KELOMPOK I
KELAS: B
JURUSAN FARMASI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Teori Ringkas
Sulfonamida dan senyawa kuinolin merupakan kelompok obat penting pada
penanganan infeksi saluran kemih ( ISK ). Demi pengertian yang baik pertama-tama
akan dibicarakan secara singkat beberapa aspek dari ISK, termaksud penangananya.
Kemudian pada bagian berikutnya akan dibahas secara mendalam kedua kelompok
tadi. Antibiotika ISK lainya penisilin atau sefalosforin dan amini glikosida. (Tjay,
2007).
Sulfonamida adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara sistematik
untuk pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia. Penggunaan
sulfonamide kemudian terdesak oleh antibiotik. Pertengahan tahun 1970 penemuan
kegunaan sediaan kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol meningktakan kembali
penggunaan sulfonamide untuk pengobatan penyakit infeksi tertentu.
Sulfonamida merupakan kelompok zat antibakteri dengan rumus dasar yang
sama yaitu H2N-C6H4-SO2NHR dan R adalah pelbagai macam substituen. Pada
prinsipnya senyawa ini dapat digunakan terhadap berbagai infeksi.
Sulfonamida bersifat amfoter artinya dapat membentuk garam dengan asam
maupun dengan basa. Daya larutnya dalam air sangat kecil, garam alkalinya lebih
baik, walaupun larutan ini tidak stabil karena mudah terurai. (Tjay, 2007).
Sulfadiazin adalah sulfonamida antibiotik . Ini menghilangkan bakteri yang
menyebabkan infeksi dengan menghentikan produksi asam folat di dalam sel bakteri,
dan umumnya digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih (ISK). Dalam
kombinasi, sulfadiazin dan pirimetamin , dapat digunakan untuk mengobati
toksoplasmosis , penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii. (Anonim, 2012).
Sulfanilamide adalah sulfonamida antibakteri . Secara kimia, itu adalah molekul
yang mengandung sulfonamide kelompok fungsional melekat pada anilin . Sebagai
antibiotik sulfonamide, itu berfungsi dengan kompetitif menghambat (yaitu, dengan
bertindak sebagai substrat analog) enzimatik reaksi yang melibatkan para-
aminobenzoic acid (PABA). PABA dibutuhkan dalam reaksi enzimatik yang
menghasilkan asam folat yang bertindak sebagai koenzim dalam sintesis purin,
pirimidin dan asam amino lainnya.
Istilah "sulfanilamid" juga digunakan untuk menggambarkan keluarga molekul
yang mengandung kelompok-kelompok fungsional. Contoh meliputi:
a. Furosemide , sebuah loop diuretik
b. Sulfadiazin , sebuah antibiotik
c. Sulfamethoxazole , sebuah antibiotik
(Anonim, 2012).
B. Uraian Bahan
1. Alkohol (Depkes RI, 1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, alkohol
Rumus molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 46,07
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p dan dalam
eter p.
Penyimpan : Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya.
Kegunaan : Zat tambahan
2. Aquadest (Depkes RI, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air suling
Rumus Kimia : H2O
Berat Molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3. Co-Nitrat (Depkes RI, 1979)
Nama Resmi : COBALT (II) NITRIT
Nama lain : Kobalt (II) Nitrat
Rumus kimia : Co (NO3)2.6H2O
Pemeriaan : Hablur, merah, meleleh basah
Kelarutan : Larut dalam air
4. CuSO4 (Depkes RI, 1979)
Nama Resmi : CUPRI SULFAT
Nama Lain : Tembaga (II) sulfat
Rumus Kimia : CuSO4
Berat Molekul : 159,60
Pemerian : Serbuk keabuan
Kelarutan : Larut perlahan-lahan dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat adatif
5. HCl (Depkes RI, 1979)
Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam klorida
Rumus Kimia : HCl
Berat Molekul : 36,46
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang jika diencerkan
2 bagian volume air, asap akan hilang.
Bobot Jenis : Lebih kurang 1,18
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
6. NH4OH (Depkes RI, 1979)
Nama Resmi : AMMONIA
Nama Lain : Amonia
Rumus Molekul : NH4OH
Berat Molekul : 36,05
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, menusuk kuat
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan
7. Pereaksi parry ( Tim Dosen, Hal. 35 )
Larutan CoCl2 : 2 gram
HCl : 1 ml
Aquadest : ad 100 ml
Atau
Co-nitrat : 2 gram
HCl : 1 ml
Aquadest : ad 100 ml
8. Sulfadiazin (Depkes RI, 1979)
Nama Resmi : SULFADIAZINUM
Nama Lain : Sulfadiazin
Rumus Molekul : C10H10N4O2S
Berat Molekul : 250, 27
Pemerian : Serbuk putih kekunigan atau putih agak merah jambu, hampir
tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol
(95%) P dan dalam aseton P, mudah larut dalam asam mineral
encer dan dalam larutan alkali hidroksida
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya matahari.
Kegunaan : Antibakteri
Dosis Maksimum : Sekali 2 gram, sehari 8 gram
9. Sulfanilamida (Depkes RI, 1979)
Nama Resmi : SULFANILAMIDU
Nama Lain : Sulfanilamida
Rumus Molekul : C6H8N2O2S
Berat Molekul : 172, 21
Pemerian : Hablur serbuk halus atau putih, tidak berbau, rasa agak pahit
kemudian manis.
Kelarutan : Larut dalam 200 bagian air, sangat mudah larut dalam air
mendidih, agak sukar larut dalam etanol (95%) P dan sangat
sukar larut dalam kloroform P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya.
Kegunaan : Antibakteri
10. Vanillin (Depkes RI, 1979)
Nama Resmi : VANILLINUM
Nama Lain : Vanillin; 4-Hidroksi-3 metoksibenzaldehida (121-33-5)
Rumus Molekul : C8H8O3
Berat Molekul : 152,5
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum, putih hingga agak kuning, rasa
dan bau khas, dipengaruhi cahaya, larutan bereaksi asam
terhadap lakmus
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, kloroform,
Dalam eter dan dalam larutan alkali hidroksida tertentu, larut
dalam gliserin dan dalam air panas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
BAB III
METODE KERJA
B. Bahan
a. Alkohol 70 %
b. Aquadest
c. HCl Pekat
d. Co-Nitrat
e. CuSO4 1 %
f. Pereaksi Parry
g. Sampel D1
h. Sampel D2
i. Vanilin 1 %
j. Tissue
C. Cara kerja
1. Uji Organoleptis
A. Disiapkan alat dan bahan
B. Diamati bentuk, warna, bau, dan rasa.
2. Uji Golongan / Uji Penegasan
a. Untuk CuSO4 1 %
1) Untuk kode sampel D1
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Diambil sampel D1 secukupnya masukkan dalam tabung
c) Reaksi kemudian dilarutkan dengan pereaksi CuSO4 1 % hingga menghasilkan
warna putih susu lama kelamaan warna putih endapan putih kebiruan.
2) Untuk Kode sampel D2
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Diambil sampel D2 secukupnya masukkan dalam tabung reaksi, kemudian dilarutkan
dengan pereaksi CuSO4 1 % hingga menghasilkan endapan hijau kebiruan.
b. Untuk Vanillin 1 %
1) Untuk kode sampel D1
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Diambil sampel D1 secukupnya masukkan dalam tabung reaksi, kemudian dilarutkan
dengan pereaksi vanilin 1 % hingga menghasilkan endapan putih.
2) Untuk kode sampel D2
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Diambil sampel D2 secukupnya masukkan dalam tabung reaksi, kemudian dilarutkan
dengan pereaksi vanillin 1 % hingga menghasilkan endapan putih kekuningan.
c. Untuk NH4OH + Pereaksi Parry
1) Untuk kode sampel D1
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Diambil sampel D1 secukupnya masukkan dalam tabung reaksi, kemudian dilarutkan
dengan pereaksi NH4OH hingga menghasilkan warna putih susu lama kelamaan
warna putih endapan. Kemudian ditambahkan Pereaksi Parry menghasilkan endapan
merah.
2) Untuk kode sampel D2
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Diambil sampel D2 secukupnya masukkan dalam tabung reaksi, kemudian dilarutkan
dengan pereaksi NH4OH hingga menghasilkan warna kuning. Kemudian
ditambahkan Pereaksi Parry menghasilkan endapan hitam kemerahan.
d. Untuk Alkohol 70 %
1) Untuk kode sampel D1
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Diambil sampel D1 secukupnya masukkan dalam tabung reaksi, kemudian dilarutkan
dengan alkohol 70 % hingga menghasilkan warna bening.
2) Untuk kode sampel D2
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Diambil sampel D2 secukupnya masukkan dalam tabung reaksi, kemudian dilarutkan
dengan alkohol 70 % hingga menghasilkan warna bening.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan
1. Uji Organoleptis
A. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada uji golongan / uji penegasan, untuk sampel D1
a. Sampel D1 + CuSO4 1 % endapan putih kehijauan (tidak sesuai
dengan literatur).
b. Sampel D1 + Vanillin 1 % endapan putih (tidak sesuai dengan
literatur).
c. Sampel D1 + NH4OH + Parry Putih + endapan merah (tidak sesuai
dengan literatur)
2. Pada uji golongan / uji penegasan, untuk sampel D2
a. Sampel D1 + CuSO4 1 % endapan hijau kebiruan (sesuai dengan
literatur).
b. Sampel D1 + Vanillin 1 % endapan putih kekuningan (tidak sesuai
dengan literatur).
c. Sampel D1 + NH4OH + Parry endapan kuning + hitam kemerahan
(sesuai dengan literatur)
B. Saran
Kami sebagai praktikan mengharapkan arahan dan bimbingan baik dalam
praktikum maupun dalam pembuatan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta.
Dirjen POM. 1985. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI: Jakarta.
Tjay T. H. & Rahardja S, 2008. Obat-obat Penting. Penerbit PT. Elex Media
Computindo kelompok kompas-Gramedia : Jakarta