Anda di halaman 1dari 6

PSIKOLOGI BELAJAR MATEMATIKA

Oleh

Drs.Agustinus Antin Urep, M.Pd

1
Gagasan Jean Piaget tentang belajar matematika

Jean Piaget menyatakan bahwa tingkat perkembangan anak bertingkat, atau bertahap, yaitu :
1. Sensori motor (0 – 2 thn);
2. Pra oprasional (2 – 7 thn);
3. Oprasional Konkrit (7 – 11 thn); dan
4. Oprasional (11 thn keatas ).

Teori Piaget juga menyatakan menyatakann bahwa setiap makhluk hidup memiliki kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan situasi atau lingkungan. Keadaan ini member petunjuk bahwa seseorang
belajar untuk mengetahui dan memperoleh pengetahuan yang diperolehnya.

Skemata

Asimilasi

Informasi Otak Akomodasi

Konservasi

Ekuilibrasi

Skemata adalah apa yang dilihat / menurut pandangan/ dicerna (mencerna), Asimilasi (penyesuaian),
Akomodasi mengakomodasi hal-hal yang berbeda kemudian disesuaikan, Konservasi berarti memelihara,
Ekuilibirasi, bisa melihat suatu perbedaan dan persamaan.

Pembelajarn matematika dengan metode penemuan maksudnya , suatu pembelajaran dimana guru
membimbing peserta didik dengan menggunakan langkah-langkah yang sistmatis sehingga mereka
merasa menemukan, contoh :

Berapakah mulai dari 50, a0, (xy)0 ?

34 = 81
33= 27
32= 9 Pangkatnya berkurang 1 dan hasilnya dibagi 3
31= 3
30= 1

Cara cepat perkalian

12 x 18 = 10.20 + 2.8
= 200 + 16
= 216
21 x 29 = (20+1)(20+9)
= 20.20 + 20.9 + 1.20 + 1.9
= 20.20 + 20(9+1) + 1.9
= 20.20 + 20(10) + 1.9
= 20(20+10) + 1.9
= 20(30) + 1.9
= 600 + 9
= 609

Perkalian dua bilangan di bawah 100 yang sama

57 x 59 = (57 – 1)(59 + 1) + 12
= (56)(60) + 1
= 3363 + 1
= 3364
82 x 82 = (82-2)(82-82) + 22
= 80.84 + 4
= 6720 + 4
= 6724
Atau
82 x 82 = (82+8)(82+8) + 82
= 90.74 + 64
= 6660 + 64

2
= 6724

Lebih jauh J.Burner menegaskan bahwa belajar sebagai proses pertumbuhan kognitif sebagai
konseptualisme instrumental, maksudnya adalah bahwa belajar melibatkan 3 proses, yakni proses
memperoleh informasi baru, trasformasi informasi, dan pengujian relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Pertumbuhan intelektual juga tergantung pada bagaimana menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi
suatu system simpanan ( storage system ) yang sesuai dengan lingkungan nya. System inilah yang
memungkinkan peningkatan kemampuan anak untuk bertindak diatas informasi yang diperolehnya
dengan membuat ramalan-ramalan dan ekstrapolasi-ekstraporasi dari model yang disimpanya. Ada tiga
system keterampilan yang digunakan orang dewasa untuk kemampuan-kemampuannya secara sempurna,
yaitu secara eraktif , ikonik, dan simbolik.
Cara penyajian enaktif adalah yang dilakukan melalui tindakan dengan bersifat manipulative terdiri atas
penyajian respon-respon motorik dan dengan cara ini dilakukan serangkaian kegiatan-kegiatan untuk
mencapai tujuan / hasil tertentu.

Pengertian Belajar dan Mengajar

Mengajar dapat diartikan sebagai upaya untuk mengelola/ mengatur situasi sedemikian rupa
sehingga peristiwa belajar dapat terjadi.
Balajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman yang
diterima (Gagne, 1984).
 Perubahan Prilakunya, gagasan menyatakan bahwa belajar menyangkut perubahan dalam suatu
organisme, maksudnya adalah bahwa untuk belajar dibutuhkan waktu, untuk mengukur apakah
seseorang belajar/ tidak belajar yaitu dengan membandingkan bagaimana cara organisme tersebut
berprilaku pada pertama kali, mengalami pada sesuatu yang baru dengan waktu sesudahnya dalam
suasana yang sama.

3
 Berprilaku terbuka, perubahan tingkah laku yang kita maksud adalah perubahan prilaku verbal
manusia ( menulis dan berbicara ) sebab dan tindakan-tindakan menulis dan berbicara. Kita dapat
menentukan apakah perubahan –perubahan dalam prilaku diri manusia telah terjadi, contoh : cara
mengucapkan ba-pa menjadi bapak.
 Belajar dan pengalaman, organisme berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman.
 Belajar dan kematangan,

5 peran guru :
1. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah
yang tepat untuk diselidiki oleh anak.
2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai bagi anak didik untuk menyelesaikan
masalah yang akan dihadapinya.
3. Untuk menjamin keberhasian dalam belajar, maka guru perlu memperhatikan penyajian enakif,
ikonik, dan cara simbolik serta mempertimbangkan cara penyajian yang sesuai dengan tingkat
kogntif anak didik.
4. Apabila kegiatan pemecahan masalah dilakukan di ruangan laboratium, maka guru hendaknya
berperan sebagai pembimbing, dengan memberikan waktu yang tepat dengan menghindari
ketergantungan anak didik.
5. Memberikan penilaian,

Proses Belajar Matematika

Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui
serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memiliki kompetensi tentang bahan
matematika yang dipelajari.
Salah satu komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan :
a. Topik yang sedang dibicarakan atau dibahas;
b. Tingkat perkembangan intelektual peserta didik;
c. Prinsip dan teori belajar;
d. Keterlibatan aktif peserta didik;
e. Keterkaitan materi dengan kehidupan peserta didik sehari-hari;
f. Pengembangan dan pemahaman penalaran matematika.
Strategi belajar yang sesuai dengan saat ini adalah : problem solving, problem posing, open –ended
problems, mathematical investigation, guided discovery, contextual learning, dan cooperative learning.

4
George Polya mengatakan beberapa teknik bantuan atau teknik heuristic untuk menemukan pemecahan
masalah yaitu :
a) Paham akan masalah yang dihadapi ( understand the problem), artinya untuk dapat merancang
pemecahan masalah untuk penyelasian selanjutnya, kita harus mengetahui secara rinci masalah
yang dihadapi, jenis masalah, dampak, penyebabnya. Sehingga ditemukan akar permasalahannya.
b) Merancang rencana pemecahan masalah (devise a plan)
c) Selesaikan atau putuskan masalah (carry out the plain), jangan biarkan masalah berlarut-larut dan
hendaknya diselesaikan tanpa ditunda.
d) Menelaah kembali masalah (look back), masalah yang telah diselesaikan ditijau kembali, untuk
mengetahui langka-langkah yang telah kita lakukan sudah tepat dan memberikan hasil yang
sesuai, untuk mengetahi apakah langkah-langkah yang kita lakukan merupakan satu-satunya
penyeleasiannya. Look back problem merupakan cara untuk cross check apakah metode
penyelesaian atau cara penyelesaian memang sesuatu yang umum, atau yang baru atau
merupakan cara yang lebih mudah dan singkat.

Hal yang perlu diperhatikan dalam belajar pemecahan masalah:


1. Peserta didik memahami dan mengingat konsep.
2. Peserta didik harus memiliki informasi yang terorganisir sesuai dengan masalah yang
dihadapinya.
3. Mempunyai kemampuan strategi kognitif, yaitu kemampuan yang berfungsi untuk mengarahkan
dan mengontrol penggunaan konse-konsep dan aturan-aturan.
4. Memberi penguatan/pujian dari guru dan diberikan segera, gunanya untuk menunjukkan
penghargaan guru terhadap prestasi yang dicapainya.
5. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam belajar memecahkan masalah, guru sebaiknnya
memberikan permasalahan yang menarik dan baru bagi peserta didik.

Psikologi Drill dan Latihan

Tiga faktor utama yang melandasi gerakan perubahan adalah keberadaan dan perkembangan teori-
teori belajar, psikologi belajar, dan filsafat pendidikan. Perubahannya dalam memandang dan
melaksanakan pembelajaran, dan memposisikan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Teori Thorndike yang bersifat behavioristik (mekanistik) memandang perlunya latihan dan mengerjakan
soal-soal matematika sehingga diharapkan trampil dan cekatan dalam mengerjakan soal-soal yang
beragamam. Setelah memahami konsep, perlu dipelihara ingatan, maka perlu diberikan konservasi dengan
memberikan latihan-latihan soal, sekaligus untuk menilai sejauh mana peserta didik memahami konsep.
Dengan cara-cara diats akan menjadikan peserta didik memiliki ingatan dan ketepatan terhadap materi
pelajaran yang diterimanya.
Namun teori ini mengalami banyak penyimpangan, karena pada akhirnya target pencapaian materi
pelajaran menjadi sasaran utama, bagi guru maupun peserta didik, sehingga peserta didik terpaku
pengerjaan soal, konsep bagaimana materi tersebut diselesaikan tidak dijelaskan. Disamping itu peserta
didik akan mengalami kesulitan jika soal diubah. Guru lebih berorientasi pada hasil belajar atau target
belajar/target kuriklum, tetapi kurang memperhatikan proses penyajian materinya dimana pemahaman
dan penguasaan konsep kurang mendapat perhatian. Orang tua menganggap PR sebagai beban bagi anak,
sehingga membantu mengerjakan PR nya.
Pengaitan dan penghubungan dengan materi matemetika lainnya juga diperlukan.

Belajar Bermakna (meaningful Learning)

Belajar bermakna (meaningful Learning) adalah belajar yang disertai dengan pengertian, artinya
belajar dilakaukan dengan mengaitkan dan menghubungkan informasi atau materi pelajaran yang baru
dengan konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam srtuktur kognitif seseorang.

Menurut David Ausubel, seorang ahli psikologi kognitif, pada dasarnya seseorang memperoleh
pengetahuan melalui penerimaan, bukan melalui penemuan. Konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan ide-ide
yang disajaikan oleh guru diteriama atau ditemukan sendiri oleh peserta didik.
Dalam belajar bermakna, informasi-informasi baru diasimilasikan pada subsumer-subsamer yang relevan
dalam struktur kognitif, akibatnya terjadi pertumbuhan dan modifikasi pada subsumer-subsamer yang
telah ada. Sehingga agar konsep-konsep yang diajarkan oleh guru berarti bagi anak, maka didalam
kesadaran anak didk harus ada sesuatu yang disamakan, yaitu struktur kognitifnya.

5
Klasifikasi Belajar Bermakna

Belajar
Hafalan Bermakna

Materi yang disajikan - Materi yang disajikan


Dalam bentuk final dalam bentuk final

Secara penerimaan - Siswa memasukkan


materi kedalam struktur
kognitif
Siswa menghafal Materi
yang disajikan
Siswa mengasimilasi
materi pelajaran
Siswa menemukan - Siswa menemukan
Materi materi
Secara penemuan
Siswa menghafal materi - Siswa memasukkan
yang disajikan materi kedalam struktur
kognitif

Struktur Kognitif menurut David Ausubel

Struktur kognitif adalah struktur organisasi dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur-
unsur pengetahuan yang terpisah kedalam satu unit konseptual.
David Ausubel berpendapat bahwa informasi yang masuk ke dalam ingatan seseorang diorganisasikan
secara hirarki, berurutan dari atas ke bawah dari konsep yang paling inklusif, umum, abstark, hingga
konsep yang paling spesifik atau rinci, dan disertai dengan contoh-contoh yang khas.
Dengan konsep ini Ausubel menegaskan bahwa belajar scara verbal tidak akan mengakibatkan cara
belajar anak didk menjadi bersifat verbalisme, cendrung menghafal.
Syarat agar belajar menjadi bermakna :
1. Melakukan pengaturan awal (Advance Organizer)
Berisi konsep-konsep atau ide-ide yang diberikan jauh sebelum materi sesungguhnya
disampaikan. Berfungsi untuk meningkatkan pemahaman anak didik terhadap berbagai materi
pelajaran ( belajar mengingat), memberikan kerangka konseptual untuk pembelajaran selanjutnya,
sebagai jembatan penghubung antara materi lama dengan yang baru.
2. Melaksanakan progressive differentiation
Pengembangan konsep akan berjalan lebih baik jika menjelaskan hal-hal yang besifat umum ke
hal yang bersifat khusus.
3. Melakukan rekonsiliasi integrative (integrative reconciliation)
Menyampaikan perbedaan dan persamaan materi baru yang akan disampaikan dengan materi
lama, sehingga peserta didik dapat memahami alasan dan manfaat dari materi baru yang akan
disampaikan.
4. Melakukan konsilidasi (consolidation)
Melakukan pemantapan pada materi baru yang telah disampaikan, sehingga peserta didik benar-
benar menguasinya.

Penerapan Belajar Bermakna

Faktor keberhsilan dalam belajar bermakna adalah : struktur kognitif, stabilitas, dan kejelasan
informasi (pengetahuan) dalam suatu bidang studi tertentu pada waktu tertentu, jika struktur kognitif tidak
stabil, jelas, dan diatur dengan baik, maka akan muncul arti-arti yang salah.

Anda mungkin juga menyukai