Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Pembangunan Karakter Bangsa diselenggarakan salah satunya melalui pembinaan


kesadaran bela negara bagi setiap warga negara Indonesia dalam rangka penguatan jati diri
bangsa yang berdasarkan kepribadian dan berkebudayaan berdasarkan Pancasila dan UUD
Negara RI 1945. Komitmen dan kepatuhan seluruh warga negara dalam membangun kekuatan
bangsa dengan segenap pranata, prinsip dan kondisi yang diyakini kebenarannya serta
digunakan sebagai instrumen pengatur kehidupan moral, identitas, karakter serta jatidiri
bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI 1945 merupakan modali dasar yang
mampu mendinamisasikan pembangunan nasional di segala bidang.
Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai-nilai bela negara dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara,
demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari
segala bentuk ancaman yang pada hakikatnya mendasari proses nation and character
building. Proses nation and character building tersebut didasari oleh sejarah perjuangan
bangsa, sadar akan ancaman bahaya nasional yang tinggi serta memiliki semangat cinta tanah
air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai idiologi negara, kerelaan
berkorban demi bangsa dan Negara.
Kesiapsiagaan Bela Negara merupakan kondisi Warga Negara yang secara fisik
memiliki kondisi kesehatan, keterampilan dan jasmani yang prima serta secara kondisi psikis
yang memiliki kecerdasan intelektual, dan spiritual yang baik, senantiasa memelihara jiwa
dan raganya memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras dan tahan uji, merupakan sikap
mental dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup berbangsa
dan bernegara.
Kesiapsiagaan bela negara diarahkan untuk menangkal faham-faham, ideologi, dan
budaya yang bertentangan dengan nilai kepribadian bangsa Indonesia, merupakan
kesiapsiagaan yang terintegrasi guna menghadapi situasi kontijensi dan eskalasi ancaman
sebagai dampak dari dinamika perkembangan lingkungan strategis yang juga mempengaruhi
kondisi dalam negeri yang dipicu oleh faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan dan keamanan. Dewasa ini lingkungan strategis berkembang sangat dinamis,
penuh ketidakpastian dan kompleks, sehingga sangat sulit bagi suatu negara untuk
mengetahui potensi dan hakikat ancaman serta tantangan terhadap kepentingan nasionalnya.
Sejalan dengan perkembangan zaman, proses globalisasi telah mengakibatkan munculnya
fenomena baru yang dapat berdampak positif yang harus dihadapi bangsa Indonesia, seperti
demokratisasi, penghormatan terhadap hak asasi manusia, tuntutan supremasi hukum,
transparansi, dan akuntabilitas. Fenomena tersebut juga membawa dampak negatif yang
merugikan bangsa dan negara yang pada gilirannya dapat menimbulkan ancaman terhadap
kepentingan nasional. Perjuangan bangsa Indonesia telah memberikan pengalaman berharga
dengan nilai-nilai luhur yang masih terus dipertahankan. Hal ini terwujud melalui perjuangan
bangsa dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang senantiasa
melibatkan warga negara. Pemantapan kesiapsiagaan bela negara bagi warga negara,
merupakan implementasi pencapaian sasaran strategis terhadap nilai-nilai bela Negara dalam
rangka menjaga eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pegawai yang bekerja di bawah instansi pemerintahan baik itu ASN, CPNS maupun
non PNS sudah seharusnya mengambil bagian di lini terdepan dalam setiap upaya bela
negara, sesuai bidang tugas dan tanggungjawab masing-masing. Kesiapsiagaan bela negara
adalah kesiapan untuk mengabdikan diri secara total kepada negara dan bangsa dan kesiagaan
untuk menghadapi berbagi ancaman multidimensional yang bisa saja terjadi di masa yang
akan datang, Kesiapsiagaan bela negara bagi pegawai menjadi titik awal langkah penjang
pengabdian yang didasari oleh nilai-nilai dasar negara. Ketangguhan mental yang didasarkan
pada nilai-nilai cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai
idiologi negara, kerelaan berkorban demi bangsa dan negara akan menjadi sumber energi
yang luar biasa dalam pengabian sebagai abdi negara dan abdi rakyat.
Cinta Tanah Air Kesadaran Berbangsa dan bernegara, misalnya yakin terhadap
Pancasila sebagai ideologi negara dan rela berkorban untuk bangsa dan negara, ini adalah
contoh awal kesediaan bela negara. Banyak contoh lain misalnya melestarikan budaya,
mentaati aturan, Beberapa contoh lain diantaranya adalah kesadaran untuk melestarikan
khasanah budaya bangsa yang adi luhung, terutama kebudayaan daerah dari sabang sampai
merauke yang beraneka ragam. Jangan sampai terjadi pengakuan dari negara lain yang
menyebutkan kekayaan daerah Indonesia sebagai hasil kebudayaan asli mereka. Sudah
banyak contoh kebudayaan asli Indonesia yang di klaim sebagai kebudayaan asli mereka,
karena kita tidak pernah mencintai apalagi menjaganya. Sudah banyak juga contoh orang
asing yang belajar habis-habisan kebudayaan Indonesia dipentaskan di negaranya, kita
sebagai pewarisnya justru sebagai penonton saja. Hal lain yang bisa dicontohkan adalah
adanya kepatuhan dan ketaatan pada hukum yang berlaku. Hal ini sebagai perwujudan rasa
cinta tanah air dan bela bangsa. Karena dengan taat pada hukum yang berlaku akan
menciptakan keamanan dan ketentraman bagi lingkungan serta mewujudkan rasa keadilan di
tengah masyarakat. Meninggalkan korupsi. Korupsi merupakan penyakit bangsa karena
merampas hak warga negara lain untuk mendapatkan kesejahteraan. Dengan meninggalkan
korupsi, kita akan membantu masyarakat dan bangsa dalam meningkatkan kualitas kehidupan.
Kesiapsiagaan bela negara bagi pegawai bukanlah kesiapsiagaan untuk melaksanaan
perjuangan fisik seperti para pejuang terdahulu, tetapi bagaimana melanjutkan perjuangan
mereka dengan pranata nilai yang sama demi kejayaan bangsa dan negara Indonesia
BAB II
LAPORAN KEGIATAN

I. Hari Pertama : Jum’at, 3 Agustus 2018


Seluruh peserta dikumpulkan di depan gedung IRJ pada pukul 07.30, kemudian
diberangkatkan ke YONIF 403 dengan menggunakan 2 truk TNI. Sesampainya di YONIF
403, peserta melaksanakan upacara pembukaan, dibuka oleh Ka. Bagian SDM, dilanjutkan
dengan materi dalam ruangan mengenai “Wawasan Kebangsaan dan Cinta Tanah Air”. Materi
ini bertujuan untuk meningkatkan kecintaan terhadap NKRI, juga menambah wawasan
mengenai potensi, kondisi geososial, dan juga kemungkinan ancaman yang dapat menimpa
NKRI.

Seusai materi, peserta dibagi menjadi 2, menuju tempat menginap masing-masing


untuk meletakkan barang bawaan. Peserta putra tidur di tenda pleton, sementara peserta putri
tidur di barak yang tersedia. Selepas sholat Jum’at kegiatan dilanjutkan dengan Pelatihan
Baris Berbaris (PBB) oleh instruktur YONIF 403. Untuk materi ini peserta dibagi 2 kelompok
besar (kelas) yang masing masing dipimpin oleh 1 ketua. Tujuan latihan PBB adalah untuk
mengajarkan kedisiplinan, konsentrasi, dan semangat dalam melakukan aktivitas.
Setelah latihan PBB, dilakukan pengenalan Apel agar peserta sanggup memimpin
dan melaksanakan Apel dengan baik dan benar, dipraktekkan pada Apel Malam. Materi hari
pertama ditutup dengan materi “Proxy War”, yang merupakan strategi dimana perang yang
terjadi dimana lawan menggunakan kekuatan pihak ketiga, misalnya korporasi/organisasi
yang sebenarnya tidak terkait langsung dengan peperangan yang terjadi.
II. Hari Kedua : Sabtu, 4 Agustus 2018
Hari kedua kegiatan diawali dengan Senam Pagi bersama-sama. Peserta menuju
lokasi senam dengan berlari kecil sambil menyanyikan lagu-lagu nasional. Kegiatan utama
pada hari kedua adalah pelatihan PBB dan kegiatan di lapangan, yang dimulai langsung
setelah sarapan & Apel pagi. Pada materi PBB hari kedua, dilakukan seleksi pasukan untuk
menjadi petugas pembawa & pengibar bendera pada Upacara Hari Kemerdakaan RI di RS
Sarjito.

Setelah materi PBB & seleksi, kegiatan berikutnya adalah kegiatan dinamika
kelompok di lapangan berupa Kegiatan Ketangkasan. Peserta dibagi menjadi 5 Kelompok
untuk mengisi semua pos yang tersedia. Adapun pos yang dilaksanakan pada Kegiatan
Ketangkasan adalah:
1. Rayapan Tali Satu: peserta menyebrangi tali yang tersedia dengan cara seperti
merayap.
2. Jembatan Tali Dua: peserta menyebrangi jembatan darurat yang terdiri dari 1 tali
tumpuan & 1 tali pengaman
3. Jembatan Tali Tiga: peserta menyebrangi jembatan darurat yang terdiri dari 1 tali
tumpuan & 2 tali pengaman
4. Naik Togel: peserta naik bidang miring sekitar 600 menggunakan tali yang disebul
togel.
5. Turun Hesti: peserta menuruni bidang miring sekitar 600 menggunakan tali yang
disebul hesti.
Secara umum, kegiatan ketangkasan ini bertujuan untuk melatih fisik dan keberanian
dari seluruh kelompok. Selain karena sifat pos-pos yang ada, juga karena jarak antar pos yang
cukup jauh. Masing-masing kelompok kecil didampingi oleh satu orang pelatih.
Setelah kegiatan ketangkasan, materi lapangan masih berlanjut dengan kegiatan
Psikologi Lapangan. Kegiatan ini berupa dinamika kelompok, yang bersifat kompetisi antar
kelompok. Pada kegiatan ini, peserta dibagi menjadi 6 kelompok. Ada beberapa permainan
yang dilakukan:
Estafet Hulahoop: peserta membentuk banjar, dengan tangan saling terhubung,
kemudian diminta untuk memindahkan hula hoop tanpa melepas tangan.
Memindahkan bola dengan tali: peserta memindahkan bola dengan tali raffia, dimana
masing-masing perwakilan kelompok hanya boleh memegang ujung tali, dan dengan instruksi
satu ketua kelompok.
Memindahkan air: peserta harus memindahkan air dari barisan terdepan ke belakang,
menggunakan piring yang berlubang.
Secara umum, kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan pentingnya kepemimpinan,
kerjasama kelompok, saling percaya, dan juga menyampaikan bahwa semua orang memiliki
peranan yang sama pentingnya dalam jalannya sebuah organisasi.
Kegiatan malam pada hari kedua diawali dengan dilaksanakannya Apel Malam,
dilanjutkan materi dalam ruangan yaitu “Pengenalan Navigasi Darat”. Materi ini bertujuan
sebagai pengenalan tentang penggunaan Peta, Kompas, dan GPS dalam kegiatan di luar
ruangan.
Selepas materi dan Istirahat sejenak, kegiatan masih dilanjutkan dengan Caraka
Malam, dimana seluruh peserta dibawa berkeliling dengan mata tertutup secara berkelompok,
dengan tujuan akhir lapangan tempat api unggun. Pada kegiatan api unggun dilakukan acara
renungan. Berakhirnya acara renungan menandakan berakhirnya kegiatan pada hari kedua,
dimana selanjutnya peserta beristirahat di tempat menginap masing-masing.
III. Hari Ketiga : Minggu, 5 Agustus 2018
Pagi hari ketiga, setelah Olahraga dan apel pagi, kegiatan dilanjutkan dengan latihan
PBB. Latihan PBB kali ini sedikit berbeda karena masing-masing pasukan sudah berlatih
sendiri-sendiri, dengan didampingi instruktur yang berbeda-beda. Latihan PBB dilakukan
cukup lama karena sudah hari terakhir dan masih harus menyamakan beberapa gerakan.

Setelah waktu untuk latihan PBB habis, materi dilanjutkan dengan materi dalam
ruangan dengan judul “Wilayah Bebas Korupsi” yang disampaikan oleh Satuan Pengawas
Internal RSUP Dr.Sardjito. Materi ini mengingatkan kembali materi yang telah disampaikan
pada saat orientasi, dan juga menekankan pentingnya kedisiplinan pegawai. Pada akhir
kegiatan hari ketiga, dilakukan Upacara Penutupan Kegiatan & menyanyikan Yel-yel peserta.
Peserta meninggalkan YONIF 403 menggunakan dua truk TNI sekitar pukul 15.00, dan
selanjutnya diberikan pengarahan di pelataran IRJ RS Sardjito oleh bagian SDM.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Kegiatan Pelatihan Bela Negara dan Kedisiplinan yang dilaksanakan selama tiga hari
mengajarkan unsur-unsur penting bagi pegawai, yang dapat disimpulkan sebagai Cinta Tanah
Air, Kesadaran Berbangsa dan bernegara, Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara, Rela
berkorban untuk bangsa dan negara; dan Memiliki kemampuan awal bela negara. Apabila
kegiatan kesiapsiagaan bela negara tersebut diimplementasikan di lingkungan kerja maupun
di masyarakat, maka dapat diambil manfaatnya antara lain:
1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan kerja.
3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
4. Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan
kemampuan diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok.
6. Membentuk Iman dan Taqwa pada Agama yang dianut oleh pegawai.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan pegawai dalam melaksanakan
pekerjaan.
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak
disiplin.
10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.
Saran ke depannya untuk kegiatan ini, diharapkan pengumuman adanya kegiatan
tidak dilakukan mendadak sehingga peserta bisa lebih mempersiapkan diri, terutama
persiapan logistik dan perlengkapan untuk kegiatan.
Demikian laporan ini saya sampaikan dengan segala kekurangannya, semoga dapat
bermanfaat sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, September 2018

dr. Ayu Yoniko Christi


KSM Dokter Umum

Anda mungkin juga menyukai