Tugas Makalah Jaminan Sosial
Tugas Makalah Jaminan Sosial
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cita-cita Indonesia adil dan makmur telah dilakukan oleh founding father
dengan melaksanakan langkah pertama yaitu tujuan Negara Indonesia yang terdapat
dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu memajukan
kesejahteraan umum. Tujuan tersebut menandakan negara Indonesia sebagai negara
kesejahteraan (welfare state). Indonesia sebagai negara kesejahteraan bertanggung
jawab untuk pemenuhan kesejahteraan rakyatnya, karena ciri utama dari Negara
kesejahteraan adalah munculnya kewajiban negara untuk mewujudkan
kesejahteraan umum bagi warganya.
Disamping itu Pasal 2 Konvensi Ekosob merupakan ketentuan yang
paling penting untuk memahami sifat hak ekonomi, sosial dan budaya. Kovenan
Internasional tentang Hak Sipil dan Politik yang berisi 31 Pasal juga menyebutkan
hak atas jaminan sosial, termasuk asuransi sosial khususnya para ibu, anak dan
orang muda (Pasal 9, dan Pasal 10). Dasar pertimbangan lain adalah Konvensi ILO
No. 102 Tahun 1952 yang juga menganjurkan agar semua negara di dunia
memberikan perlindungan dasar kepada setiap warga negaranya dalam rangka
memenuhi Deklarasi PBB tentang Hak Jaminan Sosial.
Dengan ditetapkannya UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) maka bangsa Indonesia telah memiliki sistem jaminan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pasal 5 dalam undang-undang tersebut
mengamanatkan pembentukan badan yang disebut Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial ( BPJS). Meski sempat dilakukan judicial review oleh PT JAMSOSTEK, PT
TASPEN, PT. ASABRI, dan PT ASKES atas UU tersebut, namun Mahkamah
Konstitusi (MK) melalui putusan atas perkara perkara Nomor 007/PUU-III/2005
memberikan kepastian hukum bagi BPJS dalam melaksanakan program jaminan
sosial di seluruh Indonesia. Pada Nopember 2011 baru terwujud Undang-Undang
No 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Berdasarkan dengan eksplikasi tersebut, mengantarkan pembaca untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai jaminan sosial, maka penulis memilih tema
kajian “jaminan sosial “ untuk dikaji secara holistik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian jaminan sosial?
2. Bagaimana program jaminan sosial nasional?
3. Bagaimana penyelenggaraan sistem jaminan sosial di Indonesia?
II. PEMBAHASAN
1 Mudiyono, Jaminan Sosial di Indonesia: Relevansi Pendekatan Informal, Jurnaillmu Sosial dan
3 Agusmindah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Dinamika & Kajian Teori, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2010, h.xi.
4 Rys, Vladimir, Merumuskan Ulang Jaminan Sosial, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2011, h. 23.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional dimana Pasal 1 angka 1 mendefinisikan bahwa Jaminan Sosial adalah
salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. dan Pasal 1 ayat 2 mendefisinikan
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program
jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. Selanjutnya,
Subianto menjelaskan bahwa SJSN adalah sistem pemberian jaminan kesejahteraan
berlaku kepada semua warganegara dan sifatnya adalah dasar (Basic).5 Definisi ini
hendak menegaskan bahwa fasilitas jaminan kesejahteraan harus dapat dinikmati
oleh semua warga Negara tanpa terkecuali.
Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja, Jaminan Sosial mempunyai pengertian yang universal, sehingga jika
disimak lebih dalam, maka Jaminan Sosial merupakan suatu perlindungan bagi
seluruh rakyat dalam bentuk santunan baik berupa uang sebagai pengganti sebagian
dari penghasilan yang hilang atau berkurang maupun pelayanan sebagai akibat
peristiwa atau keadaan yang diakibatkan oleh risiko-risiko sosial berupa kecelakaan
kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia melalui mekanisme
pengumpulan dana yang bersifat wajib.6
Menurut ILO7 bahwa jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan
oleh masyarakat melalui seperangkat kebijaksanaan publik terhadap tekanan-
tekanan ekonomi dan sosial bahwa jika tidak diadakan system jaminan sosial akan
menimbulkan hilangnya sebagia pendapatan akibat sakit, persalinan, kecelakaan
kerja, sementara tidak bekerja, cacat, hari tua dan kematian dini, perawatan medis
termasuk pemberian subsidi bagi anggota keluarga yang membutuhkan.
Jaminan sosial (social security) dapat didefinisikan sebagai sistem
pemberian uang dan/atau pelayanan sosial guna melindungi seseorang dari resiko
tidak memiliki atau kehilangan pendapatan akibat kecelakaan, kecacatan, sakit,
5 Achmad Subianto, Sistem Jaminan Sosial Nasional, hal: 277, Gibon Books, Jakarta, 2010
6 Tim Internal SJSN PT Jamsostek (Persero), Kerangka Jaminan Sosial, “Menuju Implementasi SJSN
yang Ideal”.
7 Kementrian Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Indonesia, Reformasi Sistem Jaminan Sosial
di Indonesia : Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Nasional Indonesia Pasca
Putusan Mahkamah Konstitusi RI, Kementrian Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2006. H. 33.
menganggur, kehamilan, masa tua, dan kematian. Spicker (1995) dan MHLW
(1999)8 , memberi batasan dan penjelasan mengenai jaminan sosial sebagai berikut:
8 Llihat, Spicker, Paul (1995), Social Policy: Themes and Approaches, London: Prentice-Hall dan
MHLW (Ministry of Health, Labour and Welfare of Japan) (1999), Tokyo: MHLW.
9 Spicker, Paul (1995), Social Policy: Themes and Approaches, h. 60.
10 MHLW (Ministry of Health, Labour and Welfare of Japan) Annual Report on Health and Welfare,
h. 2.
B. Landasan Filosofis, Yuridis, Sosiologis Jaminan Sosial11
1. Landasan Filosofis
Pemikiran mendasar yang melandasi penyusunan SJSN bagi
penyelenggaraan jaminan sosial untuk seluruh warga negara adalah sebagai
penyelenggaraan SJSN berlandaskan kepada hak asasi manusia dan hak
konstitusional setiap orang, sebagaimana pada UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal
28H ayat (3) menetapkan, ”Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangandirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermanfaat.”
Selain itu, penyelenggaraan SJSN adalah wujud tanggung jawab Negara
dalam pembangunan perekonomian nasional dan kesejahteraan social. Hal ini
Berdasarkan UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 34 ayat (2) menetapkan, ”Negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.”
Program jaminan sosial ditujukan untuk memungkinkan setiap orang
mampu mengembangkan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat,
sebagaimana tercantum dalam UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 28H ayat (3),
”Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat.”
Penyelenggaraan SJSN berdasarkan asas kemanusiaan dan berkaitan
dengan penghargaan terhadap martabat manusia. Undang-Undang No. 40 Tahun
2004 Pasal 2 menetapkan, “Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan
berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat,asas keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.” Penjelasan Pasal 2 UU No. 40 Tahun 2004 menjelaskan bahwa
asas kemanusiaan berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat manusia.
Jaminan sosial dari aspek tujuannya yakni untuk terpenuhinya kebutuhan
dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Hal ini
diatur berdasarkan UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 3 menetapkan, “Sistem Jaminan
Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan
11 Lihat, Asih Eka Putri, Paham SJSN Sistem Jaminan Sosial Nasional, Friedrich-Ebert-Stiftung
2. Landasan Yuridis
Landasan yuridis penyelenggaraan SJSN adalah UUD Negara Republik
Indonesia Pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2). Pasal 28H ayat (3) diatur dalam
Perubahan Kedua UUD NRI 1945 dan Pasal 34 ayat (2) diatur dalam Perubahan
Keempat UUD NRI 1945. Amanat konstitusi tersebut kemudian dilaksanakan
dengan UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU
SJSN).
Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara No. 007/PUU-III/2005,
Pemerintah bersama DPR mengundangkan sebuah peraturan pelaksanaan UU SJSN
setingkat Undang-Undang, yaitu UU No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional (UU BPJS).
Peraturan Pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS terbentang mulai Peraturan
Pemerintah hingga Peraturan Lembaga. Penyelesaian seluruh dasar hukum bagi
implementasi SJSN yang mencakup UUD NRI, UU SJSN dan peraturan
pelaksanaannya membutuhkan waktu lima belas tahun (2000 – 2014).
Dengan demikian,landasan yuridis jaminan sosial adalah UUD Negara
Republik Indonesia Pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2). Pasal 28H ayat (3)
diatur dalam Perubahan Kedua UUD NRI 1945 dan Pasal 34 ayat (2) diatur dalam
Perubahan Keempat UUD NRI 1945. Amanat konstitusi tersebut kemudian
dilaksanakan dengan UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (UU SJSN) dan Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara No.
007/PUU-III/2005.
3. Landasan Sosiologis
Paradigma hubungan antara penyelenggara Negara dengan warganya
mengalami perubahan sangat mendasar sejak reformasi ketatanegaraan pada medio
tahun 1998.
Selama pemerintahan Orde Baru, hubungan tersebut berorientasi kepada
Negara (state oriented). Kemudian sejak reformasi hubungan tersebut berubah
menjadi atau berorientasi kepada rakyat yang berdaulat (people oriented). Rakyat
tidak dipandang sebagai obyek tetapi subyek yang diberi wewenang untuk turut
menentukan kebijakan publik yang menyangkut kepentingan mereka. Negara tidak
lagi menguasai penyelenggaraan segala urusan pelayanan publik, tetapi mengatur
dan mengarahkannya.
Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat tersebut direspon oleh
hukum. Salah satu di antaranya adalah hukum jaminan sosial. Pemerintah
membentuk dan mengundangkan UU SJSN untuk menyikapi dinamika masyarakat
dan menangkap semangat jamannya, menyerap aspirasi, dan cita-cita hukum
masyarakat. Penyelenggaraan program jaminan sosial diubah secara mendasar
untuk memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Prinsip dana amanat diberlakukan. Dana dikumpulkan dari iuran peserta
sebagai dana titipan kepada BPJS untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
C. Jenis-Jenis Jaminan Sosial Nasional
Berdasarkan pada UU SJSN menetapkan 5 (lima) jenis program jaminan
sosial, yaitu:
1. Jaminan kesehatan
Jaminan adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan secara
nasional dengan tujuan untuk menjamin agar peserta dan anggota keluarganya
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan.12
2. Jaminan kecelakaan kerja
Jaminan kecelakaan kerja adalah program jaminan sosial yang
diselenggarakan secara nasional dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh
manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila ia mengalami
kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.13
3. Jaminan hari tua
Jaminan hari tua adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan
secara nasional dengan tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai
apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal
dunia.14
4. Jaminan pensiun
Jaminan pensiun adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan
secara nasional dengan tujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak
pada saat peserta mengalami kehilangan atau berkurang penghasilannya karena
memasuki usia pensiun atau mengalami cacat tetap total.15
5. Jaminan kematian
Jaminan kematian adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan
secara nasional dengan tujuan untuk memberikan santunan kematian yang
dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.
Berdasarkan dari eksplanasi di atas, dengan demikian bahwa jenis-jenis
jaminan sosial adalah teridiri dari jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan, jaminan
kerja, jaminan hari tua, jaminan pension, jaminan kematian.
D. Badan Penyelenggara Sistem Jaminan Sosial di Indonesia
Untuk mengelola dana dan menyelenggarakan jaminan sosial agar
berjalan dengan efektif, maka diperlukan lembaga pengelola yang kredibel. Pasal
47 ayat (1) Undang-Undang SJSN disebutkan bahwa Dana Jaminan Sosial wajib
16
Untuk lebih detail mengenai pertimbangan (ratio decidendi) hukum Mahkamah Konstitusi, lihat,
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 007/ PUU-III/2005 tanggal 30 Agustus 2005.
1. Penjelasan Umum UU SJSN menjelaskan bahwa, BPJS dalam UU SJSN
adalah TRANSFORMASI dari BPJS yang sekarang telah berjalan, yaitu PT
JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT ASABRI, dan PT ASKES.
2. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 007/PUU-III/2005 tanggal 30 Agustus
2005 membatalkan PT JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT ASABRI, dan PT
ASKES sebagai BPJS sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5 ayat (2) dan
ayat (3) UU SJSN karena bertentangan dengan UUD1945.
3. Pertimbangan hukum Mahkamah Konstitusi menyebutkan bahwa, PT
JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT ASABRI, dan PT ASKES keberadaannya
hanya dibutuhkan untuk mengisi kekosongan hokum (rechts-vacuum) dan
menjamin kepastian hukum (rechtszkerheid) selama 5 (lima) tahun terhitung
sejak 19 Oktober 2004 s.d 19 Oktober 2009 (Pasal 52 ayat (2) UU SJSN
karena belum adanya BPJS yang memenuhi persyaratan agar UU SJSN dapat
dilaksanakan.
4. Pasal 52 ayat (2) UU SJSN menyatakan bahwa, semua ketentuan yang
mengatur mengenai BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (PT
JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT ASABRI, dan PT ASKES) disesuaikan
dengan Undang-Undang ini paling lama 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang
ini diundangkan. Dari putusan Mahkamah Konstitusi tersebut maka dalam
waktu 5 (lima) tahun sejak 19 Oktober 2004 sudah harus dibuat Undang-
Undang yang mengatur tentang transformasi secara menyeluruh lembaga
penyelenggara jaminan sosial.
Sebagaimana Putusan Mahkamah Konstitusi diatas, bahwa Mahkamah
Konstitusi memerintahkan untuk transformasi secara menyeluruh lembaga
penyelenggara jaminan sosial. Adapun transformasi menyeluruh adalah :17
1. Transformasi Kelembagaan; yaitu dari bentuk BUMN dengan badan hukum
PT menjadi BPJS berbentuk Badan Hukum Publik dengan 9 Prinsip
(kegotong-royongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas,
portabilitas, kepesertaan wajib, dana amanat), dan hasil pengeloaan dana
17 Roni Febriyanto , Jaminan Sosial : Haruskah Rakyat Menunggu, Jurnal Kajian Perburuhan Sedane
Mengingat KIS akan mulai diluncurkan pekan depan, Tono juga mengaku pihaknya
telah melakukan rangkaian persiapan terutama untuk menghadapi ribuan pendaftar
nantinya. "Kita sudah sangat siap. Targetnya 15 ribu dari daftar 1,7 juta dari penduduk
seluruh Indonesia,"
Teknis persiapan BPJS menghadapi peluncuran KIS juga turut disampaikan Direktur
Hukum Komunikasi dan Hubungan Antar Lembaga Purnawarman Basundoro. "Ya
kami sudah melakukan persiapan tentunya dari mulai IT dan segala macam, sampai
komunikasi melalui media juga," kata dia.
dapat diketahui bahwa dalam penyelengggaran jaminan sosial dari hasil
trransformasi lembaga penyelenggara jaminan sosial yakni BPJS dan terdiri dari
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu, masih terdapat persero
yang menyelenggarakan jaminan sosial saat ini untuk sampai jangka waktu yang
ditentukan berdasarkan pada putusan Mahkamah Konstitusi untuk melayani subjek
hukum (peserta) tertentu yang belum bertransformasi menjadi BPJS yakni PT.
ASABRI dan PT TASPEN. serta permasalahan yang lain yakni penerapan kartu
indonesia sehat (KIS) yang direncakan dan akan diterapkan oleh pemerintah.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari eksplikasi pada pembahasan di atas, maka penulis
berkesimpulan sebagai berikut :
b. Landasan Yuridis
Landasan yuridis jaminan sosial adalah UUD Negara Republik Indonesia
Pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2). Pasal 28H ayat (3) diatur dalam
Perubahan Kedua UUD NRI 1945 dan Pasal 34 ayat (2) diatur dalam
Perubahan Keempat UUD NRI 1945. Amanat konstitusi tersebut kemudian
dilaksanakan dengan UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (UU SJSN) dan Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara
No. 007/PUU-III/2005.
c. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis jaminan sosial yakni terjadi perubahan sosial di dalam
masyarakat tersebut direspon oleh hukum. Salah satu di antaranya adalah
hukum jaminan sosial. Pemerintah membentuk dan mengundangkan UU
SJSN untuk menyikapi dinamika masyarakat dan menangkap semangat
jamannya, menyerap aspirasi, dan cita-cita hukum masyarakat.
Penyelenggaraan program jaminan sosial diubah secara mendasar untuk
memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Prinsip dana amanat diberlakukan. Dana dikumpulkan
dari iuran peserta sebagai dana titipan kepada BPJS untuk dikelola sebaik-
baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan
peserta.
3. Bahwa jenis-jenis jaminan sosial adalah teridiri dari jaminan kesehatan,
jaminan kecelakaan, jaminan kerja, jaminan hari tua, jaminan pension, jaminan
kematian.
4. Bahwa dalam penyelengggaran jaminan sosial dari hasil trransformasi lembaga
penyelenggara jaminan sosial yakni BPJS dan terdiri dari BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu, masih terdapat persero yang
menyelenggarakan jaminan sosial saat ini untuk sampai jangka waktu yang
ditentukan berdasarkan pada putusan Mahkamah Konstitusi untuk melayani
subjek hukum (peserta) tertentu yang belum bertransformasi menjadi BPJS
yakni PT. ASABRI dan PT TASPEN.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA