Anda di halaman 1dari 14

1. Keracunan melalui mulut/alat pencernaan.

 Singkong
Zat beracun dalam singkong adalah asam sianida.
Zat ini mengganggu oksidasi jaringan karena mengikat
enzim sitokrom oksidase. Beberapa jam setelah makan
singkong timbul muntah, pusing, lemah, kesadaran
menurun sampai koma, dispneu, sianosis dan kejang.
Cara Penanganan : Resusitasi, berikan Natrium
tiosulfat 10-30 ml, iv, pelan-pelan. Sebelumnya dapat
diberikan amil nitrit secara inhalasi.
 Jamur
Gejala :
a). Sakit perut
b). Muntah
c). Diare
d). Berkeringat banyak

Cara Penanganan : Netralisasi dengan cairan,


Upayakan pasien muntah, Segera kirim ke
puskesmas/rumah sakit
 Keracunan makanan laut
Beberapa jenis makanan laut seperti kepiting,
rajungan dan ikan lautnya dapat menyebabkan
keracunan ;
Gejala :
a). Masa laten 1/3 – 4 jam
b). Rasa panas disekitar mulut
c). Rasa baal pada ekstremitas
d). Lemah
e). Mual, muntah
f). Nyeri perut dan diare
Pertolongan pertama:
a). Netralisir dengan cairan
b). Upayakan muntah

2. Keracunan melalui pernafasan.


 Karbon monoksida
Dasar diagnosis : Sakit kepala, gangguan
kesadaran, koma. Depresi pernapasan dan syok.
SGOT, SGPT meningkat, edem paru dan aritmia.
Penatalaksanaan : Berikan oksigen yang adekuat,
bila mungkin gunakan ‘hyperbaric O2”.
 Hidrokarbon
Dasar diagnosis : Hidrokarbon menyebabkan
perubahan paru paru dan Susunan saraf pusat.
Menekan zat ini akan menyebabkan iritasi mukosa,
muntah dan diare. Kadang timbul distres
pernapasan, sianosis, takikardi, demam dan
kematian. Bensin, gasolin, karosen dan minyak
polish sangat bahaya. Diagnosis dibantu dengan
foto thorak adanya pneumonia hidrokarbon.
Penatalaksanaan : Resusitasi JPO / homeostasis.
Observasi selama 24 jam. Kontraindikasi emesis
dan bilas lambung. Berikan oksigen, antibiotika dan
kortikosteroid. Hindari penggunaan adrenalin.
Jangan diberikan alkohol dan minyak mineral
karena akan mempermudah absorbsi. Boleh
diberikan caffein pada depresi saraf pusat.
3. Keracunan melalui kulit.
 Bulu Babi
Bulu babi atau bulu seribu merupakan salah satu
hewan yang berada di lautan, kususnya perairan
dangkal. Bulu babi merupakan indikator rusaknya
ekosistem terumbu karang. Jika ada bulu-babi maka
biasanya daerah tersbut tidak memiliki ekosistem
karang yang bagus. ntinya yaitu bulu babi memiliki
kekuatan untuk perlindungan diri berupa racun yang
berada di duri-durinya. Jika kulit kita terkena duri
tersebut, maka racun akan masuk kedalam tubuh dan
anda akan merasakan pegal, sakit, perih, gatal.
Cara Penangan :
o Menggunakan amoniak
o Dipukul dengan tangan / batu
o Dikencingin / air seni
 Bisa Ular
Ada ratusan spesies ular di seluruh dunia tetapi
hanya sedikit yang berbisa. Tapi walau bagaimanapun
keberadaannya didekat kita akan membuat kaget dan
panik, dan sangat sulit untuk mengidentifikasi ular
mana yang berbisa atau tidak! Berikut adalah beberapa
tips penting yang dapat bagikan dengan keluarga Anda
untuk melindungi mereka dari gigitan ular:
 Sadarlah akan bahaya yang ditimbulkan oleh
ular dan ambil langkah untuk mencegahnya.
 Sejauh yang Anda mampu, 'Lindungi ' rumah
Anda dan taman terhadap ular.
 Mengetahui gejala gigitan ular dan pengobatan
yang tepat.
Bahaya dari gigitan dan juga racun dari ular
berbeda bagi setiap spesies. Pertolongan pertama
yang direkomendasikan untuk gigitan ular juga
akan bervariasi sesuai dengan tipe spesiesnya.
Pengobatan untuk gigitan ular didefinisikan
menurut apakah racun tersebut sitotoksik,
haemotoxic atau neurotoksik. Sebuah pertolongan
yang salah tidak hanya akan berdampak sedikit
atau tidak ada bantuan tapi bahkan bisa berbahaya.
Cara Penangan :
 Cobalah untuk mengidentifikasi apakah gigitan
tersebut adalah gigitan ular berbisa dengan
mengamati tampilan ular (seperti bentuk kepala
ular, warna dan ukuran) dan metode menyerang
nya.
 Kendurkan pakaian korban dan pindahkan
mereka ke tempat yang teduh.
 Jaga keadaan korban agar tetap tenang; gerakan
hanya akan meningkatkan aliran darah dan juga
mengangkut racun ke jantung dengan lebih
cepat.
 Jangan mencegah aliran darah kecuali Anda
yakin gigitanya adalah dari ular yang membawa
racun neurotoksik.
 Bersihkan dan jaga lukanya dengan hati hati
agar tidak membuat tekanan dan menyebabkan
memar.
 Bersiaplah untuk mengelola CPR jika perlu.
 Segera bawa korban ke rumah sakit sesegera
mungkin.

4. Keracunan melalui mata


 Gas toksik iritan
Dasar diagnosis : Iritasi lokal di mata, hidung, dan
kematian.
Penatalaksanaan : Pindahkan penderita dari daerah
bahaya ke lingkungan udara segar. Kortikosteroid dan
antibiotika.

Asuhan Keperawatan Pada Klien Keracunan


 Pengkajian.
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak
seperti jalan nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa,
adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung,
status kesadaran.
Riwayat kesadaran: riwayat keracunan, bahan racun
yang digunakan, berapa lama diketahui setelah
keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus
keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan
kapan terjadinya.
 Intervensi
Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi tindakan
umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup,
mencegah penyerapan dan penawar racun
( antidotum ) yang meliputi sirkulasi:
1) Airway, breathing, circulating, eliminasi untuk
menghambat absorbsi melalui pencernaan dengan cara
kumbah lambung, emesis, atau katarsis.
2) Berikan anti dotum sesuai anjuran dokter minimal 2
x 24 jam.
Perawatan suportif meliputi:
1) Mempertahankan agar pasien tidak sampai demam
atau mengigil,monitor perubahan-perubahan fisik
seperti perubahan nadi yang cepat,distress pernafasan,
sianosis, diaphoresis, dan tanda-tanda lain kolaps
pembuluh darah dan kemungkinan fatal atau kematian.
2) Monitor vital sign setiap 15 menit untuk beberapa
jam dan laporkan perubahan segera kepada dokter.
3) Catat tanda-tanda seperti muntah, mual, dan nyeri
abdomen serta monitor semua muntah akan adanya
darah. Observasi feses dan urine serta pertahankan
cairan intravenous sesuai anjuran dokter.
4) Jika pernafasan depresi, berikan oksigen dan lakukan
suction. Ventilator mungkin bisa diperlukan.
5) Jika keracunan sebagai usaha untuk membunuh diri
maka lakukan safety precautions. Konsultasi psikiatri
atau perawat psikiatri klinis. Pertimbangkan juga
masalah kelainan kepribadian, reaksi depresi, psikosis
neurosis, mental retardasi dan lain-lain.
Asuhan keperawatan pada sengatan dan gigitan
binatang berbisa
a. Pengkajian
Pada sengatan serangga mungkin ditemukan;
mendesah, sesak nafas, tenggorokan sakit atau susah
berbicara, pingsan atau lemah, infeksi, kemerahan,
bengkak, nyeri, gatal-gatal di sekitar area yang terkena.
Pada gigitan ular dapat ditemukan data; tampak
kebiruan, pingsan, lumpuh, sesak nafas, syok
hipovolemik, nyeri kepala, mual dan muntah, nyeri
perut, diare keluarnya darah terus menerus dari tempat
gigitan, flaccid paralysis dan miotoksisitas.
Gejala tidak segera muncul tetapi 15 menit sampai 2
jam setelah digigit oleh binatang berbisa. Kondisi
korban setelah digigit:
1) Reaksi emosi yang kuat, penglihatan kembar,
mengantuk
2) Sakit kepala, pusing dan pingsan
3) Mual atau muntah dan diare, gigitan biasanya pada
tungkai atau kaki
4) Daerah gigitan bengkak, kemerahan, memar
5) Sukar bernapas dan berkeringat banyak
b. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan reaksi endotoksin
2) Hipertermia berhubungan dengan efek langsung
endotoksin pada hipotalamus
3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan pertahanan tubuh tak adekuat
4) Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
5) Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya
peredaran darah ke jaringan
6) Rasa gatal, bengkak dan bintik–bintik merah
berhubungan dengan proses inflamasi.
c. Intervensi
1) Gangguan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan reaksi endotoksin
Intervensi:
o Auskultasi bunyi nafas
o Pantau frekuensi pernapasan
o Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi
kepala lebih tinggi
o Motivasi/bantu klien latihan nafas dalam
o Observasi warna kulit dan adanya sianosis
o Kaji adanya distensi abdomen dan spasme otot
o Batasi pengunjung klien
o Pantau seri GDA
o Bantu pengobatan pernapasan (fisioterapi dada)
o Beri O2 sesuai indikasi (menggunakan ventilator)

2) Hipertermia berhubungan dengan efek langsung


endotoksin pada hipotalamus
Intervensi:
o Pantau suhu klien, perhatikan menggigil atau
diaforesis
o Pantau suhu lingkungan, batasi linen tempat tidur
o Beri kompres mandi hangat
o Beri antipiretik
o Berikan selimut pendingin
3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
pertahanan tubuh tak adekuat
Intervensi:
o Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai
indikasi
o Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap
klien
o Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam
sekali
o Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika
memungkinkan
o Lakukan insfeksi terhadap luka alat invasif setiap
hari
o Lakukan tehnik steril pada waktu penggantian
balutan
o Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka
yang terbuka atau antisipasi dari kontak langsung
dengan ekskresi atau sekresi
o Pantau kecenderungan suhu mengigil dan diaforesis
o Inspeksi flak putih atau sariawan pada mulut
o Berikan obat antiinfeksi (antibiotik)
4) Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
Tujuan : Meredakan nyeri
Intervensi:
 Sengat kalau masih ada dicabut dengan pinset
o R/ : mengeluarkan sengat serangga yang masih
tertinggal.
 Berikan kompres dingin
o R/ : meredakan nyeri dan mengurangi bengkak
 Lakukan tehnik distraksi relaksasi
o R/ : mengurangi nyeri
 Kolaborasi dalam pemberian antihistamin seperti
diphenhidramin (Benadryl) dalam bentuk
krim/salep atau pil, losion Calamine
o R/ : mengurangi gatal–gatal
5) Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya
peredaran darah ke jaringan
Tujuan: Menangani penyebab, memperbaiki suplai
darah ke jaringan
Intervensi:
 Atasi setiap penyebab shock yang mungkin dapat di
atasi (perdarahan luar)
o R/: Mengurangi keparahan
 Pasien dibaringkan kepala lebih rendah.
o R/: Kepala lebih rendah supaya pasien tidak hilang
kesadaran
 Kaki di tinggikan dan di topang
o R/: Meningkatkan suplai darah ke otak
 Longgarkan pakaian yang ketat atau pakaian yang
menghalangi
o R/: Sirkulasi tidak terganggu
 Periksa dan catat pernapasan nadi dan tingkat reaksi
tiap 10 menit
o R/: Mengetahui tingkat perkembangan pasien
6) Rasa gatal, bengkak dan bintik–bintik merah
berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan: Mencegah peradangan akut
Intervensi:
 Pasang tourniquet pada daerah di atas gigitan
o R/: Mencegah tersebarnya racun ke seluruh tubuh
 Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan
air untuk menghilangkan partikel yang
terkontaminasi oleh serangga (seperti nyamuk)
o R/: Untuk menghindari terkontaminasi lebih lanjut
pada luka
 Kolaborasi dalam pemberian antihistamin dan serum
Anti Bisa Ular (ABU) polivalen i.v dan disekitar luka.
ATS dan penisilin procain 900.000 IU.
o R/: Mencegah terjadinya infeksi
d. Evaluasi
1) Analisa gas darah dan frekuensi pernapasan dalam
batas normal dengan bunyi nafas vesikuler.
2) Tidak mengalami dispnea atau sianosis
3) Suhu dalam batas normal
4) Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan
5) Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

Anda mungkin juga menyukai