Anda di halaman 1dari 14

1

A. JUDUL
IDENTIFIKASI KANDUNGAN UNSUR MINERAL MAGNETIK
GUANO DARI GUA SOLEK DAN GUA RANTAI MENGGUNAKAN
METODE SCANNING ELECTRON MICROSCOPE

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Perubahan iklim merupakan tantangan paling serius yang dihadapi


dunia pada saat ini. Sejumlah bukti baru dan kuat yang muncul dalam studi
mutakhir memperlihatkan bahwa masalah pemanasan yang terjadi 50 tahun
terakhir disebabkan oleh tindakan manusia, dimana temperatur bumi telah
naik secara cepat, perubahan iklim juga dipengaruhi oleh aktivitas matahari
dan ozon serta kegiatan vulkanik dan sulfat (Trismidianto, 2008). Perubahan
iklim ini dapat tercatat di alam seperti pada pohon jati, bakau, danau, laut,
sungai, dan gua. Pada pohon jati dan bakau, perubahan lingkungan dapat
dilihat dari lingkaran tahunan pohon, sedangkan pada danau, laut, dan sungai
perubahan lingkungan dapat dilihat dari lapisan-lapisan sedimen.
Sedimen gua terdiri atas dua kategori yaitu sedimen kimia dan sedimen
klastik (White, 2007). Sedimen kimia adalah sedimen yang terbentuk di
dalam gua seperti stalagtit dan stalagmit. Sedimen klastik adalah sedimen
yang terbawa dari lingkungan luar ke dalam gua. Salah satu contoh sedimen
klastik adalah guano. Stalagtit merupakan endapan yang tumbuh dari atap gua
ke bawah berbentuk kerucut, sedangkan stalagmit merupakan endapan yang
tumbuh dari lantai gua atau dari batuan dasar ke atas berbentuk kerucut. Pada
umumnya gua tumbuh dan berkembang pada daerah kars dengan batuan
induk gamping sehingga mineral utama pembentuk sedimen gua adalah kalsit
(𝐶𝑎𝐶𝑂3) (Zulaikah, 2005).
Guano merupakan kotoran kelelawar atau burung yang mengandung
mineral karbon (𝐶) dan kaya nitrogen (𝑁) serta mengandung fosfat (𝑃𝑂4) dan
urea dari sisa pencernaan yang menumpuk dan mengendap di lantai gua.
Penelitian dengan menjadikan endapan guano sebagai sampel juga telah
dilakukan sebelumnya oleh Novrilita (2009) dan Olintika (2009) yang

1
2

mengkaji mineral magnetik guano berdasarkan suseptibilitas magnetik dari


guano Gua Solek dan Gua Rantai Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten
Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Dari penelitian tersebut diperoleh nilai
suseptibilitas magnetik guano yang bervariasi antara 11.8 x 10-5 m3/kg hingga
799.63 x 10-5 m3/kg dengan rata-rata 430.09 x 10-5 m3/kg di Gua Solek dan
14.2 x 10-5 m3/kg hingga 687,4 x 10-5 m3/kg dengan rata-rata 426.8 x 10-5
m3/kg di Gua Rantai (Olintika, 2009).
Pada penelitian ini peneliti akan melanjutkan kajian guano Gua Solek
dan Gua Rantai berdasarkan struktur morfologi, komposisi unsur dan ukuran
bulir mineral magnetiknya dengan menggunakan teknik SEM (Scanning
Electron Microscope). Berdasarkan nilai suseptibilitas magnetiknya diketahui
bahwa guano Gua Solek dan Gua Rantai mengandung mineral magnetik.
Penelitian ini merupakan pengukuran pendukung dari metode kemagnetan
batuan, diantaranya ARM (anhysteretic remanent magnetization), IRM
(isothermal remanent magnetization) dan XRD (x-ray diffraction).
Hasil pengukuran IRM dan XRD memperlihatkan jenis mineral
magnetik guano Gua Solek dan Gua Rantai adalah hematite dan magnetite.
Pengukuran dengan teknik ARM memperlihatkan bahwa sampel guano Gua
Solek memiliki ukuran bulir magnetik antara 2 μm-135 μm. Oleh sebab itu,
untuk membuktikan kebenaran dari metode kemagnetan tersebut maka
penelitian ini berjudul “Identifikasi Kandungan Unsur Mineral Magnetik
Guano dari Gua Solek dan Gua Rantai Menggunakan Metode Scanning
Electron Microscope“.

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan suatu
permasalahan yaitu bagaimana bentuk morfologi, komposisi unsur dan
ukuran bulir guano dari Gua Solek dan Gua Rantai Kecamatan Lareh Sago
Halaban Kabupaten Lima Puluh Kota Menggunakan Metode Scanning
Electron Microscope.
3

D. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui bentuk morfologi permukaan guano Gua Solek dan Gua
Rantai menggunakan metode Scanning Electron Microscope.
2. Mengetahui komposisi unsur guano dari Gua Solek dan Gua Rantai
menggunakan metode Scanning Electron Microscope.
3. Mengetahui ukuran bulir guano Gua Solek dan Gua Rantai menggunakan
metode Scanning Electron Microscope.

E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Mineral Magnetik
Batuan terbuat dari campuran alami yang disebut dengan mineral,
yang biasanya membentuk kristal. Menurut Graha (1987) mineral adalah
suatu zat (fasa) padat dari unsur kimia atau persenyawaan kimia yang
dibentuk oleh proses-proses anorganik, dan mempunyai susunan tertentu
dan penempatan atom-atom secara beraturan di dalamnya atau dikenal
sebagai struktur kristal. Kandungan mineral magnetik yang terdapat dalam
suatu bahan mempengaruhi sifat magnetik bahan tersebut. Dilihat dari sifat
magnetiknya, suatu bahan dapat digolong menjadi diamagnetik,
paramagnetik dan ferromagnetik. Mineral yang tergolong ferromagnetik
biasanya diidentikkan dengan istilah mineral magnetik. Mineral yang
bersifat ferromagnetik umumnya tergolong dalam oksida titanium besi,
sulfida besi dan hidroksida besi.

Beberapa mineral magnetik yang tergolong ke dalam keluarga oksida


titanium besi yaitu magnetite (Fe3O4), hematite (α-Fe2O3) dan maghemite
(γ-Fe2O3). Mineral-mineral magnetik dari keluarga sulfida besi adalah
Greigite (Fe3S4) dan phyrhotite (Fe7S8), sedangkan yang tergolong dalam
hidroksida besi adalah goethite (α-FeOOH). Keluarga oksida titanium besi
merupakan mineral magnetik bumi yang penting karena dianggap sebagai
mineral-mineral magnetik yang paling dominan. Keluarga oksida ini bisa
4

digambarkan melalui diagram segitiga (ternary diagram) TiO2-FeO-Fe2O3


seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram ternary TiO2-FeO-Fe2O3 (Butler, 1998)

Posisi dari kiri ke kanan menandakan meningkatnya rasio Fe3+


terhadap Fe2+, sementara dari bawah ke atas menandakan peningkatan Ti4+
terhadap besi. Pada puncak segitiga hanya ditemukan Ti4+ saja, pada ujung
sebelah kiri terdapat ferrous oxide (FeO) dengan bilangan oksidasi yaitu
Fe2+, sementara pada ujung sebelah kanan terdapat ferric oxide (Fe2O3)
dengan bilangan oksidasi Fe3+. Pada diagram segitiga ini ada dua
kelompok oksida titanium besi Mineral-mineral magnetik pada keluarga
oksida titanium besi utama, yaitu kelompok titanomagnetite dan kelompok
titanohematite. Titanomagnetite merupakan mineral kubus dengan struktur
inverse spinel dan titanohematite dicirikan dengan simetri rhombohedral
(Evan dan Heller, 2003). Kedua mineral ini mempunyai komposisi yang
sama tapi berbeda struktur, sebagai contoh maghemite dan hematite,
menempati posisi yang sama dalam diagram ternary.

a. Magnetite (Fe3O4)
Mineral magnetite merupakan salah satu mineral magnetik yang
penting di bumi, yang terdapat pada batuan beku, sedimen dan batuan
metamorf. Magnetite juga merupakan mineral magnetik yang terkuat
5

karena mineral ini merekam NRM (Natural Remanent Magnetization)


yang stabil (Butler, 1998).
b. Hematite (α-Fe2O3)
Hematite kebanyakan terdapat di alam terutama pada tanah dan
sedimen yang berhubungan dengan lingkungan. Mineral hematite
bersifat antiferromagnetik dengan magnetisasi spontan sekitar 2.5
KA/m dan Temperatur Curie 680 0C.
c. Maghemite (γ-Fe2O3)
Maghemite merupakan mineral yang teroksidasi penuh dari
magnetite, mempunyai struktur kristal kubus dan banyak terdapat di
tanah seperti pada Gambar 4. Temperatur Curienya sekitar 645 oC dan
magnetisasi spontan berkurang dari 480 KA/m ke 380 KA/m yang
merupakan mineral tak stabil (Evans dan Heller, 2003).
d. Ilmenite (FeTiO2)
Ilmenite adalah mineral magnetik yang bersifat anisotrop yaitu
mineral yang mempunyai sifat fisik yang berbeda-beda jika dilihat pada
semua keadaan. Ilmenite tersebar dalam banyak batuan dan pasir,
kristalnya mempunyai bentuk yang sama dengan hematite yaitu
berbentuk heksagonal.
e. Greigite (Fe3S4)
Greigite (Fe3S4) adalah sulfida besi yang ekivalen dengan
magnetite, memiliki struktur mineral kubus (Gambar 6) bersifat
ferrimagnetik kuat serta memiliki magnetisasi spontan ~125 kA/m dan
titik Curie sebesar ~330 0C. Greigite banyak terjadi dalam sedimen
lacustrine dan marine. Titik Curie greigite ini sama dengan besi sulfida
yang lain seperti pyrrhotite.
f. Goethite (α-FeOOH)
Mineral magnetik yang signifikan dari iron oxyhydroxide adalah
geohtite (α-FeOOH) dengan magnetisasi spontan jauh lebih kecil dari
magnetite yaitu sekitar 2 kA/m dan temperatur Curie 120 0C. Goethite
6

memiliki struktur mineral heksagonal dan bersifat antiferromagnetik


serta banyak ditemukan pada tanah dan sedimen.

2. Guano
Guano berasal dari bahasa Spanyol yaitu Quechua yang berarti
kotoran (feses) dari burung laut, kelelawar dan anjing laut. Guano
merupakan sisa pencernaan kelelawar atau burung yang mengandung
mineral karbon dan kaya nitrogen serta mengandung fosfat dan urea yang
bukan merupakan mineral magnetik. Guano termasuk salah satu sedimen
klastik gua, yaitu sedimen yang terbawa dari lingkungan luar ke dalam
gua. Selama ribuan tahun guano menumpuk dan mengendap di lantai gua
(Bird, 2007).

3. Kelelawar
Kelelawar merupakan salah satu anggota mamalia yang termasuk ke
dalam ordo chiroptera yang bearti mempunyai ‘sayap tangan’ karena kaki
depannya termodifikasi sebagai sayap yang berbeda dengan sayap burung
(DeBlase, 1981). Makanan utama spesies ini adalah serangga (insectivore)
seperti belalang atau kupu-kupu. Secara tidak langsung kelelawar juga
mengkosumsi debu yang ada pada serangga yang dimakannya.

Kelelawar termasuk hewan nocturnal yaitu mencari makan pada


malam hari. Kelelawar mempunyai kemampuan untuk menangkap
pantulan getar gema dari suara yang ditimbulkannya atau dikenal dengan
istilah ekholokasi. Ekholokasi adalah suatu fenomena malam hari, dimana
kelelawar akan mengeluarkan suara dengan melalui mulut dan hidungnya
ketika sedang terbang. Kebiasaan kelelawar yang hidup berkoloni pada
tempatnya sepanjang hari memberikan manfaat positif, yaitu guano yang
dihasilkan akan mengumpul pada suatu tempat dimana kelelawar tersebut
tinggal. Tumpukan guano kelelawar yang merupakan sumber fosfat dapat
dieksploitasi untuk pemenuhan kebutuhan pupuk secara benar yang tidak
mengganggu atau merusak ekosistem di dalamnya.
7

4. Stuktur Kristal
a. Konsep dasar
Material padat berdasarkan susunan atom-atomnya dapat
diklasifikasikan kedalam kristal dan amorf. Kristal adalah zat padat
dimana atom-atomnya tersusun secara beraturan dalam luasan secara
periodik. Sedangkan kebalikannya adalah amorf.

(a) (b)
Gambar 12. Perbedaan struktur atom dalam kristal dan amorf. (a) struktur
kristal, (b) struktur amorf (Agus, 2008)

Berdasarkan Gambar 12 tampak jelas perbedaan antara struktur


kristal dan struktur amorf, dimana susunan atom pada kristal adalah
teratur dan berulang secara beraturan, sementara susunan atom pada
amorf tidak memiliki susunan yang teratur. Sifat-sifat kristal zat padat
tergantung pada struktur kristalnya, susunan atom-atomnya, ion atau
molekul-molekul yang tersusun. Ada banyak sekali struktur kristal
dalam zat padat, mulai dari yang sederhana sampai dengan sangat rumit
dan kompleks.
Ilmu yang mempelajari mengenai kristal ini disebut kristalografi.
Kristalografi adalah ilmu pengetahuan yang dikembangkan untuk
mempelajari perkembangan dan pertumbuhan kristal termasuk bentuk,
struktur dan sifat-sifatnya. Bentuk kristal mencerminkan struktur dalam
sehingga dapat dipergunakan untuk pengidentifikasian mineral (Sapiie,
2006). Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan
penyusunan atom-atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral
mempunyai sifat-sifat fisik atau kimia tersendiri. Dengan mengenal
8

sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat dikenal, sekaligus


kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu (Graha,
1987).
b. Unit sel
Deretan atom dalam kristal zat padat menggambarkan bahwa
kelompok kecil atom membentuk pola yang berulang. Dengan demikian
untuk menjelaskan struktur atom selalu dikembalikan ke dalam
kelompok kecil dari atom-atom ini yang disebut dengan unit sel. Unit
sel adalah struktur dasar dari struktur kristal. Unit sel menjelaskan
struktur kristal dengan bangun hayal yang menempatkan atom-atom
pada posisinya. Gambar 13 menggambarkan unit sel untuk struktur
kubus.

Gambar 13. Struktur kristal Face Center Cubic (FCC). (a) bulk kristal
tunggal, dimana unit sel adalah bagian dari bulk, (b) unit
sel dengan atom berbentuk bola pejal yang rapat tampak
atom di sudut dengan permukaan terpotong kubus, (c) unit
sel dengan atom sebagai titik pada tiap sudut dan pusat
sisinya.
c. Struktur kristal logam
Ikatan atom dalam struktur kristal ini adalah ikatan logam, dan
tidak searah dalam keadaan yang alami. Ada tiga kelompok struktur
kristal ditemukan dalam logam yaitu: face center cubic (FCC), body
center cubic (BCC) dan hexagonal close packet (HCP).
1) Struktur kristal face center cubic (FCC)
Banyak logam ditemukan memiliki struktur kristal kubus,
dimana atom ditemukan di setiap sudut kubus dan di pusat sisinya.
9

Beberapa logam yang memiliki struktur ini antara lain: tembaga,


aluminium, perak dan emas. Gambar 13 adalah struktur kristal FCC,
masing-masing atom bersentuhan satu sama lain pada diagonal
sisinya. Hubungan antara panjang sisi kubus a jari-jari atom dan jari-
jari atom R dituliskan sebagai berikut:
a = 2R√2............................................................................(1)
Nomor koordinasinya yaitu jumlah atom yang bersentuhan
adalah CN = 12, banyaknya atom tiap unit sel adalah n = 4, dan
atomic packing factor (APF) yaitu perbandingan antara volume
seluruh atom dalam satu unit sel dibagi dengan volume sel, APF =
0,74.
2) Struktur kristal body center cubic (BCC)

Struktur Kristal yang lain dari logam adalah body center cubic
(BCC), dimana atom-atom terletak dipojok-pojok kubus dan satu di
tengah kubus. Gambar 14 adalah struktur kristal BCC. Masing-
masing atom bersentuhan satu sama lain pada diagonal sisinya.
Hubungan antara panjang sisi kubus a dan jari-jari atom R dituliskan
sebagai berikut:
4𝑅
a = √3 ………………………………………………………(2)

Bilangan koordinasi CN =8, jumlah atom tiap unit selnya = 2,


dan atomic packing factor, APF = 0,68. Berikut adalah gambar unit
sel BCC.

Gambar 14. Struktur kristal Body Center Cubic (BCC). (a) bulk
kristal tunggal, dimana unit sel adalah bagian dari
bulk, (b) unit sel dengan atom berbentuk bola pejal
10

yang rapat tampak atom di sudut dengan permukaan


terpotong kubus, (c) unit sel dengan atom sebagai
titik pada tiap sudut dan pusat kubus.

3) Struktur kristal hexagonal close packet (HCP)

Salah satu struktur Kristal yang juga dijumpai dalam logam


adalah hexagonal close packet (HCP). Ada 6 atom membentuk segi
enam mengelilingi satu atom di tengah. Logam-logam yang memiliki
struktur kristal ini antara lain: Cd, Mg, Zn, dan Ti. Setiap unit sel
memiliki dua parameter kisi yaitu a dan c, dengan ratio ideal c/a =
1,633. Bilangan koordinasi, CN = 12 (sama dengan FCC), jumlah
atom tiap unit selnya = 6, dan atomic packing factornya, APF = 0,74
(sama dengan FCC). HCP adalah Kristal yang terdiri dari enam atom
yang membentuk formasi di bawah dan di atas dengan sebuah atom
sebagai pusatnya, antar dua segienam dibatasi oleh tiga buah atom.
Struktur Kristal HCP dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Struktur Kristal hexagonal close packet (HCP). (a)


unit sel dengan atom dipandang sebagai sebuah
titik berada pada tiap sudutnya, (b) bulk Kristal
tunggal dimana unit sel adalah bagian darinya.

5. Scanning Electron Microscope (SEM)


Scanning Electron Microscope (SEM) pertama kali ditemukan sekitar
tahun 1930 dan 1940an (Stokes, 2008). SEM adalah salah satu jenis
mikroskop elektron yang menghasilkan berbagai gambar dari proses
tumbukan elektron dengan energi yang tinggi terhadap permukaan suatu
sampel dan kemudian mengidentifikasi sinyal-sinyal hamburan elektron
11

dari permukaan. Dalam SEM, sinyal yang dihasilkan tidak hanya berasal
dari elektron yang ditembakkannya, tetapi dapat juga berasal dari interaksi
lain yang terjadi di dalam sampel yang dekat dengan permukaan. SEM
mampu menghasilkan gambar dengan resolusi yang sangat tinggi.
Perbesaran gambar pada SEM berkisar antara 15 kali hingga 200000
kali dan mempunyai depth of field yang tinggi (Agus, 2008). Dengan
demikian SEM mampu menghasilkan gambar yang lebih baik
dibandingkan dengan hasil dari mikroskop optik (Handayani Ari, 2007).
Hal ini disebabkan oleh panjang gelombang de Broglie yang dimiliki
elektron lebih pendek daripada gelombang optik. Makin kecil panjang
gelombang yang digunakan maka makin tinggi resolusi mikroskop.
Panjang gelombang de Broglie elektron adalah:

𝜆= (3)
𝑝

dengan h adalah konstanta planck dan p adalah momentum elektron.


Momentum elektron dapat ditentukan dari energi kinetik melalui
hubungan:

𝑝2
𝐾= (4)
2𝑚
dengan m adalah massa elektron.
Dalam SEM, berkas elektron keluar dari filamen panas lalu dipercepat
pada potensial tinggi V. Akibat percxepatan tersebut, elektron memiliki
energi kinetik:
𝐾 = 𝑒𝑉 (5)
dengan menggunakan persamaan (4) dan (5) kita dapat menulis
momentum elektron sebagai:

𝑃 = √2𝑚𝑒𝑉 (6)

dengan demikian panjang gelombang de Broglie yang dimiliki elektron


adalah:
12


𝜆= (7)
√2𝑚𝑒𝑉

F. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian dasar yaitu penelitian yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah. Hasil penelitian tidak hanya sampai
pada pengumpulan dan penyusunan data tetapi mencakup analisa dan
interpretasi tentang arti data itu. Penelitian ini menggunakan data primer yang
diperoleh dari hasil pengukuran Scanning Electron Microscope. Kegiatan
yang dilakukan meliputi pengambilan sampel, preparasi sampel, pengambilan
data, analisa data dan interpretasi hasil penelitian.

G. JADWAL PENELITIAN
Pengambilan sampel dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu Novrilita
(2009) dan Olintika (2009) pada bulan Februari 2009 di Gua Solek dan Gua
Rantai Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat.
Preparasi sampel dilakukan pada bulan Februari 2012 di Laboratorium Fisika
Bumi Universitas Negeri Padang (UNP). Pengukuran sampel dilakukan di
Laboratorium Kemagnetan Batuan Fisika Sistem Kompleks Institut Teknologi
Bandung (ITB) dari bulan Februari 2012 sampai bulan Maret 2012.
Lokasi pengambilan sampel pada penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 19. Daerah ini memiliki tiga buah gunung berapi yang tidak aktif
yaitu Gunung Sago yang berlokasi di Kecamatan Luak dan Kecamatan
Situjuah Limo Nagari, Gunung Bungsu yang berlokasi di Kecamatan Harau
dan Kecamatan Mungka, dan Gunung Sanggul di Kecamatan Harau.
Kabupaten Lima Puluh Kota berdekatan dengan Kabupaten Agam, dimana
pada daerah tersebut terdapat dua buah gunung yaitu satu gunung aktif yaitu
Gunung Merapi, dan satu gunung tidak aktif yaitu Gunung Singgalang.
Berdasarkan keberadaan gunung merapi yang aktif diprediksi bahwa
keberadaan mineral magnetik pada guano berasal dari debu vulkanik yang
terdistribusi kedalam gua ketika terjadi aktivitas vulkanik.
13

Pengambilan sampel dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu Novrilita


(2009) dan Olintika (2009) pada bulan Februari 2009 di Gua Solek dan Gua
Rantai Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat.
Preparasi sampel dilakukan pada bulan Februari 2012 di Laboratorium Fisika
Bumi Universitas Negeri Padang (UNP). Pengukuran sampel dilakukan di
Laboratorium Kemagnetan Batuan Fisika Sistem Kompleks Institut Teknologi
Bandung (ITB) dari bulan Februari 2012 sampai bulan Maret 2012.
Lokasi pengambilan sampel pada penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 19. Daerah ini memiliki tiga buah gunung berapi yang tidak aktif
yaitu Gunung Sago yang berlokasi di Kecamatan Luak dan Kecamatan
Situjuah Limo Nagari, Gunung Bungsu yang berlokasi di Kecamatan Harau
dan Kecamatan Mungka, dan Gunung Sanggul di Kecamatan Harau.
Kabupaten Lima Puluh Kota berdekatan dengan Kabupaten Agam, dimana
pada daerah tersebut terdapat dua buah gunung yaitu satu gunung aktif yaitu
Gunung Merapi, dan satu gunung tidak aktif yaitu Gunung Singgalang.
Berdasarkan keberadaan gunung merapi yang aktif diprediksi bahwa
keberadaan mineral magnetik pada guano berasal dari debu vulkanik yang
terdistribusi kedalam gua ketika terjadi aktivitas vulkanik.
14

DAFTAR PUSTAKA

Amilius,Z, Sudjono,H. K, Rusnaeni,N. 1999. Aplikasi X-Ray Diffraction dan


Scanning Electron Microscope untuk Analisis Bahan. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia PUSLITBANG Fisika Terapan: Bandung.

Bird, M, I. Boobyer, EM. Bryant, C. Lewis, AH.Paz, V dan Stephenus, WE. 2007.
A Long RecordOf Environmental Change From Bat Guano Deposiits In
Makangit Cave, Palawan, Philiphines: Earth and Enviromental Science
transactions of the Royal of Edinburgh, 98, 59.69, 2007.

Butler, R. F. 1998. Paleomagnetism magnetic domains to geologic teranes.


Boston: Blackwell scientific publication.

Anda mungkin juga menyukai

  • Nama
    Nama
    Dokumen1 halaman
    Nama
    indah elok mukhlisah
    Belum ada peringkat
  • Kentang
    Kentang
    Dokumen9 halaman
    Kentang
    indah elok mukhlisah
    Belum ada peringkat
  • Tpa 101
    Tpa 101
    Dokumen13 halaman
    Tpa 101
    Puji Lestari
    Belum ada peringkat
  • Kirim Dita
    Kirim Dita
    Dokumen2 halaman
    Kirim Dita
    indah elok mukhlisah
    Belum ada peringkat
  • AMDAL Edit
    AMDAL Edit
    Dokumen49 halaman
    AMDAL Edit
    indah elok mukhlisah
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan
    Ringkasan
    Dokumen1 halaman
    Ringkasan
    indah elok mukhlisah
    Belum ada peringkat
  • Kentang
    Kentang
    Dokumen9 halaman
    Kentang
    indah elok mukhlisah
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    indah elok mukhlisah
    Belum ada peringkat
  • Tugas Psdme 2 Ok
    Tugas Psdme 2 Ok
    Dokumen10 halaman
    Tugas Psdme 2 Ok
    indah elok mukhlisah
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen20 halaman
    Abs Trak
    indah elok mukhlisah
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 4
    Lampiran 4
    Dokumen1 halaman
    Lampiran 4
    indah elok mukhlisah
    Belum ada peringkat
  • Tugas Psdme 2
    Tugas Psdme 2
    Dokumen12 halaman
    Tugas Psdme 2
    indah elok mukhlisah
    Belum ada peringkat
  • Lith
    Lith
    Dokumen5 halaman
    Lith
    indah elok mukhlisah
    Belum ada peringkat
  • Prospeksi Metode
    Prospeksi Metode
    Dokumen3 halaman
    Prospeksi Metode
    indah elok mukhlisah
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen1 halaman
    Lembar Pengesahan
    indah elok mukhlisah
    Belum ada peringkat
  • Proposal Air Asam Tambang
    Proposal Air Asam Tambang
    Dokumen15 halaman
    Proposal Air Asam Tambang
    indah elok mukhlisah
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen20 halaman
    Abs Trak
    indah elok mukhlisah
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen59 halaman
    Bab I
    indah elok mukhlisah
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Fix
    Bab 1 Fix
    Dokumen8 halaman
    Bab 1 Fix
    indah elok mukhlisah
    Belum ada peringkat
  • Sampel Dari Pak Budi
    Sampel Dari Pak Budi
    Dokumen1 halaman
    Sampel Dari Pak Budi
    indah elok mukhlisah
    Belum ada peringkat
  • Bahan Hidrogeologi
    Bahan Hidrogeologi
    Dokumen4 halaman
    Bahan Hidrogeologi
    indah elok mukhlisah
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen6 halaman
    Bab Iii
    indah elok mukhlisah
    Belum ada peringkat