Anda di halaman 1dari 5

Kisah Nabi Harun Alaihissalam - Assalamualaikum wahai hamba allah yang sedang

membaca artikel saya ini selalu kita mengucapkan alhamdulillah karena hingga saat ini
kita masih diberikan nikmat untuk bisa hidup didunia yang fana ini untuk selalu
beribadah kepada yang maha agung yang maha suci ALLAH SWT, semoga kita selalu
dicurahkah hidayah dan rahmatnya kepada umat seluruh alam.

Nabi Harun As adalah salah seorang nabi yang telah diminta oleh Nabi Musa pada Allah
dalam membantu memperkembangkan agama Allah SWT. Ia diangkat menjadi nabi pada
tahun 1450 SM. Ia ditugaskan berdakwah kepada para Firaun Mesir dan Bani Israil di
Sina, Mesir. Namanya disebutkan sebanyak 19 kali di dalam Al-Quran dan wafat di
Tanah Tih. Kisah Nabi Harun alaihissalam (kisaran 1531-1408 SM) adalah salah satu
nabi yang telah disuruh oleh Nabi Musa pada Allah dalam membantu membela agama
Allah.

Sejarahnya Nabi Harun tidak dapat dipisahkan dari kisah Nabi Musa, karena dia adalah
juru bicara Nabi Musa saat berhadapan dengan Fir’ aun maupun kaum Nabi Musa
sendiri, Bani Israil di Sina.

Sejarah Nabi Harun dimulai saat Nabi Musa berhasil membawa kaumnya keluar dari
Mesir dan terlepas dari kejaran Fir’ aun yang ingin membunuh mereka.

Nama Nabi Harun di ulangi sebanyak 19 kali di dalam Al-Quran dan wafat di Tanah Tih.
Ia menikah dengan dua orang wanita yang bernama Elisheba dan Miriam.

Nabi Harun lahir di tahun ketika anak-anak tak dibunuh, sedangkan Musa lahir pada
masa tragedinya pembunuhan. Nabi Harun ‘alaihissalam ialah kakak kandung (kakak
satu ibu) dari Musa, maka silsilahnya adalah sebagai berikut, Harun bin Imran bin Qahits
bin Lawi bin Ya’ qub bin Ishaq bin Ibrahim.

Sebagian ada yang menyatakan bahwa silsilahnya sebagai berikut, Nabi Harun bin Imran
bin Fahis bin ‘Azir bin Lawi bin Ya’ qub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azara bin Nahur bin
Suruj bin Ra’u bin Falij bin ‘Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh.

Kisah Nabi Musa Bersama Harun


Nabi Musa dan Nabi Harun hidup di bangsa Mesir yang dipimpin oleh raja yang kafir
dan keras dikenal dengan sebutan “Fir’ aun,” ia mempekerjakan umatnya dan menyiksa
mereka, bersikap semau sendiri di bumi, dan menjadikan penduduknya bercerai berai,
dengan menindas sekelompok dari mereka dan memperbudak mereka dengan kerja
paksa.

Mereka yang tertindas adalah bani Israil, suatu kaum yang silsilah mereka sampai kepada
Nabi Ya’ qub ‘alaihissalam. Bani Israil tinggal di negeri Mesir ketika Nabi Yusuf
‘alaihissalam menjabat sebagai menterinya.

Suatu saat Fir’ aun bermimpi, bahwa ada sebuah api yang tiba dari Baitul Maqdis
kemudian membakar negeri Mesir selain tempat tinggal Bani Israil. Lalu ia minta
paranormal dan tukang sihir untuk menafsirkan mimpinya itu.

Lalu mereka memberitahukan bahwa akan lahir seorang anak dari kalangan Bani Israil
yang mau menjadi akibat binasanya penghuni Mesir.

Maka Fir’ aun merasa takut atas mimpi tersebut, ia pun memerintahkan untuk
menyembelih anak laki-laki Bani Israil karena takut terhadap kelahiran orang tersebut.
Nabi Harun Mengamankan Umat Nabi Musa

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Nabi Musa bergegas mendatangi Fir’ aun untuk
mendakwahinya, akan tetapi sebelum dia berangkat, ia berdoa kepada Tuhannya meminta
hidayah dan meminta kepada-Nya bantuan,

Musa berkata,

“Ya Tuhanku, luaskanlah bagiku dadaku, dan mudahkanlah untukk urusanku, dan
hilangkanlah kebekuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, dan
Jadikanlah bagiku seorang pembantu dari keluargaku, ( yaitu) Harun, saudaraku,
tegarkanlah bersamanya kekuatanku, dan jadikankanlah dia sekutu dalam urusanku,
supaya kami sering bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau. Sungguh
Engkau ialah Maha melihat (keadaan) kami.” (QS. Thaahaa: 25-35).

Maka Allah mewujudkan permintaannya, kemudian Musa ingat bahwa dia pernah
membunuh orang Mesir, ia takut jika nanti mereka membunuhnya, maka Allah
menenangkannya, bahwa mereka tidak akan bisa menyakitinya akhirnya Musa pun damai
(lihat Al Qashash: 35).

Nabi Musa pun melanjutkan perjalanannya ke Mesir dan memberitahukan kepada Nabi
Harun apa yang terjadi antara dirinya dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar Nabi
Harun ikut serta menyampaikan surat kepada Fir’ aun beserta kaumnya dan
membantunya melepaskan Bani Israil dari Mesir, maka Harun pun bergembira atas berita
itu, ia pun ikut berdakwah bersama Musa.

Fir’ aun ialah seorang yang kejam dan berlaku zalim kepada Bani Israil, sehingga Nabi
Musa dan Nabi Harun berdoa kepada Allah agar menghindari keduanya dari tindakan
aniaya dari Fir’ aun, lalu Allah Ta’ala berfirman meneguhkan hati keduanya,.

”Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku
mendengar dan melihat”. Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir’ aun) dan
katakanlah,

“Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka bebaskanlah Bani Israil
dengan kami dan janganlah kamu menganiaya mereka. Sesungguhnya kami telah datang
kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan Kami) dari Tuhanmu. Dan
keselamatan itu dilimpahkan terhadap orang yang mengikuti hidayah. Sungguh telah
diwahyukan pada Kami bahwa siksa tersebut (ditimpakan) atas orang-orang yang
berkhianat dan berpaling.” (QS. Thaahaa: 46-48).

Maka saat Nabi Musa dan Nabi Harun berangkat, mulailah keduanya mengajak mereka
kepada Allah dan berjuang membawa Bani Israil dari penindasan Fir’ aun, tapi Fir’ aun
mengejek keduanya dan memperolok apa yang mereka berdua bawa serta menegur Nabi
Musa, bahwa dialah yang mengurus Nabi Musa di istananya dan terus membesarkannya
hingga ketika dewasa Nabi Musa membunuh orang Mesir dan pergi menjauhi diri.

Maka Nabi Musa ‘alaihissalam berkata,

“Aku sudah melaksanakannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang
khilaf. kemudian aku lari menjauhi kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku
memberikan kepadaku pengetahuan serta Dia menjadikanku salah seorang di antara
beberapa rosul. Budi baik yang kamu limpahkan kepadaku itu ialah (disebabkan) kamu
sudah mempekerjakan Bani Israil.” (Lihat Asy Syu’araa: 20-22 dan Asy Syu’araa: 23-
29).

Kemudian Nabi Musa menawarkan kepadanya bukti yang menyatakan kerasulannya.


Maka Fir’ aun meminta ditunjukkan buktinya jika Nabi Musa memang benar. Nabi Musa
pun melempar tongkatnya dan berubahlah tongkat itu menjadi ular yang amat besar
sehingga setiap orang heran dan takut dengan ular itu.

Lalu Nabi Musa mengulurkan tangannya ke ular itu, maka ular tersebut kembali seperti
biasa menjadi tongkat. Lalu Nabi Musa memasukkan tangannya ke leher bajunya,
Kemudian ia keluarkan, lalu tampak warna putih berkilau.

Perlawanan Nabi Musa ‘alaihissalam Kepada Penyihir


Ketika ditunjukkan bukti-bukti tersebut, Fir’ aun malah menganggapnya sebagai
penyihir, kemudian ia meminta untuk dikumpulkan para penyihirnya dari segenap tempat
untuk menghadapi Musa.

Lalu para penyihir melempar tali dan tongkat, dan tali tersebut berubah menjadi ular
sehingga orang-orang takut, bahkan Nabi Musa dan Harun merasa takut atasnya,
kemudian Alllah memberikan wahyu kepada Musa agar ia tak takut dan melempar
tongkatnya, maka Nabi Musa dan saudaranya (Nabi Harun) damai karena perintah Allah
itu.

Nabi Musa pun melempar tongkatnya, maka tongkat itu berubah menjadi ular yang besar
yang memakan tali para penyihir dan tongkat mereka. Saat para penyihir melihat apa
yang ditunjukkan Nabi Musa ‘alaihissalam, maka mereka pun mengaku, bahwa itu ialah
mukjizat dari Allah dan tanpa sihir.

Kemudian Allah melapangkan hati mereka untuk beriman terhadap Allah dan
membenarkan apa yang dibawa Nabi Musa ‘alaihissalam, mereka pun akhirnya hanya
bersujud terhadap Allah sambil menyatakan ketakwaan mereka terhadap Tuhan, Nabi
Musa dan Nabi Harun.

Kisah Nabi Harun Menggantikan Nabi Musa


Allah mewahyukan pada Nabi Musa untuk keluar sendiri ke tempat tertentu untuk
menerima syariat yang nanti akan dijadikan rujukan oleh Bani Israil.

Maka Beliau membaiat Nabi Harun sebagai penerusnya; menasihatinya dan


mengingatkannya kepada Allah serta memperingatkannya supaya tidak menjadi orang-
orang yang mencoba mengadakan kerusuhan di bumi.

Nabi Harun pun pergi ke gunung yang Beliau pernah mendapat wahyu yang pertama saat
Beliau pulang dari Madyan ke Mesir dan ketikan itulah diturunkan kepada Beliau kitab
Taurat.
Bani Israil Menyembah Patung Anak Sapi.

Sepeninggal Musa, ternyata Bani Israil telah disimpangkan oleh seorang yang bernama
Samiri, ia mengumpulkan perhiasan dan emas mereka serta membuatkan patung yang
berongga dalam bentuk anak sapi.

Dimana apabila angin masuk ke dalamnya dari lubang yang satu dan keluar dari rongga
yang lain, maka akan mengeluarkan suara yang menyerupai suara anak sapi.
Kemudian Samiri memberitakan mereka, bahwa itu adalah tuhan mereka dan tuhan
Musa, akhirnya Bani Israil percaya dan menyembah patung itu serta meninggalkan
menyembah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka Nabi Harun menasihati dan mengingatkan mereka, tetapi mereka tetap saja di atas
kejahilan itu, tak menyadari dan tak memperhatikan nasihat Harun.

Terlebih mereka menantangnya dan hampir saja membunuhnya. Mereka juga


memberitakan, bahwa mereka tidak akan meninggalkan penyembahan kepada patung itu
hingga Musa kembali.

Ketika Nabi Musa ‘alaihissalam kembali, ia mendapati kaumnya dalam kondisi seperti
itu, dia pun kecewa bercampur sedih, lalu ia menjumpai Nabi Harun, memegang kepala
dan janggutnya sambil menariknya dan berkata,

Musa menegur Nabi Harun,

“Hai Harun! Apa yang menghalangi ketika kau melihat mereka telah sesat, (Qur’ an surat
Thaahaa 92). Untuk mengikutiku ke gunung Sinai bersama-sama dengan orang yang
beriman? Apakah engkau sengaja melanggar perintahku?” (Qur’ an surat Thaahaa 93).
Nabi Harun menjawab,

“Wahai putera ibuku! Janganlah direnggut janggut dan rambut di kepalaku! Aku sungguh
takut kau akan berkata: “Kau telah memecah belah Bani Israil, dan tak mengindahkan
perkataanku lagi.” (Qur’ an surat Thaahaa 94).
Beliau juga memberitahukan Nabi Musa bahwa kaumnya nyaris saja membunuhnya,
maka Musa pun meninggalkannya dan pergi mendatangi Samiri; orang yang membuat
patung tersebut dan bertanya tentang alasannya.

Lalu Samiri memberitahukan alasannya, kemudian Musa menghanguskan patung itu


sampai habis dan membuang ampasnya ke laut.

Lalu Nabi Musa berkata kepada kaumnya,

“Wahai kaumku! Sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu
telah membuat anak lembu (sembahanmu), maka mohon ampunlah kepada Tuhan yang
menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan
yang menciptakan kamu; maka Allah akan menerima tobatmu. Sesungguhnya Dialah
yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (Lihat Al Baqarah: 54).

Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla memberitakan kepada Nabi Musa, bahwa Nabi Harun
sudah berlepas diri dari mereka dan ia sudah berjuang keras untuk melerai mereka dari
menyembah patung anak sapi,

maka hati Nabi Musa pun tenang karena akhirnya saudaranya tidak ikut serta dalam
perlakuan dosa itu, maka Nabi Musa ‘alaihissalam menghadapkan diri terhadap Allah
Azza wa Jalla memohon ampunan untuk dirinya dan saudaranya,.

Beliau berkata,

“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan keluargaku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat-
Mu, dan Engkau ialah Maha Penyayang di antara para penyayang.”( lihat Al A’raaf:
151).
Lalu Nabi Musa ‘alaihissalam memilih tujuh puluh umat yang unggul dari kalangan
mereka untuk berangkat bersamanya ke sebuah tempat yang ditentukan Allah’ Azza wa
Jalla.

Ketika mereka sudah sampai di tempat tersebut, mereka malah meminta untuk melihat
Allah dalam keadaan nyata, maka Nabi Musa marah kepada mereka secara keras, dan
Allah mengirimkan petir yang membinasakan mereka hingga ruh-ruh mereka melayang.

Lalu Nabi Musa ‘alaihissalam memohon terhadap Allah dan merendahkan diri kepada-
Nya meminta agar Dia memberi rahmat kepada mereka itu.

Maka Allah mengabulkan do’a Nabi Musa ‘alaihissalam dan Dia menghidupkan mereka
yang meninggal karena tersambar halilintar supaya mereka bersyukur kepada Allah
‘Azza wa Jalla karena telah membangkitkan mereka setelah matinya (lihat Al Baqarah:
55-56).

Kemudian Nabi Musa as membawa mereka kembali kepada kaumnya dan membacakan
kitab Taurat kepada mereka dan menerangkan petuah dan hukum-hukum yang
terkandung di dalamnya.

Beliau juga mengambil perjanjian dari mereka agar mau mengamalkan isinya, mereka
pun mau berjanji dengan terpaksa setelah Allah mengangkat gunung di atas mereka.

Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman:.

” Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit
(Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman), “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami
berikan kepadamu dan dengarkanlah!” Mereka menjawab, “Kami mendengar tetapi tidak
mentaati.” Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak
sapi karena kekafirannya. Katakanlah, “Sangat jahat perbuatan yang telah diperintahkan
imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat).” (QS. Al Baqarah: 93).

Anda mungkin juga menyukai