Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

(Bahan Pakan Dan Formulasi Ransum)

OLEH

NAMA : NUR IKSAN


NIM : L1A1 16 106
KELAS :B
ASISTEN : INDRA SAKTI OKTO SAPUTRA

LABORATORIUM UNIT ANALISIS PAKAN TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ternak merupakan hewan yang dipelihara di tempat khusus dan tidak

dibiarkan berkelana di alam terbuka. Penyebutan "ternak" biasanya dianggap "tepat"

apabila hewan yang dipelihara sedikit banyak telah mengalami domestikasi, tidak

sekadar diambil dari alam liar kemudian dipelihara dan dapat diperuntuhkan atau di

manfaatkan sebagian atau keseluruhan tubuhnya.

Pakan merupakan bagian pengeluaran terbesar dalam peternakan, yaitu

sebesar 70% biaya produksi berasar dari pakan. Pakan penting bagi ternak karena

berperan penting dalam proses pertumbuahan dan reproduksi ternak. Bahan pakan

merupakan sesuatu yang diberikan pada ternak (organik atau anorganik) yang dapat

dicerna tanpa menggangu kesehatan ternak. Ada beberapa metode dalam uji kualitas

bahan pakan, diantarannya yaitu uji organoleptis, uji biologis, uji kimia dan uji

mikroskopis. Uji organoleptis yaitu pengamatan bahan pakan yang dapat dilakukan

dengan panca indra. Ternak memerlukan pakan untuk mencukupi segala kebutuhan

hidupnya. Kandungan zat dalam pakan dibutuhkan untuk pertumbuhan. Penyusunan

pakan biasa dikenal dengan istilah ransum pada kalangan peternak yang berarti

menyusun dua bahan pakan atau lebih untuk mencukupi kebutuhan ternak selama 24

jam.

Ransum merupakan susunan dari beberapa bahan pakan dengan perbandingan

tertentu sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak. Ransum dicampur dari
bahan-bahan yang mengandung gizi lengkap seperti protein, lemak, serat kasar,

vitamin dan mineral. Semakin banyak ragam suatu ransum, kualitas ransum akan

semakin baik terutama dari sumber protein hewani. Bahan yang dapat digunakan

untuk mencampur ransum yaitu dedak, jagung, bungkil kedele, bungkil kelapa,

lamtoro, ikan, bekicot, remis, sisa dapur, tepung tulang, kepala atau kulit udang dan

lain-lain. Pada dasarnya mencampur ransum merupakan suatu kegiatan

mengkombinasi berbagai macam bahan makanan ternak untuk memenuhi kebutuhan

ternak akan zat makanan tersebut

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum formulasi ransum ini adalah agar mahasiswa belajar

menyusun suatu formula ransum sesuai dengan tujuan dan kebutuhan ternak.

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh pratikan pada saat pratikum adalah mengetahui apa

saja yang dijelaskan oleh asisten, tentang bagaimana cara penyusunan ransum dan

bahan-bahan apa saja yang digunakan dalam penyususnan ransum serta persentase

pemakaian bahan pakan yang akan digunakan .

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ternak Ruminansia

Ruminansia berasal dari kata latin “Ruminate” yang berarti menunyah

berulang-ulang. Proses ini disebut proses ruminansia yaitu suatu proses pencernaan

pakan yang dimulai dari pakan dimasukkan kedalam rongga mulut dan masuk

kedalam rumen setelah menjadi bolus – bolus dimuntahkan kembali (regurgitasi),

dikunyah kembali (remastikasi), penelan kembali (redeglutasi) dan dilanjutkan proses

fermentasi di rumen dan ke saluran berikutnya (Prawirokusumo, 1994).

Ruminansia adalah hewan pemakan hijauan atau herbivora yang memiliki

lambung dengan beberapa ruangan yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum.

Ruminansia juga memamah pakan yang telah dicerna atau disebut memamah biak

(Hakim, 2009). Jenis ternak ruminasia seperti sapi, kerbau, kambing dan domba

memiliki sistem pencernaan yang khas dan sempurna. Alat pencernaan pada lambung

yang terbagi atas empat bagian, terdiri dari rumen, retikulum, omasum dan

abomasum. Lambung tenak ruminansia mampu mencerna bahan pakan yang

kandungan serat kasarnya tinggi. Kelompok ternak yang memiliki alat pencernaan

seperti ini pakan pokoknya adalah hijauan sedangkan kebutuhan pakan penguat

sebagai bahan tambahan saja (Kanisius, 1990).

2.2 Ternak Unggas

Unggas adalah jenis ternak bersayap dari kelas Aves yang telah didomestikasi

dan cara hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan untuk memberikan nilai
ekonomis dalam bentuk barang (daging dan telur) dan jasa (pendapatan). Termasuk

kelompok unggas adalah ayam (pedaging dan petelur), itik, kalkun, burung puyuh,

burung merpati, dan angsa yang sekarang sudah diusahakan secara komersial

(Yuwanta, 2008). Ayam merupakan ternak unggas yang cepat berproduksi dan banyak

dipelihara oleh masyarakat luas karena relatif murah dan mudah pemeliharaannya

dibandingkan ternak lainnya. Alasan inilah yang mendorong makin

berkembangnya usaha peternakan ayam berskala besar dan modern maupun berskala

kecil (Sofyan dan Wahyu, 1999). Usaha peternakan ayam sering mengalami berbagai

hambatan oleh berbagai sebab, diantaranya kegagalan peternak mengontrol penyakit.

Koksidiosis merupakan salah satu penyakit ayam yang penting (Anonim, 2005).

Penyakit ini telah tersebar diberbagai daerah di Indonesia, termasuk Jawa dan

menyerang berbagai jenis ayam baik ayam potong maupun ayam petelur (Akoso,

2002).

1.3 Bahan Pakan

Bahan pakan merupakan segala sesuatu yang diberikan kepada ternak baik

orgnaik atau non organik untuk memenuhi kebutuhan ternak (Sudarmono, 2003).

Bahan Pakan yang baik adalah bahan pakan yang mengandung seluruh nutrisi dalam

kadar yang tinggi (Rasyaf, 1992).

2.4 Klasifikasi atau Jenis-jenis Bahan Pakan

Bahan pakan adalah suatu bahan yang dimakan oleh ternak yang mengandung

energi dan zat-zat gizi di dalam bahan pakan (Hartadi, 1990). Bahan pakan adalah
bahan yang dapat dimakan, dan digunakan oleh ternak untuk pertumbuhan, produksi

dan hidup pokok ternak, klasifikasi bahan pakan secara internasional telah membagi

bahan pakan menjadi 8 kelas, yaitu hijauan kering, pasture atau hijauan segar, silase,

sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin, dan zat additive

(Tillman et al., 1991). Kebutuhan ternak akan pakan dicerminkan oleh kebutuhannya

terhadap nutrisi. Jumlah nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak,

umur, fase pertumbuhan (dewasa, bunting dan menyusui), kondisi tubuh dan

lingkungan tempat hidupya serta bobot badannya (Tomaszweska, 1993).

2.4.1 Jerami Jagung

jerami jagung adalah salah satu jenis hijauan yang dapat dibuat silase dan

dapat digunakan sebagai pakan. Sebagai limbah pertanian, jerami jagung

mengandung NDF (neutral detergent fiber) dan ADF (acid detergent fiber) yang

tinggi, sehingga apabila dibuat silase masih memerlukan tambahan bahan lain (Anas

dan Andy, 2010). Jerami jagung memiliki kandungan BETN 37,9%, serat kasar

35,7%, lemak kasar 1,56%, abu 12,32% dan protein kasar 3,7- 4,3% (Agus, 2007).

2.4.2 Kulit Kacang Tanah

kulit kacang tanah dapat digunakan sebagai campuran pakan ternak (Susanti,

2008). Kulit kacang tanah memiliki kandungan nutrisi BK 86 %, abu 8,1%, serat

kasar 24,8%, protein kasar 14,3%, dan BETN 39,3% (Agus, 2007).

2.4.3 Rumput Raja, (Pennisetum purpureophoides)


Merupakan rumput yang tumbuh tegak berumpun, batang tebal, daun yang

agak lebar, ada bulu pada helaian daun dekat ligula (Rukmana, 2005). Rumput raja

memiliki kandungan nutrien serat kasar sebesar 21,73%, protein kasar 16,30%, BK

65,5 %, dan kadar abu 8% (Astuti, 2011).

2.4.4 Jagung

Merupakan golongan bahan pakan sumber energi karena memiliki Bahan

Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN), merupakan karbohidrat yang larut dalam air berupa

monosakarida, disakarida, pati, dan mungkin sebagian termasuk hemiselulosa (Rianto

dan Purbowati, 2011). Jagung mengandung serat kasar sebesar 2,2%, protein kasar

8,9%, kadar abu 1,7%, lemak kasar 4,0%, dan mempunyai rasa yang manis karena

memiliki fruktosa yang tinggi sebagai energi untuk metabolisme ternak (Santoso,

1986)

1.5 Syarat-syarat Bahan Pakan

1.5.1 Kandungan nutrisi yang baik

Bahan pakan yang akan digunakan untuk ternak sebaiknya memiliki

kandungan nutrisi yang tinggi. Anda dapat mengetahui kandungan nutrisi tersebut

dari literatur seseorang yang sudah melakukan uji kualitas. Apabila anda masih

mengalami keraguan tentang kandungan nutrisi dalam bahan pakan tersebut anda

dapat melakukan uji kualitas nutrisinya seperti Kandungan protein kasar, lemak kasar,

serat kasar, BETN, TDN, air, kalsium, fosfor maupun asam amino. Kebutuhan nutrisi
berbeda untuk setiap jenis ternak, jadi anda dapat mengetahui apakah bahan pakan

tersebut cocok untuk ternak anda.

1.5.2 Ketersediaannya selalu kontinyu (Selalu ada)

Ketersediaan selalu kontinyu ini maksudnya adalah bahan baku yang akan

digunakan harus terjamin ketersediaannya (mudah didapat). Jadi anda tidak perlu

bingung untuk stock dihari yang akan datang. Hal ini dimaksudkan untuk menghidari

terlalu seringnya pergantian bahan pakan, karena pergantian bahan baku yang terlalu

sering dapat menyebabkan stres, ternak harus beradaptasi dengan bahan pakan yang

baru yang berakibat produktifitas ternak menjadi kurang optimal.

1.5.3 Harga bahan pakan murah

Usaha dalam bidang peternakan, 80% dari total keseluruhan biaya usaha

ternak digunakan untuk pemenuhan pakan. Jadi dalam pemilihan bahan pakan ternak,

anda dapat memilih bajan pakan yang harganya murah. Hal ini dapat menekan biaya

yang dikeluarkan untuk pakan, diharapkan dapat menekan biaya produksi.

1.5.4 Tidak bersaing dengan manusia

Bahan pakan yang dipakai untuk ternak jangan sampai bersaing dengan

kebutuhan pokok makanan manusia. Anda dapat menggunakan bahan pakan dari

limbah industri atau pertanian yang sudah tidak dimanfaatkan untuk makanan

manusia.

1.5.5 Daya cerna/ kecernaan pakan.

Ini merupakan ukuran untuk potensi zat gizi pakan yang bisa digunakan oleh

ternak untuk sintesis jaringan dalam tubuhnya sehingga menghasilkan produk sesuai
yang diinginkan. Bahan pakan yag memiliki kandungan nutrisi tinggi belum tentu

memiliki kecernaan yang baik pula. Karena ada banyak faktor yang mempengaruhi

hal ini. Untuk mengetahui tingkat kecernaan pakan ada tiga metode yang

dikembangkan yaitu In-vitro, In-sacco dan In-vivo

1.5.6 Palatabilitas (Kesukaan)

Ini perlu diperhatikan apakah ternak mau mengkonsumsi bahan pakan atau

tidak, karena walaupun kandungan zat gizinya tinggi dengan kualitas yang baik,

namun apabila ternak tidak menyukai dan tidak mau mengkonsumsi, maka bahan

pakan tersebut tidak bisa dijadikan pakan yang bermanfaat bagi ternak. Untuk itu jika

suatu bahan pakan mempunyai zat gizi yang baik tapi palatabilitasnya rendah maka

perlu dicari cara untuk meningkatkan palatabilitasnya tersebut yaitu dengan

menambahkan suatu zat atau dengan proses pengolahan tertentu sehingga dapat

meningkatkan palatabilitas pakan tersebut. Untuk memperoleh produktivitas ternak

yang tinggi maka pakan yang kandungan zat gizi dan palatabilitasnya tinggi harus

mempunyai daya cerna yang tinggi sehingga zat gizi yang dikonsumsi dapat

dimanfaatkan oleh ternak.

1.5.7 Tidak beracun atau tidak mengandung zat antinutrisi

Syarat wajib bahan pakan yang digunakan untuk ternak adalah tidak

mengandung racun (toksik) yang dapat mengganggu kesehatan dan menurunkan

produktivitas ternak. Selain itu, anda wajib memperhatikan juga zat anti nutrisi dalam

ransum, karena zat tersebut dapat menurunkan kecernaan ransum ternak. Adanya zat

antinutrisi seringkali menjadi faktor penghambat dalam pemakaian bahan baku


ransum alternatif. Cari informasi dalam penelitian-penelitian orang lain, apakah zat

antinutrisi itu dapat dihilangkan atau tidak, karena sekarang sudah banyak penelitian

tentang cara menghilangkan zat antinutrisi.

BAB III

METODELOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum dengan materi pada hari Sabtu, 1

Juni 2018 pada pukul 10.00 – Selesai WITA. dilaksanakan Laboratorium Unit

Analisis Pakan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo, Kndari.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan Pada Praktikum Bahan Pakandan Formulasi

Ransumdapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel. 1 Alat dan Keterangan


No Alat Keterangan
1 Kertas Untuk menulis yang di jelaskan asisten
2 Pulpen Sebagai alat tulis
3 Camera Untuk dokumentasi

Adapun bahan yang digunakanpada Praktikum BahanPakan danFormulasi

Ransum dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel. 2 Bahant dan Keterangan


No Bahan Keterangan
1 Jagung Bahan pengamatan
2 Dedak Bahan pengamatan
3 Tepung ikan Bahan pengamatan
4 Tepung bulu Bahan pengamatan
5 Minyak Bahan pengamatan
6 VItaChick Bahan pengamatan

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam Praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum yaitu:

1. Menyiampan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Mendengarakan dan menyimak penjelasan asisten praktikum

3. Mencacat penjelasan asisten


4. melakukandokumentasi

5. membuat laporan hasil praktiku

BAB IV

PEMBAHASAN

5.1 Pakan Sumber Energi

5.1.1 Jagung
Jagung berwarna kuning, tidak bau, memiliki rasa hambar, tekstur

halus dan berbentuk butiran. Jagung merupakan salah satu makanan pokok pengganti

sebagai sumber karbohidrat. Jagung memiliki kandungan nutrisi diantaranya yaitu

dapat diliat pada Tabel 3

Tabel 3. Kandungan nutrien jagung


Jagung
No
Kandungan Persentasi%
1 PK 8.9
2 Abu 1.7
3 Lemak 4.0
4 SK 2.2

Hal ini sesuai dengan pendapat Rianto dan Purbowati (2011) yang

menyatakan bahwa jagung merupakan golongan bahan pakan sumber energi karena

memiliki karbohidrat yang larut dalam air monosakarida, disakarida, pati. Jagung

memiliki kandungan PK 8,9% dan memiliki rasa manis yang menandakan ada kadar

gula di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (1986) yang menyatakan

bahwa jagung mengandung serat kasar sebesar 2,2%, protein kasar 8,9%, kadar abu

1,7%, lemak kasar 4,0%, dan mempunyai rasa yang manis karena memiliki fruktosa

yang tinggi sebagai energi untuk metabolisme ternak.

5.1.2 Dedak

Dedak termasuk sumber energi, memiliki warna krem, bau khas, rasa hambar,

tekstur halus dan bentuk serbuk. Memiliki kandungan nutrisi diantaranya yaitu dapat

diliat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan nutrien dedak


Dedak
No
Kandungan Persentasi%
1 PK 8,5
2 Abu 12,6
3 Lemak 4,2
4 SK 17.0

Hal ini sesuai pendapat Hartadi et al. (1993) yang menyatakan bahwa Dedak

merupakan sumber energi yang memiliki kandungan nutrisi diantaranya serat kasar.

Hal ini diperkuat pendapat Suprijatna et al. (2005) yang menyatakan bahwa

penggunaan dedak kurang lebih 57% dari total pakan, sebagai bahan pakan yang

ekonomis dedak juga memiliki kekurangan yaitu mengandung pitat dalam ikatan

fosfor sehingga daya cernanya rendah, mudah tengik, dang mengganggu penyerapan

kalsium.

5.2 Sumber Protein

Sunarso dan Christiyanto (2011) yang menyatakan bahwa sumber protein

adalah pakan yang mengandung protein lebih dari 20%. Bahan pakan yang termasuk

sumber protein ada 2, yaitu nabati dan hewani. Contoh sumber protein nabati

diantaranya, yaitu bungkil kedelai dan bungkil kacang tanah sadangkan contoh

sumber protein hewani diantaranya tepung ikan, limbah udang, tepung daging dan

tepung darah. Hal ini sesuai dengan pendapat Uhi (2006) yang menyatakan bungkil

kedelai merupakan salah satu bahan pakan yang sangat baik bagi ternak, kadar

protein pada bungkil kedelai dapat mencapai 50%.

5.2.1 Tepung ikan


Tepung ikan termasuk sumber protein hewani, memiliki warna coklat, bau

amis, rasa ikan, tekstur kasar dan bentuk serbuk. Tepung ikan memiliki kandungan

nutrisi dapat diliha pada tabel 5.

Tabel 5. Kandunngan nutrien tepung ikan


Jagung
No
Kandungan Persentasi%
1 PK 52.6
2 Abu 20.7
3 Lemak 6.8
4 SK 2.2

Hal ini diperkuat pendapat Uhi, (2006) yang menyatakan bungkil kedelai

merupakan salah satu bahan pakan yang sangat baik bagi ternak, kadar protein pada

bungkil kedelai dapat mencapai 50%.

5.2.2 Tepung bulu

Bulu ayam mempunyai potensi yang cukup tinggi dijadikan sebagai pakan

ternak unggas mengingat kandungan gizirrya yang tinggi. Disamping itu juga

ketersediaannya yang cukup banyak karena jumlah pemotongan ayarn di Sumatera

Barat cukup banyak yaitu 10.299.860 ekor/tahun (BPS Surnbar, 2000) tentu akan

dihasilkan lirnbah berupa bulu yang cukup banyak juga. sesuai dengan pendapat

Wahju (1992) bahwa bulu ayam sekitar 7 % dan berat badan. Kalau tidak

dimanfaatkan tentu akan rnenjadi limbah yang akan merusak lingkringan. Tepung

bulu mengandung protein yang sangat tinggi tapi tidak bisa diberikan pada ternak

khususnya unggas karena mempunyai faktor pembatasberupa keratin yang sulit

dicerna oleh unggas.


5.2.3 Tepung idigofera

Indigofera sp. merupakan tanaman leguminosa dengan genus Indigofera dan

memiliki 700 spesies yang tersebar mulai dari benua Afrika, Asia, Australia,

danAmerika Utara. Jenis leguminosa pohon ini cocok dikembangkan di Indonesia

karena toleran terhadap musim kering, genangan air, dan tahan terhadap salinitas

(Hassen etal., 2007). Selain itu pertumbuhannya sangat cepat, adaptif terhadap

tingkat kesuburan rendah, mudah dan murah pemeliharaannya. Indigofera sp. sangat

baik dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak karena kandungan bahan organik

hijauan ini dapat meningkat dengan adanya pemberian pupuk organik sehingga nilai

kecernaan juga dapat meningkat (Suharlina, 2010). Kandungan tepung indigofera

daapat dilihat pada tabel 6

Tabel 6. Kandungan nutrien tepung indigofera


Indigofera
No
Kandungan Persentasi%
1 PK 22.30
2 NDF 18.90
3 ADF 62.23
4 SK 10.9

5.3 Vita chick

Vitachick merupakan bahan pakan yang termasuk dalam sumber vitamin.

Vitachick berbentuk serbuk, berbau khas seperti obat, berwarna orange, memiliki rasa

asam, bertekstur halus, berbentuk serbuk. Vitachick memiliki kandungan vitamin

yang tinggi, berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan ayam. Hal ini sesuai dengan
pendapat Winarno (1994) yang menyatkan bahwa vitachick memiliki kandungan

vitamin yang tinggi seperti vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, vitamin B12, vitamin

A, dan vitamin D3 yang berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan ayam. Hal ini

diperkuat dengan pendapat Rasyaf (1992) yang menyatakan bahwa bahwa vitachick

merupakan bahan pakan yang dapat mempercepat pertumbuhan.

BAB V

SIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Klasifikasi bahan pakan meliputi pakan contohnya jagung,dedak, tepung ikan,

tepung bulu dan sebagainya. Sumber energi contohnya jagung dan dedak. Sumber
protein contohnya tepung ikan dan tepung indigofera. Sumber mineral contohnya top

mix dan tepung cangkang telur. Sumber vitamin contohnya vitachick. Bahan aditif

contohnya asam cuka. Penyusunan ransum harus sesuai dengan kebutuhan ternak,

agar ternak dapat tumbuh secara maksimal. Kebutuhan ternak yang utama adalah

energi, protein, mineral, vitamin, dan air serta memperhatikan faktor-faktor pembatas

pada suatu pakan ternak sebelum menyusun ransum.

5.2. Saran

Saran yang dapat saya utarakan pada praktikum bahan pakan dan formulasi

ransum ini yaitu untuk praktikum selanjutnya sebaiknya praktikan tidak hanya

sekedar di jelaskan oleh asisten melinkan melakukan penyusunan ransum secara

langsung biar mahasiswa lebih paham.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, A. 2007. Panduan Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Badian Nutrisi dan
Makanan Ternak. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Alamsyah, S. dan Muhamad Y. K. 2012. Uji organoleptik, fisik dan kimia pakan
buatan untuk ikan bandeng yang disubsitusi dengan tepung cacing tanah. J.
Akuakultur indonesia 11 (2) : 124 – 131.
Allama, H., O. Sofyan, E. Widodo dan H. S. Prayogi. 2012. Pengaruh penggunaan
tepung ulat kandang dalam pakan terhadap penampilan produksi ayam
pedaging. J. Ilmu-ilmu Peternakan 22 (3) : 1 - 8.
Aminudin, S. 1986. Beberapa Jenis dan Metoda Pengawetan Hijauan Pakan Ternak
Tropika.Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto. (Skripsi).
Anas, S dan Andy. 2010. Kandungan NDF dan ADF silase campuran jerami jagung
dengan beberapa level daun gamal. J. Agrisistem 6 (2) : 77 – 81.
Astuti, N. 2011. Pengaruh pemotongan terhadap kandungan nutrien rumput raja. J.
agrisains 2 (3) : 8 – 16.
Hargono, Abdullah dan I. Sumantri. 2008. Pembuatan kitosan dari limbah cangkang
udang serta aplikasinya dalam mereduksi kolestrol lemak kambing. J. Reaktor
12 (1) : 53 – 57.
Hartadi, H., Soedomo, R. dan Allen, D. F. 1990. Tabel Komposisi Pakan Untuk
Indonesia. UGM Press, Yogyakarta.
Kartadisastra, H. R. 1994. Pengelolaan Pakan Ayam Kiat Meningkatkan Keuntungan
dalam Agribisnis Unggas. Kanisius, Jakarta.
Kushartono, B. 2000. Penentuan kualitas bahan baku pakan dengan cara organoleptik
. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Lubis, D. A. 1963. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan Djakarta, Jakarta.

Nugroho, C. S., O. Sofjan dan E. Widodo. 2012. Pengaruh penambahan prebiotik


dalam air minum terhadap kualitas telur ayam petelur. Fakultas Peternakan,
Universitas Brawijaya, Malang. (Skripsi).
Rahadianto, A., Osfar, S dan Irfan H. D. 2013. Efek penambahan beberapa sumber
kalsium dalam pakan terhadap kualitas eksternal telur ayam petelur. Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
Rianto, E dan E. Purbowati. 2009. Beternak Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rukmana, R. 2003. Ayam Buras. Kanisius, Yogyakarta.
Rukmana. 2005. Budi Daya Rumput Unggul. Kanisius, Yogyakarta.
Samadi, 2012. Konsep ideal protein (asam amino) fokus pada ternak ayam pedaging.
J. Agripet 3 (12) : 1 - 9.
Sholeh, T., W. Saregat dan U. Atmomarso. 2012. Pengaruh perendaman lama periode
pemberian pakan dan level protein terhadap laju pakan, konsumsi protein dan
kecernaan protein ayam Pelung umur 1 minggu sampai 11 minggu. J. Animal
Agrikultural 1 (1) : 133 - 142.
Siaka, I. M. 2009. Analisis bahan pengawet benzoat pada saos tomat yang beredar di
wilayah Kota Denpasar. J. Kimia 3 (2): 87-92.
Sitous, J. P. P.A. 2009. Pemanfaatan pemberian tepung cangkang telur ayam Ras
dalam ransum terhadap performans burung Puyuh umur 0 – 42 hari. Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatra Utara, Medan. (Skripsi).
Sudarmono, A. S. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius,
Yogyakarta.
Suhaidi, I. 2003. Pengaruh Lama Perendaman Kedelai dan Jenis Zat Penggumpal
Terhadap Mutu Tahu. Jurusan Teknologi Pertanian. Universitas Sumatera
Utara. (Skripsi).
Sunarso dan M. Christiyanto. 2011. Manajemen Pakan. Universitas Diponegoro,
Semarang.

Suprijatna, E., Atmomarsono, U dan Kartasudjana, R. 2005. Ilmu Dasar Ternak


Unggas, Swadaya, Jakarta.
Supriyadi dan Musofie A. 2002. Hijauan Pakan dan Kegunaan Lainya Dilahan
Kering, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Yogyakarta.
Susanti. 2008. Potensi kulit kacang tanah sebagai adsorben zat warna reaktif
cibacronred. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Insititut
Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi).
Susanto, Dwi. 2011. Potensi Bekatul Sebagai Sumber Antioksidan Dalam Produk
Selai Kacang. Universitas Diponegoro. Semarang.
Sutama, I. K dan Budiarsana IGM. 2009. Panduan Lengkap Kambing Domba.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Swastawati, F., I. Wijayanti dan E. Susanto. 2008. Pemanfaatan limbah kulit udang
menjadi edible coating untuk mengurangi pencemaran lingkungan. 4 (4) : 101
– 106
Syam, Z. Z., H. A. Kasim dan Hj. M. Nurdin. 2014. Pengaruh serbuk cangkang telur
ayam terhadap tinggi tanaman Kamboja Jepang. J. E-Jipbiol 4 (3) : 9 – 15.
Uhi, H. T. 2006. Perbandingan suplemen katalik dengan bungkil terhadap penampilan
domba. J. Ilmu ternak 6 (1) : 1 – 6.

Anda mungkin juga menyukai