKN itu tempatnya orang
bisa dapet gebetan loh, KKN itu nanti kamu dikirim ke desa buat pengabdian,
KKN mah nanti pas kamu sudah mau masuk semester 7.
Jawaban-jawaban dari senior membuat saya agak ketar-ketir karena
sebagian ada yang bilang menyenangkan dan ada pula yang bilang tidak
menyenangkan. Singkat cerita, tak terasa saya sudah memasuki pertengahan
semester 6 dan sebentar lagi akan mengikuti KKN. Seperti tidak menyangka
bahwa saya sudah akan mengikuti KKN ketika pada bulan Maret saya
diharuskan mendaftar sebagai peserta KKN tahun 2018 melalui AIS (Academic
Information System). Dilema rasanya ketika mengetahui kenyataan bahwa saya
harus mengikuti KKN dan berpisah dengan teman-teman kelasan dan orang
tua walaupun hanya sebulan saja. Ya mungkin karena memang sudah selama
6 semester bersama teman-teman kelasan dan ini baru pertama kali saya
berada di luar kota tanpa bersama orang tua saya. Jika ditanya, mengapa saya
ikut KKN ini tentu saja memang sebuah kewajiban bagi mahasiswa
khususnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk mengikuti kegiatan KKN
yang diselenggarakan oleh pihak PPM UIN Syarif Hidayatullah. Selain itu,
memang sertifikat yang diperoleh dari kegiatan KKN ini digunakan untuk
syarat menyelesaikan studi S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal itu
membuat saya dengan berat hati harus mengikuti kegiatan KKN selama
sebulan penuh di desa yang belum saya tahu.
Pada saat mendaftar KKN terdapat form yang mengharuskan saya
mengisi kompetensi apa yang saya miliki untuk dapat diterapkan selama
KKN. Jujur, saya memiliki kompetensi mengajar, kemudian dapat
mengoperasikan komputer dengan baik, serta mampu menjadi pembicara
atau presenter pada kegiatan presentasi. Dan saya juga memiliki rencana
untuk membantu anak-anak di desa agar taraf pendidikannya meningkat
dengan cara misalnya membimbing mereka untuk belajar. Karena bagi saya,
problem tersebut sangatlah umum dialami di berbagai desa di Indonesia
sehingga saya memiliki rencana seperti itu.
Hari itu, tepat tanggal 10 April 2018 ketika salah satu teman kelasan
saya mengunggah sebuah file berisi daftar kelompok KKN reguler tahun 2018.
Hal itu membuat saya langsung membuka file tersebut dengan tergesa-gesa
sambil mencari nama saya di file tersebut dan akhirnya nama saya Adi Bayu
Saputra muncul di kelompok 183 di Desa Tanjungrasa bersama dengan 18
orang lainnya. Seketika, saya langsung menanyakan teman kelasan saya
mereka pada dapat kelompok berapa dan lokasi KKN mereka dimana. Dan
memang, saya akhirnya mengetahui bahwa mereka ada yang ditempatkan di
Kabupaten Tangerang dan kebanyakan teman kelasan ditempatkan di
Kabupaten Bogor hanya saja berbeda desa dengan saya.
Tak lama setelah saya membuka file tersebut tepat pukul 18.54, tiba-
tiba ada seseorang yang awalnya tidak saya kenal menghubungi saya melalui
chat via Line yaitu bernama Annisa Fathia Hana atau dipanggil Icha. Dia
meminta saya agar memberikan kontak WhatsApp saya untuk dimasukkan ke
dalam grup KKN 183. Singkat cerita, tak berselang lama saya sudah diundang
masuk di grup WhatsApp KKN 183 dan resmi menjadi anggota kelompok KKN
183. Muncul pertanyaan dalam hati saya ketika sudah masuk ke dalam grup
WhatsApp KKN 183, “Siapa lagi mereka ya Allah, enggak kenal lagi”. Barangkali
setelah ini saya menjadi kenal dengan semuanya. Rasa canggung menyelimuti
saya ketika berkomunikasi dengan yang lain via chat WhatsApp. Hehehe...
maklum karena mungkin belum kenal satu sama lain dan ini merupakan awal
saya berkomunikasi dan belum bertatap muka dengan mereka. Lama-
kelamaan saya sudah mulai agak nyaman dengan mereka sampai pada
akhirnya tiba waktu pertama kali berjumpa dengan mereka di rapat
kelompok. Walaupun tidak hadir semua, tapi setidaknya saya sudah bertatap
muka dan mengenal sebagian dari anggota kelompok KKN saya.
Hari demi hari telah kami lalui dan beberapa kali diadakan rapat
kelompok untuk menentukan struktur kepengurusan kelompok sampai
akhirnya saya ditunjuk berdasarkan kesepakatan teman-teman yang lain
untuk menjadi Bendahara 1 dan teman saya satu lagi yang bernama Windi Mutia
Jamilus menjadi Bendahara 2. Seketika rasa berat menyertai diri saya ketika
mengetahui tugas Bendahara tidaklah mudah karena harus mengatur
keuangan dalam kelompok. Hufftt... Keputusan sudah bulat dan tidak bisa
diganggu gugat, saya pun dengan ikhlas menjalani tugas sebagai Bendahara
yang boleh dibilang tidaklah mudah. Sedangkan untuk susunan
kepengurusan kelompok bagian lain yaitu M. Anwar Ainul Yakin sebagai
Ketua, Fauziah Umami sebagai Sekretaris 1, Annisa Fathia Hana sebagai
Sekretaris 2, Aulia Rahman, Silvy Wahyu Hasanah, My Gempita Fitriyani,
dan Istiqomatul Faridah sebagai Divisi Acara, Gerry Ikhtiyar, Reza Fransiska,
dan Samiaji Farid Prasetyo sebagai Divisi Humas, Retno Pusparani dan
Rifqiyati sebagai Divisi Pubdekdok (Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi),
Slamet Nungkiarta, Laila Baroah, dan Elysa Fauziah sebagai Divisi Konsumsi,
Naufal Khairul Mahmudah, dan Hendrika Dwiki Saputra sebagai Divisi
Logistik dan Akomodasi.
Tepat pada tanggal 27 April 2018, saya dan teman-teman kelompok
KKN saya mengikuti pembekalan yang diselenggarakan oleh pihak PPM.
Pembekalan yang wajib diikuti oleh semua anggota kelompok KKN tanpa
terkecuali. Disitulah, kami semua akhirnya berkumpul, bertatap muka, dan
berkenalan secara utuh tanpa ada yang absen. Setelah pembekalan selesai,
kami langsung mengadakan rapat untuk menyusun rencana survey sambil
berkenalan dengan anggota kelompok yang sebelumnya tidak dapat hadir
pada rapat-rapat yang sudah dilaksanakan. Akhirnya, saya dan teman-teman
saya memutuskan untuk mengadakan survey pertama pada keesokan harinya
yaitu hari Sabtu tanggal 28 April 2018.
Tiba saatnya kami melaksanakan survey pertama seperti yang sudah
direncanakan sebelumnya. Pada survey kali ini, alhamdulillah saya dapat
mengikutinya dengan baik. Pada awalnya, saya agak sedikit khawatir karena
lokasi KKN yang akan kami tuju belum diketahui sebelumnya. Sempat
muncul tanda tanya dalam diri saya, “Waduuhh, gimana nih survey apakah sampai
tujuan dengan selamat atau engga?”. Namun, rasa percaya saya muncul terhadap
teman-teman yang lain membuat saya harus melupakan kekhawatiran
tersebut dan ikut dalam kegiatan survey kali ini. Walaupun tidak semua dari
teman-teman yang lain ikut dalam survey pertama ini. Perjalanan menuju desa
Tanjungrasa agak sedikit melelahkan karena harus melewati jalan yang
bergelombang dan berliku-liku. Waktu yang diperlukan untuk sampai ke
desa Tanjungrasa dari titik kumpul yaitu UIN adalah 2-3 Jam. Singkat cerita,
survey pertama berhasil dilakukan dengan baik dan lancar. Tak ada kendala
sedikitpun yang menghambat saya dan teman-teman untuk bisa
menyelesaikan survey pertama kali ini. Hanya saja, bagi saya pribadi
perjalanan yang cukup jauh membuat agak sedikit mengkhawatirkan terlebih
kendaraan yang digunakan untuk survey kesana adalah sepeda motor.
Waktu terus berjalan, rapat dan survey-survey berikutnya telah saya
dan teman-teman yang lainnya telah dilaksanakan. Walaupun setiap survey
saya merasakan kelelahan namun saya harus realistis bahwa saya harus segera
meninggalkan rasa dilema akan KKN karena memang sudah waktunya saya
harus melaksanakan KKN. Saya percaya, bahwa setiap pengorbanan yang
telah dilakukan akan membuahkan hasil yang maksimal. Hal itulah, yang
membuat saya menjadi semangat untuk menjalani KKN tahun 2018.
KKN bagi saya merupakan sesuatu yang asing pada awalnya namun
setelah pelaksanaan saya merasa bahwa ada sesuatu yang istimewa. KKN
membuat saya lebih mengenal sifat manusia baik dari anggota kelompok
maupun dari masyarakat di desa. Selain itu, pengalaman yang berharga dari
KKN membuat saya harus mengatakan bahwa KKN sebagai momen yang pas
untuk melakukan pengabdian yang sungguh-sungguh kepada masyarakat.
Karena pada hakikatnya, manusia adalah makhluk yang akan selalu
berhubungan dengan masyarakat di sekitarnya. Saya pun akhirnya seperti
ingin kembali ke waktu-waktu pelaksanaan KKN. Namun, apalah daya
waktu yang telah lewat tak akan bisa kembali terulang. Kini hanya memori
indah yang membuat rindu akan desa Tanjungrasa di setiap hari yang akan
dilalui. KKN telah membuatku dilanda dilema tingkat tinggi. Ingin cepat
berakhir namun ketika sudah berakhir ingin mencoba mengulanginya
kembali.

Hujantara is The Second Big Family in My Life


Tinggal dua bulan lagi KKN akan dilaksanakan, tiba-tiba pada akhir
bulan Mei PPM secara mengejutkan menambahkan satu anggota kedalam
kelompok yaitu bernama Muhammad Ismail Priyono. Alhamdulillah, bagi saya
pribadi dengan masuknya dia menambah jumlah pasukan laki-laki di dalam
kelompok yaitu menjadi 9 orang. Hehehehe....
Tak terasa waktu pelaksanaan KKN sudah hampir tiba. Namun, ada
kabar buruk menimpa saya dan teman-teman kelompok ketika tiba-tiba
rumah yang akan ditinggali selama sebulan tidak mendapat izin dari pihak
yang memiliki rumah tersebut. Alasannya, rumah tersebut akan dikontrak
oleh orang lain. Akhirnya, dengan berat hati kami harus mencoba mencari
rumah yang baru untuk kami tinggali. Tepat pada hari keberangkatan, saya
dan teman-teman yang lain mendapatkan info dari ketua kelompok bahwa
untuk tempat tinggal sudah dapat dan Insya Allah bisa dijadikan tempat
tinggal selama sebulan disana. Rasa syukur saya ucapkan bahwa ternyata
Allah SWT masih memberikan jalan untuk kami agar bisa melaksanakan
KKN di desa Tanjungrasa.
Berbicara mengenai Hujantara tentu saya tidak akan pernah lupa dari
kronologis pemberian nama tersebut. Hujantara merupakan kepanjangan
dari “Hujan di Tanjungrasa” yang memiliki makna bahwa kelompok kami
memiliki misi untuk membasahi kekeringan akan ilmu pengetahuan dan
mencoba membantu permasalahan yang ada di Desa Tanjungrasa semaksimal
mungkin bak hujan yang membasahi bumi. Nama tersebut diusulkan oleh
Silvy Wahyu Hasanah yang kemudian disetujui oleh kami untuk digunakan
sebagai nama kelompok KKN 183.
Singkat cerita, kami telah tiba di Desa Tanjungrasa pada Rabu malam
tanggal 18 Juli dan langsung menuju ke rumah yang akan menjadi tempat
tinggal selama sebulan. Setibanya disana, saya agak kaget melihat kondisi
rumah yang tidak terang lampunya dan sudah terlihat tua. Saya sempat
berpikir apakah saya akan bertahan selama sebulan disini dengan kondisi
rumah yang jauh berbeda dari rumah tempat tinggal saya. Akhirnya, kami
memutuskan untuk mengganti lampu yang dianggap tidak terang seperti
lampu teras rumah, bahkan kami harus memasang lampu untuk di belakang
yang dijadikan sebagai garasi kendaraan motor kami agar kami bisa
memantau kendaraan motor yang kami bawa.
Hari-hari di awal keberadaan kami disana, tidaklah mulus seperti
yang diharapkan banyak teman-teman yang mengalami sakit tak terkecuali
saya yang mengalami diare selama 4 hari. Hehehe.... Akan tetapi, lama kelamaan
kami dapat beradaptasi dengan baik terhadap kondisi rumah dan lingkungan
di desa Tanjungrasa.
Banyak kegiatan unik yang selalu kami lakukan selama di rumah yang
kami anggap sebagai basecamp diantaranya ada yang bermain UNO, ada yang
bermain PES, ada pula yang setiap hari bernyanyi sambil diiringi suara gitar,
dan ada pula yang selalu berdiam diri di kamar dan baru keluar ketika diminta
keluar. Hahaha... Kegiatan-kegiatan tersebut yang sering saya dan teman-
teman kelompok lakukan bahkan sudah menjadi agenda rutin disela-sela
pelaksanaan program kerja yang sebelumnya telah disepakati khususnya
pada malam hari.
Hujantara kini telah genap berisi 20 orang yang berbeda sifat,
perilaku, dan pemikiran yang membuat banyak hal-hal menarik terjadi selama
tinggal disana. Yapps.. Saya yang awalnya tidak mengenal mereka lebih dalam
namun setelah tinggal bersama mereka akhirnya saya mengenal lebih dalam
bagaimana karakter, sifat, dan pola pikir antara satu dan yang lain. Hari demi
hari dilalui dengan banyak kegiatan yang telah kami rencanakan sejak
sebelum keberangkatan ditambah kegiatan-kegiatan yang berasal dari warga
disana. Tentu saja, tidak mungkin tidak ada permasalahan yang timbul di
dalam kelompok.
Salah satu permasalahan yang timbul diantaranya ketika sulit
mengatur teman-teman yang lain untuk membantu mengajar kegiatan BTQ
(Baca, Tulis, Qur’an), Bimbingan Belajar (Bimbel), dan Calistung (Baca, Tulis,
dan Berhitung). Kegiatan-kegiatan tersebut memerlukan orang yang cukup
agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan maksimal. Bahkan,
sampai ada yang ketika sudah diminta untuk membantu kegiatan tersebut
malah menolak dengan alasan “Aku gabisa ngajarin anak-anak”, “Gua gamau ah,
takut anak kecilnya nangis sama gua”. Alasan itu yang sempat membuat ketua
kelompok agak kesal karena memang sudah seharusnya anggota yang
ditunjuk untuk membantu kegiatan bersedia melaksanakannya tanpa ada
alasan apapun. Tapi permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan baik
dan akhirnya kami pun dapat melaksanakan kegiatan tersebut dengan baik.
Ada lagi hal yang membuat saya dan kelompok saya agak resah ketika
kami harus mengalami kesulitan air di basecamp. Padahal di awal kedatangan
kami di desa Tanjungrasa air di kamar mandi basecamp masih mengalir bahkan
cukup deras dan memenuhi tempat penampungan air yang telah disediakan.
Namun, mulai hari ketiga kami disana air sudah agak susah keluar bahkan
mesin air di basecamp harus dinyalakan hingga kurang lebih 15 menit untuk air
bisa keluar dan ketika air keluar tidak serta merta mengalir kadang berhenti
kadang mengalir lagi. Dengan kondisi tersebut tidak memungkinkan bagi
saya dan teman-teman untuk mandi dan nyuci di kamar mandi basecamp.
Pada awalnya, kami mendapat izin untuk bisa mandi dan nyuci di
Masjid yang jaraknya tidak terlalu jauh dari basecamp namun pada akhir
minggu kedua kami dilarang untuk mandi dan nyuci lagi disana. Dengan
kondisi ini, akhirnya kami meminta bantuan dari masyarakat di sekitar
basecamp dan kepala desa untuk mencari solusi dari permasalahan air yang
kami alami. Kami pun menyadari bahwa kemarau menjadi penyebab air di
basecamp susah keluar. Pada akhirnya kami mendapat tempat untuk mandi
dan nyuci yaitu di kamar mandi sebelah kantor desa dan rumah warga yang
letaknya berdekatan dengan basecamp. Selain itu, permasalahan yang saya dan
teman-teman alami adalah kami terkendala dengan jarak antara basecamp
dengan pasar yang membuat kami tidak pernah masak di pagi hari dan selalu
masak setelah jam 8 pagi dan baru selesai pada siang hari. Hal tersebut yang
membuat saya selalu mencari sarapan entah sarapan bubur, nasi uduk,
ataupun ketupat sayur. Bahkan ketika masak pun, kami selalu rame karena
banyak tangan pasti banyak campur-campur rasa dan bahkan di dapur tidak
pernah kurang dari 4 orang yang memasak. Berisik dan gelak tawa selalu
mewarnai suasana dapur ketika waktu masak tiba.
Pernah suatu hari, masakan yang kami makan yaitu kentang balado
terasa aneh rasanya karena salah satu dari anggota kami dengan keisengannya
telah memasukkan gula cukup banyak ke masakan tersebut. “Hahahaha....
emang ada yah kentang balado rasanya manis?”. Ucapku ketika pertama kali
menyuap nasi yang telah ditambah kentang balado. Sontak membuat yang
lain pun ikut berkomentar yang membuat gelak tawa semakin menjadi-jadi.
Ya, itulah kami tidak pernah ada hari tanpa gelak tawa walaupun kondisi
lingkungan kami sedikit membuat kami tidak betah.
Di bagian ini, izinkan saya untuk menceritakan beberapa teman yang
menurut saya memberikan inspirasi. Pertama, sang ketua kelompok
HUJANTARA 183 yaitu M. Anwar Ainul Yakin. Anwar merupakan laki-laki
yang menurut saya tingkat pemahaman dan kepatuhan terhadap agama
cukup tinggi. Hal tersebut dia tunjukkan ketika setiap pagi jam 3 dia selalu
terbangun untuk melaksanakan Sholat Tahajjud. Selain itu, dia bahkan
menjadi seseorang yang paling didengar terutama nasihat-nasihat yang
berkaitan dengan agama oleh teman-teman yang lainnya. Selain itu, dia lah
laki-laki yang bangun selalu pertama dibanding dengan laki-laki yang lain.
Ketika saya bangun, dia sudah bangun dan mencoba membangunkan anggota
kelompok yang lain. Bahkan saya salut dengan dia, ketika ada beberapa teman
perempuan yang keluar pada malam hari ke Masjid untuk buang air dia
meminta saya dan teman laki-laki yang lain untuk menyusul dan menjaganya.
Khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Top lah ketua kelompok
saya satu ini patut diacungi jempol.
Yang selanjutnya adalah teman satu jabatan dengan saya, yaitu Windi
Mutia Jamilus. Dia dapat dikatakan adalah perempuan yang rajin dan
bertanggung jawab sebagai bendahara 2. Dia selalu membantu saya untuk
mengatur keuangan di dalam kelompok. Bahkan saya dan dia selalu
berdiskusi mengenai pengeluaran setiap hari untuk keberlangsungan hidup
anggota kelompok yang lain. Canda tawa dia selalu bikin anggota kelompok
yang lain bahagia tak terkecuali saya.
Berikutnya adalah Slamet Nungkiarta dan Naufal Khairul Mahmudah
yang menjadi Partner ketika nyuci baju. Hahahaha.... iya saya dan mereka selalu
nyuci baju bareng. Terlebih saya selalu meminta sabun cuci kepada Slamet dan
selalu diberikan oleh dia. Selain itu, mereka merupakan laki-laki yang
awalnya terlihat pendiam tapi setelah hidup di basecamp mereka seperti
terlihat pecicilan tapi ceria. Seringkali mereka bercanda dengan teman laki-
laki dan perempuan yang lain. Khususnya bagi Slamet, dia adalah laki-laki
yang jago masak. Bahkan dia selalu membantu perempuan yang masak di
dapur. Keluwesannya pada saat memotong cabe, bawang, dan sayuran yang
akan dimasak membuat saya kagum bahwa ternyata di kelompok ini ada laki-
laki yang jago masak. Good Boy
Yang berikutnya adalah salah satu sekretaris kelompok yaitu Fauziah
Umami. Dia adalah perempuan yang bisa dikatakan pendiam namun memiliki
sifat baik hati. Iya bahkan dia merupakan perempuan di kelompok kami yang
memiliki sifat penyayang terhadap kucing dan memiliki kemampuan
mengajar anak-anak yang baik. Terutama pada saat dia membantu mengajar
kegiatan Calistung di beberapa PAUD di desa dia terlihat sangat luwes bak
guru yang sudah terbiasa mengajar dan memiliki sifat keibuan. Saya sangat
kagum dengan dia.
Terakhir adalah teman dari divisi acara yaitu My Gempita Fitriyani
dan Silvy Wahyu Hasanah. Mereka berdua dapat dikatakan duet maut dan
cocok ditempatkan sebagai divisi acara. Hal tersebut mereka tunjukkan dari
awal sebelum KKN dimulai, mulai dari menyusun jadwal acara kegiatan
bahkan sampai menentukan jumlah anggota yang akan diikutsertakan dalam
setiap kegiatan. Mereka melakukan hal tersebut hampir setiap hari tanpa
kenal lelah bahkan mereka tak sungkan untuk bawel dengan yang lainnya
ketika ada anggota yang terlihat agak malas-malasan. Mereka juga tak
sungkan untuk membantu masak di dapur walaupun bukan jadwal piketnya.
Terima kasih kawan-kawanku, atas waktu dan kesempatan bersama
kalian selama kurang lebih 32 Hari. Keberagaman dan keunikan kalian
membuat saya pribadi merasa memiliki keluarga besar kedua dalam hidup ini.
Mungkin kita tidak dapat mengulang apa yang sudah terjadi tapi
kebersamaan kita setelah KKN berakhir akan tetap kita jaga. Waktu-waktu
yang telah kita lewati di desa Tanjungrasa menjadi sebuah kisah klasik yang
akan selalu dikenang sampai kapanpun.

Tanjungrasa dengan Keindahan dan Keramahan Alamnya


Desa Tanjungrasa merupakan salah satu desa dari 10 desa yang
terletak di Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Pertama kali yang terlintas dalam pikiran saya ketika mengetahui bahwa saya
akan ditempatkan di desa Tanjungrasa adalah desa yang sangat terbelakang,
sulit air, dan kondisi lingkungan yang terbayang sangat jauh dari lingkungan
perkotaan. Nampaknya, pikiran saya mengenai desa ini salah besar. Ketika
saya dan teman-teman mulai mensosialisasi program kegiatan ke seluruh
warga desa yang ada di masing-masing dusun, saya merasakan keindahan dan
keramahan alam desa Tanjungrasa. Ya, desa Tanjungrasa merupakan desa
yang memiliki sawah cukup banyak. Sawah tersebut menjadi lahan mata
pencaharian bagi masyarakat desa Tanjungrasa.
Selain itu, yang membuat desa Tanjungrasa terlihat indah akan
alamnya adalah masih banyak sekali pohon-pohon rindang di setiap jalan
bahkan kami pun bisa merasakan kesejukan yang berbeda jika dibandingkan
dengan suasana perkotaan yang sudah jarang ditemui pohon-pohon rindang.
Pemandangan yang saya jumpai pada saat menyusuri desa Tanjungrasa
khususnya ketika melewati jalan raya dimana saya melihat hamparan sawah
yang luas ditambah dengan pemandangan gunung yang cukup indah terlihat
jelas pada waktu sore hari.
Yang membuat saya semakin kagum dengan desa Tanjungrasa adalah
bagaimana keramahan warga desa Tanjungrasa mulai dari anak kecil, remaja,
dan orang dewasa. Saya setiap hari hampir selalu berinteraksi dengan warga
desa Tanjungrasa dan mereka selalu merespon dan menyambut hangat.
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan kami di mulai sejak minggu pertama dan saya
sangat takjub ketika pertama kali datang ke salah satu dusun yaitu dusun
Sodong. Hal yang mmebuat saya takjub adalah bagaimana keramahan sikap
dari warga yang tinggal khususnya anak-anak kecil. Yapps mereka lah yang
boleh dikatakan menjadi sesuatu hal yang berharga karena saya merasakan
dianggap seperti kakak bagi mereka. Mereka manjadi sangat dekat dengan
saya ketika saya dan salah satu teman saya yaitu Fauziah berkunjung untuk
membantu mengajar BTQ dan Bimbel di sana.
Keakraban saya dan anak-anak dusun Sodong semakin tinggi ketika
mereka selalu mengajak saya dan Fauziah bermain bersama mereka. Bahkan
pada minggu kedua saya dan Fauziah mengajar BTQ dan Bimbel di sana, kami
diajak bermain ke Sungai Cibeet. Saya pun dengan senang hati menerima
ajakan mereka untuk bermain dan menemani mereka ke Sungai Cibeet.
Sungai Cibeet merupakan salah satu sungai yang berada di desa Tanjungrasa.
Sungai tersebut kini sudah mulai mengering karena mungkin saat kami
melaksanakan KKN sudah memasuki musim kemarau. Bahkan menurut
penjelasan dari warga musim kemarau di desa Tanjungrasa umumnya
berlangsung selama 4 Bulan. Terdengar cukup lama bagi desa yang mayoritas
warganya adalah sebagai petani karena secara langsung akan berdampak
kepada hasil panen mereka.
Singkat cerita, ketika saya dan Fauziah menemani mereka bermain ke
sungai Cibeet dan ternyata masih ada sisi yang terdapat air. Ternyata sisi
tersebut menjadi tempat yang paling sering dijadikan tempat bermain air dan
berenang bagi anak-anak sana. Sontak saya melihat anak-anak yang mengajak
saya dan Fauziah bermain kesana melepas baju dan langsung melompat ke
dalam air tanpa ada rasa khawatir. Jujur, saya pikir bagian yang menjadi
tempat bermain dan berenang mereka tidak dangkal alias dalam dan khawatir
mereka akan tenggelam. Dan lagi-lagi ternyata sisi tersebut tidaklah dalam
ketika saya melihat tinggi air di badan mereka hanya sepinggang mereka.
Saya sempat ingin ikut nyemplung bersama mereka, namun saya ingat
bahwa tidak membawa baju ganti dan kondisi saya yang sedang tidak fit.
Akhirnya, saya mengurungkan niat untuk berenang di Sungai Cibeet. Bahkan
sampai saat ini, saya belum kesampaian berenang di Sungai Cibeet mungkin
suatu saat nanti saya akan bisa berenang di sana. Mungkin saya mendapatkan
cukup pengalaman berharga ketika harus menyatu dengan alam desa
Tanjungrasa yang indah dan ramah. Mungkin suatu saat nanti, saya akan
kembali bisa menikmati keindahan dan keramahan alam desa Tanjungrasa.

Kesemogaan yang Tak Ingin Menjadi Semoga Lagi


Selama kurun waktu sebulan berada di desa Tanjungrasa, saya dan
teman-teman KKN telah melaksanakan seluruh proker atau kegiatan yang
telah kami rancang dan susun semenjak kami belum berangkat KKN yaitu
membantu mengajarkan Calistung, BTQ, Bimbel, mengadakan seminar-
seminar seperti seminar upgrading skill guru, seminar teknologi, seminar
kewirausahaan, melakukan pembangunan fisik seperti pembangunan taman
baca dan batas antar dusun. Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi rutinitas
kami selama sebulan di desa Tanjungrasa. Antusias warga mengikuti kegiatan
yang saya dan teman-teman adakan membuat semangat saya untuk
melaksanakan dan menyelesaikan KKN semakin meningkat. Terlebih pada
minggu ketiga, ketika ada turnamen bola voli yang diadakan se-Kecamatan
Tanjungsari pihak Karang Taruna desa mengundang saya dan teman-teman
untuk hadir dan memberikan semangat kepada pemain-pemain bola voli yang
mewakili desa Tanjungrasa di turnamen tersebut. Suasana ramai dan meriah
mewarnai jalannya turnamen tersebut. Saya dan teman-teman yang lain larut
dalam kemeriahan turnamen tersebut. Turnamen seperti itu, jarang saya
temui di daerah rumah tinggal saya. Oleh karena itu, saya sangat senang sekali
ketika mendapat kehormatan untuk hadir dan diminta untuk memberikan
dukungan.
Tak terasa tiba saatnya kami harus meninggalkan desa Tanjungrasa
karena waktu pelaksanaan KKN telah usai. Sedih rasanya ketika harus
berpisah dengan warga desa Tanjungrasa yang sudah saya anggap sebagai
keluarga baru saya walaupun di desa orang. Sebenarnya masih banyak yang
ingin saya share kepada warga desa Tanjungrasa namun apadaya waktu yang
akhirnya harus memisahkan saya dan desa Tanjungrasa. Mungkin, jika saya
sebagai bagian dari warga desa Tanjungrasa saya akan membantu masyarakat
desa di bidang pendidikan, sosial, teknologi, dan ekonomi mungkin dengan
meneruskan kegiatan yang sudah saya dan teman-teman lakukan selama
sebulan. Selain itu, potensi Sumber Daya Manusia (SDM) bagus dan terampil
yang telah dimiliki oleh desa Tanjungrasa membuat saya berharap semoga
semakin banyak lapangan pekerjaan yang muncul bagi warga desa
Tanjungrasa.
Selain itu, saya sangat berharap agar pemerintah Kabupaten Bogor
bersama Kepala Desa Tanjungrasa untuk memanfaatkan potensi desa yang
dimiliki dan memberikan perhatian dalam rangka peningkatan kualitas hidup
masyarakat desa Tanjungrasa. Entah kapan itu terealisasi, saya hanya berdoa
kepada Allah SWT semoga kesemogaan yang saya harapkan terjadi dan tidak
ingin menjadi semoga lagi. Aamiinn.. Karena menurut saya, desa Tanjungrasa
bisa berkembang menjadi desa yang maju dengan potensi-potensi yang
dimiliki. Saya juga berharap semoga saya bisa selalu berkunjung ke desa yang
sudah saya anggap sebagai kampung halaman kedua dalam hidup saya yaitu
Desa Tanjungrasa. Semoga....

Anda mungkin juga menyukai