GASTROENTRITIS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
A. DEFINISI
Gastroenteritis didefinisikan sebagai inflamasi dari membran mukosa saluran
pencernaan yaitu di lambung, usus halus dan usus besar. Gastroenteritis ditandai
dengan gejala utamanya yaitu diare, muntah, mual dan kadang disertai demam dan
nyeri abdomen (Beers H. et. al, 2003). Sekiranya tidak ditangani segera dapat
mengakibatkan kehilangan cairan (dehidrasi) dan gangguan keseimbangan elektrolit
sehingga dapat menyebabkan kematian terutamanya pada anak. Kebanyakan kasus
gastroenteritis bersifat infeksius, namun dapat juga terjadi akibat konsumsi obat-
obatan dan bahan-bahan toksik seperti plumbum (Marcdante J. et. al, 2011).
Penularan gastroenteritis dapat melalui rute fekal-oral dari orang ke orang atau
melalui air dan makanan yang terkontaminasi (Cecily Lynn Betz & Linda A. Sowden,
2009).
B. KLASIFIKASI
1. Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :
a. Berdasarkan lama waktu :
Akut : berlangsung< 5 hari
Persisten : berlangsung 15-30 hari
Kronik : berlangsung> 30 hari
b. Berdasarkan mekanisme patofisiologik
Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
c. Berdasarkan derajatnya
Diare tanpa dihindrasi
Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
Diare dengan dehidrasi berat
4. Berdasarkanlamanyadiare:
a. Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 7 hari.
b. Diare prolong yaitu, diare yang berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kronik yaitu, diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to
thrive) selama masa diare tersebut.
C. EPIDEMIOLOGI
Gastroenteritis merupakan suatu penyakit yang umum pada anak usia di
bawah 5 tahun. Gastroenteritis akut terjadi di Amerika dengan 37 juta kasus setiap
tahun. Di Indonesia merupakan penyakit utama kedua yang paling sering
menyerang anak – anak. Rotavirus adalah penyebab dari 35-50 % hospitalisasi
karena gastroenteritis akut, antara 7- 17 % disebabkan adenovirus dan 15%
disebabkan bakteri.
Bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang menderita gastroenteritis akut dari
bayi yang mendapat susu formula. (Wong, 2007 dalam Winarsih, 2011). Data
Departemen Kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia
saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,6 –
2,2 episode diare setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Angka kematian diare
golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita (Ratnawati, 2008).
Penyakit Diare Akut (DA) atau Gastroenteritis Akut (GEA) masih merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian anak di Indonesia dengan mortalitas 70-
80% terutama pada anak dibawah umur lima tahun (Balita) dengan puncak umur
antara 6-24 bulan (Subianto, 2001 dalam Wicaksono, 2011). Di seluruh dunia
diperkirakan diare menyebabkan 1 milyar episode dengan angka kematian sekitar 3-
5 miliyar setahunnya. Pada tahun 1995 Depkes RI memperkirakan terjadi episode
diare sekitar 1,3 miliyar dan kematian pada anak balita 3,2 juta setiap tahunnya
(Soebagyo, 2008 dalam Wicaksono, 2011).
E. MANIFESTASI KLINIS
Umumnya, gejala yang timbul adalah dalam bentuk kombinasi dari muntah,
diare, nyeri abdomen, demam dan kurang nafsu makan. Namun, gejala utama dari
gastroenteritis adalah diare dengan atau tanpa muntah yang dapat disertai dengan
gejala sistemik seperti demam, letargi dan nyeri abdomen (Merck manuals, 2003).
F. FAKTOR RESIKO
1. Anak-anak usia dibawah dua tahun lebih rentan terhadap infeksi gastroenteritis
karena system kekebalan tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang.
2. Dewasa tua, karena sistem kekebalan tubuh orang dewasa cenderung menjadi
kurang efisien di kemudian hari.
3. Siapapun dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
4. Pasien yang menggunakan obat untuk menekan produksi asam lambung sehingga
produksi asam lambung berkurang dan meningkatkan resiko infeksi.
5. Mengkonsumsi makanan high-fat sehingga melindungi mikroba dari asam lambung.
G. PATOFISIOLOGI
⁻ Lampiran
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Tinja
Makroskopis dan mikroskopis
Biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab
Tes resistensi terhadap berbagai antibiotik (pada diare persisten)
PH dan kadar gula jika diduga ada toleransi gula (sugar
intolerance)
b. Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap
Analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca dan P serum
pada diare disertai kejang)
PH dan cadangan alkali untuk menentukan gangguan
keseimbangan asam basa
Kadar uream dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal
c. Duodenal Intubation
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif terutama pada diare kronik.
I. KOMPLIKASI
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
a. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
1. Dehidrasi ringan.
1 jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari, kemudian 125 ml / Kg BB / oral
2. Dehidrasi sedang.
1 jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / oral, kemudian 125 ml / kg BB / hari.
3. Dehidrasi berat.
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg
- 1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set
1 ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg BB / menit.
- 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set
1 ml = 20 tetes ).
- 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau
minum,teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3
tetes / kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg
- 1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit (infus set
1 ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
- 7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau
minum dapat diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit
atau 3 tetes / kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg
- 1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus
set 1 ml = 20 tetes ).
- 16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
Ada hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang
cepat dan akurat, yaitu:
Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat ini cairan RL merupakan
cairan pilihan karena tersedia cukup banyak, meskipun jumlah kaliumnya
lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium cairan tinja.
Apabila tidak tersedia cairan ini, boleh diberkan cairan NaCl isotonik.
Sebaiknya ditambahkan satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap
satu liter infus NaCl isotonik. Asidosis akan dapat diatasi dalam 1-4 jam.
Pada keadaan diare akut awal yang ringan, dapat dengan cairan/bubuk
oralit, yang dapat diminum sebagai usaha awal agar tidak terjadi rehidrasi
dengan berbagai akibatnya.
Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya jumlah cairan yang
hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan.
Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan memakai cara:
BJ Plasma dengan memakai rumus:
Kebutuhan cairan:
BJ Plasma – 1.025 x BB (Kg) x 4 ml
0.001
Metode Pierce berdasarkan kriteria klinis:
Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% X KgBB
Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% X KgBB
Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% X KgBB
Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis yang diberikan
penilaian/skor sebagai berikut:
Pemeriksaan Skor
Rasa haus/muntah 1
Suara serak 2
Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolen, spoor atau koma 2
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1
Tekanan darah sistolik < 60 mmHg 2
Frekwensi Nadi > 120 x/menit 1
Frekwensi nafas > 30 x/menit 1
Turgor kulit menurun 1
Facies cholerica/wajah keriput 2
Ekstremitas dingin 1
Washer’s woman’s hand 1
Sianosis 2
Umur 50-60 tahun -1
Umur > 60 tahun -2
Zein, Umar., Sagala, Khalid H., Ginting, Josia. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri.
Sumatra Utara. Universitas Sumatra Utara. . (Diakses 22 Februari 2016:
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../penydalam-umar5.pdf).
https://www.scribd.com/doc/49627041/Gastroenteritis. Diakses pada tanggal 04
maret 2016
Arif, Mansjoer, dkk, 2000 . Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. FKUI, Jakarta:
Medica Aesculpalus
Beers, M. H., Fletcher, A. J., Jones, T. V., Porter, R., 2003. The Merck Manual of
Medical Information. 2nd ed. New York : Pocket Books.
Cecily Lynn betz & Linda A.Gowden.2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik, ed.5.
Jakarta : EGC
Beers, M. H., Fletcher, A. J., Jones, T. V., Porter, R., 2003. The Merck Manual of
Medical Information. 2nd ed. New York : Pocket Books.
Soeparman, 1990, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II,Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran UniversitasIndonesia
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.
Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi & Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (2006). Jilid 1. Edisi 4. Jakarta : FKUI.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika