Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah

ARTIKEL PENELITIAN
Kesehatan
Vol. 16 Nomor 1, 2017

PENGUKURAN FAKTOR-FAKTOR TERHADAP PENCEGAHAN


PENYAKIT SKABIES

Cintawati1, Hedy Hardiana2


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
Tlp : 0264144915. Email: Cintawati @gmail.com

ABSTRAK Penyakit skabies merupakan penhyakit menular yang menempati urutan kesepuluh pada tahun 2009
secara nasional. Salah satu daerah di Indoesia yang menjadi wilayah endemik skabies yaitu Kabupaten
Garut dengan penderita sebanyak 2654 pada tahun yang sama. Upaya pencegahan mengetahui promosi
kesehatan, lingkungan, peran keluarga dan motivasi sehat terhadap pencegahan penyakit skabies di
Puskesmas Bojongloa Kabupaten Garut tahun 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
cross sectional, dengan menggunakan sampel 90 responden dari populasi masyakarat. Pengumpulan
data adalah instrumen kuisioner dengan model pertanyaan tertutup. Sedangkan teknik analisis
menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) dengan aplikasi sotware smart PLS v.20 dan Statistic
Package for Social Science (SPSS v.18). Hasil penelitian didapatkan total pengaruh langsung sebesar
84,996% sedangkan pengaruh tidak langsung sebesar 0,429%. antar variabel penelitian dan pengaruh
variabel motivasi terhadap pencegahan penyakit skabies memiliki angka yang tertinggi pada pengaruh
langsung dengan nilai korelasi sebesar 42,622% dengan nilai t statistik sebesar 6,116 dibanding dengan
nilai korelasi lainnya yang di teliti. Hasil kesimpulan motivasi memiliki nilai yang paling besar dalam
mempengaruhi pencegahan penyakit skabies, dengan motivasi sehat yang tinggi dapat mempengaruhi
perilaku masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit skabies sehingga masyarakat disarankan untuk
menciptakan lingkungan yang bersih agar tercipta masyarakat yang sehat.

Kata Kunci Motivasi Sehat, Promosi Kesehatan, Skabies

ABSTRACT Scabies is a contagious disease penhyakit which ranks tenth in 2009 nationally. One of the areas in the
region appears logical that became endemic scabies is Garut with patients as much as in 2654 the same year.
Prevention eforts in the form of healthy behavior is very important to implement. he purpose of this study to
determine the promotion of health, the environment, the role of family and healthy motivation to prevention
of disease scabies in Puskesmas Bojongloa Garut in 2015. he method used in this study was cross sectional,
using a sample of 90 respondents from the population of the community. he data collection is an instrument
questionnaire with closed questions models. Analysis technique using Structural Equation Modelling (SEM)
with smart sotware applications PLS v.20 and Statistic Package for Social Science (SPSS v.18). he result
showed total direct inluence of 84.996%, while the indirect inluence of 0.429%. between research variables
and variables inluence motivation towards prevention of disease scabies has the highest number on the direct
efect of the correlation value of 42.622% with a value of t statistic of 6.116 compared with other correlation
value is examined. he conclusion of the motivation to have the largest value in afecting disease prevention
scabies, with a healthy high motivation can inluence people’s behavior in preventing the occurrence of scabies
disease so people are advised to create a clean environment in order to create a healthy society.

Key Words Healthy Motivation, Health Promotion, Scabies

31
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 16 No.1 Tahun 2017
Pendahuluan daerah yang termasuk prevalensi penyakit skabiesnya
Penyakit menular masih menjadi permasalahan tinggi yaitu sebesar 28,9% dari 2.137 kasus dari
kesehatan di negara-negara berkembang termasuk jumlah seluruh penyakit kulit yang dilaporkan.Pada
di Indonesia. Berbagai upaya telah di lakukan oleh tahun 2010 prevalensi skabies sebesar 5,6%-12,95%.
pemerintah Indonesia untuk memberantas penyakit Sedangkanpada tahun 2013 belum ada data yang
menular yang mengganggu kestabilan kesehatan meneliti tentang prevalensi kejadian scabies.5
masyarakat. Salah satu penyakit menular yang masih Berdasarkan data yang diperoleh dari Bagian
menimbulkan masalah bagi kesehatan di Indonesia Dinas Kesehatan Garut jumlah penderita skabies
adalah skabies. Skabies merupakan penyakit zoonosis merupakan urutan ke 10 penyakit menular pada tahun
yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke 2009.Penderita skabies pada wilayah Kabupaten Garut
manusia, dari hewan ke manusia yang disebabkan oleh sebanyak 2.654 kasus. Hal tersebut diantaranya karena
tungau (kutu atau mite).1 adanya kegiatan penemuan penderita skabies secara
Penyakit skabies dapat ditularkan melalui aktif di beberapa desa endemis di wilayah Kabupaten
kontak langsung maupun kontak tak langsung. Skabies Garut.6
ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui Dalam hal ini adalah promosi kesehatan.
kontak isik yang erat penularan melalui pakaian Lingkungan sekolah adalah tatanan yang dapat
dalam, tempat tidur, handuk, setelah itu kutu betina melindungi siswa dan staf sekolah dari kecelakaan
akan menggali lobang kedalam epidermis kemudian dan penyakit serta dapat meningkatkan kegiatan
membentu terowongan didalam stratum korneum. pencegahan dan mengembangkan sikap terhadap faktor
Dua hari setelah fertilisasi, skabies betina mulai risiko yang dapat menyebabkan penyakit, sehingga
mengeluarkan telur yang kemudian berkembang pengelolaan lingkungan merupakan hal yang sangat
melalui stadium larva, nimpa dan kemungkinan penting, didukung dengan respon masyarakat yang
menjadi kutu dewasa dalam 10-14 hari. Kasus infeksi positif.7
kulit masih banyak dijumpai pada negara-negara Peran keluarga adalah perilaku yang diharapkan
berkembang dengan berbagai faktor penyebab. Faktor sesuai oleh orang lain, baik secara tindakan maupun nilai
tersebut meliputi faktor predisposisi (sawar kulit, gizi, yang dibawa oleh seseorang tersebut. Keluarga adalah
hygiene perorangan), faktor lingkungan, kepadatan lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki
penduduk yang tinggi, patogenitas kuman dan virulensi hubungan darah dan bersatu. Keluarga dideinisikan
mikroorganisme.2 sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu
Diperkirakan sanitasi lingkungan yang buruk rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan
merupakan faktor dominan yang berperan dalam /hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi
penularan dan tingginya angka prevalensi penyakit dan lain sebagainya. Sehingga dukungan keluarga
Skabies di Indonesia. Selain itu ada dugaan bahwa merupakan perilaku yang diharapkan dari seseorang
setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak yang memiliki hubungan darah dan bersatu, seperti
faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, ayah, ibu, kakak, dan adik. Kejadian skabies tidak
antara lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang hanya terjadi pada anak-anak, remaja dan dewasa juga
buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, memiliki epidiomiologi yang sama. Kabupaten Garut
kesalahan diagnosis, dan perkembangan demograik di wilayah Kecamatan Cilawu terdapat dua puskesmas,
serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam yaitu Puskesmas Cilawu dan Puskesmas Bojongloa,
P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual).3 di Puskesmas Bojongloa terdapat data dari kunjungan
Di Provinsi Jawa Barat (Jabar) menunjukkan pasien, dengan keluhan skabies sebanyak 31 kasus, dari
bahwa penyakit menular masih merupakan masalah jumlah pasien secara keseluruhan sebanyak 124 pasien,
kesehatan masyarakat seperti malaria, demam berdarah hal ini menggambarkan prevalensi sebanyak 26,8%.
dan penyakit infeksi lainnya termasuk skabies. Di Insiden skabies di wilayah puskesmas Bojongloa saat
Provinsi Jabar pernah terjadi Kejadian Luar Biasa ini menuju siklus yang cenderung naik turun. Dari
(KLB) penyakit skabies pada tahun 2006 dan pada enam desa yang ada di wilayah Puskesmas Bojongloa,
tahun 2008 kejadian penyakit skabies prevalensinya pada tahun 2014 diperkirakan terdapat sejumlah anak-
40,78%. (Depkes, RI 2009 dan Dinkes Prov. Jabar, anak sebesar 4858 dari 42311 penduduk saat ini, yang
2010). Penyakit skabies masih menempati peringkat kemungkinan besar mudah terkena penyakit menular
9 dari 10 (sepuluh) penyakit terbesar di Provinsi disebabkan populasi semakin bertambah.
Jabar dengan jumlah 38.854 kasus pada tahun 2011, Penyakit skabies di wilayah Puskesmas
berdasarkan laporan rawat jalan seluruh Puskesmas di Bojongloa berdampak pada anak anak balita terutama
Provinsi Jabar, ini terjadi penurunan jumlah kasus dari keluarga yang belum menerapkan perilaku hidup bersih
tahun sebelumnya yaitu sebanyak 46.721 kasus.4 dan sehat. Bila skabies tersebut menular terhadap
Begitu pula dengan pola penyakit yang terjadi balita, akan berdampak pada gangguan perkembangan
di Kabupaten Garut yang merupakan salah satu dan gangguan spikologis anak, dan tentu hal tersebut
32
Pengukuran Faktor-Faktor terhadap Pencegahan Penyakit Skabies

berdampak pula pada kesehatan balita dan dampak bahwa kebiasaan tukar menukar handuk dikalangan
terburuk nya adalah mengalami kecacatan, mengingat antar keluarga ternyata dapat menimbulkan penyakit
balita tidak mampu menahan rasa gatal dan panas dari kulit diantaranya scabies. Dampak skabies sangat
skabies tersebut. Sehingga perlu segera di carikan mempengaruhi stabilan kehidupan kesehatan di
alternatif agar penyakit ini tidak berkembang. Di masyarakat dan menjadi pemicu hubungan komunikasi
wilayah puskesmas Bojongloa, bila di tinjau dari yang sehat antar warga satu dengan warga lainnya
pemukiman warga, sebagian besar memiliki fasilitas dalam satu wilayah. Berdasarkan latar belakang
air bersih tapi belum memenuhi syarat kesehatan, tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
sanitasi lingkungan seperti ketersediaan jamban yang tentang pengaruh promosi kesehatan, lingkungan,
memenuhi syarat kesehatan juga sebagian besar belum peran keluarga dan motivasi sehat terhadap pencegahan
tersedia. penyakit skabies di Puskesmas Bojongloa Kabupaten
Bojongloa terdapat data dari kunjungan pasien, Garut tahun 2015. Tujuan untuk mengetahui pengaruh
dengan keluhan skabies sebanyak 31 kasus, dari langsung dan tidak langsung serta besaran antara
jumlah pasien secara keseluruhan sebanyak 124 pasien, promosi kesehatan, lingkungan, peran keluarga dan
hal ini menggambarkan prevalensi sebanyak 26,8%. motivasi sehat terhadap pencegahan penyakit skabies
Insiden skabies di wilayah puskesmas Bojongloa saat di Puskesmas Bojongloa Kabupaten Garut tahun 2015.
ini menuju siklus yang cenderung naik turun. Dari
enam desa yang ada di wilayah Puskesmas Bojongloa, Metode
pada tahun 2014 diperkirakan terdapat sejumlah Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
anak-anak sebesar 4858 dari 42311 penduduk saat penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross
ini, yang kemungkinan besar mudah terkena penyakit sectional dengan alasan bahwa penelitian ini dilakukan
menular disebabkan populasi semakin bertambah. dalam kurun waktu yang bersamaan untuk mengetahui
Penyakit skabies di wilayah Puskesmas Bojongloa pengaruh pengelolaan lingkungan, promosi kesehatan,
berdampak pada anak anak balita terutama keluarga peran keluarga dan peran keluarga terhadap perilaku
yang belum menerapkan perilaku hidup bersih dan pencegahan penyakit skabies di Puskesmas Bojongloa
sehat. Bila skabies tersebut menular terhadap balita, Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut tahun 2015.
akan berdampak pada gangguan perkembangan dan Penelitian ini dilakukan di Puskesmas
gangguan spikologis anak, dan tentu hal tersebut Bojongloa Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut.
berdampak pula pada kesehatan balita dan dampak Proses penelitian dilaksanakan dalam kurun waktu
terburuk nya adalah mengalami kecacatan, mengingat satu bulan. Adapun kegiatan pengambilan data
balita tidak mampu menahan rasa gatal dan panas dari dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2016. Populasi
skabies tersebut. Sehingga perlu segera di carikan adalah keseluruhan dari objek penelitian atau objek
alternatif agar penyakit ini tidak berkembang. yang akan diteliti.9 Populasi dalam penelitian ini adalah
Di wilayah puskesmas Bojongloa, bila di pasien rawat jalan di Puskesmas Bojongloa Kecamatan
tinjau dari pemukiman warga, sebagian besar memiliki Cilawu Kabupaten Garut. Sampel adalah sebagian dari
fasilitas air bersih tapi belum memenuhi syarat jumlah dan karakteristik yang dimiki oleh populasi
kesehatan, sanitasi lingkungan seperti ketersediaan tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin
jamban yang memenuhi syarat kesehatan juga sebagian mempelajari semua yang ada pada populasi.10
besar belum tersedia. Gaya hidup bersih sebagai Pengambilan sampel dalam penelitian ini
bagian dari gerakan PHBS belum optimal, sehingga menggunakan teknik studi case control bersifat
terjangkitnya skabies dipandang sebagai perbedaan retrospektif, besar sampel dengan kriteria inklusi.
respon terhadap perilaku sehat, dan tingkat pendidikan Etika penelitian merupakan prosedur penelitian
yang mempengaruhi cara berpikir masyarakat. dengan tanggungjawab profesional, legal, sosial bagi
Berdasarkan hasil penelitian Sasmita yang dilakukan subjek penelitian. Sebelum melakukan penelitian
di Puskesmas Kranci pada 96 orang sampel ditemukan perlu dibuatkan surat persetujuan penelitian. Surat
bahwa variable yang mempunyai hubungan bermakna persetujuan penelitian disampaikan kepada Kepala
dengan kejadian skabies yaitu personal hygiene yang Dinas Kesehatan Kabupaten Garut dan setelah
meliputi kebiasaan mandi, kebiasaan membersihkan mendapatkan ijin, peneliti terjun langsung mendatangi
tempat tidur, kebiasaan anak-anak panti tidur dalam seluruh pasien penderita skabies yang melakukan
satu malam satu tempat tidur, kebiasaan memakai kunjungan rawat jalan dan termasuk kedalam kriteria
handuk bersama, mencuci pakaian, penyetrikaan inklusi penelitian. Sebelum penelitian dilakukan,
pakaian, mencuci handuk, dan berganti pakaian.8 responden yang menjadi subjek penelitian diberikan
Dalam penelitiannya yang berjudul Faktor- informasi bahwa semua keterangan yang diberikan
Faktor yang Berhubungan dengan Kebersihan kepada subjek penelitian dan hasil pengisian kuesioner
Diri dan Kesehatan Lingku ngan di Desa Cibatu sifatnya dirahasiakan. Setiap responden diberikan hak
Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi menyatakan penuh untuk menyetujui apakah bersedia menjadi
33
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 16 No.1 Tahun 2017
responden atau menolak menjadi subjek penelitian yang tersusun dari kolom dan baris. Selain itu, disjaikan
dan mereka yang telah setuju akan diberikan lembar pula dalam bentuk diagram untuk mempermudah
persetujuan yang telah disiapkan untuk responden. pembacaan hasil penelitian yang didapatkan. Sedangkan
Data primer di dalam penelitian ini adalah data tentang interpretasi data disajikan dlam bentuk narasi sehingga
pengelolaan lingkungan, promosi kesehatan, peran memudahkan pemahaman terhadap hasil penelitian.
keluarga, respon masyarakat dan pencegahan penyakit
skabies yang diperoleh sekaligus melalui pengisian Hasil
kuesioner oleh responden dengan cara mengisi Variabel promosi kesehatan mendapatkan
sendiri. Data sekunder adalah data tentang gambaran nilai mean sebesar 17 dan didapat median 18 dan
umum area penelitian, statistik, data penyakit yang nilai standar deviasinya mendapatkan nilai 3,6.
diperoleh dari Puskesmas Bojongloa Kabupaten Sedangkan pada variabel motivasi mendapatkan nilai
Garut yang terdiri dari data jumlah pasien yang ada di mean sebesar 48, median 49 dan standar deviasinya
Puskesmas Bojongloa Kabupaten Garut. Penelitian ini mendapatkan nilai 10,02. Pada konstruk peran keluarga
menggunakan alat bantu (instrumen) berupa angket / mendapatkan nilai mean sebesar 49, median 50 dan
pertanyaan yang mengandung masing-masing indikator standar deviasinya mendapatkan nilai 10,51. Konstruk
dalam lima variabel. cara pengumpulan data primer lingkungan mendapatkan nilai mean sebesar 50, median
yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui 52 dan standart deviasi nya mendapatkan nilai 10,32,
penyebaran kuesioner yang dilakukan peneliti terhadap dari tabel.
responden yang telah sesuai dengan kriteria yang Analisis bivariat bertujuan untuk melihat
telah ditetapkan dalam hal ini pengelolaan promosi hubungan distribusi dari karakteristik individu (umur,
kesehatan, lingkungan, peran keluarga dan motivasi tingkat pendidikan) dan variabel kepemimpinan,
sehat terhadap pencegahan penyakit skabies. Bentuk lingkungan kerja, persepsi, motivasi dan beban tugas.
pertanyaan adalah dengan kuesioner tertutup dimana Kemudian masing-masing veriabel tersebut diatas akan
daftar pertanyaan yang akan ditanyakan langsung dilakukan uji korelasi dengan masing-masing veriabel
kepada responden tersusun dalam satu garis kontinum eksogen dan endogen promosi kesehatan, motivasi,
dimana bila jawabannya “sangat baik/selalu/ pernah/ peran keluarga dan lingkungan menggunakan alat uji
positif” terletak dibagian kanan garis dan jawaban chi square, karena semua veriabel tersebut berskala
yang “ sangat buruk/tidak selalu/tidak pernah/negatif” nominal dan ordinal. Analisa bivariat ini berguna untuk
terletak dibagian kiri garis. Pertanyaan-pertanyaan memperdalam analisa dan kesimpulan pada akhirnya.
dibuat dengan menggunakan semantic differential. Model pengukuran atau outer model dengan indikator
Analisis univariat yang dilakukan adalah untuk relektif dievaluasi dengan convergent dan discrimant
mengetahui karakteristik dari masing-masing variabel validity dari indikatornya dan composite reability untuk
endogen dan eksogen untuk mengetahui gambaran blok indikator. Sedangkan outer model dengan formatif
distribusi dan tiap-tiap variabel yang diteliti. Analisa indikator dievaluasi berdasarkan substantif contentnya,
data secara multivariat dilakukan dengan teknik yaitu dengan membandingkan besarnya relative weight
Struktural Equation Modeling (SEM) untuk mencari dan melihat signiikansi dari ukuran weight tersebut.
hubungan langsung dan tidak langsung antara variabel Berdasarkan gambar terlihat bahwa nilai
yang diteliti secara bersamaan. Teknik analisa ini dapat faktor loading telah memenuhi persyaratan yaitu nilai
mengestimasi beberapa persamaan regresi berganda loading faktor di atas 0,5. Suatu indikator relektif di
yang saling berkaitan dan dapat menunjukan konsep- nyatakan valid jika mempunyai loading faktor di atas
konsep tidak teramati serta hubungan-hubungan yang 0.5 terhadap konstruk yang di tuju berdasarkan pada
didalamnya. Komponen based SEM yakni metode substantive content nya denagn melihat dari weight
analisis Partial Least Square (PLS) dipakai dalam (T=1,96). Inner model adalah pengujian dengan
penelitian ini karena tidak mengasumsikan data dengan cara mengevaluasi antar konstruk laten yang telah
pengukuran skala tertentu serta dapat dipakai pada dihipotesiskan dalam penelitian, dan dalam penelitian
sampel yang terbatas.11 Penyajian data dalam bentuk ini hipotesisnya adalah ada pengaruh promkes,
tabel adalah suatu penyajian sistematik data numerik motivasi, lingkungan, dan peran keluarga terhadap

Tabel 1 Stastistik Deskriptif Jawaban Responden


Variabel Penelitian N Min Max Mean Median Mode
Promosi kesehatan 84 10 25 17 18 15
Motivasi 84 24 75 48 49 58
Peran keluarga 84 13 50 43 50 45
Lingkungan 84 26 72 50 52 52
Pencegahan 84 26 72 49 50 58

34
Pengukuran Faktor-Faktor terhadap Pencegahan Penyakit Skabies

Gambar: 1 Output PLS (Loading factor)

perilaku pencegahan yang masing-masing variabel dan lingkungan terhadap peran keluarga sebesar 0,712
diukur dengan tiga konstruk laten dengan kecuali pada atau 71,2%, dan ada faktor lain sebesar 25,6%. dan
variabel pengetahuan. Masing-masing variabel secara mempengaruhi peran keluarga 0,848 atau 84,8% ada
langsung dan tidak langsung mempengaruhi perilaku, faktor lain mempengaruhi lingkungan sebesar 15.2%.
yang digambarkan pada analisa jalur. Berdasarkan tabel 3 tersebut di bawah, di
Pengujian Inner model dilakukan setelah hasil nyatakan bahwa pengaruh promkes terhadap perilaku
pengujian outer model mendapatkan angka yang lebih pencegahan, hasil uji koeisien parameter antara
besar dari angka yang di syaratkan. Pengujian inner kinerja terhadap pengembangan karir sebesar 18,099%
model dilakukan dengan melakukan Bootstrapping yaitu untuk pengaruh langsung, dan untuk pengaruh tidak
prosedur atau teknik statistik resampling. Resampling langsung mendapatkan nilai sebesar 0,118% melalui
berarti bahwa responden ditarik secara random variabel motivasi, peran keluarga, dan lingkungan.
dengan replacement, dari sampel original berkali-kali Motivasi terhadap perilaku pencegahan melalui hasil
hingga diperoleh n observasi. Karena random dengan uji koeisien parameter sebesar 42,622%, dan dalam
replacement maka ada kemungkinan responden penelitian mengukur pengaruh secara tidak langsung
akan ditarik kembali sebagai sampel. Bootstrapping antara motivasi sehat terhadap pencegahan.Lingkungan
memiliki keunggulan tidak membutuhkan asumsi berdasarkan hasik uji koeiesien parameter, Hasil
mengenai distribusi suatu statistik tertentu, misalnya pengujian tersebut di tunjukan dengan nilai sebesar
asumsi normalitas. 14,381% untuk pengaruh langsung, sedangkan untuk
Variabel promkes, motivasi, peran keluarga pengaruh tidak langsung di teliti dalam penelitian ini
dan lingkungan terhadap pencegahan penyakit skabies memperoleh nilai sebesar 0,189%. Hasil uji parameter
sebesar 0,850 atau 85,0% sehingga ada 10.3% faktor koeisien antara peran keluarga menunjukan terdapat
lain selain variabel tersebut, sedangkan promkes, pengaruh langsung terhadap beban tugas sebesar
lingkungaaan dan peran keluarga terhadap motivasi di 9,894%, dan mengukur pengaruh tidak langsung antara
dapat nilai R 0,714 atau 71,4% sehingga masih banyak kedua nya dengan nilai sebesar 0,122%. Berdasarkan
faktor lain yang mempengaruhi motivasi. Promkes perhitungan secara keseluruhan, dari masing-masing

Tabel 3 Presentase Besaran Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung

Variabel LV Direct path Indirect rho Total Direct Indirect Total


correlation % % %
Promkes 0,751 0,241 0,509 0 18,099 0,118 18,217
Motivasi 0,877 0,486 0.486 42,622 42,622
Lingkungan 0,841 0,171 0,397 0.519 14,381 0,189 14,57
Peran keluarga 0,811 0,122 0,174 0.296 9,894 0,122 10,016
Total 0 84,996 0,429 85,425
35
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 16 No.1 Tahun 2017
pengaruh langsung. bilamana sakit.13
Variabel laten eksogen tersebut apabila secara Misi Promosi Kesehatan yang ditetapkan
bersama sama menunjukan kesesuaian dengan R Squere adalah: (1) Memberdayakan individ, keluarga dan
atau dengan kata lain menunjukan bahwa promkes, masyarakat untuk hidup sehat; (2) Membina suasana
motivasi, lingkungan dan peran keluarga terhadap atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya phbs
pencegahan (18,099+0,118+42,622+14,381+0,189+ di masyarakat; (3) Melakukan advokasi kepada para
9,894+ 0,122=85,425). Hal tersebut menunjukan model pengambil keputusan dan penentu kebijakan. Misi
hasil analisis dapat menjelaskan 98,6% keragaman data tersebut telah menjelaskan tentang apa yang harus
dan mampu mengkaji fenomena yang dipakai dalam dan perlu dilakukan oleh Promosi Kesehatan dalam
penelitian, sedangkan 1,14 % dijelaskan komponen mencapai visinya. Misi tersebut juga menjelaskan
lain yang tidak ada dalam penelitian ini ditempatkan fokus upaya dan kegiatan yang perlu dilakukan. Dari
sendiri masih ada 1,14% variabel yang bisa dielaborasi. misi tersebut jelas bahwa berbagai kegiatan harus
dilakukan serempak. Selanjutnya, perlu disadari bahwa
Pembahasan upaya promosi kesehatan merupakan tanggungjawab
Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pencegahan kita bersama, bahkan bukan sektor kesehatan semata,
Penyakit Skabies Di Puskesmas Bojongloa melainkan juga lintas sektor, masyarakat dan dunia
Kabupaten Garut Tahun 2015 usaha. Promosi kesehatan perlu didukung oleh semua
Hasil pengujian terhadap koeisien parameter pihak yang berkepentingan (stake holders). Kesamaan
antara pengaruh promosi kesehatan terhadap pengertian, efektiitas kerjasama dan sinergi antara
pencegahan penyakit skabies di Puskesmas Bojongloa aparat kesehatan pusat, provinsi, kabupaten/kota dan
Kabupaten Garut Tahun 2015 menunjukan ada semua pihak dari semua komponen bangsa adalah
pengaruh langsung sebesar 18,10%, sedangkan sangat penting dalam rangka mencapai visi, tujuan dan
pengaruh tidak langsung antara promosi kesehatan sasaran promosi kesehatan secara nasional. Semuanya
terhadap pencegahan penyakit skabies di Puskesmas itu adalah dalam rangka menuju Indonesia Sehat, yaitu
Bojongloa Kabupaten Garut Tahun 2015 adalah Indonesia yang penduduknya hidup dalam perilaku
sebesar 4,28% , melalui lingkungan, peran keluarga, dan budaya sehat, dalam lingkungan yang bersih dan
dan motivasi. Nilai T statistik yang di dapatkan kondusif dan mempunyai akses untuk memperoleh
dalam menggambarkan hubungan antara promosi pelayanan kesehatan yang bermutu, sehingga dapat
kesehatan terhadap pencegahan penyakit skabies di hidup sejahtera dan produktif..
Puskesmas Bojongloa Kabupaten Garut Tahun 2015 Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil
adalah sebesar 2,744 berdasarkan hasil uji tersebut penelitian yang dilakukan Sukmawati,, dengan judul.
dapat di jelaskan bahwa ada pengaruh tidak langsung pengaruh strategi promosi kesehatan terhadap tingkat
lingkungan kerja terhadap perilaku pencegahan lebih perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada tatanan
besar dari pengaruh langsung antara promosi kesehatan rumah tangga di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli
terhadap pencegahan penyakit skabies di Puskesmas Serdang. Dan hasil penelitian adalah Hasil penelitian
Bojongloa Kabupaten Garut Tahun 2015, sehingga menunjukkan bahwa strategi promosi kesehatan
di nyatakan lingkungan kerja akan mempengaruhi mempunyai pengaruh terhadap tingkat Perilaku Hidup
perilaku pencegahan penyakit skabies bila melibatkan Bersih dan Sehat di Kecamatan Patumbak Kabupaten
motivasi, peran keluarga, lingkungan. Deli Serdang. Pengaruh yang paling dominan adalah
Hasil penelitian menunjukan, terdapat Pemberdayaan masyarakat. Koeisien Determinasi
pengaruh yang bersifat positif dari promkes terhadap (R2) menunjukkan bahwa variabel bebas yang diteliti
pencegahan penyakit skabies. Sesuai dengan konsep memberikan kontribusi 56,6 % terhadap tingkat PHBS
perilaku pencegahan Perilaku kesehatan pada dan sisanya 43,4 % dijelaskan oleh variabel bebas
dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus lainnya yang tidak diteliti. Disarankan kepada pengambil
yang berkaitan dengan rasa sakit atau penyakit, keputusan dan pembuat kebijakan agar menjamin
pelayanan kesehatan, system kesehatan, makanan serta tersedianya tenaga, dana, sarana dan prasarana untuk
lingkungan. Batasan ini memiliki dua batasan, yaitu program promosi kesehatan (advokasi, bina suasana
respond an stimulus. erilaku merupakan diterminan dan pemberdayaan masyarakat). Puskesmas harus
kesehatan yang menjadi sasaran dari promosi untuk mampu mengelola potensi masyarakat dan dunia usaha
mengubah perilaku ( behaviour change ). Perubahan yang ada di wilayah kerjanya serta melakukan analisa
perilaku kesehatan sebagai tujuan dari promosi atau situasi sebagai dasar penyusunan dan pelaksanaan
pendidkan kesehatan. Berdasarkan pada hal ini, teori program strategi pr o mosi kesehatan untuk PHBS.
perilaku pencegahan penyakit Skabies adalah perilaku Puskesmas sebaiknya meningkatkan kualitas kerja
pemeliharaan kesehatan (health maintenance). Usaha sama lintas sektoral, antar unit organisasi pemerintahan
seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan dan organisasi masyarakat.
agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan Penyakit scabies adalah penyakit menular
36
Pengukuran Faktor-Faktor terhadap Pencegahan Penyakit Skabies

yang dapat diintervensi, dan Promosi kesehatan rekan kerja, teman, profesional kesehatan, dan lain-lain.
adalah sebuah intervensi terhadap faktor-faktor Karena mempengaruhi perilaku, lingkungan sosial juga
perilaku (konsep L.Green, 1980-Model Precede, dampak kesehatan “.14
yakni pre-disposing. Reinforcing dan enabling couse Hasil penelitian yang menunjukan ada pengaruh
in educational diagnosis and evaluation, sehingga antara pengaruh terhadap perilaku pencegahan penyakit
kedua nya dapat di konsep kan menjadi korelasi dalam scabies tersebt di perkuat dengan hasil penelitian
pencegahan penyakit. yang dilakukan oleh Fathul Lubain dengan judul
Berdasarkan asumsi peneliti, bahwa penelitian adalah “Pengaruh Lingkungan Terhadap
promkes adalah kegiatan yang menyeluruh dan tidak Perilaku Manusia :Studi Terhadap Perilaku Penonton
hanya menekankan pada kekuatan ketrampilan dan Bioskop”dan hasil penelitian menunjukan enelitian
kemampuan individu, tetapi juga pada perubahan ini dilakukan di Permata Film di Jogjakarta. Metode
sosial sehingga dapat mempengaruhi masyarakat untuk ini penelitian kualitatif. Data diambil dari wawancara
berperilaku sehat. Sebagai kegiatan yang menyeluruh dengan tujuh informan dan langsung pengamatan. Hasil
akan menghasilkan konsep rangasangan terhadap penelitian, secara umum, menunjukkan bahwa polusi,
perilaku. Sehingga berdasarkan adanya promkes suhu, pengaturan dari daerah, dan juga adanya perilaku
ini akan berpengaruh terhadap perilaku pencegahan orang lain pengaruh penonton (penonton bioskop)
terhadap penyakit menular atau scabies. dibangunan.
Menurut asumsi peneliti bahwa lingkungan
Pengaruh Lingkungan Terhadap Pencegahan sebagai ekosistem secara keseluruhan yang berfungsi
Penyakit Skabies di Puskesmas Bojongloa menjaga dan mencapai kesehatan lingkungan yg meliputi
Kabupaten Garut Tahun 2015. kesehatan isik, mental, dan sosial yg tidak hanya berarti
Hasil pengujian terhadap koeisien parameter suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan.
antara pengaruh lingkungan terhadap pencegahan Hal ini diukur dengan sanitasi lingkungan, ketersediaan
penyakit skabies di Puskesmas Bojongloa Kabupaten air bersih, dan kepadatan hunian akan berpengaruh
Garut Tahun 2015 menunjukan ada pengaruh langsung terhadap perilaku, yaitu konsep pengambilan tindakan.
sebesar 14,30%, sedangkan pengaruh tidak langsung
antara lingkungan terhadap pencegahan penyakit Pengaruh Peran Keluarga Terhadap Pencegahan
skabies di Puskesmas Bojongloa Kabupaten Garut Penyakit Skabies di Puskesmas Bojongloa
Tahun 2015 adalah sebesar 3,44% , melalui motivasi Kabupaten Garut Tahun 2015.
da peran keluarga. Nilai T statistik yang di dapatkan Hasil pengujian terhadap koeisien parameter
dalam menggambarkan hubungan antara lingkungan antara pengaruh peran keluarga terhadap pencegahan
terhadap pencegahan penyakit skabies di Puskesmas penyakit skabies di Puskesmas Bojongloa Kabupaten
Bojongloa Kabupaten Garut Tahun 2015 adalah sebesar Garut Tahun 2015 menunjukan ada pengaruh langsung
3,579 berdasarkan hasil uji tersebut dapat di jelaskan sebesar 9,09%, sedangkan pengaruh tidak langsung
bahwa ada pengaruh tidak langsung lingkungan antara peran keluarga terhadap pencegahan penyakit
terhadap pencegahan penyakit skabies di Puskesmas skabies di Puskesmas Bojongloa Kabupaten Garut Tahun
Bojongloa Kabupaten Garut Tahun 2015, sehingga di 2015 di dapat nilai sebesar 2,21%. Nilai T statistik yang
nyatakan motivasi sehat akan mempengaruhi perilaku di dapatkan dalam menggambarkan hubungan antara
pencegahan pada penyakit skabies bila melibatkan peran keluarga terhadap pencegahan penyakit skabies
motivasi dan peran keluarga. di Puskesmas Bojongloa Kabupaten Garut Tahun 2015
Hubungan antara pengelolaan lingkungan adalah sebesar 2,436 berdasarkan hasil uji tersebut
dengan pencegahan penyakit skabies skabies berdasarkan dapat di jelaskan bahwa ada pengaruh tidak langsung
pada teori Social Cognitive Theory yaitu teori yang di peran keluarga terhadap pencegahan penyakit skabies
dasari pada gagasan bahwa orang tidak hanya mengatur di Puskesmas Bojongloa Kabupaten Garut Tahun
lingkungan sendiri namun akan menindak lanjuti oleh 2015, sehingga di nyatakan peran keluarga terhadap
lingkungan, artinya lingkungan mempengaruhi kondisi pencegahan penyakit skabies di Puskesmas Bojongloa
seseorang. Seseorang, kelompok atau masyarakat, Kabupaten Garut Tahun 2015 bila melibatkan motivasi.
akan berubah perilakunya jika dipengaruhi oleh faktor Berdasarkan hasil uji tersebut, dapat di
dari dalam diri (pengetahuan, sikap, dll) dan faktor jelaskan bahwa pengaruh motivasi terhadap beban
lingkungan (prasarna, sarana). Teori ini berkeyakinan tugas bidan secara langsung berdasarkan pada konsep
bahwa, pendapat, pikiran, perilaku, saran, dan dukunan Peran keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
dari orang-orang di sekitar berpengaruh pada diri keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga
sendiri dan memiliki efek timbal balik pada orang dipandang sebai bagian yang tidak terpisahkan dalam
dilingkungan. Teori dari keyakinan bahwa semua lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang
perilaku adalah produk satu arah dari lingkungan bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap
belajar.”Lingkungan sosial meliputi anggota keluarga, memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.14
37
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 16 No.1 Tahun 2017
Hasil penelitan ini senada dengan hasil organisasi, karena berkaitan erat dengan keberhasilan
penelitian yang dilakukan oleh Yanti Nuraini dengan seseorang, organisasi, atau masyarakat dalam
judul penelitian “pengaruh keluarga terhadap perilaku mewujudkan tujuan. Perilaku manusia pada hakikatnya
pada remaja laki-laki kelas XI di SMK Tunas Bangsa selalu berorientasi pada keinginan dan harapan yang
Sukoharjo ” dan hasil tersebut menunjukan Hasil menjadi tujuan. Upaya untuk mewujudkan keinginan
perhitungan product moment dari Pearson diperoleh dan harapan tersebut dilakukan melalui serangkaian
nilai koeisien korelasi (r) sebesar 0,486 dengan aktivitas atau kegiatan. Keputusan untuk melakukan
signiikan p = 0,000 (p<0,01) artinya ada hubungan aktivitas-aktivitas tertentu karena adanya kebutuhan
positif yang sangat signiikan antara peran keluarga (needs), dorongan (drive), dan tujuan (goals).15
dengan perilaku merokok pada remaja laki-laki kelas XI Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh
di SMK Tunas Bangsa Sukoharjo. Sumbangan efektif antara motivasi terhadap pencegahan penyakit skabies,
peran keluarga sebesar 23,6%. Hal tersebut berarti secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga
terdapat 76,4% faktor-faktor lain yang mempengaruhi apabila masyarakat memiliki motivasi yang tinggi maka
perilaku merokok pada remaja selain peran keluarga. akan berpengaruh pada perilaku hidup sehat dengan
Berdasarkan asumsi peneliti peran keluarga mengendalian perilaku sehat, sehingga akan berdampak
di konsepkan dengan sikap, tindakan dan penerimaan pada perilaku dalam mencegah terjangkitnya penyakit
keluarga terhadap anggotanya dalam melakukan menular skabies, dengan tindakan perilaku hidup sehat
pencegahan penyakit skabies. Dengan indikator dilingkungan nya.15
memberi informasi, memberi bantuan dan memberi Indikator yang mengukur motivasi dalam
perhatian, sehingga dengan sikap ini akan menstimulus penelitiani ini adalah kebutuhan, hal ini di kutip
timbul nya perilaku atau tindakan.khususnya dengan dari teori maslow tentang teori kebutuhan, yang
perilaku pencegahan penyakit scabies. menyebutkan bahwa Dalam pandangan, setiap orang
memiliki banyak kebutuhan sesuai tingkatan-tingkatan,
Pengaruh Motivasi Sehat Terhadap Pencegahan dan seseorang tersebut senantiasa berusaha agar apa
Penyakit Skabies di Puskesmas Bojongloa yang menjadi kebutuhannya dapat terpenuhi.
Kabupaten Garut Tahun 2015 Indikator motivasi yang kedua adalah
Hasil pengujian terhadap koeisien parameter kebutuhHasil penelitian tersebut senada dengan hasil
antara pengaruh motivasi sehat terhadap pencegahan penelitian yang dilakukan oleh Deny Bagus dengan
penyakit skabies di Puskesmas Bojongloa Kabupaten judul penelitian pengaruh disiplin dan motivasi sehat
Garut Tahun 2015 menunjukan ada pengaruh langsung terhadap perilaku sehat. Hasil penelitian ini juga
sebesar 42,02%, sedangkan pengaruh tidak langsung memperlihatkan bahwa apa yang peneliti temukan
antara motivasi sehat terhadap pencegahan penyakit sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan, yang
skabies di Puskesmas Bojongloa Kabupaten Garut mengatakan bahwa ada hubungan secara korelasional
Tahun 2015 tidak diukur. Nilai T statistik yang di antara variabel disiplin dengan variabel Motivasi
dapatkan dalam menggambarkan hubungan antara dan secara bersama-sama kedua variabel tersebut
motivasi sehat terhadap pencegahan penyakit skabies memberikan pengaruh secara positif dan signiikans
di Puskesmas Bojongloa Kabupaten Garut Tahun 2015 terhadap variabel perilaku hidup sehat. Dilain pihak,
adalah sebesar 6,116, berdasarkan hasil uji tersebut masih ada variabel lain yang turut mempengaruhi
dapat di jelaskan bahwa ada motivasi sehat terhadap variabel perilaku hidup sehat, tetapi dalam penelitian
pencegahan penyakit skabies di Puskesmas Bojongloa ini tidak disertakan. Hal inilah yang menjadi gangguan
Kabupaten Garut Tahun 2015, sehingga di nyatakan bagi peneliti, karena apabila dilihat variabel lain
kepemimpinan atasan akan mempengaruhi pencegahan tersebut cukup memberikan.16
penyakit skabies di Puskesmas Bojongloa Kabupaten Asumsi peneliti, motivasi adalah dorongan
Garut Tahun 2015. yang menggerakan seseorang ke arah perilaku tertentu
Berdasarkan hasil uji tersebut, dapat di jelaskan sehingga dapat mencapai tujuan tertentu sesuai yang
bahwa pengaruh motivasi terhadap pencegahan diinginkan. Seseorang dengan motivasi yang kuat akan
penyakit skabies di Puskesmas Bojongloa Kabupaten berdampak pada pengaruh perilaku. Dengan dorongan
Garut Tahun 2015 secara langsung memiliki nilai yang kuat ini, maka akan menggerakkan seseorang
lebih rendah dari pengaruh motivasi sehat pencegahan untuk mencapai sesuatu yang di inginkan, yaitu
penyakit skabies di Puskesmas Bojongloa Kabupaten terhindar dari penyakit apapun bentuknya.
Garut Tahun 2015 secara tidak langsung, dengan Berdasarkan asumsi peneliti, motivasi
nilai korelasi sebesar 0.171 atau 17,1%, sehingga berkaitan erat dengan perilaku. Motivasi merupakan
berdasarkan hasil ini di sebutkan bahwa ada pengaruh suatu konstruk yang dimulai dari adanya need atau
langsung dan tidak langsung antara motivasi terhadap kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi
beban tugas bidan. aktif yang menyebabkan timbulnya dorongan dengan
Motivasi selalu menjadi fokus utama dalam intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan,
38
Pengukuran Faktor-Faktor terhadap Pencegahan Penyakit Skabies

memberi arah, dan membuat persisten (berulang-ulang) Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
dari suatu perilaku untuk memenuhi kebutuhan yang Indonesia. pp: 122- 125; 2007.
menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri. 12. Rivai. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Graindo Persada
13. Robbins dan Judge. Perilaku Organisasi. Jakarta:
Kesimpulan
Salemba Empat; 2008.
Berdasarkan hasil kesimpulan variabel 14. Saifudin. Sikap manusia dan Pengukurannya. Jakarta :
motivasi sehat mempunyai nilai paling besar dalam Rineka Cipta; 2006.
mempengaruhi pencegahan penyakit skabies, dengan 15. Sastroasmoro S., Sofyan I. Dasar- Dasar Metodologi
motivasi sehat yang tinggi dapat mempengaruhi perilaku Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara; 2004.
masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit 16. Siagian SP. Teori Motivasi dan Aplikasinya, Edisi
skabies sehingga masyarakat dapat berperilaku hidup Ketiga, Jakarta: Rineka Cipta; 2004.
bersih dan sehat dengan baik.
Berdasarkan pada hasil penelitian di atas,
dimana telah membuktikan adanya pengaruh pengaruh
promkes, llingkungan, peran keluarga, dan motivasi
terhadap pencegahan penyakit skabies dan pengaruh
motivasi terhadap perilaku pencegahan mendapatkan
nilai tertinggi dibanding korelasi lainnya dengan nilai
pengaruh langsung besar 42,62% dan nilai t statistic
6,116 dibanding dengan nilai korelasi lainnya yang
di teliti, maka saran peneliti adalah, Berdasarkan
pada hasil temuan di atas, maka peneliti memberikan
referensi atau saran sebagai berikut; Ada nya sosialisasi
tentang pencegahan penyakit dan pentingnya hidup
sehat, yang dapat merangsang motivasi masyarakat
untuk hidup sehat. Sesuai dengan hasil temuan tersebut,
pihak puskesmas dapat mendorong masyarakat untuk
hidup sehat, dan tanggung jawab sehingga menjadi
harapan menjadi motivasi masyarakat. Penelitian dapat
dikembangkan dengan menambah variabel penelitian,
hal ini mengingat banyak faktor yang mempengaruhi
perilaku.

Referensi
1. Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemeterian
Kesehatan 2009.
2. Depkes, RI. Pelayanan Obstetri Dan Neonatal Emergensi
Dasar (PONED). Edisi kelima. Jakarta 2008.
3. Dessler Gary, Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: PT.Prenhalindo; 1997.
4. Dinkes Kesehatan Garut. Proil Puskesmas Bojongloa.
Garut; 2013.
5. Ebbese, Zimbardo.1998. Analisis Sikap dan Prilaku.
Bandung: Alfabeta; 2008.
6. Fernawan, N.S. Perbedaan Angka Kejadian Skabies
di Kamar Padat dan Kamar tidak Padat di Pondok
Pesantren As Salaam Surakarta. Solo: Skripsi. Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
7. Foster, Bill. Pembinaan untuk Peningkatan Kinerja
Karyawan. Jakarta: PPM; 2001.
8. Ghozali I. Structural Equation Modeling Metode
Aternatif dengan Partial Least Square (PLS), Semarang:
Badan Penerbit UNDIP; 2006,
9. Gibson, James L. et. all. Organisasi Perilaku, Struktur
Dan Proses. Jakarta: Erlangga ; 2007.
10. Gomes, Faustino Cardoso, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Yogyakarta: Penerbit Andi; 2003,
11. Handoko R.P. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
39

Anda mungkin juga menyukai