Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN INTRA OPERATIF

TRAKEOSTOMI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. AMALIA MAHARANI (PO.71.20.4.15.003)


2. MEIVI PRANSISCA ANGGRAINI (PO.71.20.4.15.012)
3. SETIYO WATI (PO.71.20.4.15.017)
4. VIDYA TYAGITA UTAMI (PO.71.20.4.15.047)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN


ASUHAN KEPERAWATAN INTRAOPERATIF TRAKEOSTOMI

A. Persiapan Intra Operatif Trakeostomi

1. Jenis Tindakan
a. Darurat, dilakukan Percutaneous Tracheostomy.
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan
pembuatan lubang di antara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang
yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak
meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
b. Elektif, dilakukan Surgical Tracheostomy.
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi
dibuat di antara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm. Selain itu, terdapat Mini
trakeostomi, yaitu pada tipe ini dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid
dan trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator (Bradley, 1997).

2. Prosedur
a. Persiapan Alat

 Semprit
 Obat analgesia (Novokain)
 Pisau (Skalpel)
 Pinset anatomi
 Gunting panjang yang tumpul
 Pengait tumpul 1 pasang
 Klem arteri
 Gunting kecil tajam
 Kanul trakea (Ukuran disesuaikan dengan pasien)
 Hand Schoon steril
 Antiseptik
 Plester
 Gunting perban
 Bengkok
 Gaas steril
 Kain/duk steril
b. Prosedur kerja
 Atur posisi pasien yaitu dalam keadaan terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil
sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian atlanto oksipital.
Dengan posisi ini, leher akan lurus dan trakea akan terletak digaris median dekat
permukaan leher.

Gambar 2. Struktur anatomi sekitar leher

 Kulit dibersihkan secara aseptik.


 Tutup kulit leher dengan kain steril
 Suntikkan obat anastetikum (Novokain) di pertengahan krikoid dengan fosa suprasternal
secara infiltrasi.
Gambar 3. Lokasi penyuntikan obat anestetik

 Lakukan sayatan pada kulit leher. Sayatan dapat vertikal di garis tengah leher mulai di
bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan horisontal
dilakukan pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal
atau kira-kira 2 jari dibawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit,
dibuat kira-kira 5 cm.

Gambar 4. Dilakukan penayatan pada area pemasangan


 Pisahkan kulit serta jaringan dibawahnya dengan gunting panjang yang tumpul, lapis
demi lapis.

Gambar 5. Kulit dan otot telah dipisahkan


 Tarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan
susunan cincin-cincin tulang rawan yang berwarna putih.
 Buka lapisan kulit dan jaringan dibawahnya tepat ditengah sampai trakea terlihat.
 Tarik pembuluh darah yang tampak ke lateral.
 Tarik ke atas ismus tiroid yang ditemukan supaya cincin trakea terlihat jelas. Jika tidak
mungkin, ismus tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum
klem dilepaskan, ismus tiroid diikat kedua tepinya dan sisihkan ke lateral.
Gambar 5. Identifikasi cincin trakea 3-4

 Hentikan perdarahan, jika perlu diikat.


 Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea dan
akan terasa ringan waktu ditarik.
 Buat stoma dengan memotong cincin trakea ketiga dengan gunting yang tajam.

Gambar 6. Pembuatan stoma


 Pasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai.

Gambar 7. Pemasangan kanul trakea

 Fiksasi kanul dengan tali pada leher pasien dan tutup luka operasi dengan kasa steril

Gambar 8. fiksasi kanul


 Tali yang diikat pada leher pasien diukur dengan menggunakan telunjuk untuk mencegah
pasien tercekik.

Gambar 9. Memperkirakan regangan tali pengikat kanul

Gambar 9. Gambaran posisi anatomis kanul trakea pada leher


c. Hal-hal yang perlu diperhatikan
 Sebelum membuat lubang pada trakea perlu dibuktikan dulu yang akan dipotong itu
benar-benar trakea dengan cara mengaspirasi dengan semprit yang berisi novokain.
 Bila yang ditusuk itu adalah trakea maka pada waktu dilakukan aspirasi terasa ringan dan
udara yang terisap akan menimbulkan gelembung udara.
 Untuk mengurangi reflek batuk dapat disuntikkan novokain sebanyak 1 cc ke dalam
trakea.
 Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatikan insisi kulit jangan terlalu
pendek agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah terjadinya emphisema kulit.
 Ukuran kanul harus sesuai dengan diameter lumen trakea. Bila kanul terlalu kecil, akan
menyebabkan kanul bergerak-gerak sehingga terjadi rangsangan pada mukosa trakea
dan mudah terlepas keluar. Bila kanul terlalu besar, sulit untuk memasukkannya ke
dalam lumen dan ujung kanul akan menekan mukosa trakea dan menyebabkan
nekrosis dinding trakea.
 Panjang kanul harus sesuai. Bila terlalu pendek akan mudah keluar dari lumen trakea dan
masuk ke dalam jaringan subkutis sehingga pasien asfiksia. Bila kanul terlalu panjang
maka mukosa trakea akan teriritasi dan mudah timbul jaringan granulasi.
B. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
a. Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.
1) Pengertian tentang bedah yang dianjurkan
- Tempat
- Bentuk operasi yang harus dilakukan.
- Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan
setelah di bedah.
- Kegiatan rutin sebelum operasi.
- Kegiatan rutin sesudah operasi.
- Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
2) Pengalaman bedah terdahulu
- Bentuk, sifat, roentgen
- Jangka waktu
b. Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah
1) Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah
yang dianjurkan.
2) Metode-metode penyesuaian yang lazim.
3) Agama dan artinya bagi pasien.
4) Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
5) Keluarga dan sahabat dekat
- Dapat dijangkau (jarak)
- Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi bantuan.
6) Perubahan pola tidur
7) Peningkatan seringnya berkemih.
c. Status Fisiologi
1) Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong
komplikasi-komplikasi pascabedah.
2) Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.
3) Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.
4) Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.
5) Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah
orthopedi yang terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).
6) Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
7) Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan mengenai
terbebas dari nyeri setelah operasi.

2. Data Obyektif
a. Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan
(cemas), kemampuan berbahasa Inggris.
b. Tingkat interaksi dengan orang lain.
c. Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk
(cemas).
d. Tinggi dan berat badan.
e. Gejala vital.
f. Kemampuan penglihatan dan pendengaran.
g. Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.
h. Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.
i. Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas
dengan diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca
bedah).
j. Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum
bedah vaskuler atau tubuh.
k. Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di
tempat duduk, koordinasi waktu berjalan

3. Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul.


a. Cemas
b. Resiko infeksi
c. Resiko injury
d. Kurang pengetahuan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan Volume Cairan
2. Kerusakan Integritas Kulit
3. Hipotermi
4. Resiko Infeksi

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kekurangan Volume Cairan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Hasil
Definisi : penurunan cairan NOC NIC
 Fluid balance Fluid management
intravaskular, interstisial, dan
 Hydration  Timbang popok/pembalut jika di perlukan
atau intraseluler. Ini mengacu  Nutritional  Pertahankan catatan intake dan output
pada dehidrasi, kehilangan Status: Food and yang akurat
Fluid  Monitor status hidrasi (kelembaban
cairan saat tanpa perubahan  Intake membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
pada natrium Kriteria Hasil : darah ortostatik), jika diperlukan
 Mempertahankan  Monitor vital sign
Batasan Karakteristik urine output  Monitor masu kan makanan / cairan dan
 Perubahan status mental sesuai dengan hitung intake kalori harian
 Penurunan tekanan darah usia dan BB, BJ  Kolaborasikan pemberian cairan IV
 Penurunan tekanan nadi urine normal, HT  Monitor status nutrisi
 Penurunan volume nadi normal  Berikan cairan IV pada suhu ruangan
 Penurunan turgor kulit  Tekanan darah,  Dorong masukan oral
 Penurunan turgor lidah nadi, suhu tubuh  Berikan penggantian nesogatrik sesuai
 Penurunan haluaran urin dalam batas output
 Penurunan pengisisan normal  Dorong keluarga untuk membantu pasien
vena  Tidak ada tanda makan
 Membran mukosa kering tanda dehidrasi,  Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
 Kulit kering Elastisitas turgor  Kolaborasi dengan dokter
 Peningkatan hematocrit kulit baik,
 Atur kemungkinan tranfusi
 Peningkatan suhu tubuh membran
 Persiapan untuk tranfusi
 Peningkatan frekwensi mukosa lembab,
Hypovolemia Management
tidak ada rasa
nadi  Monitor status cairan termasuk intake dan
haus yang
 Peningkatan kosentrasi output cairan
berlebihan
urin  Pelihara IV line
 Penurunan berat badan  Monitor tingkat Hb dan hematocrit
 Tiba-tiba (kecuali pada  Monitor tanda vital
ruang ketiga)
 Haus
 Kelemahan  Monitor respon pasien terhadap
Faktor Yang Berhubungan penambahan cairan
 Kehilangan cairan aktif  Monitor berat badan
 Kegagalan mekanisme  Dorong pasien untuk menambah intake
regulasi oral
 Pemberian cairan IV monitor adanya
tanda dan gejala kelebihan volume cairan
 Monitor adanya tanda gagal ginjal

2. Kerusakan Integritas Kulit

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Hasil
Definisi : Perubahan / NOC NIC
 Tissue Integrity : Pressure Management
gangguan epidermis dan / atau
Skin and  Anjurkan pasien untuk menggunakan
dermis Mucous pakaian yang longgar
Batasan Karakteristik :
Membranes  Hindari kerutan pada tempat tidur
 Hemodyalis  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
 Kerusakan lapisan kulit
akses dan kering
(dermis)
 Gangguan permukaan
Kriteria Hasil :  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
kulit (epidermis)  Integritas kulit setiap dua jam sekali
 Invasi struktur tubuh
yang baik bisa  Monitor kulit akan adanya kemerahan
Faktor Yang Berhubungan :
dipertahankan  Oleskan lotion atau minyak/baby oil
(sensasi, pada daerah yang tertekan
Eksternal :
 Zat kimia, Radiasi
elastisitas,  Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
temperatur,  Monitor status nutrisi pasien
 Usia yang ekstrim hidrasi,
 Kelembapan  Memandikan pasien dengan sabun dan
pigmentasi) air hangat
 Hipertermia, Hipotermia  Tidak ada Insision site care
 Faktor mekanik luka/lesi pada
(mis..gaya gunting  Membersihkan, memantau dan
kulit meningkatkan proses penyembuhan pada
[shearing forces])  Perfusi jaringan luka yang ditutup dengan jahitan, klip
 Medikasi baik atau strapless
 Lembab  Menunjukkan  Monitor proses kesembuhan area insisi
 Imobilitasi fisik pemahaman  Monitor tanda dan gejala infeksi pada
Internal: dalam proses area insisi
 Perubahan status cairan perbaikan kulit
 Bersihkan area sekitar jahitan atau
 Perubahan pigmentasi dan mencegah staples, menggunakan lidi kapas steril
 Perubahan turgor terjadinya cedera
 Gunakan preparat antiseptic, sesuai
 Faktor perkembangan berulang
program
 Kondisi  Mampu
 Ganti balutan pada interval waktu yang
ketidakseimbangan nutrisi melindungi kulit
sesuai atau biarkan luka tetap terbuka
(mis.obesitas, emasiasi) dan
(tidak dibalut) sesuai program
 Penurunan imunologis mempertahankan Dialysis Acces Maintenance
 Penurunan sirkulasi kelembaban kulit
 Kondisi gangguan dan perawatan
metabolik alami
 Gangguan sensasi
 Tonjolan tulang

3. Hipotermi

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Hasil
Definisi : Suhu tubuh NOC NIC
berada dibawah kisaran  Thermo- Temperature regulation
normal regulatio  Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Batasan Karakteristik :  Thermo-  Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
 Suhu tubu dibawah regulation :  Monitor TD, nadi, dan RR
kisaran normal neonate  Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
 Kulit dingin Kriteria Hasil :  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Dasar kuku sianotik  Suhu tubuh  Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
 Hipertensi dalam rentang kehangatan tubuh
 Pucat normal  Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
 Piloreksi  Nadi dan RR akibat panas
 Menggigil dalam rentang  Diskusikan tentang pentingnya pengaturan
 Pengisian ulang normal suhu dan kemungkinan efek negatif dan
kapiler lambat kedinginan
 Takikardi  Beritahukan tentang indikasi terjadinya
Faktor Yang keletihan dan penanganan emergency yang
Berhubungan diperlukan
 Penuaan  Ajarkan indikasi dan hipotermi dan
 Konsumsi alcohol penanganan yang diperlukan
 Kerusakan  Berikan anti piretik jika perlu
hipotalamus Vital sign Monitoring
 Penurunan  Monitor Tekanan Darah, nadi, suhu, dan RR
kemampuan  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
menggigìl  Monitor Vital Sign saat pasien berbaring,
 Penurunan laju duduk, atau berdiri
metabotisme  Auskultasi pada kedua lengan dan
 Penguapan / evaporasi bandingkan
kulit dilingkungan  Monitor Tekanan Darah , nadi, pernapasan,
yang dingin sebelum, selama, dan setelah aktivitas
 Pemajanan  Monitor kualitas dari nadi
Iingkungan yang  Monitor frekuensi dan irama pernapasan
dingin  Monitor suara paru
 Penyakit  Monitor pola pernapasan abnormal
 Tidak beraktivitas  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
 Pemakaian pakaian  Monitor sianosis perifer
yang tidak adekuat  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
 Malnutrisi yang melebar, bradikardi, peningkatan
 Medikasi Trauma sistolik)
 Identifikasi penyebab dan perubahan vital
sign

4. Resiko Infeksi

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Hasil
Definisi : Mengalami NOC NIC
peningkatan resiko terserang  Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
organisme patogenik  Knowledge :  Bersihkan lingkungan setelah dipakai
Faktor Resiko : Infection control pasien lain
 Penyakit kronis.  Risk control  Pertahankan teknik isolasi
 Diabetes melitus  Batasi pengunjung bila perlu
 Obesitas Kriteria Hasil:  Instruksikan pada pengunjung untuk
 Klien bebas dari mencuci tangan saat berkunjung dan
Pengetahuan yang tidak cukup tanda dan gejala setelah berkunjung meninggalkan
untuk menghindari infeksi pasien
pemanjanan pathogen  Mendeskripsikan  Gunakan sabun antimikrobia untuk
Pertahanan tubuh primer yang proses penularan cuci tangan
tidak adekuat. penyakit, faktor  Cuci tangan setiap sebelum dan
 Gangguan peritalsik yang sesudah tindakan keperawatan
 Kerusakan integritas kulit mempengaruhi  Gunakan baju, sarung tangan sebagai
(pemasangan kateter penularan serta alat pelindung
intravena, prosedur penatalaksanaannya
 Pertahankan lingkungan aseptik selama
invasif)  Menunjukkan pemasangan alat
 Perubahan sekresi pH kemampuan untuk
 Ganti letak IV perifer dan line central
 Penurunan kerja siliaris mencegah
dan dressing sesuai dengan petunjuk
 Pecah ketuban dini timbulnya infeksi
umum
 Pecah ketuban lama  Jumlah leukosit
 Gunakan kateter intermiten untuk
 Merokok dalam batas normal
menurunkan infeksi kandung kencing
 Stasis cairan tubuh  Menunjukkan
 Tingktkan intake nutrisi
 Trauma jaringan (mis, perilaku hidup
 Berikan terapi antibiotik bila perlu
trauma destruksi jaringan) sehat
 Infection Protection (proteksi terhadap
Ketidakadekuatan pertahanan infeksi)
sekunder  Monitor tanda dan gejala infeksi
 Penurunan hemoglobin sistemik dan local
 Imunosupresi (mis,  Monitor hitung granulosit, WBC
imunitas didapat tidak  Monitor kerentangan terhadap infeksi
adekuat, agen  Batasi pengunjung
farmaseutikal termasuk  Sering pengunjung terhadap penyakit
imunosupresan, steroid, menular
antibodi monoklonal,  Pertahankan teknik aspesis pada pasien
imunomudulator) yang beresiko
 Supresi respon inflamasi  Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kulit pada area
Vaksinasi tidak adekuat
epidema
Pemajanan terhadap patogen
 Inspeksi kulit dan membran mukosa
lingkungan meningkat
terhadap kemerahan, panas, drainase
 Wabah
 Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
 Prosedur invasive
 Dorong masukkan nutrisi yang cukup
 Malnutrisi
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif
DAFTAR PUSTAKA

Aaron, (1996). Tracheostomy care. Diakses 28 september 2011 pukul 06.30, dari web site
http://www.tracheostomy.com/care/care.htm

Lindam,MD;Chief Editor, Arlen D Meyers, MD, MBA. (2011). Tracheostomy, Medscape


reference. Diakses 16 september 2018 pukul 06.16, dari web site
http://emedicine.medscape.com/articel/865068-overview

Nurseslab, (2011). Tracheostomy nursing care & management, urseslabs. Diakses 16 september
2018 pukul 19.42, dari web site http://nurseslabs.com/nursing-procedures/tracheostomy-
nursing-care-management/

Reeves, Charlene J. Dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika. JakartA

Anda mungkin juga menyukai