Anda di halaman 1dari 5

4.

IMUNISASI PADA BAYI DAN BALITA

Imunisasi adalah pemberian vaksin ke dalam tubuh seseorang untuk memberikan


kekebalan terhadap penyakit tersebut. Imunisasi bisa didapatkan melalui cara aktif dan pasif.

Imunisasi aktif dapat timbul ketika seseorang bersinggungan dengan patogen. Sistem imun
akan membentuk antibodi dan perlindungan/perlawanan lainnya terhadap mikroba. Di masa
depan, respon imunitas terhadap mikroba ini dapat sangat efisien, ini adalah kasus di mana
banyak anak-anak terinfeksi walaupun hanya sekali, tetapi kemudian kebal.

Imunisasi aktif buatan adalah di mana mikroba, atau bagian darinya, diinjeksikan kepada
seseorang sebelum ia dapat melakukannya secara alami. Jika keseluruhan mikroba digunakan,
maka perlu dilemahkan.

Imunisasi sangatlah penting, sehingga the American Centers for Disease Control and
Prevention menamainya sebagai salah satu dari the "Ten Great Public Health Achievements in the
20th Century". Vaksin hidup yang telah dilemahkan telah berkurang sifat penyakitnya.
Keefektifannya tergantung dari kemampuan sistem imun untuk mereplikasi dan memberikan
respon seperti terjadi infeksi alamiah. Biasanya sudah efektif diberikan satu injeksi saja. Contoh
vaksin hidup yang telah dilemahkan meliputi tampek, gondongan, rubella, atau kombinasi
ketiganya dalam satu vaksin sebagai vaksin MMR, demam kuning (yellow fever), cacar
air (varicella), rotavirus, dan vaksin influenza.

Imunisasi pasif adalah elemen-elemen pra-sintesis dari sistem kekebalan yang dipindahkan
kepada seseorang, sehingga tubuhnya tidak perlu membuatnya sendiri elemen-elemen tersebut.
Akhir-akhir ini, antibodi dapat digunakan untuk imunisasi pasif. Metode imunisasi ini bekerja
sangat cepat, tetapi juga berakhir cepat, karena antibodi akan lisis dengan sendirinya, dan jika tak
ada sel-sel B untuk membuat lebih banyak antibodi, maka mereka akan hilang.

Imunisasi pasif terdapat secara fisiologi, ketika antibodi dipindahkan dari ibu
ke janin selama kehamilan, untuk melindungi janin sebelum dan sementara waktu sesudah
kelahiran.

Imunisasi pasif buatan umumnya diberikan melalui injeksi dan digunakan jika ada wabah
penyakit tertentu atau penanganan darurat keracunan, seperti pada tetanus. Antibodi ini dapat
dibuat menggunakan binatang, dinamai "terapi serum", meskipun ada kemungkinan besar
terjadinya syok anafilaksis, karena sistem imun yang melawan serum binatang tersebut. Jadi,
antibodi manusia dihasilkan secara in vitro melalui kultur sel dan digunakan menggantikan
antibodi dari binatang, jika tersedia.

Imunisasi dasar pada anak :

 BCG

 Hepatitis B

 DPT

 Polio
 Campak

1. BCG

 Sifat vaksin : Mengurangi risiko TBC berat yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dan Mycobacterium bovis.

 Efek proteksi : 8-12 minggu setelah imunisasi

 Cara pemberian:

1. Anak : IC 0,1 ml

2. Bayi baru lahir : 0.05 ml

 Waktu pemberian :

1. Anak : Apabila tes mantoux negatif (tes untuk diagnosis TBC)

2. Bayi : < 2 bulan

 Cara kerja vaksin :

Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi basil yang virulen, imunitas timbul
setelah 8 minggu dan imunitas bisa tidak lengkap.

 Efek samping :

1. Reaksi pembengkakan kecil

2. Kemerahan

3. ABSES (penimbunan nanah akibat suatu infeksi bakteri)

4. SCAR (jaringan ikat fibrosa yang menggantikan sel-sel kulit yang normal setelah
terjadi perlukaan pada kulit).

2. HEPATITIS B

 Cara pemberian : intramuskular

 Jadwal pemberian :

1. Vaksinasi primer 3 kali

I II III

1-2 bulan 4-5 bulan

2. Booster lima tahun kemudian

3. Dianjurkan tes anti HBs (antibodi yang memberikan perlindungan terhadap penyakit
hepatitis B) 3 bulan pasca suntikan terakhir
 Cara kerja vaksin :

Imunisasi dilakukan dengan pemberian immunoglobulin. Diberikan baik sebelum


terjadinya paparan (preexposure) maupun setelah terjadinya paparan (postexposure).
Dapat dilakukan dengan memberikan IG/ISG ( Immune Serum Globulin) atau HBIG
(Hepatitis B Immune Globulin. Indikasi :

1. Paparan dengan darah yang ternyata mengandung HbsAg, baik melalui kulit maupun
mukosa.

2. Paparan seksual dengan mengidap HbsAg (+)

3. Paparan perinatal, ibu HbsAg (+). Imunusasi pasif harus diberikan sebelum 48 jam.

 Efek samping:

1. Nyeri sendi/otot

2. Panas

3. Mual

4. Anafilaksis (reaksi alergi yang berkembang cepat dan mengancam nyawa)

3. DPT

 Penyebab :

1. Difteri : Corynebacterium diphterieae

2. Pertusis : Bordetella pertusis

3. Tetanus : Clontridium tetani

 Vaksin : kombinasi DPT

 Cara pemberian vaksin : Intramuskular 0,5 ml

 Jadwal pemberian :

1. DPT I : 2-4 bulan

2. DPT II : 3-5 bulan

3. DPT III : 4-6 bulan

4. DPT IV : 1 tahun setelah DPT III

5. DPT V : Anak masuk sekolah

 Efek samping :

1. Demam tinggi
2. Rewel

3. Kemerahan daerah invasi

4. Nyeri sampai ± 2 hari

4. POLIOMIELITIS

 Penyebab : virus polio

 Jadwal pemberian :

1. Polio I : 0 bulan

2. Polio II : 2 bulan

3. Polio III : 3 bulan

4. Polio IV : 4 bulan

 Cara pemberian : oral sebanyak 2 tetes

 Cara kerja :

 Vaksin akan masuk ke saluran pencernaan

 Memacu pembentukan antibodi dalam darah dan epitelium usus

 Terjadi pertahanan lokal terhadap polio yang masuk.

 Efek samping :

1. Pusing

2. Diare ringan

3. Sakit pada otot

5. CAMPAK

 Penyebab : virus campak

 Cara pemberian:

1. Subkutan dalam / intramuskular

2. Dosis : 0,5 ml

3. Umur 9 bulan

 Efek samping : demam, kemerahan, nyeri sendi


Imunisasi lanjutan :

1. MMR

 Umur : 15-18 bulan

 Dosis : 1 X 0,5 ml

 Bila anak mendapat MMR, maka campak II (5-6 tahun) tidak diberikan

 Pemberian ulang pada usia 10-12 tahun

2. HIB (Haemophilus Influenzae type B)

 Fungsi : untuk mencegah penyakit meningitis.

 Diberika pada umur 2,3,dan 6 bulan

 Pemberian ulang pada umur 18 bulan

 Dosis : 0,5 ml diberikan secara intramuskular

Anda mungkin juga menyukai