Promkes Saat Bencana
Promkes Saat Bencana
net/publication/317087648
CITATIONS READS
0 3,604
1 author:
Heni Trisnowati
Unriyo Universitas Respati Yogakarta
26 PUBLICATIONS 1 CITATION
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Community empowerment to prevent Non Communicable Diseseas Risk Factors View project
All content following this page was uploaded by Heni Trisnowati on 11 June 2017.
1
Prodi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Respati
Yogyakarta
(Korespondensi : hentris27@gmail.com)
2
Politeknik Kesehatan Bakti Setya Indonesia
3
Prodi Keperawatan, Universitas Andalas
4
Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
2
terkait dengan kelayakan tempat pengungsian dan fasilitasnya yang
banyak dikeluhkan oleh pengungsi.
Pada hari Selasa, 26 Oktober 2010 pukul 17.02 wib terjadi erupsi
pertama, 37 jiwa meninggal, dan puluhan lainya luka-luka (sebagian
besar luka bakar), dimana korban meninggal termasuk diantaranya juru
kunci Gunung Merapi Mbah Maridjan. Kebanyakan dari mereka adalah
penduduk Desa Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan Kabupaten
Sleman.
Merapi kembali erupsi pada Sabtu, 6 November 2010 dimana
puncak Gunung Merapi memuntahkan wedhus gembel (awan panas).
Pada erupsi kali ini menelan korban lebih banyak, dimana 124 jiwa
meninggal dan ratusan jiwa luka-luka, menurut BNPB (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana) pada tanggal 7 November 2010 me-release
data jumlah korban, meninggal 135 jiwa, dirawat 411 jiwa dan jumlah
pengungsi mencapai 278.403 jiwa. Jumlah ini masih fluktuatif seiring
dengan erupsi susulan merapi yang terjadi berkali-kali.
(www.bnpb.go.id)
Secara internasional, sudah ada standar barak pengungsian yang
ditetapkan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk menjamin hak
asasi para pengungsi, yaitu prinsip-prinsip panduan bagi pengungsi
internal. Dalam prinsip tersebut pengungsi disebut juga sebagai
internally displaced person (IDPs), yang didefinisikan sebagai orang-
orang atau kelompok orang yang telah dipaksa atau terpaksa melarikan
diri atau meninggalkan rumah mereka atau tempat mereka dulu biasa
tinggal, terutama sebagai akibat dari atau dalam rangka menghindarkan
diri dari dampak-dampak konflik bersenjata, situasi-situasi rawan yang
ditandai oleh maraknya tindak kekerasan secara umum, pelanggaran-
pelanggaran hak-hak asasi manusia, bencana alam atau bencana akibat
ulah manusia, dan yang tidak melintasi perbatasan negara yang diakui
secara internasional.
Dalam masa tanggap darurat, sejumlah barak pengungsian
didirikan baik yang didirikan oleh pemerintah maupun inisiatif LSM
(lembaga swadaya masyarakat), institusi (misal : universitas) dan
sebagainya. Sebagian besar pengungsi korban erupsi merapi tinggal di
3
barak pengungsian di tempat-tempat umum seperti : di stadion
sepakbola Maguwoharjo, youth center, JEC (Jogja Expo Center) dan
lain-lain. Selain itu sebagian dari mereka (pengungsi) juga ada yang
menyewa rumah atau hotel di daerah aman, tinggal di tempat saudara
maupun tinggal di tempat-tempat yang disediakan oleh inisiatif warga
atau LSM, lembaga pemerintah, universitas seperti UGM/UNY/UMY,
masjid, atau pengusaha.
Hasil assessment lapangan di posko pengungsian Purna Budaya
UGM (yang akhirnya dipindah ke Stadion Maguwoharjo, youth center,
Pangukan mengikuti himbauan Bupati Sleman) dan gereja Katholik
Banteng di Jl. Kaliurang km.7 (yang akhirnya pindah ke Gedung
Serbaguna Kantor Desa Sinduharjo Kecamatan Ngaglik Kabupaten
Sleman) sebagai berikut : posko pengungsian di Purna Budaya UGM
dikelola oleh GER (Gelanggang Emergency Response) salah satu unit
mahasiswa dibawah UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Jumlah
pengungsi sangat fluktuatif, pada tanggal 12 November 2010 berjumlah
1.299 jiwa, tanggal 22 November 2010 berjumlah 314 jiwa dan hasil
assessment terakhir tanggal 24 November 2010 jumlahnya hanya
tinggal 7 KK (kepala keluarga). Pengungsi di Purna Budaya UGM ini
berasal dari beberapa daerah/desa, yaitu Desa Harjobinangun,
Pakembinangun, Sardonoharjo, Umbulharjo, Candibinangun, Turi,
Sukoharjpo, Sindumartani, Widomartini, Wukirsari, Sardoharjo,
Sinduharjo, Hargobinangun dan Donoharjo. Di posko pengungsian ini,
pengelola posko pengungsian sudah memberdayakan pengungsi dalam
aktifitas rutin di pengungsian, sebagian dari mereka bertanggungjawab
di dapur umum, logistik, kebersihan, dan sebagainya. Sedangkan posko
pengungsian di Gedung Serbaguna Kantor Desa Sinduharjo dikelola
oleh LSM YEU (Yakkum Emergency Unit) dengan jumlah pengungsi per
tanggal 24 November 2010 sebanyak 352 jiwa yang terdiri dari 21 orang
balita, 48 anak, 25 orang remaja, 223 orang dewasa dan 35 orang
lansia. Mereka berasal satu daerah/desa, yaitu Dusun Boyong, Desa
Hargobinangun. Di dalam kegiatan di barak pengungsian, pengungsi
diberdayakan sebagai koordinator barak, petugas kebersihan, petugas
dapur, distribusi logistik, dan sebagainya. Kegiatan anak-anak sekolah,
4
menari, menyanyi, untuk remaja adalah sekolah, musik, untuk ibu-ibu
adalah memasak.
Dari hasil wawancara dengan beberapa pengungsi lansia, yaitu
Ibu My, usia 72 tahun dan Ibu Mr. Usia 63 tahun dari Dusun Boyong,
mereka para peternak sapi perah, kegiatan mereka sehari-hari dirumah
sebelum ada bencana, selain memerah susu, mereka juga merumput
untuk makan sapi, mereka merasa senang ketika diajak ngobrol dan
sedikit bercanda saat wawancara, merespon baik rencana akan
diadakannya senam lansia dan bersedia diperiksa kesehatannya jika
akan diadakan posyandu darurat lansia. Keluhan yang paling dirasakan
saat ini yang beliau sampaikan, merasa sedih karena sapinya tidak
mengeluarkan susu lagi, selain sudah beberapa saat tidak diperah juga
karena makanannya kurang.
Berdasarkan informasi dari salah satu pengelola barak YEU
disampaikan bahwa kelompok usia lanjut (lansia) belum memiliki
aktivitas yang dapat menghilangkan rasa bosan dan jenuh selama di
pengungsian. Mereka lebih banyak diam dan hanya menunggu waktu
makan. Sehingga untuk mengisi kegiatan selama di pengungsian, kami
dari tim relawan mahasiswa perilaku dan promosi kesehatan
mengusulkan kegiatan yang melibatkan lansia. Sebelum memutuskan
kegiatan yang akan dipilih kami melakukan interview dengan 4 orang
lansia. Kami menawarkan kepada mereka kegiatan apakah yang bisa
kita lakukan visible dikerjakan. Dari hasil diskusi dengan mereka
(beberapa personil YEU), ternyata dari pihak penanggung jawab
program pengelola pengungsi menyambut baik jika ada rencana
kegiatan yang berfokus kepada lansia, kemudian disepakati rencana
kegiatan yang akan dilakukan adalah posyandu darurat lansia yang
didalamnya ada pemeriksaan kesehatan dan kegiatan senam lansia.
Dari semua data yang dilakukan oleh kelompok saat assessment
lapangan, maka kelompok merasa perlu untuk membuat model
bagaimana idealnya sebuah barak dikeloladan diorganisir dengan baik
dimana juga didalamnya ada kegiatan pengungsi sesuai dengan
kelompok usia mereka (termasuk lansia) untuk mengurangi dampak
negatif resiko fisik dan psikis pengungsi selama di barak pengungsian.
5
Kelompok juga akan membuat dan mengimplementasikan beberapa
kegiatan promosi kesehatan untuk kelompok umur lansia.
B. Permasalahan
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
2. Tujuan Khusus :
a. Adanya struktur organisasi barak pengungsian yang ideal yang
meliputi SDM (sumber daya manusia), tugas pokok dan fungsi dari
masing-masing struktur dan koordinasi antar struktur organisasi.
b. Adanya pengelolaan logistik pada barak pengungsian yang
meliputi logistik makanan, pakaian dan obat-obatan bagi
pengungsi.
c. Adanya pengelolan sarana dasar dan fasilitas barak pengungsian,
meliputi sarana MCK, dapur umum, tempat tidur serta sarana
sanitasi lingkungan yang memadai.
d. Adanya kegiatan pengungsi selama di barak pengungsian untuk
memberdayakan mereka dan mengatasi kejenuhan sesuai dengan
usia pengungsi yang meliputi upaya kegiatan balita dan anak-anak
usia pra sekolah dan sekolah, remaja, dewasa dan lansia.
e. Memberikan pembekalan pengetahuan dan ketrampilan kepada
pengungsi tentang bagaimana mereka agar tetap sehat selama di
pengungsian dan apa yang harus mereka lakukan setelah mereka
kembali ke rumah mereka masing-masing.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bencana
1. Bencana alam
3. Bencana sosial
7
ketinggian 1.700 meter. Gunung Merapi adalah gunung yang termuda
dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau Jawa.
Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu
sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu,
letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan
kubah-kubah lava. Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang
lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Tapi pada tahun 1930 letusan
Gunung Merapi menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1.400 orang.
Pada November 1994 menyebabkan hembusan awan panas ke bawah
hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban puluhan jiwa
manusia hingga yang terbaru tahun 2006.
Pada 26 Oktober 2010, Gunung Merapi memasuki tahap erupsi.
Menurut laporan BPPTKA, letusan terjadi sekitar pukul 17.02 wib.
Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan diiringi keluarnya awan
panas setinggi 1,5 meter yang mengarah ke Dusun Kaliadem dan Dusun
Kepuharjo. Letusan ini menyemburkan material vulkanik setinggi kurang
lebih 1,5 kilometer.
8
Prinsip-prinsip tersebut mengidentifikasi hak-hak dan
jaminan-jaminan yang berkaitan dengan perlindungan terhadap
orang-orang dari paksaan untuk mengungsi, perlindungan dan
bantuan terhadap mereka selama masa pengungsian, serta
perlindungan dan bantuan selama mereka pulang kembali atau
selama proses permukiman di tempat lain, dan selama proses
reintegrasi dengan masyarakat pada masa pascapengungsian.
Sering kali hak-hak para pengungsi secara sengaja ataupun
tidak sengaja diabaikan karena kompleksnya permasalahan yang
ada di lapangan. Hal ini sudah terjadi terhadap pengungsi Merapi,
antara lain keluhan atas fasilitas mandi dan mencuci, kesehatan,
dan ruang pengungsian yang kurang layak. Juga masih lekatnya
anggapan dan perlakuan terhadap pengungsi sebagai obyek
bencana, sehingga mereka sangat jarang diikutsertakan dalam
pengambilan keputusan terhadap dirinya ataupun dalam
pengelolaan tempat pengungsian dan logistik.
Wanita, anak-anak, orang yang berusia lanjut, ataupun orang
cacat adalah kelompok yang harus diperhatikan secara khusus
dalam masa pengungsian. Hal ini karena rawannya pelanggaran
terhadap hak asasi mereka selama tinggal di pengungsian,
misalnya, pelecehan seksual, diskriminasi, dan pembatasan akses.
Dengan demikian, sangat penting pemerintah menjamin
perlindungan atas diri mereka dan memberi kesempatan bagi
mereka untuk berpartisipasi dalam mengelola tempat dan sarana
pengungsian sehingga mampu memenuhi dan melindungi hak asasi
mereka. Hal ini termaktub dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 41 ayat 2: "Setiap
penyandang cacat, orang yang berusia lanjut, wanita hamil, dan
anak-anak berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus".
Prinsip pertama dalam panduan tersebut menyatakan bahwa
"para pengungsi internal memiliki, dalam kesetaraan penuh, hak-
hak dan kebebasan-kebebasan yang dijamin oleh hukum
internasional dan nasional, sama seperti orang-orang lain di negeri
mereka. Mereka tidak boleh didiskriminasi secara merugikan dalam
9
memperoleh hak-hak dan kebebasan-kebebasan yang mana pun
dengan alasan bahwa mereka adalah pengungsi internal".
Dari prinsip tersebut jelas bahwa alasan menjadi pengungsi
bukan berarti bahwa hak-haknya bisa didiskriminasikan, misalnya
oleh pemerintah atau siapapun. Pemerintah sebagai koordinator
masalah pengungsian harus mengusahakan sebuah kondisi dan
tempat pengungsian yang layak sesuai dengan standar kehidupan
mereka dan mampu memenuhi hak-hak pengungsi. Misalnya hak
atas kesehatan, hak wanita, hak anak-anak, hak atas pangan,
ataupun hak atas pendidikan. Jangan sampai kekurangan dalam
peristiwa pengelolaan pengungsi pada bencana Merapi 1994 dan
1997 terulang kembali, yaitu logistik bagi pengungsi yang sangat
tidak layak. Contohnya, beras yang tidak layak dikonsumsi ataupun
banyaknya bantuan dari luarberupa makanan yang tidak
terdistribusikan dan akhirnya membusuk di gudang logistik.
Semestinya logistik didistribusikan dan dikelola secara terencana
dan partisipatif, jangan sampai tersentralisasi pada pihak tertentu
saja.
Kemudian prinsip kedelapan menyatakan bahwa
"pengungsian internal tidak boleh dilaksanakan dengan cara-cara
yang melanggar hak untuk hidup dari mereka yang terkena,
martabat mereka, serta kebebasan dan keamanan mereka". Hal ini
berarti bahwa cara-cara mengevakuasi harus dilakukan dengan
cara yang santun dan elegan. Jangan sampai ada tindakan
pemaksaan dan intimidasi dengan tujuan memaksa seseorang atau
sekelompok orang untuk mengungsi. Apabila ini terjadi, berarti telah
terjadi pelanggaran terhadap hak atas rasa aman dan hak untuk
hidup, yang dilindungi dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia Pasal 9 ayat 1: "Setiap orang berhak untuk hidup,
mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf kehidupannya" dan
ayat 2: "Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia,
sejahtera lahir dan batin".
Prinsip ke-18 menyatakan bahwa "semua pengungsi internal
memiliki hak atas standar penghidupan yang layak. Paling sedikit,
10
dalam keadaan apa pun, dan tanpa diskriminasi, pihak-pihak
berwenang yang terkait harus menyediakan bagi para pengungsi
internal, dan memastikan akses yang aman kepada bahan pangan
pokok dan air bersih; tempat bernaung atau perumahan yang
bersifat mendasar; bahan sandang yang layak; dan layanan
kesehatan dan sanitasi yang penting. Dan harus dilaksanakan
upaya-upaya khusus untuk memastikan adanya peran serta penuh
kaum perempuan dalam perencanaan dan pembagian pasokan-
pasokan pokok tersebut".
Lalu prinsip ke-22 berisi, pertama, para pengungsi internal,
yang tinggal di dalam kamp ataupun tidak, tidak boleh didiskriminasi
secara merugikan, sebagai akibat dari pengungsian mereka, dalam
hal mendapatkan hak-hak, antara lainhak-hak atas kemerdekaan
pikiran, hati nurani, agama atau kepercayaan, pendapat, dan
ekspresi; hak untuk mencari dengan bebas kesempatan kerja dan
untuk berperan serta dalam kegiatan-kegiatan ekonomi; hak untuk
berserikat dengan bebas dan berperan serta, dengan posisi setara,
dalam urusan-urusan komunitas; hak untuk memilih dan untuk
berperan serta dalam urusan-urusan pemerintahan dan publik,
termasuk hak untuk mempunyai akses terhadap sarana-sarana
yang diperlukan untuk mewujudkan hak ini; dan hak untuk
berkomunikasi dalam bahasa yang mereka pahami.
Prinsip-prinsip tersebut sangat bermanfaat bagi berbagai
pihak, khususnya bagi pemerintah dan sukarelawan, sebagai
standar setting dalam mengelola tempat pengungsian yang mampu
menjamin, melindungi, dan memenuhi hak asasi pengungsi. Hal ini
akan berhasil bila paradigma yang dipakai adalah menempatkan
pengungsi sebagai subyek dalam pengelolaan bencana, termasuk
dalam mengelola tempat pengungsian.
11
bersih yang berakibat pada buruknya kebersihan diri dan sanitasi
lingkungan. Akibatnya berbagai jenis penyakit menular muncul.
Penanggulangan masalah kesehatan merupakan kegiatan yang
harus segera diberikan baik saat terjadi dan pasca bencana disertai
pengungsian. Saat ini sudah ada standar minimal dalam
penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan penganan
pengungsi. Standar ini mengacu pada standar internasional. Kendati
begitu di lapangan, para pelaksana tetap diberi keleluasaan untuk
melakukan penyesuaian sesuai kondisi keadaan di lapangan.
Beberapa standar minimal yang harus dipenuhi dalam
menangani korban bencana khususnya di pengungsian dalam hal
lingkungan adalah :
a. Pengadaan Air.
b. Kualitas air
12
akibat penyakit–penyakit maupun pencemaran kimiawi atau
radiologis dari penggunaan jangka pendek.
Tolok ukur kunci ;
13
berkapasitas 20 liter. Alat–alat ini sebaiknya berbentuk wadah
yang berleher sempit dan/bertutup
2) Setiap orang mendapat sabun ukuran 250 gram per bulan.
3) Bila kamar mandi umum harus disediakan, maka prasarana ini
harus cukup banyak untuk semua orang yang mandi secara
teratur setiap hari pada jam–jam tertentu. Pisahkan petak–
petak untuk perempuan dari yang untuk laki–laki.
14
tanah. Pembuangan limbah cair dari jamban tidak merembes ke
sumber air mana pun, baik sumur maupun mata air, suangai
dan sebagainya.
6) 1 (satu) Latrin/jaga untuk 6–10 orang.
15
1) Tidak ada satupun rumah/barak yang letaknya lebih dari 15
meter dari sebuah bak sampah atau lubang sampah keluarga,
atau lebih dari 100 meter jaraknya dar lubang sampah umum.
2) Tersedia satu wadah sampah berkapasitas 100 liter per 10
keluarga bila limbah rumah tangga sehari–hari tidak dikubur
ditempat.
Sistem pengeringan
16
sembako (sembilan bahan pokok), obat, pakaian dan
kelengkapannya, air, jas tidur dan sebagainya.
Pengelolaan sistem logistik dalam penanggulangan bencana
adalah suatu pendekatan terpadu dalam mengelola barang bantuan
penanggulangan bencana. Dimulai dengan pemilihekomoditas,
pendekatan ini antara lain mencakup pencarian sumber, pengadaan,
jaminan kualitas, pengemasan, pengiriman, pengangkutan,
penyimpanan di gudang, pengelolaan inventori, dan asuransi.
Aktivitas ini melibatkan banyak pelakuyang berbeda tetapi semua
kegiatan yang dilakukan oleh setiap pelaku harus terkoordinasi.
Sehingga harus ditetapkan pengelolaan dan praktek-praktek
pemantauan yang tepat untuk memastikan bahwa semua komoditas
dijaga hingga komoditas tersebut dibagikan kepada penerima di
tingkat rumah tangga.
17
Titik suplai sebagai titik pemasok atau sebagai titik sumber
yaitu titik-titik yang memiliki pasokan komoditi barang bantuan.
Dalam kasus bencana ini, titik suplai adalah titik-titik penampungan
barang bantuan atau titik-titik yang memiliki komoditas barang
bantuan yang diperlukan misalnya, Palang Merah Indonesia,
Rumah Sakit, atau gudang-gudang penampungan barang bantuan
yang dimiliki oleh Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana.
Titik persinggahan (transshipment point) yaitu titik-titik
permintaan yang juga sekaligus berperan sebagai titik pasokan. Bila
titik permintaan ini dipasok sejumlah barang yang jumlahnya lebih
besar dari jumlah kebutuhan, maka akan terdapat sejumlah
kelebihan barang. Jumlah kelebihan barang ini selanjutnya dapat
dikirimkan ke titik permintaan yang lainnya.
Titik permintaan sebagai titik tujuan, yaitu titiktitik yang
memiliki sejumlah permintaan atau kebutuhan barang bantuan,
yang akan dipasok oleh titik suplai maupun titik
persinggahan.Pada kasus bencana, titik-titik permintaan ini adalah
titik lokasi dimana bencana terjadi dan titik lokasi yang terkena
dampak bencana.
18
Satlak PBP bertugas melaksanakan kegiatan
penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi di wilayahnya
dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Bakornas PBP dan/atau
Satkorlak PBP yang meliputi tahap-tahap sebelum, pada saat dan
sesudah terjadi bencana serta mencakup kegiatan pencegahan,
penjinakan, penyelamatan, rehabilitasi dan rekonstruksi.
19
BAB III
HASIL STUDI KASUS MODEL PENGELOLAAN BARAK
PENGUNGSIAN DAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN BENCANA
1. Struktur Organisasi
Bagan struktur organisasi pengelolaan posko pengungsi di Purna
Budaya yang dikelola oleh GER (Gelanggang Emergency Response)
yang merupakan relawan mahasiswa UGM yang aktif pada berbagai
20
UKM dapat digambarkan seperti dibawah ini :
Koordinator GER
Wa Koord. GER
Pendaftaran Pendaftaran
pengungsi pengungsi
Dapur Kominfo Infrastruktur
Pendamping Pendamping umum
pengungsi pengungsi
4) Pendaftaran pengungsi
a) Melakukan pendaftaran pengungsi
b) Melakukan up dating data pengungsi setiap hari
21
c) Melakukan pemantauan dan pencatatan pengungsi yang keluar
dan masuk
5) Pendamping pengungsi
Melakukan pendampingan pengungsi di barak pengungsian
6) Logistik
a) Mengengelola logistik (barang, makanan, pakaian dan obat-
obatan) meliputi pencatatan bantuan logistik yang masuk,
distribusi, stock logistik terakhir dan membuat daftar kebutuhan
logistik pengungsian setiap enam jam.
b) Melakukan pencatatan jumlah logistik yang ada di gudang (atau
tempat penyimpanan logistik)
7) Sekretariat
a) Menulis surat keluar yang diperlukan oleh posko dan
melakukan pengarsipan surat keluar dan surat masuk atas
nama barak pengungsian
b) Memberikan pelayanan bagi pengunjung barak, terutama yang
berkaitan dengan pengungsi
8) Bendahara
Mengelola keuangan, pencatatan penyimpanan dan pengeluaran
keuangan barak pengungsian
9) Dapur Umum
Mengelola dan menyiapkan makanan untuk pengungsi
10) Kominfo
a) Melakukan updating data pengungsi setiap saat
b) Memberikan data yang diminta oleh pihak lain, terutama data
tentang keadaan terakhir di barak pengungsian
11) Infrastruktur
Menyiapkan dan mengelola infrastruktur dasar di barak pengungsian
(misal : sarana air bersih, dapur umum, MCK, pengelolaan sampah
dan sanitasi di lingkungan barak pengungsian)
12) Medis
a) Memberikan pelayanan kesehatan bagi pengungsi
22
b) Memberikan rujukan ke institusi pelayanan kesehatan yang
lebih memadai, jika ditemukan pengungsi yang menderita
sesuatu penyakit
c) Melakukan koordinasi dengan pengelola pengungsi
13) Kebersihan
Menjaga kebrsihan barak pengungsi, meliputi pengelolaan sampah dan
sanitasi lingkungan barak dengan memanfaatkan sumber daya
yangada di pengungsian (pengungsi).
Koordinator Posko
Bagan 2. Struktur organisasi pengelola barak pengungsian di Gedung Serbaguna Kantor Desa
Sinduharjo Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman
1. Koordinator Posko
a. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan di posko pengungsian
b. Mencari donatur
c. Menkoordinasikan donatur
2. Logistik
a. Mengurusi keluar masuk seluruh barang yang terdiri dari obat-
obatan, makanan, minuman, pakaian dan lain lain
b. Bertanggung jawab atas logistik di posko
c. Mencatat bantuan logistik yang masuk dan keluar
d. Menerima bantuan logistik
e. Mengecek bantuan logistik (layak atau tidak)
23
f. Mendistribusikan logistik ke penyintas atau posko lainnya
3. Kesehatan
Menyediakan layanan kesehatan bagi pengungsi dan merujuk ke
pelayanan kesehatan yang sudah ditentukan (RS Bethesda) bila ada
kasus yang tidak dapat ditangani di posko kesehatan (dokter dan
perawat), bantuan dari Puskesmas Ngaglik
4. Shelter
Mengelola barak agar dapat berjalan termasuk mengelola dapur umum
yang sehat, sanitasi barak, MCK, membentuk koordinator barak dari
pihak pengungsi
5. Informasi dan Komunikasi (Infokom)
a. Meng-Update data pengungsi, keluar masuk pengungsi
b. Melakukan pendataan penyintas menurut umur, jenis kelamin,
pekerjaan, dll
c. Mengumpulkan data status kesehatan penyintas
d. Menyebarluaskan informasi hasil kegiatan posko
24
Disetiap barak ada koordinator barak, kader kesehatan dan seksi
konsumsi. Untuk menjaga kebersihan, dibagikan alat-alat kebersihan
kepada koordinator barak sehingga kebersihan merupakan tanggung
jawab masing-masing pengungsi.
Pengelompokan pengungsi di barak dilakukan berdasar dusun asal
pengungsi untuk mempermudah pengelolaan. Hal ini juga
mempertimbangkan karakteristik pengungsi itu sendiri. Pada umumnya dari
dusun yang sama memiliki karakteristik yang sama misalnya pekerjaan.
Pengelolaan pengungsi yang dilakukan YEU sudah cukup bagus
karena berusaha melibatkan pengungsi dalam kegiatan. Misalnya untuk
Ibu-ibu membantu kegiatan dapur umum dan sanitasi, kemudian untuk
yang anak-anak ada kegiatan menyanyi dan menari. Untuk balita dipantau
kesehatannya, terutama status imunisasi. Yang belum tergarap adalah
kelompok usia lanjut.
25
BAB IV
MODEL PENGELOLAAN BARAK YANG IDEAL
Dari kedua model pengelolaan barak yang diterapkan di oleh GER maupun YEU,
struktur pengelolaannya sudah cukup bagus. Setiap struktur sudah ada bagian logistik,
posko kesehatan, bagian funding dana, infokom, sdm dan shelter. Bagian-bagian yang
ada di struktur organisasi berperan dalam keberlangsungan barak, saling mendukung
dan menguatkan.
Kedua model struktur pengelolaan barak yang diterapkan YEU dan GER,
menginspirasi kelompok kami untuk membuat struktur organisasi pengelolaan barak
yang ideal. Struktur organisasi yang dapat menjamin bahwa barak pengungsian dapat
berjalan dengan baik tanpa melupakan aspek kesehatan dan partisipasi pengungsi
dalam barak tersebut.
26
Struktur organisasi pengelolaan barak pengungsian yang ideal menurut
kelompok kami adalah sebagai berikut :
Surveyor Kebersihan
Adapun tugas dan fungsi dari struktur organisasi pengelolaan barak diatas sebagai
berikut ;
27
5. Kesehatan
a. Menyediakan layanan kesehatan bagi pengungsi dan merujuk ke pelayanan
kesehatan yang sudah ditentukan
b. Mempersiapkan pos kesehatan
c. Memberikan pelayanan pengobatan
d. Mencatat data kasus penyakit
e. Membuat laporan pelayanan kesehatan
f. Memberikan konseling kesehatan
6. Sumber Daya Manusia
a. Menerima dan menempatkan relawan
b. Membagi tugas-tugas relawan
c. Membentuk team kebersihan lingkungan dari penyintas
d. Membuat kegiatan bagi penyintas
e. Memberikan konseling
7. Informasi dan Komunikasi
a. Meng-Update data pengungsi, keluar masuk pengungsi
b. Melakukan pendataan penyintas menurut umur, jenis kelamin, pekerjaan, dll
c. Mengumpulkan data status kesehatan penyintas
d. Menyebarluaskan informasi hasil kegiatan posko
8. Shelter
Mengelola barak agar dapat berjalan dengan baik , menunjuk koordinator barak,
menentukan petuga kebersihan per barak, menyiapkan MCK, membentuk
koordinator barak dari pihak pengungsi, memisahkan ruangan untuk pria dan wanita,
lansia.
9. Dapur Umum
a. Merencanakan, dan menyiapkan menu untuk pengungsi yang dibedakan antara,
bayi & balita, anak dan dewasa
b. Mengkorodinasikan petugas masak
10. Transportasi
Menyediakan transportasi dan sopir untuk kepentingan posko
11. Dokumentasi
Mendokumentasikan seleuruh kegiatan posko
12. Keamanan
Menjaga keamanan posko
28
B. Model Pengelolaan Logistik Barak Pengungsian Yang Ideal
Sistem pengelolaan barak pengungsian yang ideal menurut kelompok kami adalah
sebagai berikut :
29
c. Input logistik: susu formula untuk tidak didistribusikan karena akan
memunculkan beban ganda bagi pengungsi, yaitu diare dan itu menginfeksi
pada anak.
d. Alur Pengelolaan Bantuan Logistik menurut Undang-undang No 13 Tahun
2008 tentang Penanggulangan Bencana adalah sebagai berikut :
30
f. Berikut contoh formulir permintaan bantuan logistik :
a.
31
g. Berikut contoh formulir pengadaan bantuan logistik :
C. Model pengelolaan sarana dasar dan fasilitas barak pengungsian yang ideal
Sarana dasar yang disediakan pengelola GER dan YEU untuk pengungsi
antara lain
Sarana & Fasilitas GER YEU
Mandi Cuci Kakus (MCK) Tersedia, mencukupi Ada 10 MCK , terpisah
tetapi harus antri. Laki-laki antara laki-laki
dan perempuan dicampur danperempuan
Dapur Umum Ada, sponsor dari hotel Ada, kompor dan
Hyatt peralatan masak juga
tersedia
Barak pengungsian Tidak ada pemisahan Belum ada pemisahan
antara laki-laki dan laki-laki dan perempuan
perempuan
Sarana Ibadah Tidak ada, ibadah di Tersedia dengan
barak menggunakan tikar
32
Gudang logistik Tersedia Tersedia
Pelayanan kesehatan Tersedia,dokter, farmasi, Tersedia, dokter, obat-
bidan, fasilitas rujukan ke obatan, fasilitas rujukan
RS Sardjito ke RS bethesda
33
untuk mengetes air itu sendiri. Sedangkan menurut penilaian situasi
nampak tidak ada peluang yang cukup besar untuk terjadinya masalah
kesehatan akibat konsumsi air itu.
4. Prasarana dan Perlengkapan
a. Setiap keluarga mempunyai dua alat pengambil air yang berkapasitas 10–
20 liter, dan tempat penyimpan air berkapasitas 20 liter. Alat–alat ini
sebaiknya berbentuk wadah yang berleher sempit dan/bertutup
b. Setiap orang mendapat sabun ukuran 250 gram per bulan.
c. Bila kamar mandi umum harus disediakan, maka prasarana ini harus
cukup banyak untuk semua orang yang mandi secara teratur setiap hari
pada jam–jam tertentu. Pisahkan petak–petak untuk perempuan dari yang
untuk laki–laki.
d. Bila harus ada prasarana pencucian pakaian dan peralatan rumah tangga
untuk umum, satu bak air paling banyak dipakai oleh 100 orang.
5. Pembuangan Kotoran Manusia
34
6. Pengelolaan Limbah Padat
a. Pengumpulan dan Pembuangan Limbah Padat
1) Memiliki lingkungan yang cukup bebas dari pencemaran akibat limbah
padat, termasuk limbah medis.
2) Sampah rumah tangga dibuang dari pemukiman atau dikubur di sana
sebelum sempat menimbulkan ancaman bagi kesehatan.
3) Tidak terdapat limbah medis yang tercemar atau berbahaya (jarum
suntik bekas pakai, perban–perban kotor, obat–obatan
kadaluarsa,dsb) di daerah pemukiman atau tempat–tempat umum.
4) Dalam batas–batas lokasi setiap pusat pelayanan kesehatan, terdapat
tempat pembakaran limbah padat yang dirancang, dibangun, dan
dioperasikan secara benar dan aman, dengan lubang abu yang
dalam.
5) Terdapat lubang–lubang sampah, keranjang/tong sampah, atau
tempat–tempat khusus untukmembuang sampah di pasar–pasar dan
pejagalan, dengan system pengumpulan sampah secara harian.
6) Tempat pembuangan akhir untuk sampah padat berada dilokasi
tertentu sedemikian rupa sehingga problema–problema kesehatan
dan lingkungan hidup dapat terhindarkan.
7) 2 (dua) drum sampah untuk 80 – 100 orang.
b. Tempat/Lubang Sampah Padat
Sistem pengeringan
35
prasarana–prasarana medis. Hal–hal berikut dapat dipakai sebagai ukuran
untuk melihat keberhasilan pengelolaan limbah cair :
b. Tidak terdapat air yang menggenang disekitar titik–titik
pengambilan/sumber air untuk keperluan sehari–hari, didalam maupun di
sekitar tempat pemukiman.
c. Air hujan dan luapan air/banjir langsung mengalir malalui saluran
pembuangan air.
d. Tempat tinggal, jalan – jalan setapak, serta prasana – prasana pengadaan
air dan sanitasi tidak tergenang air, juga tidak terkikis oleh air.
36
5. Pasangan usia subur
a. Pemeriksaan alat kontrasepsi
b. Suntik KB
6. Ibu-ibu dan wanita dewasa :
a. Pelatihan ketrampilan membuat kerajinan keset, tas, dll
b. Penyuluhan cara memasak yang benar
c. Penyuluhan gizi
7. Lanjut usia
a. Posyandu lansia (Penimbangan badan, pengukuran tinggi badan,
pemeriksaan tensi, pemeriksaan laboratorium sederhana, pemeriksaan
emotional, konsultasi dokter)
b. Pemberian makanan tambahan (buah-buahan)
c. Senam lansia
d. Pelatihan Ketrampilan
37
BAB V
Untuk mendukung model pengelolaan barak pengungsian yang ideal, kelompok merencanakan adanya implementasi dari model yang
dapat diterapkan di Barak, salah satu bentuk kegiatan di Barak pengungsian yang diterapkan oleh kelompok kami adalah kegiatan
untuk lansia. Secara rinci rencana kegiatan disusun dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.1
Rencana Implementasi Kegiatan Promosi Kesehatan Bencana
Di Lokasi Pengungsian Di Gedung Serbaguna Kantor Desa Sinduhardjo
Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman
1 29-11-2010 Kader
Jam 13.00 Penggunaan media dalam promkes :
- Pemasangan spanduk “gorong Penerapan media Penggunaan jenis Penggunaan jenis Kegiatan promkes yang akan
royong bersih-bersih” dalam membantu dan model media dan media promkes dilakukan dapat terbantu dengan
- Spanduk praktek mhs promkes kegiatan promosi yang tepat sesuai yang tepat sesuai adanya media yang digunakan
kesehatan dengan rencana target dan segmentasi
Pelatihan pengukuran tekanan darah kegiatan promkes sasaran
untuk kader Meningkatkan yang akan Kader secara mandiri dapat
pengetahuan dan dilakukan meneruskan program posyandu
ketrampilan kader Kader mampu lansia, terutama dapat memeriksa
dalam penggunaan Kader dapat menggunakan tekanan darah
alat tensimeter untuk menggunakan tensimeter untuk
pengukuran tekanan tensimeter untuk pengukuran tekanan
darah melakukan darah
pengukuran
tekanan darah
dengan benar
38
2 30-11-2010 Posyandu (darurat) lansia di lokasi Lansia Mengetahui keadaan 80% lansia Tercapainya Tersedia data status kesehatan
Jam 15.00 pengungsian : ststus kesehatan umum mengikuti kegiatan persentase/jumlah lansia (BB, tekanan darah, kadar
lansia : posyandu lansia lansia yang mengikuti gula darah dan kadar kolesterol
Pendataan jumlah lansia di lokasi kegiatan posyandu drah)
pengungsian Mengetahui jumlah riil lansia
lansia di lokasi 80 % lansia Adanya dokumentasi status
Pengukuran berat badan lansia pengungsian (aula pemeriksaan Tercapainya kesehatan dasar lansia dalam
kantor Desa tekanan darah persentase/jumlah bentuk KMS (Kartu Menuju
Pengisian KMS Lansia Sinduharjo) lansia yang bersedia Sehat) Lansia
diperiksa tekanan
Pemeriksaan tekanan darah lansia Mengetahui berat 50 % Lansia darahnya Diketahuinya manfaat posyandu
badan lansia bersedia diperiksa darurat lansia dari FGD dilakukan
Pemeriksaan kadar gula darah kadar gula darah Tercapainya
Adanya bukti persentase/jumlah
Pemeriksaan kadar kolesterol pencatatan data lansia yang bersedia
kesehatan dasar 50 % Lansia diperiksa kadar gula
lansia bersedia diperiksa darah
kadar kolesterol
Mengetahui tekanan darah Tercapainya
darah lansia persentase/jumlah
lansia yang bersedia
Mengetahui kadar Terlaksanannya diperiksa kadar
gula darah lansia rencana evaluasi kolesterol darah
FGD (manfaat
Mengetahui kadar kegiatan posyandu Terbentuknya 1 FGD
kolesterol darah bagi lansia) (6-12 org) untuk
lansia mengetahui manfaat
kegiatan posyandu
bagi lansia
39
Jam perorangan, s ketrampilan penyintas mengikuti pengungsi ketrampilan agar tetap sehat
18.00 keluarga dan dewasa dalam menjaga kegiatan dewasa yang paska bencana selama di
lingkungan pasca kesehatan perorangan, penyuluhan dan mengikuti pengungsian dan setelah
bencana. keluarga dan peragaan : penyuluhan pulah ke dusun masing-
lingkungan pasca masing
bencana - cara menjaga Melakukan diskusi
kebersihan dan tanya jawab
dan menjaga tentang hal-hal
kesehatan yang masih masih
selama di belum diketahui
pengungsian pengungsi dan
tanya jawab,
- cara memakai berupa game
masker yang dengan
benar, pemberian door
desinfeksi price setelah
badan, materi
perabotan penyuluhan
rumah, rumah diberikan
dan
lingkungan
- menjaga
kesehtan
bayi, balita
dan ibu hamil
- segera
memriksakan
ke pelayanan
kesehatan jika
ditemukan
gejala dini
gangguan
kesehatan
40
Untuk merealisasikan rencana kegiatan tersebut diatas, diperlukan alat dan
bahan serta anggaran biaya untuk implementasi kegiatan tersebut. Adapun
Rencana Anggaran Biaya dan peralatan yang dibutuhkan, secara lebih lengkap
disajikan dalam table berikut ini :
Tabel 4.2
Rencana Anggaran Biaya Kegiatan Promosi Kesehatan Keadaan Bencana Di
Posko Pengungsian Gedung Serbaguna Sinduhardjo Sleman
TANGGA RAB
PERALATAN dab KETERA
NO L/ KEGIATAN SASARAN TEMPAT PENGELUAR
BAHAN NGAN
JAM AN
Penggunaan
media dalam
promkes :
- Pemasangan
spanduk
“gorong royong Spanduk
Spanduk ukuran 6
29-11- bersih-bersih” dari
Masya- meter
2010 - Spanduk Dinkes
1 rakat Posko 1 Set Tensimeter
Jam praktek mhs Prop DIY
Kader dan stetoskop
13.00 promkes & MPPK
UGM
Pelatihan
pengukuran
tekanan darah
untuk kader
Alat-alat :
2 30-11- Posyandu lansia Lansia Posko 1 Unit Timbangan Pembelian
2010 Dewasa PMT
Jam Pengisian KMS 1 Set Tensimeter (Pisang
15.00 Penimbangan 1 Set Stetoskop dan Jeruk
berat badan 1 Set Peralatan untuk 50
Pemeriksaan pemeriksaan gula orang)
tekanan darah darah dan kolesterol = Rp.
Pemeriksaan Handicamp, Camera, 200.000
gula darah dan Tape recorder dan
kolesterol alat tulis. Reagensia
Konsultasi dokter Bahan : pemeriksa
PMT / Pemberian Kartu KMS Lansia an gula
Makanan Reagen pemeriksaan darah dan
Tambahan gula darah dan kolesterol
FGD manfaat kolesterol =
posyandu lansia PMT : Berupa Buah Rp.300.00
Jeruk dan Pisang 0
untuk 50 Lansia
41
Alat-alat : Transport
3 1-12-2010 Senam lansia Pra lansia Tape Recorder dan Honor Pengungs
Jam Pemberian dan lansia Wereles Instruktur i juga
15.00 makanan Kaset Senam = Rp. dilibatkan
Tambahan Handicamp, Camera, 100.000 dalam
FGD Manfaat Alat tulis memasak
senam Transportasi PMT : bubur
Pembelian kacang
Bahan : Bahan- hijau.
PMT : Berupa 350 bahan
porsi bubur kacang bubur
hijau (untuk semua kacang
pengungsi) hijau dan
Cup untuk
350 porsi.
= Rp.
350.000
TANGGA RAB
PERALATAN dab KETERA
NO L/ KEGIATAN SASARAN TEMPAT PENGELUAR
BAHAN NGAN
JAM AN
Penyediaan
3 2-12-2010 Pemutaran Film Seluruh Alat-alat : 10
Jam Kesehatan penyintas LCD buah Door
18.00 Pembekalan dewasa Posko Laptop Price
“Pesan Sehat” Wereles = Rp.150.000
perorangan, CD Film Kesehatan
keluarga dan
lingkungan pasca Bahan :
bencana: Masker
- Cara memakai Lisol
masker yang Door Price
benar,
desinfeksi
badan,
perabotan
rumah, rumah
dan lingkungan
- Menjaga
kesehtan bayi,
balita dan ibu
hamil
- Segera
memeriksakan
ke pelayanan
kesehatan jika
ditemukan
gejala dini
gangguan
kesehatan.
- Evaluasi
dengan game
(Pemberian
door price 10
Buah)
42
4 RAB pengeluaran lain-lain Transportasi Rp. 150.000
Dokumentasi Rp. 100.000
Foto Copy dan Rp. 50.000
Scant Rp. 150.000
Pembuatan Laporan
dan Manual Book / Jumlah RAB
SOP serta lain-lain =
penggandaaan Rp.450.000
43
Hasil pemeriksaan tekanan darah, adalah 31 orang (88,57%)
dimana lansia yang tekanan darahnya normal sebanyak 16 orang
(51,62%) dan tekanan darahnya tinggi sebanyak 14 orang (45,16%),
sisanya sebanyak 1 orang (3,23%) tekanan darahnya rendah.
Dan hasil pemeriksaan gula darah adalah 1 orang (3 %)
rendah, 13 orang (42 %) normal, 17 Orang 55% di atas tinggi.
Sedangkan hasil pemeriksaan kadar cholesterol adalah 31 orang ( 100
%) dalam batas normal.
Dari hasil wawancara, didapatkan 13 orang (42 %) mengalami
gangguan emosional dan 18 orang ( 58 %) tidak mengalami gangguan
emosional.
Setelah mengikuti senam, semua lansia diberi jus kacang
hijau sambil menunggu untuk pemeriksaan osteoporosis dan fungsi
paru
Setelah kegiatan posyandu lansia selesai dilakukan evaluasi
dengan metode Focus Group Discussion (FGD). FGD ini melibatkan 6
lansia yang baru saja mengikuti kegiatan posyandu. Hasil FGD
menunjukkan bahwa lansia sangat senang dengan adanya posyandu,
mereka mengatakan bahwa dengan adanya posyandu dapat
memberikan manfaat kepada lansia. Manfaat yang dirasakanan antara
lain dapat mengetahui Berat badan, tekanan darah dan kondisi
kesehatan secara umum. Hal lain yang dirasakan lansia mereka
adalah mereka sangat senang karena mendapat sesuatu yang baru,
dimana sebelumnya ketika mereka mengikuti kegiatan posyandu
lansia di desa boyong yaitu setiap tanggal 22 setiap satu bulan sekali,
disana hanya pengukuran berat badan dan tekanan darah saja
sedangkan posyandu yang diselenggarakan di Posko pengungsian
gedung serbaguna desa sinduharjo lebih lengkap dengan adanya KMS
Lansia, pemeriksaan gula darah, kolesterol, konsultasi dan Pemberian
Makanan tambahan (PMT) berupa buah pisang dan jeruk selain juga
tetap ada pengukuran berat badan dan pemeriksaan tekanan darah.
44
2. Kegiatan Senam Lansia , Pemeriksaan Osteoporosis Dan Fungsi
Paru
Senam lansia, pemeriksaan osteoporosis dan pengukuran
fungsi paru dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2010 pukul 15.30
– 17.30 WIB. Para lansia terlihat sangat antusias. Mereka sudah
membentuk barisan dulu di samping balaidesa sambil berbincang-
bincang sesama lansia. Tentunya juga ditemani dari salah satu tim
relawan IKM. Ketika pelatih senam datang, senam lansia langsung
dimulai. Senam lansia diawali dengan pemanasan, kemudian senam
inti dan diselingi senam otak. Para lansia terlihat sangat gembira,
mereka dengan semangat mengikuti aba-aba dari pelatih.
Kemeriahan senam lansia ini juga tak lepas dari kreativitas dan
kepandaian pelatih senam dalam mendampingi para lansia.
Dari 33 lansia yang terdaftar, 30 lansia (91 %) mengikuti senam
lansia, pemeriksaan osteoporosis dan 29 orang ( 88 %) mengikuti
pemeriksaan spirometri.
Hasil pemeriksaan osteoporosis pada lansia adalah 5 orang
(16,12 %) hasilnya normal, 15 orang (48,39 %) osteopenia dan 11
orang ( 35,49 %) mengalami osteoporosis. Semua hasil pemeriksaan
diberitahukan kepada lansia dengan diberi penyuluhan perorangan
untuk tetap menjaga kekuatan tulangnya dengan tetap beraktifitas
fisik dan berhati-hati bila ke kamar mandi atau saat melakukan
aktifitas fisik lainnya agar tidak terjatuh terutama pada lansia yang
hasilnya osteoporosis.
Hasil pemeriksaan spirometri, 8 orang (28 %) hasilnya normal,
3 orang ( 10 %) mengalami obstruksi ringan, 3 orang (10 %)
mengalami obstruksi sedang dan sisanya 15 orang ( 52 %)
mengalami obstruksi atau restriksi berat.
Setelah kegiatan senam lansia selesai para lansia dapat
menikmati jus kacang hijau yang disediakan oleh tim relawan IKM FK
UGM sambil mengantri untuk pengukuran osteoporosis dan
pengukuran fungsi paru-paru. Kemudian Tim relawan IKM
mengumpulkan 6 orang lansia untuk melakukan evaluasi dengan
metode Focus Group Discussion (FGD). Hasil FGD menunjukkan
45
bahwa lansia sangat senang dengan adanya senam lansia. Mereka
mengatakan bahwa dengan adanya senam lansia dapat memberikan
manfaat kepada lansia. Manfaat yang dirasakanan antara lain dapat
badan menjadi segar dan sehat . Apabila dibandingkan dengan
kegiatan senam lansia yang mereka ikuti di dusun Boyong, tidak
begitu jauh berbeda, bahkan mereka sudah bisa menyanyikan lagu-
lagu lansia sehat sebelumnya.
3. Kegiatan Penyuluhan
Pembekalan pesan kesehatan paska bencana dilaksanakan
pada tanggal 2 Desember 2010, pukul 19.00 – 22.00 WIB.
Materi penyuluhan, antara lain pencegahan terhisapnya debu
vulkanik dengan penggunaan masker, pemutaran film pencegahan
demam berdarah dengue dan chikungunya.
Evaluasi hasil pelaksanaan penyuluhan dengan meberikan
kuis kepada penyintas, yang hasilnya penyintas bisa menjawab
dengan benar pertanyaan bagaimana cara mencegah kesehatan
paska bencana dan apa penyebab demam berdarah dengue, serta
apa arti 3M.
46
sedangkan 11 balita lainnya (50 %) tidak mengikuti posyandu dan
crash program campak karena diajak orang tuanya pulang ke
rumahnya.
47
Maka pada tanggal 3 Desember 2010 dilakukan posyandu
balita sekaligus crash program campak dan bulan imunisasi anak
sekolah (BIAS).
Hasil kegiatan posyandu balita, dari 22 balita yang ada, 20
balita (90 %) mengikuti penimbangan dan crash program campak,
sedangkan 2 balita lainnya (10 %) tidak mengikuti posyandu dan
crash program campak karena 1 (satu) balita diajak orang tuanya
pulang ke rumahnya dan 1 (satu) balita sakit demam.
6. Kemitraan
Dalam melaksanakan kegiatan promosi kesehatan pasca
bencana, kami tidak melakukan semua kegiatan ini sendiri, tetapi
kami melibatkan beberapa mitra kerja untuk tercapainya tujuan
rencana kerja kami selama di pengungsian, yaitu :
a. Dinas Kesehatan Provinsi (seksi pengendalian penyakit,
program penanggulangan penyakit tidak menular ), untuk kegiatan
pemeriksaan gula darah, cholesterol, osteoporosis dan fungsi paru
serta memberikan konseling untuk lansia yang hasil pemeriksaan
di bawah atau di atas angka normal. Seksi promosi kesehatan
dengan memberikan CD film kartun demam berdarah, Flu burung,
serta membantu memberikan spanduk himbauan gotong royong
untuk bersih-bersih di tempat pengungsian maupun di rumah
nantinya
48
anggrek kuningan ini, dengan senang hati ingin membantu dan
memberikan suport para lansia di pengungsian. Dengan maksud
agar lansia di pengungsian tidak putus asa, tetap bersemangat
dan berbahagia. Pada saat pelaksanaan kegiatan senam lansia
dan pemeriksaan kesehatan , ibu-ibu lansia bunga anggrek
membantu dengan cara mengajak lansia bernyanyi bersama,
melakukan game / permainan, mendampingi senam lansia,
membantu pemeriksaan serta menyiapkan camilan malam berupa
pisang rebus, ubi jalar rebus dan kacang rebus.
49
Adanya bukti pencatatan data kesehatan dasar lansia,
Mengetahui tekanan darah lansia, Mengetahui kadar gula darah
lansia, dan Mengetahui kadar kolesterol darah lansia. Maka
rencana evaluasi kelompok kami dengan analisa prosentase
dimana diharapkan 80% lansia mengikuti kegiatan posyandu
lansia 80 % lansia pemeriksaan tekanan darah, 50 % Lansia
bersedia diperiksa kadar gula darah dan 50 % Lansia bersedia
diperiksa kadar kolesterol darah
50
mereka antusias menjawab kuis setelah penyuluhan dan yang
berhasil menjawab kuis diberi door price sebagai hadiah.
2. Hasil evaluasi kualitatif
a. Kegiatan Posyandu Lansia
Evaluasi kualitatif ini untuk mengetahui gambaran manfaat yang
dirasakan lansia terhadap posyandu lansia. Pengumpulan data
kualitatif dilakukan dengan Focus group Discution (FGD)
terhadap 6 orang lansia. Adapun hasilnya mereka senang dan
merasakan manfaat dari posyandu lansia. Berikut koutasinya :
51
Semua kegiatan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan
baik ditandai dengan antusiasnya sasaran untuk mengikuti kegiatan
yang kelompok adakan. Adapun hasil evaluasi selengkapnya dapat
dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.3
Evalusi Hasil Kegiatan Promosi Kesehatan Bencana
Di Lokasi Pengungsian Di Gedung Serbaguna Kantor Desa Sinduhardjo
Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman
KEGIATAN
YANG TIDAK
TANGG CAPAIAN KEGIATAN YANG
KEGIATAN YANG DIRENCANA
NO AL/ HASIL TIDAK ALASAN ALASAN
TERLAKSANA KAN TETAPI
JAM KEGIATAN TERLAKSANA
DILAKSANAK
AN
(1) (2) (3) (6) (3) (5) (3) (7)
Pemasangan alat Spanduk Pelatihan Kader merasa
bantu media dalam terpasang pengukuran tidak mampu
implementsi tekanan darah (takut,
kegiatan promosi untuk kader cemas,dsb)
kesehatan : menggunakan
tensimeter
Pemasangan dalam
spanduk “ayo pengukuran
gotong royong tekanan darah
29-11- resik-resik” di
2010 dalam gedung _
1 _
Jam serbaguna kantor
13.00 Desa Sinduharjo
Pemasangan
spanduk
“Lokasi praktek
promosi
kesehatan” di
dalam gedung
serbaguna kantor
Desa Sinduharjo
52
Posyandu (darurat) 31 lansia (89
lansia di lokasi %) hadir di
pengungsian dapat posyandu
terlaksana darurat
lansia
Pendataan lansia
31 lansia (89
Pengukuran berat %) terdata di
badan lansia lokasi
pengungsian
Pengisian KMS
Lansia 31 lansia
(89%)
ditimbang
Pemeriksaan BB-nya
tekanan darah
lansia 31 lansia
(89%)
Pemeriksaan diberikan
kadar gula darah KMS
Pemeriksaan 31 lansia (89
30-11-
kadar kolesterol %)bersedia
_ _ _ _
2 2010 dilakukan
Jam pemeriksaan
15.00 TD
31 lansia
(89%)
bersedia
diperiksa
kadar gula
darah
31 lansia
(89%)
bersedia
diperiksa
kadar
kolesterol
FGD dengan
6 lansia
untuk
mengetahui
manfaat
kegiatan
posyandu
53
(1) (2) (3) (6) (3) (5) (3) (7)
31 % pra Pemeriksa Adanya
lansia dan an bone usulan dari
lansia density kelompok,
mengikuti (Kepadata untuk
kegiatan n tulang) minta
aktivitas fisik untuk bantuan
(senam) mendeteksi dari dinkes
adanya propinsi
Terbentukny gejala agar
a 1 grup (6- osteoporos diketahui
1-12-
12) lansia is pada keadaan
2010 Senam lansia dapat
3 untuk FGD _ _ lansia kesehatan
Jam terlaksana
untuk umum para
15.00
mengetahui Pemeriksa lansia
manfaat an
kegiatan spirometr
senam y
(aktifitas (kapasitas
fisik) vital paru)
para lansia
dengan
mengguna
kan
spirometrer
80% Pemutaran Penggunaa
pengungsi film tema n alat
dewasa “Demam bantu
mengikuti Berdarah” media film
kegiatan dan untuk
penyuluhan “Chikungun menyampa
dan ya” ikan
peragaan : pesan-
pesan
- cara sehat
menjaga Hiburan
Pembekalan kebersihan organ Adanya
2-12- “Pesan Sehat” dan tunggal bantuan
2010 perorangan, menjaga _ _ dari staf
4
Jam keluarga dan kesehatan minat
18.00 lingkungan pasca selama di promkes
bencana. pengungsi untuk
an mendukun
g acara
- cara
memakai
masker
yang
benar,
desinfeksi
badan,
perabotan
rumah,
54
rumah dan
lingkungan
- menjaga
kesehtan
bayi, balita
dan ibu
hamil
- segera
memriksak
an ke
pelayanan
kesehatan
jika
ditemukan
gejala dini
gangguan
kesehatan
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1 Struktur organisasi serta tugas pokok dan fungsi di barak pengungsian
yang dikelola oleh GER dan YEU sudah terbentuk.
2 Pengelolaan logistik pada barak pengungsian yang dikelola GER dan
YEU meliputi logistik makanan, pakaian dan obat-obatan bagi
pengungsi terkelola dengan baik.
3 Pengelolan sarana dasar dan fasilitas barak pengungsian, meliputi
gudang logistik, sarana MCK, dapur umum, tempat tidur serta sarana
sanitasi lingkungan di barak pengungsian yang dikelola GER dan YEU
telah memadai dengan memberdayakan pengungsi.
4 Upaya kegiatan balita dan anak-anak usia pra sekolah dan sekolah,
remaja, dewasa dibarak pengungsian yang dikelola GER dan YEU
sudah ada, tetapi kegiatan untuk lansia yang mengadakan karyasiswa
dari PPK UGM.
5 Hasil implementasi promosi kesehatan bencana di Gedung Serbaguna
Desa Sinduharjo berjalan dengan baik, yaitu :
a. Pemasangan alat bantu media dalam implementasi kegiatan
promosi kesehatan dapat terpasang dengan baik.
b. Kegiatan posyandu darurat lansia berjalan dengan baik, dimana
31 lansia (89 %) hadir di posyandu darurat lansia, 31 lansia (89 %)
terdata di lokasi pengungsian, 31 lansia (89%) ditimbang Berat
Badannya, 31 lansia (89%) diberikan KMS, 31 lansia (89 %)
bersedia dilakukan pemeriksaan TD, 31 lansia (89%) bersedia
diperiksa kadar gula darah dan 31 lansia (89%) bersedia diperiksa
kadar kolesterol.
c. Kegiatan senam lansia dapat berjalan dengan baik, dimana 31
lansia (89%) pra lansia dan lansia mengikuti kegiatan aktivitas fisik
(senam).
d. Kegiatan pembekalan pengetahuan dan ketrampilan kepada
pengungsi berjalan dengan baik yaitu 80% pengungsi dewasa
56
mengikuti kegiatan penyuluhan dan peragaan tentang cara
menjaga kebersihan dan menjaga kesehatan selama di
pengungsian, cara memakai masker yang benar, desinfeksi
perabotan rumah, rumah dan lingkungan, menjaga kesehatan
bayi, balita dan ibu hamil dan segera memeriksakan ke pelayanan
kesehatan jika ditemukan gejala dini gangguan kesehatan
B. Saran
1. Pengelola barak pengungsian sebaiknya mempunyai program
pemberdayaan pengungsi baik program kesehatan (dengan membuang
sampah pada tempat yang telah disediakan, membersihkan tempat tidur
dan MCK serta dapur) dan non kesehatan (dengan keterlibatan
pembagian tempat tidur, pembagian logistik, pendataan kebutuhan dan
penerimaan logistik, memasak, menditribusikan makanan) secara
kelompok dan bergilir.
2. Pengungsi agar berperan aktif dalam menjaga kebersihan pribadi dan
lingkungan di pengungsian.
3. Lansia yang mempunyai faktor resiko gula darah yang tinggi supaya
rajin memeriksakan diri ke puskesmas terdekat.
57
DAFTAR PUSTAKA
7. www.bnpb.go.id
58