dr. Raisa merupakan dokter umum yang membuka sebuah praktek dokter keluarga di tempat
ditinggalnya. Sebagai dokter keluarga, dr. Raisa menerapkan prinsip – prinsip dan konsep kedokteran
keluarga yang melaksanakan unit pelayanan kesehatan secara holistik yaitu tidak hanya menghadapi
satu pasien saja tetapi satu keluarga. Oleh karena itu, ia harus mengetahui bagaimana peran sebuah
keluarga terhadap anggota keluarganya yang sakit. Dalam menjalankan perannya dr. Raisa mengacu
kepada nilai sentral kedokteran keluarga dan ia selalu menambah pengetahuannya tentang
perkembangan sistem kedokteran keluarga di Indonesia.
Sementara itu, dr. Tulus yang baru tamat kuliah juga berkeinginan untuk membuka praktek
dokter keluarga yang dikelolanya sendiri tetapi ia belum tahu bagaimana perizinan pendirian klinik
dan penjaminan mutunya. Ia juga masih bingung bagaimana merancang dan mengelola sebuah
praktek dokter keluarga, serta fasilitas dan sarana apa saja yang harus dimiliki.
I. Klarifikasi Istilah
1. Unit pelayanan kesehatan : Suatu kesatuan kelompok kerja yang bertugas untuk
melakukan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan. (1)
2. Dokter keluarga : Dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang
penderita sebagai individu yang sakit, tetapi bagian dari unit keluarga dan tidak hanya
menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif menunjungi penderita atau keluarganya. (2)
3. Holistik : Suatu filsafat pendidikan yang berasal dari pemikiran
bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, tujuan dan makna
hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, nilai-nilai spiritual. (1)
Menurut Lynn P. Carmichael (1973), karakteristik dokter keluarga adalah sebagai berikut:
a. Mencegah penyakit dan memelihara kesehatan
b. Pasien sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat
c. Pelayanan menyeluruh, mempertimbangkan pasien dan keluarganya
d. Handal mendiagnosis, tanggap epidemiologi dan terampil menangani penyakit
e. Tanggap saling-aruh faktor biologik-emosi-sosial, dan mewaspadai kemiripan penyakit.
Menurut Debra P. Hymovic & Martha Underwood Barnards (1973), karakteristik dokter keluarga
adalah sebagai berikut:
a. Pelayanan responsif dan bertanggung jawab
b. Pelayanan primer dan lanjut
c. Diagnosis dini, capai taraf kesehatan tinggi
d. Memandang pasien dan keluarga
e. Melayani secara maksimal
Menurut IDI (1982), adapun karakteristik dokter keluarga adalah sebagai berikut:
b. Kontinu
Yaitu pelayanan kesehatan dimana satu dokter bertemu pasiennya dalam keadaan sakit
maupun keadaan sehat, dan mengikuti perjalanan penyakit dari pasiennya hingga ia
sembuh. Dengan pelayanan yang berkesinambungan akan terbentuk hubungan yang
didasari kepercayaan terhadap dokternya, dan perjalanan waktu akan membentuk
kepercayaan ini.
c. Mengutamakan pencegahan
Prinsip pencegahan memiliki multi aspek, termasuk mencegah penyakit tidak menjadi
lebih berat, mencegah orang lain tertular, pengenalan faktor resiko dari penyakit, dan
promosi kesehatan (gaya hidup sehat). Pencegahan juga termasuk mengantisipasi
masalah-masalah yang mungkin mempunyai efek terhadap kesehatan emosional pasien
dan keluarganya.
b. Sasaran Pelayanan
Sasaran pelayanan dokter keluarga adalah kelurga sebagai suatu unit.Pelayanan dokter
keluarga harus memperhatikan kebutuhan dan tuntutan kesehatan keluarga sebagai satu
kesatuan, harus memperhatikan pengaruhmasalah kesehatan yang dihadapi terhadap
keluarga dan harus memperhatikan pengaruh keluarga terhadap masalah kesehatan yang
dihadapi oleh setiap anggota keluarga.Dan menurut Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia
(PDKI) Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kontak pertama pasien untuk
menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi - tanpa memandang jenis penyakit,
organologi, golongan usia dan jenis kelamin – sedini dan sedapat mungkin, secara paripurna,
dengan pendekatan holistik, berkesinambungan, dan dalam koordinasi serta kolaborasi
dengan profesional kesehatan lainnya, dengan menggunakan prinsip pelayanan yang efektif
dan efisien yang mengutamakan pencegahan serta menjunjung tinggi tanggung jawab
profesional, hukum, etika, dan moral. Empat pilar profesional dokter keluarga:
Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan
untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan,
Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit,
Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya,
Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan tarafkesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi,
Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat,
Menangani penyakit akut dan kronik,
Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit,
Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS,
Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan,
Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya,
Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien,
Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar,
Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran
keluarga secara khusus.
Sedangkan landasan ketentuan dan keputusan Ikatan Dokter Indonesia yang dipergunakan
adalah:
Selain itu Dokter Keluarga juga harus menguasai 7 Area Kompetensi Dokter yaitu:
1. Area Komunikasi Efektif: mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan
nonverbal dengan pasien semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi
lain.
2. Area Keterampilan Klinis: melakukan prosedur klinis dalam menghadapi masalah
kedokteran sesuai dengan kebutuhan pasien dan kewenangannya.
3. Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran: mengidentifikasi, menjelaskan, dan merancang
penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah menurut ilmu kedokteran-kesehatan
mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum.
4. Area Pengelolaan Masalah Kesehatan: mengelola masalah kesehatan individu, keluarga,
maupun masyarakat secara komprehensif, holistik, bersinambung, koordinatif, dan
kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan primer.
5. Area Pengelolaan Informasi: mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan
kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau
mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat primer.
6. Area Mawas Diri Dan Pengembangan Diri: melakukan praktik kedokteran dengan penuh
kesadaran atas kemampuan dan keterbatasannya; mengatasi masalah emosional, personal,
kesehatan, dan kesejahteraan yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya; belajar
sepanjang hayat; merencanakan, menerapkan, dan memantau perkembangan profesi
secara sinambung.
7. Area Etika, Moral, Medikolegal Dan Profesionalisme Serta Keselamatan Pasien: berprilaku
profesional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan kesehatan; bermoral dan
beretika serta memahami isu etik maupun aspek medikolegal dalam praktik kedokteran;
menerapkan program keselamatan pasien.
12. Apa saja peran keluarga terhadap kesehatan anggota keluarga ? (3)(2)
Jawab :
Beberapa nilai utama yang dianut dalam kedokteran keluarga (NUS, 2004):
a. Pelayanan berpusat pada pasien (patient centered care) sebagai individu dalam keluarga dan
perhatian khusus kepada hubungan dokter pasien
b. Pendekatan Holistik: masalah penyakit pasien tidak hanya disebabkan dimensi fisik tetapi juga
dari segi psikologi dan sosial (bio-psiko-sosial) dari pasien, keluarga dan komunitasnya.
a. Pendekatan holistik sangat penting pada zaman sekarang ketika teknologi tinggi kedokteran
telah menyebabkan dehumanisasi pasien dan fragmentasi pelayanan kesehatan.
c. Kedokteran Pencegahan: memberikan dampak kepada status kesehatan yang lebih panjang
daripada kedokteran kuratif
d. Mencakup semua usia (life cycle): melayani pasien segala usia, sehingga disebut “specialist in
breadth”
Untuk menjadi seorang dokter keluarga, seorang dokter yang telah menamatkan studi dan
mendapatkan Surat Izin Praktek (SIP), mendaftarkan diri di Perhimpunan Dokter Keluarga
Indonesia, dan harus memenuhi dan mengamalkan setiap prinsip-prinsip kedokteran
keluarga. Selain itu harus menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional
kedokteran keluarga, menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan keterampilan klinik
dalam pelayanan kedokteran keluarga, mampu berkomunikasi efektif dengan pasien dan
keluarganya, serta memahami 7 area kompetensi dokter.
Selain itu juga, klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis yang memadai
sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.Syarat peralatan tersebut adalah:
a. Memenuhi standar mutu, keamanan, dan keselamatan.
b. Memiliki izin edar.
c. Harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan
dan/atau institusi penguji dan pengkalibrasi yang berwenang.
2. Izin Praktik
1) Setiap tenaga medis yang berpraktik di klinik harus mempunyai Surat Tanda Registrasi dan
Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik harus mempunyai Surat Izin sebagai
tanda registrasi/Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Kerja (SIK) atau Surat Izin Praktik
Apoteker (SIPA) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Perizinan
1) Untuk mendirikan dan menyelenggarakan klinik harus mendapat izin dari pemerintah
daerah kabupaten/kota setelah mendapatkan rekomendasi dari dinas kesehatan
kabupaten/kota setempat.
2) Dinas kesehatan kabupaten/kota mengeluarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) setelah klinik memenuhi ketentuan persyaratan klinik dalam Peraturan ini.
3) Permohonan izin klinik diajukan dengan melampirkan:
a. surat rekomendasi dari dinas kesehatan setempat;
b. salinan/fotokopi pendirian badan usaha kecuali untuk kepemilikan perorangan;
c. identitas lengkap pemohon;
d. surat keterangan persetujuan lokasi dari pemerintah daerah setempat;
e. bukti hak kepemilikan atau penggunaan tanah atau izin penggunaan bangunan untuk
penyelenggaraan kegiatan bagi milik pribadi atau surat kontrak minimal selama 5
(lima) tahun bagi yang menyewa bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan;
f. dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL);
g. profil klinik yang akan didirikan meliputi struktur organisasi kepengurusan, tenaga
kesehatan, sarana dan prasarana, dan peralatan serta pelayanan yang diberikan; dan
h. persyaratan administrasi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
i. Izin klinik diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang dengan
mengajukan permohonan perpanjangan 6 (enam) bulan sebelum habis masa berlaku
izinnya.
4. Pelayanan Rawat Inap
1) Klinik yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap harus menyediakan:
a. ruang rawat inap yang memenuhi persyaratan;
b. tempat tidur pasien minimal 5 (lima) dan maksimal 10 (sepuluh);
c. tenaga medis dan keperawatan yang sesuai jumlah dan kualifikasinya;
d. tenaga gizi, tenaga analis kesehatan, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan
dan/atau tenaga non kesehatan lain sesuai kebutuhan;
e. dapur gizi;
f. pelayanan laboratorium Klinik Pratama.
2) Pelayanan rawat inap hanya dapat dilakukan maksimal selama 5 (lima) hari.
5. Laboratorium Klinik
1) Klinik dapat menyelenggarakan pelayanan laboratorium klinik.
2) Perizinan laboratorium klinik terintegrasi dengan perizinan kliniknya.
3) Klinik menyelenggarakan pengelolaan dan pelayanan kefarmasian melalui ruang farmasi
yang dilaksanakan oleh apoteker yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk itu.
6. Kewajiban
Dalam memberikan pelayanan, klinik berkewajiban:
a. memberikan pelayanan yang aman, bermutu dengan mengutamakan kepentingan terbaik
pasien sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur
operasional;
b. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan
pelayanannya tanpa meminta uang muka terlebih dahulu atau mendahulukan kepentingan
finansial;
c. memperoleh persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan (informed consent);
d. menyelenggarakan rekam medis;
e. melaksanakan sistem rujukan;
f. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta
peraturan perundang-undangan;
g. menghormati hak-hak pasien;
h. melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
i. memiliki peraturan internal dan standar prosedur operasional;
j. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional maupun
nasional.
k. memasang papan nama klinik;
l. membuat daftar tenaga medis dan tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik beserta
nomor Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik (SIP) bagi tenaga medis dan surat izin
sebagai tanda registrasi atau Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
atau Surat Izin Kerja (SIK) bagi tenaga kesehatan lain;
m. melaksanakan pencatatan untuk penyakit-penyakit tertentu dan melaporkan kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan program pemerintah sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Tarif dan Biaya
1) Besarnya tarif pelayanan klinik berpedoman pada komponen jasa pelayanan dan jasa
sarana.
2) Komponen jasa pelayanan meliputi:
a. jasa konsultasi;
b. jasa tindakan;
c. jasa penunjang medik;
d. biaya pelayanan kefarmasian;
e. ruang perawatan (untuk rawat inap);
f. administrasi; atau
komponen lainnya yang menunjang pelayanan
19. Bagaimana perizinan pendirian klinik dokter keluarga dan penjaminan mutunya ? (4)(6)
Jawab :
Persyaratan klinik dokter keluarga dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
028/Menkes/Per/I/2011 tentang klinik doga, yaitu :
A. Klinik harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan dan ruangan, prasarana, peralatan, dan
ketenagaan.
Lokasi:
a. Lokasi pendirian klinik harus sesuai dengan tata ruang daerah masing-masing.
b. Pemerintah daerah kabupaten/kota mengatur persebaran klinik yang diselenggarakan
masyarakat di wilayahnya dengan memperhatikan kebutuhan pelayanan berdasarkan
rasio jumlah penduduk.
c. ketentuan mengenai lokasi dan persebaran klinik sebagaimana dimaksud sebelumnya
tidak berlaku untuk klinik perusahaan atau klinik instansi pemerintah tertentu yang
hanya melayani karyawan perusahaan atau pegawai instansi pemerintah tersebut.
Bangunan dan Ruangan
a. Klinik diselenggarakan pada bangunan yang permanen dan tidak bergabung dengan
tempat tinggal atau unit kerja lainnya.
b. Bangunan klinik harus memenuhi persyaratan lingkungan sehat sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. Bangunan klinik harus memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan dan kemudahan
dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang
termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut.
d. Bangunan klinik paling sedikit terdiri atas:
ruang pendaftaran/ruang ruang farmasi;
tunggu; kamar mandi/wc;
ruang konsultasi dokter; ruangan lainnya sesuai
ruang administrasi; kebutuhan pelayanan.
ruang tindakan;
Prasarana klinik meliputi: (harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik).
a. Instalasi air
b. Instalasi listrik
c. Instalasi sirkulasi udara
d. Sarana pengelolaan limbah
e. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
f. Ambulans, untuk klinik yang menyelenggarakan rawat inap
g. Sarana lainnya sesuai kebutuhan.
Peralatan
a. Klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis yang memadai sesuai dengan
jenis pelayanan yang diberikan.
b. Peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi standar mutu, keamanan, dan keselamatan
serta harus memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan
c. Peralatan medis yang digunakan di klinik harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai
Pengamanan Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi penguji dan pengkalibrasi yang berwenang.
d. Peralatan medis yang menggunakan radiasi pengion harus mendapatkan izin sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
e. Penggunaan peralatan medis untuk kepentingan penegakan diagnosis, terapi dan rehabilitasi
harus berdasarkan indikasi medis.
Ketenagaan
a. Pimpinan klinik merupakan penanggung jawab klinik dan merangkap sebagai pelaksana
pelayanan.
b. Pimpinan Klinik Pratama adalah seorang dokter atau dokter gigi.
c. Pimpinan Klinik Utama adalah dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang memiliki
kompetensi sesuai dengan jenis kliniknya.
d. Ketenagaan klinik terdiri atas tenaga medis, tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan.
e. Tenaga medis pada Klinik Pratama minimal terdiri dari 2 (dua) orang dokter dan/atau dokter
gigi.
f. Tenaga medis pada Klinik Utama minimal terdiri dari 1 (satu) orang dokter spesialis dari
masing-masing spesialisasi sesuai jenis pelayanan yang diberikan.
g. Klinik Utama dapat mempekerjakan dokter dan/atau dokter gigi sebagai tenaga pelaksana
pelayanan medis.
h. Dokter atau dokter gigi harus memiliki kompetensi setelah mengikuti pendidikan atau
pelatihan sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan oleh klinik.
i. Jenis, kualifikasi, dan jumlah tenaga kesehatan lain serta tenaga non kesehatan disesuaikan
dengan kebutuhan dan jenis pelayanan yang diberikan oleh klinik.
j. Setiap tenaga medis yang berpraktik di klinik harus mempunyai Surat Tanda Registrasi dan
Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
k. Setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik harus mempunyai Surat Izin sebagai tanda
registrasi/Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Kerja (SIK) atau Surat Izin Praktik Apoteker
(SIPA) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
l. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di klinik harus bekerja sesuai dengan standar profesi,
standar prosedur operasional, standar pelayanan, etika profesi, menghormati hak pasien,
mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien.
m. Klinik dilarang mempekerjakan tenaga kesehatan warga negara asing.
Untuk mendirikan dan menyelenggarakan klinik harus mendapat izin dari pemerintah daerah
kabupaten/kota setelah mendapatkan rekomendasi dari dinas kesehatan kabupaten/kota setempat.
Dinas kesehatan kabupaten/kota mengeluarkan rekomendasi setelah klinik memenuhi ketentuan
persyaratan klinik dalam Permenkes.
20. Apa fasilitas dan sarana yang harus dimiliki klinik dokter keluarga ? (2)(6)
Jawab :
Peralatan dan Tenaga Pelaksana
1.Peralatan
a. Peralatan Medis
karena praktik dokter keluarga melayani beberapa tindakan spesialistis
sederhana, maka pada praktik dokter keluarga perlu disediakan berbagai peralatan
medis spesialistis yang dimaksud. Peralatn yang dimaksud telah mencakup pula
Laboraturium klinis, rontgen foto, EKG, minor surgery set, sigmoiskop, audiometer,
otoskop, visual chart, tonometer, dan ophtalmoskop.
b.Peralatan non medis
The American Academy of General Practice 1960 menyebutkan peralatan
nonmedis pelayanan nonmedis pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik yang
sekurang – kurangnya sebuah ruang tunggu, ruang konsultasi, ruang periksa, ruang
tindakan, ruang laboraturium, ruang rontgen fakultif, ruang administrasi, gudang serta
kamar mandi, yang luas lantai seluruhnya minimal antara 150 s,d 200 meter persegi.
2. Tenaga Pelaksana
a. Tenaga medis
Tenaga medis yang dimaksudkan di sini ialah para dokter keluarga (family doctor
physician).
b. Tenaga para medis
Disarankan , tenaga paramedic tersebut seyogianya yang telah mendapatkan pendidikan
dan latihan prinsip – prinsip pelayanan dokter keluarga, baik aspek medis dan ataupun
aspek nonmedis. Secara umum, disebutkan untuk setiap satu orang dokter keluarga,
diperlukan 2 sampai 3 tenaga paramedis terlatih.
c. Tenaga non medis
Pada umumnya, ada dua kategori tenaga nonmedis tersebut. Pertama , tenaga
administrasi yang diperlukan untuk menangani masalah – masalah administrasi. Kedua
pekerja sosial (social worker) yang diperlukan untuk menangani program penyuluhan/
nasihat kesehatan dan atau kunjungan rumah.
sejarah
Prinsip prinsip
Tujuan dan
manfaat
Nilai sentral
V. Daftar Pustaka
1. Yuniar, Tanti. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Agung Media Mulia. 2004.
2. Prasetya wati AE. Kedokteran keluarga. Jakarta: Rineka Cipt. 2010
3. McWhinney, Ian R dkk. Textbook of Family Medicine. Edisi ke 3. 2009. Oxford University. (PDF
File)
4. Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Keluarga. 2006 (PDF File)
5. Kepmenkes No:812/Menkes/SK/VII/2007 tentang Kebijakan Perawatan Paliatif.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :28/Menkes/Per/I/2011 tentang Klinik