Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KELOMPOK STUDI HADIS


( HADIS SHAHIH DAN HASAN)

DISUSUN OLEH KELOMPOK V


NAMA ANGGOTA :
1. Nadiatur rahmi
2. Nurfadhila az-zahra
3. Refni elvionika
4. Reima azizah

PMT.1B
DOSEN PEMBIMBING : Dra. Alfiah M.Ag
T/P : 2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
studi hadis tentang Hadis shahih dan hasan.

Makalah studi hadis ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang hadis shahih dan hasan ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Pekanbaru, 22 oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar …………………………………………………………………….

Daftar isi …………………………………………………………………………..

BAB I (Pendahuluan)

A. Latar belakang masalah ……………………………………………………….


B. Rumusan masalah ……………………………………………………………..
C. Tujuan penulisan ………………………………………………………………

BAB II (Pembahasan)

Hadis shahih

a. Pengertian hasan ………………………………………………………………

b. Klasifikasi hadis shahih ………………………………………………………

c. Kitab-kitab hadis shahih ………………………………………………………

D. Kehujjatan hadis shahih ……………………………………………………….

Hadis hasan
a. Pengertian hadis hasan …………………………………………………........
b. Klasifikasi hadis hasan ……………………………………………………….
c. Kehujjatan hadis hasan ………………………………………………………
d. Kitab-kitab hadis hasan ………………………………………………………

BAB III (Penutup)

Kesimpulan …………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hadis adalah sumber hukum kedua setelah Al Quran, sehingga umat
islam dalam menentukan hukum taklifi musti berdalil dan beragumentasi
dengan menggunakan Al Quran dan jika tidak ada keterangan yang jelas
di dalam Al Quran biasanya mengambil dari hadis. Dalam mengambil
dalil dari hadis ada klasifikasi hadis yang bisa dijadikan hujjah untuk
menentukan masalah aqidah atau keimanan dan menentukan halal atau
haram dan ada yang bisa dijadikan dalil untuk anjuran untuk
meninggalkan hal-hal yang makruh atau tarhib. Dalam bab ini disajikan
klasifikasi hadis berdasarkan kualitas yaitu hadis shahih dan hasan.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian hadis shahih?
2. Bagaimana klasifikasi hadis shahih?
3. Bagaimana kitab-kitab hadis shahih?
4. Pengertian hadis hasan?
5. Bagaimana klasifikasi hadis hasan?
6. Bagaimana kehujjatan hadis shahih dan hasan?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian hadis shahih dan hasan
2. Untuk mengetahui klasifikasi hadis shahih dan hasan
3. Untuk mengetahui kitab-kitab hadis shahih dan hasan
4. Untuk mengetahui kehujjatan hadis shahih dan hasan
BAB II
PEMBAHASAN

Hadist Shahih

A. Pengertian hadis shahih


Kata shahih berasal dari Bahasa arab yaitu as-shahih, bentuk
pluralnya ashihha’ dan berakal kata pada shahha. Dari segi bahasa, kata ini memiliki
beberapa arti di antaranya : (1) selamat dari penyakit, (2) bebas dari aib/cacat.
Sedangkan pengertian hadis adalah khabar (berita).
Menurut imam al-Nawawi mendefinisikan hadis shahih yang artinya “ Yaitu
hadis yang bersambung sanadnya, yang diriwayatkan oleh orang-orang yang adil dan
dhabit, terhindar dari syuduz dan ‘illat”
Menurut definisi tersebut terdapat lima syarat hadis shahih, yaitu :
1. Bersambung sanadnya (ittshal al-sanad), yaitu setiap perawi dalam sanad
menerima langsung hadis dari perawi terdekat sebelumnya, begitu seterusnya
sampai kepada nabi. Hadis yang tidak bersambung sanadnya tidak tergolong
shahih seperti munqathi’Mu’adal, Muallaq, dan Mudallas.
2. Periwayat yang adil ( at-‘adalat). Rumusan “adil” diperselisihkan oleh para
Muhaddisin, tetapi pada pokoknya menyangkut pada persoalan moral islami sang
perawi. Dalam hal ini, Muhanunad Ajaj al-Khatib mengemukakan empat
persyaratan agar seorang perawi dinamakn ‘adil, yaitu memelihara muru’ah,
tekun dalam beragama, tidak berbuat fasiq, dan baik akhlaknya. Bila perawinya
tidak memiliki sifat-sifat demikian, maka hadis yang dikemukakan tergolong
hadis maudhu’.
3. Periwayat yang dhabit (al-tam dhabth). Istilah dhabit berarti setiap hafalannya
dan atau baik catatannya, sehingga bila dan dimana saja hadist tersebut dapat
disampaikan dengan sempurna. Pengertian ini juga memerlukan seorang perawi
tidak memiliki sifat lalai dan lupa baik ketika shighat al-tahamul maupun shighat
al-ada’. Dengan demikian dhabit bukan saja harus kuat hafalan, tetapi ia juga
meiliki pemahaman terhadap apa yang dihafalnya itu. Bila ‘adil saja tetapi kurang
dhabit disebut shaduq dan menempati peringkat kedua dalam sanad. Sedang
perawi yang adil dan dhabit menempati peringkat tertinggi dalam dhabit.
4. Tidak ada kejanggalan (‘adam al-syuduz). Disebut syadz apabila seorang perawi
yang tsiqat, meriwayatkan hadis yang bertentangan dengan hadis yang
diriwayatkan oleh perawi yang lebih tsiqat, atau oleh beberapa perawi yang
tergolong tsiqat, dan hadis tersebut tidak mungkin dikompromikan.
5. Tanpa catat (‘adam ‘illiat ). ‘illiat yaitu catat yang samar-samar dan
mengajibatkan lemahnya hadist. Dapat dianggap ‘illiat sisipan yang terdapat
dalam matan hadist.
Kelima syarat tersebut merupakan tolak ukur untuk menentukan suatu hadist
itu shahih atau tidak. Apabila kelima syarat tersebut dapat dipenuhi secara
sempurna, maka hadis tersebut dapat dinamai dengan hadis shahih.
Contoh hadist shahih adalah sebagai berikut :
Hadist yang diriwayatkan oleh Imam al-bukhari dalam kitab shahihnya, ia
berkata “Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin yusuf, dia berkata, telah
mengkhabarkan kepada kami malik dari ibn syihab dari Muhammad ibn jubair
ibn muth’im dari ayahnya, ia berkata, aku mendengar rasulullah saw membaca
QS. Al-thur pada waktu sholat magrib”.
Hadist diatas dapat dinyatakan sebagai hadis shahih karena telah memenuhi
syarat-syarat yang telah disebutkan diatas, yaitu :
a. Sanad hadis tersebut bersambung. Dalam hal ini masing-masing perawinya
mendengar langsung dari gurunya. Bukhari mendengar langsung dari gurunya
yaitu Abdullah ibn yusuf, Abdullah mendengar dari malik, malik mendengar dari
ibn syihab, ibn syihab mendengar dari Muhammad ibn jubair, Muhammad ibn
jubair menerima langsung dari ayahnya jubair ibn muth’im, dan jubair mendengar
langsung dari rasulullah saw.
b. Para perawi hadist tersebut adalah adil dan dhabit. Hal tersebut telah diteliti oleh
para ulama jarh wa ta’dil yakni :
1) Abdullah ibn yusuf adalah seorang yang tsiqat dan mutqan
2) Malik bin anas adalah imam hafizh
3) Ibn syihab adalah seorang faqih,hafizh,muttafaq ‘ala jalalatih, dan itqanihi
4) Muhammad ibn jubair adalah tsiqat
5) Jubair ibn muth’im adalah shahabat, dan para ahli hadist telah bersepakat
menyatakan keadilan para shahabat.
c. Tidak syadz, karena tidak dijumpai hadis lain yang lebih kuat yang berlawanan
dengannya
d. Tidak terdapat padanya ‘illat.
B. Klasifikasi hadis shahih
Hadis shahih terbagi menjadi dua, yaitu shahih lidzatihi dan shahih lighairihi :
a. Shahih lidzatihi adalah hadis yang secara mandiri telah memiliki syarat-syarat
keshahihan, atau dengan kata lain bahwa shahih lidzatihi adalah hadis shahih
itu sendiri.
b. Shahih lighairihi adalah hadist hasan lidzatihi apabila terdapat hadist dari jalur
sanad lain yang menguatkannya, baik yang serupa atau yang lebih kuat
darinya. Dinamakan shahih lighairihi karena keshahihannya tidaklah
didasarkan pada sanadnya yang lain yang sama kedudukannya dengan
sanadnya atau lebih kuat dari sanadnya.

C. Kitab-kitab hadis shahih


1. Shahih al-bukhari
2. Shahih muslim
3. Shahih ibnu khuzaimah
4. Shahih ibnu hibban
5. Mustadrak al-hakim
6. Shahih ibnu as-sakan
7. Shahih al-albani

D. Kehujjahan hadis shahih


Kehujjatan hadis shahih yaitu hadis yang telah memenuhi persyaratan
hadist shahih wajib diamalkan sebagai hujjah atau dalili syara sesuai dengan
ijma’ para ulama hadis dan sebgaian ulama ushul dan fiqih yang berkaitan
dengan penetapan halal atau haramnya sesuatu, tidak dalam hal-hal yng
berhubungan dengan akidah.
Ada beberapa pendapat ulama yang memperkuat kehujjatan hadis shahih,
diantaranya hadis shahih memberi faedah qhath’i (pasti kebenaran) yang
terdapat di dalam kitab shahihayn (bukhari dan muslim)
Sebagian besar ualama menetapkan dengan dalil-dalil qhat’i yaitu al-
qur’an dan hadis mutawatir. Oleh karena itu, hadis ahad tidak dapat dijadikan
hujjah untuk menetapkan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan
akidah.
Hadist Hasan

A. Pengertian hadis hasan


Menurut jalaluddin al-suyuthi hadis hasan ialah hadis yang sanadnya
bersambung, diriwayatkan oleh orang-orang adil, kurang dhabitnya, dan tidak
ada syuduz dan ‘illiat. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hadis
hasan adalah hadis yang memenuhi syarat-syarat hadis shahih seluruhnya,
hanya saja semua perawinya atau sebagiannya, kurang dhabitnya dibanding
dengan perawi hadist shahih.
Terdapat beberapa kriteria hadist hasan yaitu:
1. Sanad hadistnya harus bersambung
2. Perawinya adil
3. Perawinya mempunyai sifat dhabit, namun kualitasnya lebih rendah
(kurang) dari yang dimiliki oleh perawi hadis shahih
4. Hadis yang diriwayatkan tersebut tidak syaz
5. Hadis yang diriwayatkan terhindar dari illiat yang merusak aqidah

B. Klasifikasi hadis hasan


Hadis hasan dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Hadis hasan lidzatihi
Hadis hasan lidzatihi adalah hadis yang dengan sendirinya telah
memenuhi kriteria hadis hasan. Dan tidak perlu riwayat lain untuk
mengangkat ke derajat hasan
2. Hadis hasan lighairihi
Hadis hasan lighairihi adalah hadis dha’if apabila jalan(datang) nya
terbilah lebih dari satu, dan sebab-sebab kedha’ifannya bukan karena
perawinya fasik atau pendusta.

C. Kehujjatan hadist hasan


Hadis hasan sebagaimana kedudukannya hadis shahih, meskipun
kedudukannya dibawah hadis shahih adalah dapat dijadikan sebagai hujjah
dalam penetapan hokum maupun dalam beramal. Para ulama hadis dan ulama
ushul fiqih serta para ulama fuqaha sependapat tentang kehujjatan hadist
hasan ini.
D. Kitab-kitab yang memuat hadis hasan
Diantara kitab-kitab yang memuat hadist hasan adalah :
a. Sunan at-tirmidzy
b. Sunan abu daud
c. Sunan ad-dar quthny
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :

Hadist shahih adalah hadis yang sempurna dari sanad dan matanya, diriwayatkan
oleh rawi-rawi yang adil, sempurna ingatannya dan sanadnya bersambung-sambung,
tidak terlliat dan tidak janggal.Hadis hasan adalah Khobar ahad yang dinukil oleh
orang-orang yang adil, kurang sempurna hafalannya, bersambung sanadnya, tidak
cacat dan tidak syadz. Kedua hadis tersebut memeliki beberapa kesamaan diantaranya
sanadnya yang bersambung-sambung. Dari kedua hadis tersebut terdapat kriteria-
kriteria yang berbeda dan memiliki kitab-kitabnya tersendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Zarkasih,M.Ag,Pengantar studi hadis.Yogyakarta,Aswaja Pressindo.

Dr. M. Hatta,M.Ag.Pengembangan pemikiran pendidikan ulumul


hadist.Pekanbaru,CV. Mutiara pesisir Sumatra,2015

Alfiah dkk.Studi ilmu hadis.Publishing and consulting company.2017

Yuslem, Nawir, ulumul hadis. Mutiara sumber widya,2001

Anda mungkin juga menyukai