Anda di halaman 1dari 9

Pengetahuan Personal Hygiene Remaja Putri

pada Kasus Keputihan

Helmy Ilmiawati, Kuntoro


Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Jl.Mulyorejo Kampus C Unair Surabaya 601115
Alamat Korespondensi:
Helmy Ilmiawati
Email: mee.midwife@gmail.com

ABSTRACT

This study was a cross sectional study. This research was conducted at the Institute of Islamic Education Nurul
Haromain “SMP Plus Fityani" Ngroto village Pujon Malang. The purpose of this study to determine how personal
hygiene knowledge of young women with vaginal discharge cases experienced. Researchers used 50 respondents
and all met the inclusion criteria. Sampling method was used total sampling. The variables studied were
respondent characteristics include age and educational level. While the variable knowledge of personal hygiene
includes washing hands before touching the genitals, vagina washing the right way, the use of underwear, the
use of pantyliener. For the case of white discharge is white discharge experienced by respondents. All variables
were measured using the enclosed questionnaire and analyzed using descriptive analysis. The results most of
the characteristics of the age of respondents was 13 years old. The results of the knowledge of personal hygiene
mostly young girls who do not have a good knowledge of 23 respondents (46%) of personal hygiene. For the case
of white discharge experienced by most experienced white discharge was abnormal discharge in the amount of 27
respondents (54%). Knowledge wasn't good due to limited access to information and a facilitator at the Education
Institute. If left unchecked it will cause serious reproductive health problems. So, we need a facilitator in order to
solve these problems.

Keywords: knowledge, personal hygiene, case white discharge, young women.

ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pendidikan Islam Nurul
Haromain “SMP Plus Fityani” Desa Ngroto Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui pengetahuan personal hygiene remaja putri dengan kasus keputihan. Peneliti menggunakan
50 responden dan semua memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel menggunakan total sampling. Variabel
yang diteliti adalah karakteristik responden meliputi usia dan tingkat pendidikan. Sedangkan variabel pengetahuan
personal hygiene meliputi cuci tangan sebelum menyentuh kelamin, cara yang benar membasuh vagina, penggunaan
celana dalam, penggunaan panty liner. Untuk kasus keputihannya adalah keputihan yang dialami responden. Seluruh
variabel diukur menggunakan kuesioner tertutup dan dianalisis menggunakan analisa deskriptif. Hasil penelitian
karakteristik usia responden sebagian besar berusia 13 tahun. Hasil penelitian tentang pengetahuan personal hygiene
sebagian besar remaja putri memiliki pengetahuan yang tidak baik sebesar 23 responden (46%) tentang personal
hygiene. Untuk kasus keputihan yang dialami sebagian besar keputihan yang dialami adalah keputihan yang tidak
normal yaitu sebesar 27 responden (54%). Pengetahuan tidak baik disebabkan keterbatasan akses informasi dan
fasilitator di Lembaga Pendidikan tersebut. Jika dibiarkan maka akan menimbulkan masalah kesehatan reproduksi
yang serius. Sehingga diperlukan fasilitator dalam rangka memecahkan masalah tersebut.

Kata kunci: pengetahuan, personal hygiene, kasus keputihan, remaja putri.

43
44 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 5, No. 1 Juli 2016: 43–51

PENDAHULUAN kekuningan, berbau dan disertai gatal maka telah


Kesehatan reproduksi merupakan menjadi keputihan yang tidak normal (Herdalena,
masalah yang serius sepanjang hidup manusia. 2003).
Pemerintah sangat mendukung pemberian Wanita di Eropa yang mengalami keputihan
informasi, konseling dan sebagai bagian dari hanya 25% saja. Angka ini sangat berbeda
hak bereproduksi mereka untuk mendapatkan tajam dengan yang terjadi di Indonesia, di
pelayanan kesehatan reproduksi yang seluas- mana persentase wanita Indonesia yang pernah
luasnya. Sasaran tujuan dari program kesehatan mengalami keputihan tersebut cukup besar.
reproduksi di Indonesia adalah seluruh remaja Sekitar 75% dari 118 juta wanita yang berada di
(Depkes RI, 2001). Menurut WHO, sebagian Indonesia pernah mengalami kejadian keputihan
besar komposisi penduduk dunia adalah remaja dalam hidupnya, paling tidak satu kali. Di
berusia 10 – 19 tahun atau satu milyar dari enam Indonesia wanita yang mengalami keputihan
milyar penduduk dunia (Elistiawaty, 2006). disebabkan keadaan iklim di Indonesia yang
Fase berkembang antara masa anak dengan lembab, berbeda dengan iklim kering yang
masa dewasa adalah masa remaja (Potter dan ada di eropa sehingga wanita di Eropa tidak
Perry, 2006). Pada masa ini seorang remaja mudah terinfeksi jamur yang menjadi penyebab
dorongan seksualnya akan meningkat dan akan keputihan (Hurlock, 2007).
selalu mencari informasi lebih banyak tentang Data WHO (2007) menyebutkan, angka
seks. Remaja jaman sekarang lebih terbuka prevalensi tahun 2006, 25% - 50% candidiasis,
dan bebas sehingga mereka menerima tentang 20%–40% bacterial vaginosis dan 5%–15%
kehidupan seks bebas di luar pernikahan trichomoniasis. Penyebab utama keputihan
sementara pengetahuan tentang kesehatan patologis ialah infeksi (jamur, kuman, parasit
reproduksi dan informasi berkaitan tentang dan virus). Keputihan patologis dapat juga
kesehatan reproduksi yang mereka miliki disebabkan karena kurangnya perawatan remaja
sangatlah sedikit, baik di sekolah maupun di putri terhadap alat genetalia seperti mencuci
lingkungan keluarganya. Sebagian besar vagina dengan air yang tergenang di ember,
masyarakat Indonesia yang masih memegang menggunakan pembilas secara berlebihan,
tradisi menganggap tabu tentang hal-hal yang memakai celana dengan bahan yang tidak
berhubungan dengan kesehatan reproduksi menyerap keringat, jarang mengganti celana
(Maulinda, 2010). dalam, dan tak sering mengganti pembalut saat
Remaja merupakan calon generasi penerus menstruasi (Aulia, 2012).
bangsa yang memiliki pengaruh besar terhadap Banyak wanita di Indonesia yang tidak
segala tindakan yang mereka lakukan. Remaja tahu tentang keputihan sehingga mereka
juga merupakan kelompok masyarakat yang menganggap keputihan sebagai hal yang sudah
paling sering memiliki masalah mulai dari biasa dan sepele, di samping itu rasa malu
masalah sosial, perilaku hingga kesehatan ketika para wanita/remaja mengalami keputihan
reproduksi (BKKBN, 2006). kerap membuat wanita/remaja tersebut enggan
Keputihan adalah salah satu masalah berkonsultasi ke dokter. Padahal keputihan
kesehatan reproduksi remaja khususnya yang tidak bisa dianggap sepele, karena akibat dari
sering dikeluhkan oleh wanita. Masalah keputihan keputihan ini sangat fatal bila lambat ditangani
yang terjadi pada remaja perlu mendapatkan tidak hanya bisa mengakibatkan kemandulan
perhatian khusus. Jika keputihan pada saat remaja dan hamil di luar kandungan. Keputihan juga
dibiarkan maka akan menimbulkan penyakit yang bisa merupakan gejala awal dari kanker leher
serius. Keputihan adalah sesuatu hal yang wajar. rahim (kanker serviks) yang bisa berujung pada
Keputihan terjadi menjelang saat menstruasi. kematian kalau tidak dikonsultasikan pada
Keputihan masih dalam batas normal selama petugas kesehatan sejak dini (Sutarno, 2003).
berwarna bening atau jernih, selama tidak berbau, Setiap tahunnya ada 8000 perempuan di
tidak terasa gatal dan dalam jumlah yang tidak Indonesia meninggal dikarenakan menderita
berlebihan. Bila cairan berubah menjadi warna penyakit kanker serviks. Fakta yang muncul
Ilmiawati dan Kuntoro, Pengetahuan Personal Hygiene Remaja Putri… 45

cukup menakutkan. Ini berarti seorang perempuan pondok pesantren masih memerlukan perhatian
di Indonesia hampir setiap jam meninggal dunia khusus dari berbagai pihak yang terkait. Terutama
karena terkena penyakit kanker serviks. Usia dalam akses pelayanan kesehatan, perilaku sehat
produktif wanita 30–50 tahun sering kali mudah maupun kesehatan lingkungan (Prateek S, dkk,
terserang dan bisa membunuh wanita penderita 2011). Berdasarkan penelitian Isa Ma’ruf (2005),
kanker serviks, namun tanda dan gejala tersebut pada 6 pondok pesantren yang ada di Jawa Timur
dapat timbul pada wanita dengan usia yang lebih memberikan hasil bahwa sebesar 64,20% santri
muda dari usia produktif (Laila, 2008). menderita penyakit scabies, sedangkan 73,70%
Menjaga kesehatan organ reproduksi santri memiliki hygiene perorangan yang buruk,
berawal dari menjaga kebersihan diri, termasuk perilaku sering memakai baju atau handuk
kebersihan vagina yang bertujuan agar vagina secara bergantian dengan teman-temannya
tetap bersih, normal, sehat dan terhindar dari dan masih banyak ditemui sanitasi lingkungan
kemungkinan muncul adanya penyakit termasuk pondok pesantren kurang baik, sehingga hal-
keputihan. Adapun cara yang dapat dilakukan hal tersebut akan sangat berpengaruh bagi
untuk perawatan pribadi terhadap vagina adalah: kesehatan reproduksi remaja yang berada di
membersihkan vagina dengan cara membasuh pondok pesantren tersebut (Ayalew T, 2008).
bagian antara bibir vagina secara hati – hati dan Ainur Rofieq melakukan penelitian di pondok
perlahan, cara membasuh vagina yang benar dari pesantren yang berada di Kabupaten Malang
arah depan ke belakang, hindari penggunaan didapatkan bahwa pengetahuan dan perilaku
pengharum dan sabun antiseptic secara terus kesehatan remaja di pondok pesantren masih
menerus, karena dapat merusak keseimbangan rendah. Hasilnya menunjukkan bahwa remaja
flora normal dalam vagina, gantilah celana dalam putri memiliki pengetahuan yang buruk tentang
2 sampai 3 kali sehari dan menggunakan celana cara menjaga personal hygiene serta remaja putri
dalam yang bersih serta terbuat dari bahan katun. tidak melakukan olahraga, cara mandi yang harus
Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina, mengantri, bergabung dengan banyak teman dan
jangan menggunakan handuk milik orang lain terkadang mandi di sungai (Malleshappa K,
yang digunakan untuk mengeringkan vagina, 2011).
cukurlah rambut vagina setidaknya 7 hari sekali Berdasarkan studi pendahuluan yang
dan maksimal 40 hari sekali untuk mengurangi telah dilakukan di Lembaga Pendidikan Islam
kelembapan di dalam vagina, pada saat haid “SMP Plus Fityani” Desa Ngroto Kecamatan
gunakan pembalut yang nyaman, dan berbahan Pujon Kabupaten Malang menyatakan bahwa
lembut, apabila menggunakan closet umum semua remaja putri tinggal di asrama yang
siramlah terlebih dahulu tempat dudukan telah disediakan. Semua remaja putri di tempat
closet dan keringkan menggunakan tisu toilet tersebut sudah mengalami menstruasi dan pernah
(Wulandari, 2011). mengalami keputihan bahkan sebagian besar
Pondok pesantren merupakan lembaga sering mengalami keputihan.
pendidikan Islam tertua yang merupakan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
produk budaya Indonesia. Pondok pesantren mendeskripsikan bagaimana pengetahuan
merupakan tempat pendidikan dan pengajaran remaja putri tentang personal hygiene pada kasus
yang menekankan pada pelajaran agama Islam keputihan.
dan didukung oleh asrama sebagai tempat tinggal
santri. Pondok pesantren memiliki tiga kategori
METODE PENELITIAN
yaitu tradisional, modern dan perpaduan.
Remaja berinteraksi selama 24 jam di Dalam penelitian ini menggunakan rancangan
pondok pesantren dengan komunitas teman usia cross sectional, variabel pada rancangan tersebut
sebaya. Pondok pesantren memiliki ciri hidup diamati dan diukur dalam waktu yang sama
sederhana, menanamkan kemandirian, adanya saat penelitian ini berlangsung. Penelitian ini
riyadloh, disiplin dan tolong menolong (Peni menggunakan Pendekatan deskriptif. Penelitian
C, dkk. 2010). Namun masalah kesehatan di dilakukan di Lembaga Pendidikan Islam Nurul
46 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 5, No. 1 Juli 2016: 43–51

Haromain “SMP Plus Fityani” Desa Ngroto Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang pada bulan responden yang paling banyak pada usia 13 tahun
November 2015. yaitu sebanyak 24 responden (48%). Terdapat 3
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh responden (6%) yang berumur 15 tahun
siswi “SMP Plus Fityani” yang tinggal di
Pondok Pesantren Nurul Haromain Desa Ngroto Pengetahuan Personal Hygiene
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang yang masuk Hasil penelitian distribusi pengetahuan
dalam kriteria inklusi. Menurut kriteria inklusi personal hygiene remaja putri pada kasus
responden memenuhi kriteria inklusi sebanyak 50 keputihan diuraikan pada tabel 2.
responden. Kriteria inklusinya yaitu: 1) bersedia
menjadi responden, 2) berusia 13–15 tahun, c) Tabel 2. Pengetahuan Personal Hygiene
sudah menstruasi, d) hadir pada saat penelitian, Remaja Putri pada Kasus Keputihan
e) dapat membaca, menulis, dan memahami
informasi yang diberikan baik melalui verbal Pengetahuan Jumlah %
maupun lisan. Dalam penelitian ini mengkaji Baik 0 0
seluruh anggota populasi, jadi tidak dilakukan Cukup 14 28
pengambilan sampel dalam penelitian ini. Kurang Baik 13 26
Variabel yang diteliti adalah: pengetahuan Tidak Baik 23 46
remaja putri tentang personal hygiene yang
Total 50 100
meliputi pengetahuan tentang sebelum
membasuh alat kelamin harus cuci tangan
dengan sabun terlebih dahulu, pengetahuan Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
tentang cara membasuh vagina yang benar, sebagian besar responden memiliki pengetahuan
pengetahuan tentang pemakaian celana dalam, yang tidak baik sebesar 23 responden (46%)
dan pengetahuan tentang penggunaan pantyliner. tentang personal hygiene. Tidak ada responden
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah yang memiliki pengetahuan baik tentang
data primer yang diperoleh dengan menggunakan personal hygiene. Sedangkan untuk yang
kuesioner. Kuesioner diisi oleh responden. memiliki pengetahuan cukup sebanyak 14
Analisis data dilakukan secara deskriptif responden (28%) dan kurang baik 13 responden
dengan disajikan dalam bentuk tabel distribusi (26%).
frekuensi.
Kasus Keputihan Disertai Gatal

HASIL PENELITIAN Tabel 3. Keputihan yang Dialami Responden


Karakteristik Umum Responden Disertai Rasa Gatal pada Daerah
Keperempuanan
Jumlah %
Tabel 1. Distribusi Responden berdasarkan
Usia Tidak 11 22
Ya 39 78
Usia Jumlah Persentasi (%)
Total 50 100
13 tahun 24 48
14 tahun 23 46 Hasil penelitian distribusi keputihan yang
15 tahun 3 6 dialami responden disertai rasa gatal pada daerah
Total 50 100 keperempuanan akan diuraikan pada tabel 3.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
Hasil penelitian distribusi karakteristik bahwa sebagian besar responden mengalami
responden berdasarkan usia diuraikan pada keputihan yang disertai rasa gatal pada daerah
tabel 1. keperempuanan yaitu sebesar 39 responden
Ilmiawati dan Kuntoro, Pengetahuan Personal Hygiene Remaja Putri… 47

Tabel 4. Keputihan yang Dialami Disertai Tabel 6. Analisis Kasus Keputihan pada
Bau Tidak Sedap pada Daerah Remaja Putri di Lembaga Pendidikan
Keperempuanan Islam Nurul Haromain “SMP Plus
Jumlah % Fityani”
Tidak 19 38 Kasus Keputihan Jumlah %
Ya 31 62 Normal 23 46
Total 50 100 Tidak Normal 27 54
Total 50 100
Tabel 5. Warna Keputihan yang Dialami
Jumlah % Analisis Kasus Keputihan pada Remaja
Putih 9 18 putri di Lembaga Pendidikan Islam Nurul
Haromain “SMP Plus Fityani”
Bening 13 26
Putih kekuningan 28 56 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
Total 50 100 bahwa sebagian besar responden mengalami
keputihan yang tidak normal yaitu sebesar 27
responden (54%).
(78%). Keputihan yang tidak disertai rasa
gatal sebanyak 11 responden (22%).
PEMBAHASAN
Keputihan Disertai Bau Karakteristik Responden
Hasil penelitian distribusi keputihan yang
Usia Responden
dialami responden apakah disertai bau tidak
sedap pada daerah keperempuanan diuraikan Berdasarkan hasil penelitian diketahui
pada tabel 4. bahwa sebagian besar responden berada pada
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui usia 13 tahun. Usia 13 tahun termasuk masa
bahwa sebagian besar responden mengalami remaja awal.
keputihan yang disertai bau tidak sedap yaitu Pada tahun 2012, dari 43,3 juta jiwa remaja
sebesar 31 responden (62%). Sedangkan berusia 13–24 tahun di Indonesia berperilaku
keputihan yang tidak disertai bau sebesar 19 tidak sehat. Hal ini berdasarkan data statistik
responden (38%). Indonesia. Remaja putri Indonesia dari 23
juta jiwa berusia 13–24, tahun 83,3% pernah
Warna Keputihan yang Dialami berhubungan seksual, yang merupakan salah
Hasil penelitian distribusi warna keputihan satu penyebab terjadinya keputihan (Depkes
yang dialami responden diuraikan pada RI, 2011) Faktor usia turut berperan dalam
tabel 5. seseorang memperoleh pengetahuan. Remaja
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui usia 12–14 tahun merupakan masa remaja awal.
bahwa sebagian besar warna keputihan yang Pengetahuan yang rendah pada responden 13
dialami responden adalah putih kekuningan tahun yaitu sebesar 48%, dibandingkan dengan
yaitu sebesar 28 responden (56%), sedangkan usia 14 tahun dan 15 tahun dapat disebabkan
keputihan yang dialami berwarna putih sebesar 9 beberapa faktor. Faktor kematangan kognitif
responden (18%) dan yang mengalami keputihan yang masih kurang dibandingkan dengan masa
berwarna bening sebesar 13 responden (26%). remaja akhir. Informasi yang didapatkan remaja
mungkin berbeda dengan masa remaja akhir.
48 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 5, No. 1 Juli 2016: 43–51

Informasi yang didapatkan remaja mungkin hygiene dapat berubah. Status sosial ekonomi
berbeda dengan informasi yang diperoleh dan personal hygiene memerlukan alat dan
remaja usia lainnya. bahan seperti sabun, alat mandi yang semuanya
Semakin tinggi usia seseorang, makin memerlukan uang untuk menyediakannya.
berkembang pula daya tangkap dan daya Pengetahuan personal hygiene sangat
pikir yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2007). penting karena pengetahuan yang baik dapat
Kematangan kognitif dan psikologis juga meningkatkan derajat kesehatan. Budaya, pada
akan semakin meningkat. Tetapi remaja usia sebagian masyarakat tertentu mengatakan bahwa
12–14 tahun merupakan periode remaja awal jika seorang individu mengalami sakit maka tidak
dengan pola pikir dan kematangan yang belum boleh dimandikan. Kebiasaan seseorang, terdapat
berkembang sempurna. Berbeda dengan saat kebiasaan seseorang individu dalam penggunaan
remaja akhir (17–21 tahun) yang mencapai produk tertentu dalam perawatan dirinya.
kematangan secara kognitif dan memperoleh Kondisi fisik, pada keadaan seorang individu
pengalaman hidup tentang yang baik dan buruk, yang sedang sakit tertentu memiliki kesanggupan
di mana mereka mengembangkan aturan moral untuk merawat dirinya berkurang dan perlu untuk
mereka sendiri. mendapatkan bantuan melakukannya.
Faisal (2009) dalam penelitiannya
Pengetahuan Personal Hygiene Remaja Putri mengatakan bahwa sebenarnya, membahas
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh masalah pendidikan kesehatan reproduksi di
bahwa sebagian besar responden mempunyai kalangan pondok pesantren tentu bukan hal yang
pengetahuan yang tidak baik tentang Personal asing lagi. Sebab, tidak sedikit ayat maupun
Hygiene yaitu sebanyak 23 responden (46%) hadist serta pemikiran ulama yang berhubungan
dan tidak ada yang memiliki pengetahuan yang dengan hal tersebut dipelajari dalam kitab-kitab
baik. Menurut (Notoatmodjo, 2007), pengetahuan kuning khususnya kitab kitab fiqih, yang menjadi
adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah basis keilmuan pondok pesantren. Ilmu fiqih
seseorang melakukan penglihatan terhadap memberikan bimbingan, petunjuk tuntunan,
suatu benda tertentu. Dalam Kamus Besar pengetahuan dan nilai bagaimana seorang
Bahasa Indonesia (2005), pengetahuan yaitu muslim harus bersikap dan mengambil keputusan
suatu hal yang dapat diketahui serta berkaitan berkaitan dengan kesehatan reproduksinya.
dengan proses belajar mengajar. Kegiatan belajar Model pemberian informasi tentang personal
dipengaruhi banyak yang berasal dari faktor hygiene yang tepat yaitu dengan cara dijelaskan
dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa secara langsung dan disertakan dengan gambar,
sarana informasi yang tersedia, serta keadaan hal ini dilakukan agar informasi yang diberikan
sosial budaya (Budiman dan Riyanto, Agus., dapat diterima dengan baik oleh remaja putri
2013). di pondok pesantren. Karena remaja putri
Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi mengatakan bahwa jika hanya sekedar penjelasan
oleh banyak hal, salah satu yang memengaruhi saja tanpa ada gambar yang diperlihatkan, santri/
yaitu pendidikan. Pengetahuan sangat berkaitan santriwati hanya akan membayangkan saja.
dan berhubungan dengan pendidikan, yang Masalah kebutuhan remaja putri tentang
artinya apabila seseorang memiliki pendidikan pengetahuan Personal hygiene ternyata tidak
yang tinggi maka pengetahuannya pun ikut sesuai dengan sumber informasi yang tersedia di
tinggi. Menurut Andira (2010), faktor-faktor yang pondok pesantren. Berdasarkan hasil wawancara
dapat berpengaruh terhadap personal hygiene bahwa sumber informasi yang tersedia di pondok
yaitu: Body Image, gambaran individu terhadap pesantren hanyalah dari guru fiqih. Sedangkan
dirinya sendiri sangat memengaruhi kebersihan yang disinggung hanyalah menghubungkan
diri misalnya karena adanya perubahan antara ilmu agama dan ilmu kesehatan. padahal
fisik sehingga individu tidak peduli terhadap banyak informasi yang dibutuhkan oleh remaja
kebersihan terhadap dirinya. Praktik sosial, pada putri di pondok pesantren tetapi tidak tersedia di
masa anak – anak yang tidak mandiri dalam pondok pesantren seperti pengetahuan personal
menjaga kebersihan diri, sehingga personal
Ilmiawati dan Kuntoro, Pengetahuan Personal Hygiene Remaja Putri… 49

hygiene, masalah penyakit reproduksi, cara tinggi ataupun lebih rendah dari kadar pH
pencegahan dan pengobatan. normal. Jika pH yang terdapat pada vagina naik
Menurut Tanuwidjaya (2002), tingkat menjadi lebih tinggi dari 4,2 (kurang asam),
pengetahuan remaja berpengaruh terhadap maka jamur akan bisa tumbuh dan berkembang.
kesehatannya yang dimiliki oleh remaja jika Akibatnya, bakteri lactobacillus akan kalah
terjadinya kelainan atau gangguan kesehatan dari bakteri patogen (Grer, 2003).
pada remaja, maka dapat segera diatasi secepat Jika dilihat dari angka kejadian keputihan
mungkin, jadi tingkat pengetahuan sangatlah erat pada remaja putri dari 50 responden semua
kaitannya. remaja putri pernah mengalami keputihan.
Keputihan dapat terjadi sebelum dan
Kasus Keputihan Remaja Putri
setelah menstruasi. Pada saat masa subur
Keputihan (Leukorhea/vaginal discharge) merupakan hal yang normal dan hampir sebagian
adalah keluarnya secret/cairan dari vagina. cairan besar perempuan di Indonesia pernah mengalami
tersebut dapat bermacam – macam jenis dalam keputihan. Selain itu Indonesia adalah negara
warna dan bau. Keputihan dapat merupakan yang beriklim tropis sehingga berpotensi
suatu keadaan yang normal (fisiologis) atau mengalami keputihan (Nurul, 2001).
sebagai tanda dari adanya penyakit (patologis). Hasil ini menunjukkan bahwa kejadian
Keputihan yang normal biasanya tidak berwarna/ keputihan pada remaja putri masih cukup tinggi.
bening, tidak berbau, tidak berlebihan dan tidak Hal ini dapat diartikan bahwa sangat penting
menimbulkan keluhan. Sedangkan keputihan untuk dilakukan penanganan terhadap keputihan
yang tidak normal biasanya berwarna kuning/ yang dialami oleh remaja putri. Terdapat 2
hijau/keabu-abuan, berbau amis/busuk, jenis keputihan yang dialami remaja putri yaitu
jumlahnya banyak dan menimbulkan keluhan keputihan normal dan keputihan abnormal.
seperti gatal dan rasa terbakar pada daerah intim Jenis keputihan yang paling banyak dialami
(Agustini, 2007). oleh remaja putri adalah keputihan tidak normal
Berdasarkan distribusi frekuensi sebanyak 27 responden (54%).
menunjukkan bahwa sebagian besar responden
Hasil penelitian ini mendukung penelitian
mengalami keputihan yang disertai rasa gatal dan
yang dilakukan oleh Astuti dkk, (2008),
berbau. Keputihan bisa terjadi disebabkan karena
dengan hasil bahwa ada hubungan antara
banyak hal, Misalnya disebabkan karena adanya
pengetahuan vulva hygiene dengan kejadian
benda asing yang masuk pada vagina, jika terjadi
keputihan pada remaja putri kelas IX di SMP
luka pada vagina, bakteri dari lingkungan sekitar
2 Ungaran. Penelitian Maghfiroh, (2010)
yang kotor, air yang tidak bersih, penggunaan
tampon atau panty liner secara terus menerus. dengan hasil terdapat hubungan yang bermakna
Hal tersebut berpotensi membawa bakteri, virus, yaitu antara pengetahuan personal hygiene
parasit dan jamur. Dalam vagina wanita terdapat dengan penanganan keputihan pada siswi Pondok
berbagai bakteri yang bersarang, 95% yang Pesantren Darul Hasanah Kalikondang Demak.
ada di dalamnya adalah bakteri lactobacillus dan Kesamaan hasil penelitian ini menyimpulkan
selebihnya merupakan bakteri yang merugikan bahwa pengetahuan mempunyai kontribusi
(bakteri yang bisa menyebabkan penyakit). penting dalam pembentukan pemeliharaan
Dalam kondisi lingkungan vagina yang berada organ reproduksi yang selanjutnya memengaruhi
dalam kondisi seimbang, bakteri patogen kejadian keputihan.
yang ada didalamnya tidak akan bisa mengganggu. Meskipun keputihan merupakan penyakit
Menjaga derajat keasaman (pH) agar selalu yang sederhana, namun dalam kenyataannya
tetap pada level normal merupakan peran penting keputihan merupakan penyakit yang
dari bakteri dalam flora vaginal. Dengan tingkat sulit untuk disembuhkan. Populasi perempuan
keasaman yang ada tersebut, bakteri lactobacillus dan hampir semua umur berisiko terserang
akan tumbuh subur dan bakteri patogen yang penyakit keputihan ini hampir 50%. (Putu,
ada didalamnya akan mati. Namun, pada keadaan 2009).
tertentu kadar pH bisa berubah menjadi lebih
50 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 5, No. 1 Juli 2016: 43–51

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan atau suatu informasi yang baru jangan hanya
bahwa pengetahuan tentang kesehatan sebatas tahu saja, tapi juga harus dipraktikkan
reproduksi berpengaruh terhadap kejadian hal yang baiknya, dalam hal ini kebersihan organ
keputihan. Pengetahuan yang dimiliki remaja genetalia untuk mencegah terjadinya keputihan.
putri memengaruhi pola pikir yang akhirnya
akan meningkatkan kesadaran untuk menjaga DAFTAR PUSTAKA
kesehatan reproduksi sehingga kejadian keputihan
Agus, R. Budiman. 2013 Kapita Selekta
dapat dihindari. Hal ini berimplikasi bahwa
Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian
sangat penting untuk memberikan pengetahuan
Kesehatan. Salemba Medika: Jakarta
kesehatan reproduksi pada remaja yang
Agustini. 2007. Si Putih Yang Menganggu,
dapat dilakukan melalui kegiatan pendidikan
Online. Available: http: //astaqauliyah.com.
kesehatan, penyuluhan maupun konseling tentang
Diakses 13 januari 2016
kesehatan reproduksi pada remaja putri. Orang
Andira, D. 2010. Seluk beluk kesehatan reproduksi
tua juga memiliki peran yang penting apalagi
wanita. Yogyakarta: A. PLUS BOOK
yang mempunyai anak perempuan maka perlu
Astuti A.W.dkk 2008. Hubungan Perilaku Vulva
pendidikan serta pengetahuan tentang kesehatan
Hygiene dengan kejadian keputihan pada
reproduksi.
remaja putri di kelas ix SMP Unggaran
Semaran Yogyakarta. Stikes Aisiyah
SIMPULAN DAN SARAN Yogyakarta.
Simpulan Aulia.2012. Serangan penyakit-penyakit khas
wanita paling sering terjadi. Yogyakarta,
Dari hasil pembahasan dan analisis data buku biru
sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik BKKBN. 2006. Lomba Karya Tulis Remaja.
usia remaja putri di Lembaga Pendidikan Islam Available online: http: //www.bkkbn.go.id/
Nurul Haromain “SMP Plus Fityani” desa Ngroto Webs/DetailRubrik.aspx?MyID-2255.c02
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang sebagian Desember 2012
besar berusia 13 tahun. Untuk pengetahuan Depkes, RI. 2009. Kesehatan Reproduksi.
tentang personal hygiene pada remaja putri UNFPA. Jakarta
di Lembaga Pendidikan Islam Nurul Haromain Depkes RI. 2001. Program Kesehatan Reproduksi
“SMP Plus Fityani” Desa Ngroto Kecamatan Dan Pelayanan Integrative Ditingkat
Pujon Kabupaten Malang memiliki pengetahuan Pelayanan Dasar. Jakarta: Depkes
yang tidak baik tentang personal hygiene. Depkes, RI. 2011 Survey Demografi Kesehatan
Sedangkan untuk kasus keputihan yang dialami Indonesia tahun 2011 Depkes RI Survey
remaja putri di Lembaga Pendidikan Islam Nurul Elistiawaty. 2006. Internet. Wanita RI Alami
Haromain “SMP Plus Fityani” Desa Ngroto Keputihan. http: //www.detiknews,com
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang sebagian diakses tanggal 18 Januari 2016 jam 13.00
besar termasuk keputihan yang tidak normal. Faisal. 2009. Implementasi Pendidikan Kesehatan
Reproduksi di Pondok Pesantren Miftahussada
Saran
Mijen Semarang. Skripsi IAIN Walisongo
Meningkatkan penyuluhan dan informasi Semarang.
mengenai pentingnya menjaga kesehatan organ Greer, IA., Cameron I T., Mangowan B.
reproduksi terutama organ genetalia eksterna 2003. Vaginal Discharge. Problem based
agar terhindar dari keputihan, karena hasil dari Obstetrics and Gynecology. London. Churchill
penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan Livingstone: 37–90
yang mereka miliki sebagian besar tidak baik Herdalena, N. 2003. Pengetahuan dan Perilaku
sehingga keputihan yang mereka alami sebagian Seksual Remsja. Bening 2003. Vol IV
besar keputihan yang tidak normal. Dalam hal Hurlock E .2007.Psikologi Perkembangan Suatu
ini Unit Kesehatan Sekolah (UKS) juga berperan Pendekatan Sepanjang Tentang Kehidupan.
penting. Bagi remaja putri, mendapatkan ilmu Jakarta ; Erlangga
Ilmiawati dan Kuntoro, Pengetahuan Personal Hygiene Remaja Putri… 51

Ilmiawati, H. 2016 Perilaku Personal Hygiene Peni C, Kristyan N, Woro O, Perbedaan kadar
Pada Kasus Keputihan Remaja Putri di Hb sebelum dan sesudah pemberian Fe pada
Lembaga Pendidikan Islam Nurul Haromain santri putri di pondok pesantren AL Hidayah
“SMP Plus Fityani”Desa Ngroto Kecamatan Kab.Grobongan. Unnes 2010
Pujon Kabupaten Malang. Universitas Potter, Patricia A. Dan Anne Griffin Perry. 2006.
Airlangga, Surabaya 2016 Buku Ajar Fundamental Keperawatan–
Laila. 2008. Skrining Kanker Serviks dengan Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4, Volume
Metode Skrining Alternatif: IVA. Cermin 2. Jakarta: EGC.
dunia Kedokteran, 133: 22–5 Prateek S, Saurabh R, Shrivastava. Cross
Maghfiroh, K. 2010. Hubungan Pengetahuan Sectional Study Of Knowledge and Practice
tentang personal hygiene dengan penanganan about Reproductive Health Among Female
keputihan pada siswi pondok pesantren Darul Adolescents in Urban Slum of Mumbai,
Hasanah Kali Kondang Demak tahun 2010 journal of family and reproduction. 2011 5(4)
Universitas Muhammadiyah Semarang. 117 – 124
Maulinda. 2010. Hubungan Pengetahuan dengan Putu. 2009. Prevalensi Kejadian Keputihan.
Sikap terhadap Pendidikan Kesehatan http: //www.ziddu.com/download/5028081/
Reproduksi Remaja di SMPN 1 Margahayu. atPrevalensi-kejadian.keputihan.zip diakses
Skripsi Universitas Padjajaran Bandung tanggal 30 januari 2016
Notoatmodjo, S. 2007. Ilmu Kesehatan Sutarno. 2003. Deteksi Dini dan Pencegahan
Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar, Jakarta: Keputihan pada Wanita. FKM Undip:
Rineka Cipta Semarang
Nurul. 2001. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) Tanuwidjaya, S. 2003. Konsep Umum Tumbuh
pada perempuan Indonesia. Depok: Pusat dan Kembang. Jakarta: EGC
Komunikasi Kesehatan Perspektif Gender Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri
Bekerjasama dengan Ford Foundation. Haid. Yogyakarta: ANDI

Anda mungkin juga menyukai