Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagi remaja, fisik merupakan aspek penting dalam menjalani semua

aktivitasnya, karena yang menjadi pedoman kesempurnaan remaja adalah

penampilan bentuk tubuhnya. Obesitas atau kegemukan merupakan masalah

yang cukup merisaukan dikalangan remaja. Remaja banyak menunjukkan

ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh, pada umumnya remaja putri lebih kurang

puas dengan keadaan tubuhnya yang kegemukan (obesitas), karena keinginan

untuk memiliki tubuh yang ramping dan proporsional merupakan idaman bagi

remaja putri dibandingkan dengan remaja putra selama pubertas (Rahmania &

Yuniar, 2012 ; Salam, 2010). Ketidakpuasan remaja terhadap tubuh yang

mengalami kelebihan berat badan dapat mengakibatkan suatu gangguan yang

disebut body dismorphic disorder, yaitu preokupasi mengenai kerusakan dalam

penampilan fisik dan menyebabkan distress serta penurunan fungsi sosial

(Rahmania & Yuniar, 2012)

Insiden penderita obestias di Amerika pada remaja usia 12-19 tahun meningkat

pada tahun 2012 dari 5% menjadi 21% pada kurun waktu yang sama (Ogden et

al., 2014). Menurut WHO pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa

yang berusia ≥ 18 tahun, kelebihan berat badan. Dari jumlah tersebut lebih dari

600 jutamengalami obesitas. Secara keseluruhan sekitar 13% dari populasi

dunia dewasa (11% laki-laki dan 15% perempuan) yang mengalami obesitas

pada tahun 2014. Prevalensi obesitas diseluruh dunia meningkat dua kali lipat

1
2

antara tahun 1980 dan 2014 (WHO, 2015). Di Indonesia prevalensi obesitas

pada remaja usia 13-15 tahun secara nasional sebesar 10,8% yang terdiri dari

8,3% berat badan lebih dan 2,5% sangat gemuk (obesitas), sedangkan

prevalensi obesitas pada remaja usia 16-18 tahun secara nasional sebesar 7,3%

yang terdiri dari remaja kelebihan berat badan 5,7% dan obesitas 1,6%

(Riskesdas, 2013). Sedangkan prevalensi obesitas pada tahun 2017 di Dinas

Kesehatan Kabupaten Pujon ....... Berdasarkan studi awal yang dilakukan

peneliti pada tanggal ... September 2018 di SMA .....

Obesitas pada umumnya terjadi karena pola makan yang tidak teratur. Obesitas

timbul akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Bila energi

dalam jumlah besar (dalam bentuk makanan) yang masuk dalam ke tubuh

melebihi jumlah yang dikeluarkan, berat badan akan bertambah dan sebagian

energi tersebut akan disimpan sebagai lemak (Guyton,2007). Pola makanan

yang serba instan dan cepat saji menjadi kegemaran remaja, sehingga dapat

mengakibtkan kegemukan atau bahkan obesitas.

Obesitas mempunyai dampak terhadap perkembangan remaja terutama aspek

perkembangan psikososial. Seorang remaja putri akan cenderung mengalami

body dismorphic disorder karena merasa tidak puas dengan bentuk tubuh yang

terlalu gemuk atau tidak sesuai dengan bentuk tubuh yang diinginkan meskipun

berat berat badan maupun bentuk tubuhnya sudah sangat ideal. Selama masa

remaja perubahan fisik terjadi sangat pesat, sehingga perilaku dan sikap juga

berlangsung sangat pesat, remaja yang mengalami perubahan fisik menurun,

maka perubahan sikap dan perilaku juga ikut menurun. Kebanyakan remaja

menyadari bahwa yang tampil menarik biasanya lebih dihargai dari pada

mereka yang kurang menarik. Banyak remaja yang tidak bisa menerima
3

keadaan tubuhnya, sehingga remaja cenderung menutupi kekurangannya

dengan cara apapun.

Berdasarkan dampak yang ditimbulkan dari obesitas adalah perubahan bentuk

tubuh yang berdampak pada psikologis seoarang remaja, yang artinya jika

remaja putri tidak puas dengan bentuk tubuhnya maka yang muncul adalah

negatif yang akan mempengaruhi harga diri remaja menjadi rendah sehingga

membuat remaja putri dapat mengarah kepada gejala body dysmorphic disorder

(BDD) (Merlina, 2016). Berdasarkan latar belakang di atas penulis merasa

tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan kejadian obesitas dengan

body dysmorphic disorder (BDD) pada remaja putri usia 15-18 tahun di

SMA..... .

1.2 Rumusan Masalah

Gejala body dysmorphic disorder (BDD) yang terjadi pada remaja putri banyak

menunjukkan ketidakpuasan mereka terhadap tubuh, oleh karena itu

penampilan fisik mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi remaja putri

terhadap bagaimana mereka dalam menilai dirinya.

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasi dan dirumuskan

suatu pertanyaan sebagai berikut:

“Adakah hubungan kejadian obesitas dengan body dysmorphic disorder (BDD)

pada remaja putri usia 15-18 tahun di SMA.......... .?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum


4

Mengetahui hubungan kejadian obesitas dengan body dysmorphic disorder

(BDD) pada remaja putri usia 15-18 tahun di SMA..........

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi kejadian obesitas pada remaja putri usia 15-18 tahun di

SMA..........

1.3.2.2 Mengidentifikasi kejadian body dysmorphic disorder (BDD) pada remaja

putri usia 15-18 tahun di SMA..........

Menganalisis hubungan kejadian obesitas dengan body dysmorphic

disorder (BDD) pada remaja putri usia 15-18 tahun di SMA..........

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi keilmuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan

di bidang keperawatan, khususnya tentang asupan makanan tinggi

karbohidrat

1.4.2 Bagi responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai

perawatan berat badan tubuh yang ideal.

1.4.3 Bagi institusi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukkan data untuk

melakukan upaya–upaya dalam peningkatan dalam pengetahuan kepada

mahasiswa dan mahasiswi dalam kesehatan khususnya tentang pencegahan

terjadinya obesitas.
5

1.5 Relevansi

Bagi seorang perempuan, hidup adalah bagaikan sebuah konteks kecantikan.

Dimulai dari masa kecil hingga beranjak dewasa, penampilan selalu menjadi

bahan yang sering dikritisi dan dijadikan sebagai tolak ukur. Persepsi tentang

bentuk tubuh yang indah ini tidak lain dikarenakan pengaruh media masa,

dimana kurus dan langsing adalah standard kecantikan yang modern. Hal ini

merupakan sebuah persepsi bahwa kecantikan harus diukur dari tampilan

fisiknya, dan inilah penyebab terjadinya body dysmorphic disorder (BDD) pada

kalangan kalangan remaja putri (Claiborn, 2002).

Anda mungkin juga menyukai