Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif dan kualiatif.

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan keterampilan dalam struktur

fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,

sebagai hasil proses pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses

diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang

berkembangan sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi

fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku

sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.1

Pada umumnya anak memiliki pola perkembangan normal yang

merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.

Faktor-faktor tersebut adalah faktor genetik dan faktor lingkungan diantaranya

biofisiko-psikososial, yang bisa menghambat dan mengoptimalkan perkembangan

anak. Faktor lingkungan secara garis besar di bagi menjadi faktor lingkungan

prenatal, faktor lingkungan perinatal dan faktor lingkungan pascanatal.1

Keterlambatan perkembangan global atau Global Developmental Delay

(GDD) adalah keterlambatan bermakna pada dua atau lebih ranah perkembangan

(motorik kasar, motorik halus, kognitif, bicara/bahasa, personal/sosial, aktivitas

kehidupan sehari-hari). Global Developmental Delay bukan sinonim dari retardasi

mental atau disabilitas intelektual. Angka kejadian GDD sekitar 1% sampai 3%

1
pada anak berusia kurang dari 5 tahun, oleh karena itu perlu dilakukan skrining

perkembangan secara rutin. Masalah perkembangan pada anak khusus

nyaketerlambatan perkembangan umum sering dijumpai dan membutuhkan

evaluasi dari aspek neurologi anak. Oleh karena itu diagnosis awal dan

pengenalan tanda-tanda gangguan perkembangan sangatlah penting.2,3

Masalah perkembangan dan perilaku merupakan masalah yang sering

ditemukan pada anak setelah infeksi akut dan trauma. Kurang lebih sebesar 15-

18% anak di Amerika Serikat memiliki gangguan perkembangan atau gangguan

perilaku. Sebanyak 25% anak memiliki masalah psikososial serius. Orang tua

seringkali mengesampingkan masalah ini karena menganggap dokter tidak tertarik

atau tidak bisa membantu. Diperlukan upaya melakukan pemantauan

perkembangan dan skrinning kemungkinan adanya masalah saat kunjungan

kesehatan, terutama pada masa pra-sekolah.4

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Normal

1. Periode Neonatus

Refleks primitif neonatal sangat khas untuk neonatus. Setiap

asimetri, peningkatan atau penurunan tonus yang dipicu oleh gerakan

pasif menujukkan adanya abnormalitas sistem saraf pusat dan

memerlukan evaluasi lebih lanjut. Demikian pula, keterlambatan

menghilangnya refleks primitif memerlukan evaluasi sistem saraf pusat.

Refleks yang paling penting untuk dinilai pada periode neonatus adalah:4

 Refleks moro, yang dibangkitkan dengan menimbulkan sensasi

jatuh. (dalam posisi telentang, kepala dibiarkan jatuh dengan cepat

beberapa cm ke tangan pemeriksa). Respons bayi adalah abduksi

dan tangan terbuka ke atas diikuti oleh gerakan adduksi dan fleksi.

 Refleks rooting, dibangkitkan dengan menyentuh sudut mulut bayi.

Respons yang diharapkan adalah turunnya bibir pada sisi yang

sama dengan pergerakan lidah ke arah stimulus. Wajah bayi dapat

menengok ke arah stimulus

 Refleks hisap, terjadi jika benda diletakkan ke dalam mulut pasien.

Respons bayi adalah dengan menghisap kuat. Refleks hisap ini

akan digantikan oleh hisap volunter

3
 Refleks genggam, timbul jika satu objek diletakkan pada telapak

tangan bayi (palmar graps) atau telapak kaki (plantar graps). Bayi

merespons dengan fleksi jemari

 Refleks asymetric tonic neck, dibangkitkan dengan menempatkan

bayi pada posisi telentang dan memalingkan kepala ke satu sisi.

Gerakan ini menyebabkan ekstensi lengan ipsilateral dan kaki tidak

selalu dalam kondisi fleksi, sisi kontralateralnya fleksi.

2. Bayi Akhir

Pada perkembangan motorik kasar, bayi awalnya mampu

mengontrol postur tubuhnya, kemudian otot proksimal dan paling

terakhir adalah otot distal. Seiring dengan perkembangan bayi orangtua

mungkin mengamati adanya deformitas ortopedik. Bayi juga dapat

mengalami deformitas akibat posisi intrauterin. Pemeriksaan fisis yang

cermat dapat menilai apakah deformitasnya menetap atau dapat

digerakkan secara pasif ke posisi yang benar. Jika posisi sendi bayi

tampak abnormal, tetapi pemeriksa dapat menggerakkan ekstremitas

secara pasif ke posisi yang tepat maka doformitas ini kemungkinan besar

akan membaik dengan berkembangnya motorik kasar. Deformitas yang

menetap memerlukan konsultasi dengan ahli ortopedik anak segera.4

Evaluasi penglihatan dan gerakan mata penting untuk mencegah

komplikasi serius strabismus. Pemeriksaan “tutup” dan refleks cahaya

perlu dilakukan pada setiap kunjungan kesehatan.4

4
3. Usia Sekolah/Awal Remaja

Anak usia sekolah yang lebih besar yang mulai berpartisipasi

dalam olahraga kompetitif seharusnya dilakukan anamnesis dan

pemeriksaan fisis lengkap, termasuk evaluasi sistem kardiovaskuler.

Terjadi perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan

meningkatnya ketrampilan dan proses berfikir.4,5

4. Remaja

Remaja memerlukan penilaian kesehatan secara komprehensif

untuk memastikan bahwa remaja dapat melawati masa pubertasnya

dengan lancar. Masalah lain pada perkembangan fisis termasuk skoliosis,

obesitas, dan masalah ortopedik. Maturitas seksual merupakan masalah

penting lainnya pada remaja. Semua remaja harus dinilai derajat

maturitas seksualnya. Pemantauan kemajuan derajat maturasi seksual

merupakan komponen penting evaluasi masa pubertas yang tengah

berlangsung.4

5. Tahapan Perkembangan

Penilaian tahapan perkembangan ini lebih ditekankan saat

observasi oleh klinisi atau laporan dari orangtua. Pendekatan ini,

membandingkan perilaku pasien dengan perilaku anak normal seusianya

dan juga menilai sekuens perkembangan yang sesuai kelompok umur

spesifik. Perkembangan sistem neuromuskular, seperti halnya organ lain

dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan.4

5
Meskipun sekuens perkembangan spesifik dapat digunakan untuk

menilai perkembangan anak (motorik kasar, motorik halus, dan bahasa),

tetapi perkembangan sosial dan emosional memerlukan alat penilaian

yang lebih spesifik. Adapun tahapan perkembangan anak menurut

umur:4,5

6
7
6. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Tumbuh Kembang5

 Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang

anak.

8
a. Ras/etnik atau bangsa, Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa

Amerika, maka ia tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa

Indonesia atau sebaliknya.

b. Keluarga, Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur

tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus.

c. Umur, Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa

prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.

d. Jenis kelamin, Fungsi reproduksi pada anak perempuan

berkembang lebih cepat daripada laki laki. Tetapi setelah

melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih

cepat.

e. Genetik, (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi

anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan

genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti

kerdil.

 Faktor luar (ekstemal).

1. Faktor Prenatal

a. Gizi Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir

kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin.

b. Mekanis Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan

kelainan kongenital seperti club foot.

9
c. Toksin/zat kimia Beberapa obat-obatan seperti

Amlnopterin, Thalldomid dapat menyebabkan kelainan

kongenital seperti palatoskisis.

d. Endokrin Diabetes melitus dapat menyebabkan

makrosomia, kardiomegali, hiperplasia adrenal.

e. Radiasi Paparan radium dan sinar Rontgen dapat

mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali,

spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak,

kelainan kongential mata, kelainan jantung.

f. lnfeksi lnfeksi pada trimester pertama dan kedua oleh

TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes

simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin: katarak,

bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung

kongenital.

g. Kelainan imunologi Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar

perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu

membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin,

kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah

janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya

mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kem icterus yang

akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.

10
h. Anoksia embrio Anoksia embrio yang disebabkan oleh

gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan

terganggu.

i. Psikologi ibu Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan

salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.

2. Faktor Persalinan, komplikasi persalinan pada bayi seperti

trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan

otak.

3. Faktor Pasca Persalinan

a. Gizi, untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan

yang adekuat.

b. Penyakit kronis/ kelainan kongenital, tuberkulosis, anemia,

kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi

pertumbuhan jasmani.

c. Lingkungan fisis dan kimia, lingkungan sering disebut

melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi

sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi

lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari,

paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri,

rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap

pertumbuhan anak.

d. Psikologis, hubungan anak dengan orang sekitarnya.

Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya

11
atau anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami

hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

e. Endokrin, gangguan hormon, misalnya pada penyakit

hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan

pertumbuhan.

f. Sosio-ekonomi, kemiskinan selalu berkaitan dengan

kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan

ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.

g. Lingkungan pengasuhan, pada lingkungan pengasuhan,

interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang

anak.

h. Stimulasi Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi

khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat

mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota

keluarga lain terhadap kegiatan anak.

i. Obat-obatan, pemakaian kortikosteroid jangka lama akan

menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan

pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang

menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan

7. Aspek Perkembangan Yang Di Pantau5

 Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh

12
yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan

sebagainya.

 Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan

bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil,

tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu,

menjimpit, menulis, dan sebagainya.

 Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,

berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.

 Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan

selesai bermain}, berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi

dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.

B. Keterlambatan perkembangan

1. Definisi

Keterlambatan perkembangan umum (KPU) atau global

developmental delay (GDD) adalah bagian dari ketidakmampuan

mencapai perkembangan sesuai usia, dan didefinisikan sebagai

keterlambatan dalam dua bidang atau lebih perkembangan motor

kasar/motor halus, bicara/ berbahasa, kognisi, personal/sosial dan

aktifitas sehari-hari. Istilah ini digunakan bagi anak yang berusia kurang

dari lima tahun. Istilah KPU menggambarkan keadaan klinis yang

13
berhubungan dengan berbagai penyebab dan ketidaksesuaian

perkembangan adaptasi serta belajar pada kelompok umur tertentu.3

2. Epidemiologi

Prevalensi yang sebenarnya keterlambatan perkembangan umum

tidak diketahui dengan pasti. Diperkirakan 5%-10% anak mengalami

masalah keterlambatan perkembangan. 1-3 Keterlambatan perkembangan

umum merupakan bagian dari keterlambatan perkembangan, dengan

prevalensi 1%-3%. Kebanyakan pasien KPU adalah laki-laki.3

3. Etiologi

Penyebab keterlambatan perkembangan umum yang terbanyak

adalah kelainan kromosom dan malformasi otak, tetapi banyak juga

penyebab lainnya. Keterlambatan perkembangan umum pada pasien

dengan kelainan fisik nyata atau riwayat penyakit berat dapat

dianalisis/dinilai lebih dini, namun hal ini lebih sulit pada pasien dengan

fisik normal dan tidak ada riwayat penyakit berat atau penyakit penyerta

lainnya.3

Gangguan spesifik perkembangan SSP dilengkapi dengan

sekelompok faktor heterogen, termasuk kelainan kromosom, kelainan

struktural, dan metabolik pada otak, serta penyebab SSP yang

diakibatkan dari infeksi, toksin, mlnutrisi, anoksia, atau trauma.6

4. Diagnosis

Identifikasi awal anak yang mengalami gangguan perkembangan

dapat dicapai dalam situasi perawatan primer pediatrik oleh para dokter

14
yang menanyakan pertanyaan yang sesuai, bertarget, dan membuat

observasi informatif sensitif. Perhatian terhadap kekhawatiran yang

ditimbulkan oleh orang tua, dan pengasuh lain (misalnya pemberi

perawatan anak, guru) bersamaan dengan penggunaan survailans kantor

secara bijaksana dan teknik penapisan dapat mempermudah identifikasi

menurut waktu pada anak yang berhak menerima perkembangan yang

lebih formal.6

Evaluasi diagnostik pada seorang anak yang dicurigai mengalami

gangguan perkembangan sebaiknya meliputi riwayat medis

komprehensif, sosial, dan riwayat keluarga yang mengidentifikasi baik

risiko maupun faktor protektif pada anak dan lingkungan. Pemeriksaan

fisik yang seksama meliputi penilaian neuromotorik terperinci harus

dilakukan. Penilaian laboratorium jika sesuai, dapat memberikan

pengetahuan mengenai etiologi dan perjalanan gangguan yang

diharapkan. Walaupun evaluasi medis merupakan komponen penting

pemeriksaan diagnostik, evaluasi ini paling sering tidak meyakinkan.6

5. Tahap-Tahap Penilaian Perkembangan Anak7

a. Anamnesis

Tahap pertama adalah melakukan anamnesis yang lengkap, karena

kelainan perkembangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor.

Dengan anamnesis yang teliti, maka salah satu penyebabnya dapat

diketahui.

b. Skrining gangguan perkembangan anak

15
Pada tahap ini dianjurkan digunakan instrumen-instrumen untuk

skrining guna mengetahui kelainan perkembangan anak, misalnya

dengan menggunakan DDST (Denver Developmental Screnning

Test(, tes IQ, atau tes psikologik lainnya.

c. Evaluasi lingkungan anak

Tumbuh kembang anak adalah hasil interaksi antara faktor genetik

dengan lingkungan bio-fisiko-psikososial. Oleh karena itu untuk

deteksi dinikita juga harus melakukan evaluasi lingkungan anak

tersebut. Misalnya dapat digunakan HSQ (Home Screnning

Questionnaire)

d. Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak

Tes penglihatan misalnya untuk anak umur kurang dari 3 tahun

dengan tes fiksasi, umur 2½ tahun-3 tahun dengan kartu gambar dari

Allen dan diatas umur 3 tahun dengan huruf E. Juga diperiksa

apakah ada strabismus dan selanjutnya kornea dan retinanya.

Sedangkan skrining pendengaran anak, melalui anamnesis atau

menggunakan audiometer kalau ada alatnya. Disamping itu juga

dilakuakan pemeriksaan bentuk telinga, hidung, mulut dan

tenggorokkan untuk mengetahui adanya kelainan bawaan.

e. Evaluasi bicara dan bahasa anak

Tujuannya untuk mengetahui apakah kemampuan anak berbicara

masih dalam btas-batas yang normal atau tidak. Karena kemampuan

berbicara menggambarkan kemampuan SSP, endokrin, ada/tidak

16
adanya kelainan bawaan pada hidung, mulut dan pendengaran,

stimulasi yang diberikan, emosi anak dan sebagainya.

f. Pemeriksaan fisik

Agar diketahui apabila terdapat kelainan fisik yang dapat

memengaruhi tumbuh kembang anak. Misalnya berbagai sindrom,

penyakit jantung bawaan, tanda-tanda penyakit defisiensi dan lain-

lain.

g. Pemeriksaan neurologi

Dimulai dengan anamnesis masalah neurologi dan keadaan-keadaan

yang diduga dpat mengakibatkan gangguan neurologi, seperti trauma

lahir, persalinan yang lama, asfiksia berat dan sebagainya. Kemudian

dilakukan tes/pemeriksaan neurologi yang teliti, maka dapat mbantu

dalam diagnosis suatu kelainan.

h. Evaluasi penyakit-penyakit metabolik

Salah satu penyebab gangguan perkembangan pada anak adalah

disebabkan oleh penyakit metabolik. Dari anamnesis dapat dicurigai

adanya penyakit metabolik, apabila ada anggota keluarga lainnya

yang terkena penyakit yang sama. Adanya tanda-tanda klinis seperti

rambut yang pirang dicurigai adanya PKU (phenylketonuria), ataksia

yang inermitten dicurigai adanya hiperamonemia dan sebagainya,

disamping itu diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya yang

sesuai dengan keurigaan kita.

i. Integrasi dari hasil penemuan

17
Berdasarkan anamnesis dan semua pemeriksaan diatas, dibuat suatu

kesimpulan diagnosis dari gangguan perkembangan tersebut.

Kemudian ditetapkan penatalaksanaannya, konsultasi kemana, dan

prognosisnya.

6. Penatalaksanaan

Peran dokter anak pada penanganan keterlambatan perkembangan

adalah untuk membantu anggota keluarga dengan adaptasinya dengan

diagnosis awal serta membantu memperoleh pelayanan yang memadai.

Tantangan utama untuk dokter adalah mengenali kebutuhan unik setiap

anak dan keluarga untuk mengembangkan pendekatan individu pada

setiap situasi. Akhirnya dokter sebaiknya bekerja dengan keluarga untuk

menyusun rencana khusus untuk terapeutik yang sesuai, edukasional, dan

atau pelayanan suportif.6

Peran para dokter bervariasi sesuai keperluan setiap anak dan

keluarga. Semua anak harus memiliki sumber perawatan primer yang

teratur untuk memberikan imunisasi rutin, pemantauan kesehatan, dan

pertumbuhan, serta perawatan untuk penyakit ringan. Pelayanan medis

subspesialis diindikasi secara selektif bagi anak yang memiliki kondisi

spesifik yang terjadi dengan frekuensi lebih besar diantara individu yang

mengalami kecacatan perkembangan, misalnya gangguan kejang,

masalah ortopedik, dan defisit penglihatandan pendengaran. Konseling

genetik juga harus dilakukan kapan pun saat dipertimbangkan terdapat

gangguan yang diwariskan.6

18
Rencana terapeutik dan pendidikan yang optimal untuk setiap anak

harus dikembangkan melalui usaha kerja sama para profesional dan

anggota keluarga. Program intervensi awal bagi bayi dan batita

menekankan pada peran utama orang tua , dan program ini dirancang

untuk mendukung kemampuan keluarga untuk memelihara

perkembangan anak. Sejalan dengan anak mulai memasuki sistem

sekolah, para profesional harus disiapkan untuk bekerja dekat dengan

keluarga dalam perkembangan setiap program pendidikan. Tujuan jangka

panjang para profesional di bidang perawatan kesehatan dan pendidikan

adalah untuk mempermudah tercapainya harga diri positif, kompetensi

sosial, dan keterampilan hidup adaptif untuk mempermudah

perkembangan setiap individu.6

7. Survailans dan Skrinning Perkembangan

Survailans perkembangan dilakukan pada setiap kunjungan dan

merupakan proses informal yang membandingkan keterampilan anak

terhadap tahapan perkembangan normal. Jika terdapat dugaan adanya

masalah perkembangan atau perilaku, perlu dilakukan evaluasi lebih

lanjut.4

Skrinning perkembangan melibatkan penggunaan alat skrinning

standar dan evaluasi singkat dengan membandingkan kemampuan

perkembangan anak dengan populasi untuk mengidentifikasi anak yang

memerlukan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut. The American

Academy of Pediatrics merekomendasikan penggunaan alat skrinning

19
standar yang tervalidasi pada 3 kali kunjungan kesehatan rutin yaitu usia

9 bulan, 18 bulan, dan 30 bulan.4

Pemeriksaan skrinning dibagi atas pemeriksaan skrinning umum

mencakup semua domain perilaku dan pemeriksaan skrinning spesifik

fokus pada satu area perkembangan. Instrumen skrinning perkembangan

perilaku yang baik memiliki sensitivitas 70-80% untuk mendeteksi

gangguan perkembangan dan spesifisitas sebesar 70-80% untuk

mendeteksi perkembangan yang normal. Pada 20-30% anak,

disabilitasnya tidak dapat dideteksi pada skrinning ulang pada saat

kunjungan kesehatan rutin.4

Denver Developmental Screnning Test II biasanya digunakan oleh

dokter anak umum. Denver II memiliki perkembangan anak dari lahir

sampai usia 6 tahun dalam 4 domain:4

1. Personal-sosial

2. Motorik halus dan adaptif

3. Bahasa

4. Motorik kasar

Poin-poin dalam Denver II dipilih berdasarkan reliabilitas dan

konsistensinya. Denver II berguna sebagai instrumen skrining, tetapi

tidak dapat menilai perkembangan sosio-emosional secara adekuat. Anak

dengan skor “diduga” atau “tidak dapat dinilai” harus dipantau secara

cermat. Pada lembar penilaian juga disertai dengan dokumentasi perilaku

yang mungkin berpengaruh pada hasil pemeriksaan, misalnya

20
ketertarikan, takut, atau durasi konsentrasi yang pendek. Skrining ulang

pada kunjungan kesehatan selanjutnya dapat mendeteksi abnormalitas

yang tidak dapat dideteksi pada skrining awal.4

21
22
23
Skrining Pemeriksaan Perkembangan Anak Menggunakan

Kuisioner Pra Skening Perkembangan (KPSP). Tujuan untuk mengetahui

perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

Skrining/pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan

petugas PAUD terlatih. Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah:

setiap 3 bulan pada anak < 24 bulan dan tiap 6 bulan pada anak usia 24 -

72 tahun (umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan

72 bulan). Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai

masalah tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining

maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining yang lebih

muda dan dianjurkan untuk kembali sesuai dengan waktu pemeriksaan

umurnya.5

1. Kuisioner Pra Skrening Perkembangan (KPSP) Bayi Umur 3 Bulan

24
2. Kuisioner Pra Skrening Perkembangan (KPSP) Bayi Umur 6 Bulan

25
3. Kuisioner Pra Skrening Perkembangan (KPSP) Bayi Umur 9 Bulan

26
4. Kuisioner Pra Skrening Perkembangan (KPSP) Bayi Umur 12 Bulan

5. Kuisioner Pra Skrening Perkembangan (KPSP) Bayi Umur 15 Bulan

27
6. Kuisioner Pra Skrening Perkembangan (KPSP) Bayi Umur 18 Bulan

28
7. Kuisioner Pra Skrening Perkembangan (KPSP) Bayi Umur 21 Bulan

8. Kuisioner Pra Skrening Perkembangan (KPSP) Bayi Umur 24 Bulan

29
9. Kuisioner Pra Skrening Perkembangan (KPSP) Bayi Umur 30 Bulan

30
10. Kuisioner Pra Skrening Perkembangan (KPSP) Bayi Umur 36 Bulan

31
11. Kuisioner Pra Skrening Perkembangan (KPSP) Bayi Umur 42 Bulan

 Cara menggunakan KPSP:

a. Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.

b. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun

anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.

Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan bila

umur bayi 3 bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3 bulan.

c. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan

umur anak.

d. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu: * Pertanyaan yang

dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: "Dapatkah bayi makan kue

32
sendiri ?" * Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas

melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: "Pada posisi

bayi anda telentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya

secara perlahan-lahan ke posisi duduk''.

e. Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab,

oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang

ditanyakan kepadanya.

f. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu persatu. Setiap

pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban

tersebut pada formulir.

g. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak

menjawab pertanyaan terdahulu.

h. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

 Interpretasi hasil KPSP:

a. Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.

- Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh menjawab: anak bisa atau pemah

atau sering atau kadang-kadang melakukannya.

- Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh menjawab: anak belum pernah

melakukan atau tidak pemah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.

b. Jumlah jawaban 'Ya' = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai

dengan tahap perkembangannya (S).

c. Jumlah jawaban 'Ya' = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan

(M).

33
d. Jumlah jawaban 'Ya' = 6 atau kurang, kemungkinan ada

penyimpangan (P).

e. Untuk jawaban 'Tidak', perlu dirinci jumlah jawaban 'Tidak'

menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan

bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

 Intervensi:

a. Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut:

- Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan

baik

- Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak

- Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin,

sesuai dengan umur dan kesiapan anak.

- Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan

di posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan

Bina Keluarga Balita (BKB). Jika anak sudah memasuki usia

prasekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan di

Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Kelompok Bermain

dan Taman Kanak-kanak.

- Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3

bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan

pada anak umur 24 sampai 72 buIan.

b. Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:

34
- Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan

pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.

- Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan

anak untuk mengatasi penyimpangan/mengejar ketertinggalannya

- Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan

adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan

perkembangannya dan lakukan pengobatan.

- Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan

menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.

- Jika hasil KPSP ulang jawaban 'Ya' tetap 7 atau 8 maka

kemungkinan ada penyimpangan (P).

c. Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan

tindakan berikut: Merujuk ke Rumah Sakit dengan menuliskan

jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak

halus, bicara & bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

Alat skrining perkembangan yang lain meliputi parent-completed

ages and stages Questionnaires, Child Development Inventories, dan

Parents’ Evaluations of Developmental Status. Skrining yang dilaporkan

oleh orangtua memiliki validitas yang lebih baik jika dibandingkan

skrining yang dilakukan di klinik. Selain skrining lengkap ini, mungkin

ditemukan masalah pada satu area perkembangan spesifik yang

diidentifikasi oleh orangtua atau abnormal pada skrining dengan Denver

II atau dengan alat skrining standar lainnya.4

35
Pada usia 6 tahun sampai remaja, evaluasi perkembangan biasanya

diawali dengan evaluasi prestasi anak di sekolah (pencapaian akademik

dan perilaku). Evaluasi juga termasuk tentang kekhwatiran yang diajukan

oleh guru atau konselor, pelatih, pemimpin atau pemuka agama.

Pemeriksaan perkembangan seperti diatas adalah diluar ruang lingkup

perawatan dokter anak umum. Dokter seharusnya menjadi koordinator

pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan oleh spesialis lain (misalnya

psikolog atau profesional pendidikan lainnya).4

36
BAB III

PENUTUP

Keterlambatan perkembangan umum (KPU) atau global developmental

delay (GDD) adalah bagian dari ketidakmampuan mencapai perkembangan sesuai

usia, dan didefinisikan sebagai keterlambatan dalam dua bidang atau lebih

perkembangan motor kasar/motor halus, bicara/ berbahasa, kognisi,

personal/sosial dan aktifitas sehari-hari. Penyebab keterlambatan perkembangan

umum yang terbanyak adalah kelainan kromosom dan malformasi otak, tetapi

banyak juga penyebab lainnya.3

Tahap-tahap penilaian perkembangan anak meliputi anamnesis, skrining

gangguan perkembangan anak, evaluasi lingkungan anak, evaluasi penglihatan

dan pendengaran anak, evaluasi bicara dan bahasa anak, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan neurologi, evaluasi penyakit-penyakit metabolik, dan integrasi dari

hasil penemuan. Penting untuk dipahami bahwa dengan skrining dan mengetahui

adanya masalah perkembangan pada anak, tidak berarti bahwa diagnosis pasti dari

kelainan tersebut telah ditetapkan. Skrining hanyalah prosedur rutin dalam

pemeriksaan tumbuh kembang anak sehari-hari. dokter sebaiknya bekerja dengan

keluarga untuk menyusun rencana khusus untuk terapeutik yang sesuai,

edukasional, dan atau pelayanan suportif.6,7

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Moonik, dkk., 2015. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Keterlambatan

Perkembangan Anak Taman Kanak-Kanak. Jurnal e-Clinic, Volume 3,

Number 1.

2. Barbu, Stephanie, dkk., 2011. Boys and Girls on the Playground: Sex

Differences in Social Development Are Not Stable across Early

Childhood. Plos-one, Volume 6, Issue 1.

3. Tjandrajani, Anna, dkk., 2012. Keluhan Utama pada Keterlambatan

Perkembangan Umum di Klinik Khusus Tumbuh Kembang RSAB

Harapan Kita. Sari Pediatri , Volume 13, Number 6

4. Marcdante, dkk., 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi

Keenam. Elsevier - Local. Jakarta. Hal.14-15,17-19

5. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh

Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. 2016. Kementrian

Kesehatan RI.

6. Rudolph, dkk., 2007. Buku Ajar Pediatri Volume 1 Edisi 20. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal. 12-13

7. Soetjiningsih., 2012. Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta. Hal. 63-65

38

Anda mungkin juga menyukai