Anda di halaman 1dari 9

INFO TEKNIK

Volume 7 No. 1, Juli 2006 (48 – 55)

UJI KEKERASAN BAJA KONSTRUKSI ST-42


PADA PROSES HEAT TREATMENT

Achmad Syarief 1)

Abstract - In metalurgy term, especially the steel should have certain characters, for example anti wear
resistancause of friction and has hard surface. Getting such components within their characters, it is need
a heat treatment process in addition for getting hard surface and strength of the steel itself. Heat treatment
process basically consists of some steps, at first, heating up to a certain temperature, then colding at
certain speed.
In this research has been done heat treatment process, it is a heating steel at the temperature 850 0C and
holding for 30 minutes at this temperature for some seconds, then colding by soaked it into the water in
which 270C temperature so there is no enough time for austenit to change become pearlit and ferrit or
pearlid and cementit, but austenit changes into martensit directly.
Maximum hardness will be reached after heat treatment process is interfered by more carbon, the higher
carbon in it the higher hardness will be gotten. And the result is the hardness value after heat treatment
process higher compare than before the heat treatment process has been done..

Keywords - Colding, Heat treatment

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Untuk mendapatkan komponen dengan
Metalurgi adalah ilmu dan teknologi sifat-sifat tertentu maka perlu dilakukan
logam yang meliputi pengembangan dan pemrosesan logam lebih lanjut untuk
penerapan pengetahuan mengenai komposisi, mendapatkan kekerasan dari baja tersebut dan
struktur dan pemprosesan logam sesuai memperbaiki sifat permukaannya.
dengan sifat dan pemakaiannya.
Besi dan baja paling banyak dipakai Tujuan Penelitian
sebagai bahan industri yang mempunyai nilai Berdasarkan latar belakang di atas maka
ekonomis dan sifat-sifatnya yang bervariasi, dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti
dari yang paling lunak dan mudah dibentuk adalah apakah ada peningkatan kekerasan
sampai yang paling keras dan tajam. Sebagian baja konstruksi st 42 setelah dilakukan proses
besar baja karbon yang digunakan dalam Heat Treatment, sehingga mendapatkan atau
bidang metalurgi banyak dijadikan baja memperbaiki sifat-sifat mekanis seperti
kontruksi dan baja permesinan. Baja-baja ini kekerasan, ketangguhan, keuletan dan
dituntut mempunyai sifat-sifat, misalnya kekuatannya, serta dapat memberikan
tahan aus akibat gesekan antar komponen wawasan dan alternatif baru dalam
(pada bantalan). penggunaan bahan logam yang banyak
digunakan dalam dunia industri, khususnya
logam baja.

1
) Staf pengajar Teknik Mesin Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
Ahmad Syarief, Uji Kekerasan Baja Konstruksi…49

KAJIAN TEORITIS
Klasifikasi Baja Karbon.
Klasifikasi dari baja karbon menurut
Sriati Djaprie (1986 : 90) dapat dilihat dalam
Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Baja Karbon


Jenis dan Kelas Kadar karbon Kekuatan Kekuatan tarik Kekerasan Penggunaan
(%) luluh (kg/mm3) Perpanjang Brinnel
(kg/mm3) an
Baja lunak khusus 0.08 18 – 28 12 – 36 40 – 30 95 – 100 Pelat tipis
Baja karbon Baja sangat lunak
rendah
0.08 - 0.12 36 – 42 36 – 42 40 – 30 80 – 120 Batang, kawat
Baja lunak 0.12 – 0.20 38 – 48 38 – 48 36 – 24 100 – 130 Konstruksi
Baja setengah lunak 0.20 – 0.30 44 – 55 44 – 55 32 – 22 112 – 145 umum
Baja karbon Baja setengah sedang
keras
0.30 – 0.40 50 – 60 50 – 60 30 – 17 140 – 170 Alat-alat
Baja keras 0.40 – 0.50 58 – 70 58 – 70 26 – 14 160 – 200 mesin
Perkakas
Baja karbon Baja sangat tinggi 0.50 – 0.80 65 – 100 65 – 100 20 - 11 180 - 235 Rel, pegas
keras dan kawat
piano

besi delta (Fe -  ), simentit, pearlite


Baja karbon adalah paduan antara besi dan ledeburite.
dan karbon dengan sedikit Si, Mn, P, S dan Menurut Van Vlack,(1992 :
Cu. Sifat baja karbon sangat tergantung 380) secara garis besar diagram Fe -
pada kadar karbon, karena itu baja ini Fe3C ini terbagi atas daerah baja
dikelompokan berdasarkan kadar (kadar karbon 0 – 2,01 %) dan
karbonnya. Baja karbon rendah adalah baja daerah besi tuang (kadar karbon 2,01
dengan kadar karbonnya kurang 0,30 %, – 6,67 %). Pada daerah baja
baja karbon sedang 0,30 – 0,45 % karbon dikelompokan menjadi baja
dan baja karbon tinggi 0,45 – 1,70 %. Bila hipoeutektoid (<0,8 % C) dan baja
kadar karbon naik, kekuatan dan hipereutektoid (0,8 – 2,01 %)
kekerasannya juga bertambah tinggi tetapi demikian pula untuk daerah besi
elastisitasnya menurun. tuang. Pada proses pendinginan
dengan kadar karbon 4,3 % pada
Diagram Fase Fe – Fe3C temperatur 11480C terjadi
Diagram keseimbangan besi karbon transformasi eutectik, yaitu
suatu diagram keseimbangan antara besi berubahnya fase metal cair menjadi
dan karbon yang bersenyawa menjadi austenitdan simentit (ledeburit) yang
Fe3C. Pada diagram keseimbangan antara berbentuk lamel-lamel. Sedangkan
besi karbida terdapat fase-fase yang pada karbon 0,8% dan pada
berbeda tergantung pada temperatur dan temperatur 7270C terjadi transfor-
kadar karbon yang ada. Hal ini dapat masi eutektoid yaitu berubahnya fase
dilihat pada gambar 1. dimana dapat dilihat austenit menjadi lamel-lamel ferrit
dan simentit yang disebut pearlit.
fase-fase ferrit (Fe -  ), austenite (Fe -  ),
Ahmad Syarief, Uji Kekerasan Baja Konstruksi…50

HRB dan diatas temperatur


Karbon, %
0 5 (atom) 10 15 25 7680C bersifat ferromagnetik.
160 +
 cairan Cair
280
0
0   +
an
b. Austenit ( Fe - )
cairan 260 Merupakan salah satu modifikasi
1148 0
2.11 fase dari besi dengan struktur
4.3 + FCC. Fase ini stabil pada suhu
Suhu

140 240
 antara 912 - 13940C dengan
C

0 0
cairan727
0

0 (13400F)
+ kemampuan melarutkan karbon
 220
+ Fe 0 maksimum 2,11%. Pada
120 0 1 karbida
Karbon, %
2 3 3C 4 5 6 7 temperatur ruang struktur ini
200
(berat) 0 tidak stabil, tetapi pada kondisi
0Gambar 1. Diagram Keseimbangan tertentu masih didapatkan
Fe - Fe3C 180
0
austenit sisa yang stabil pada
temperatur ruang.
100
Pada proses pemanasan besi 160 murni
0
terjadi
0 perubahan struktur dua kali sebelum c. Besi delta ( Fe - )
mencair, yaitu perubahan dari pemusatan
140 Pada kenaikan temperatur sampai
ruang (BBC) menjadi kubus pemusatan 0
diatas 13940C austenit berubah
800 0
sisi (FCC) pada suhu 912 C 120 terjadi lagi fasenya sehingga
transformasi yang sebaliknya menjadi 0 mempunyai struktur BCC. Fase
BCC
600
lagi dan bentuk ini akan tetap stabil ini dinamakan besi delta.
100
sampai temperatur leburnya. 0 Penelitian secara spesifik pada
Adapun fase-fase yang ada pada fase ini sulit dilakukan karena
diagram
400 keseimbangan Fe – Fe3C 800 adalah hanya stabil pada suhu tinggi.
sebagai berikut: Dengan demikian data-data
spesifik mengenai fase ini sangat
a. ferrite (Fe - ) terbatas. Kemampuan melarutkan
Merupakan suatu fase dari besi murni karbon maksimum adalah 0,08%
yang pada temperatur ruang disebut yaitu pada temperatur 14990C.
besi alpha. Fase ini bersifat llunak dan
ulet yang mana pada temperatur dan d. Sementit (Fe3C)
dalam keadaan murni kekuatan Mempunyai komposisi kimia
tariknya kurang dari 310 Mpa dan Fe3C dimana mengandung
bersifat ferromagnetik dengan berat karbon 6,67%. Pada diagram
jenis 7,88 mg/mm3. Ferrit mempunyai kesimbangan fase ini merupakan
struktur BCC yang mempunyai bidang senyawa yang keras dan rapuh.
geser yang relatif sempit. Pada
temperatur ruang kemampuan melarut- e. Pearlit
kan karbonnya hanya 0,008%, Pearlit merupakan lamel-lamel
sedangkan kemampuan maksimum yang terdiri dari fase ferrit dan
untuk melarutkan karbon sekitar simentit. Pada suhu eutektoid
0,025% yaitu pada temperatur 727 0C. yaitu baja mengandung 0,8%C
Kekerasan ferrit tidak lebih dari 90 maka seluruhnya fase pearlit.
Ahmad Syarief, Uji Kekerasan Baja Konstruksi…51

f. Ledeburit austenit yang terbentuk relatif


Merupakan campuran eutektid dengan halus.
simentit yang mengandung 4,3%C.
Fase ini terjadi dibawah temperatur b. Spheroidized Annealing :
7270C. Adapun sifat besi ini rapuh dan Dilakukan dengan cara
keras. memanaskan baja sedikit
diatas temperatur austenisasi,
didiam-kan pada temperatur
Heat Treatment (Perlakuan Panas) tersebut untuk jangka waktu
tertentu kemudian diikuti
Proses perlakuan panas merupakan
dengan pendinginan yang
suatu proses tahapan penting pada
lambat. Tujuan dari
pengerjaan logam yang bertujuan untuk
spheroidzed annealing untuk
mendapatkan atau memperbaiki sifat-sifat
memperbaiki sifat mampu
mekanis seperti kekerasan, ketangguhan,
keuletan dan kekuatannya. mesin.
Secara umum heat treatment dapat
2. Normalising : Adalah pemanasan
diklasifikasikan menjadi empat bagian :
pada temperatur 50 - 600C diatas
temperatur
1. Annealing : Adalah pemanasan hingga
austenite dilanjutkan pendinginan
temperatur 25 - 300C diatas temperatur
lambat di udara, sehingga akan
austenit dilanjutkan pendinginan lambat
dihasilkan pearlite halus. Diguna-
di dalam dapur, sehingga didapat pearlit
kan untuk mendapatkan struktur
kasar. Digunakan untuk mengurangi
butiran yang halus dan seragam,
kekerasan, menghilangkan tegangan
juga untuk meng-hilangkan
sisa, memperbaiki kekuatan dan
tegangan dalam.
menghaluskan ukuran butiran.
Annealing terdiri dari beberapa type
3. Hardening : Adalah pemanasan
yang diterapkan untuk mencapai sifat-
pada temperatur 30 - 500C diatas
sifat tertentu sebagai berikut :
temperatur austenit dilanjutkan
pendinginan secara cepat dengan
a. Full annealing : Terdiri dari
mencelupkan kedalam media
austenisasi dari baja diikuti dengan
pendingin, seperti : air, udara, oli,
pendinginan lambat didalam
garam cair (fussed) atau Brant (air
tungku. Temperatur yang dipilih
+ 10% sodium klorida)
untuk austenisasi tergantung dari
kadar karbon dari baja yang
4. Tempering 0C : Adalah me-
bersangkutan. Full annealing untuk
manaskan kembali baja yang telah
baja hipoeutektoid dilakukan pada
dikeraskan untuk menghilangkan
temperatur austenisasi sekitar 500C
tegangan dalam dan mengurangi
diatas garis temperatur austenit dan
kekerasan. Temperatur pe-
mendiamkannya pada temperatur
manasannya dibawah temperatur
tersebut untuk jangka waktu
kritis bawah (723 0C) serta
tertentu, kemudian diikuti dengan
membiarkannya beberapa saat dan
pendinginan yang lambat ditungku.
didinginkan kembali di udara luar,
Pada temperatur austenisasi dan
tujuannya untuk mengembalikan
Ahmad Syarief, Uji Kekerasan Baja Konstruksi…52

sebagian keuletan dan ke-tangguhannya Siklus perlakuan panas yang


meskipun dengan mengorbankan dilakukan adalah seperti gambar
sebagian kekeras-an yang telah dicapai. di bawah ini :

Hardening
8500C

Pra- Hold
Pendingina
Temperatur 0C

Hardening ing
6500C time n
Hold
30’ (Quenchan
ing
t) Air,
time
Waktu (menit) udara dan
30’
oli
Gambar 2. Siklus Perlakuan Panas

Pengaruh Heat Treatment tidak ada waktu yang cukup bagi


austenit untuk berubah menjadi
Meskipun kekuatan yang ada dapat
pearlit, ferrit dan sementit,
dilipatgandakan dalam jangkauan kadar
sebaliknya menyebabkan austenit
karbon pada kondisi stabil ini, perubahan
berubah menjadi martensit.
drastis dalam sifat dapat dicapai melalui
Kekerasan martensit adalah
perlakuan panas yang menghambat atau
maksimal untuk kadar karbon
mempercepat terjadinya keseimbangan
tertentu.
tersebut. Dengan pendinginan mendadak,

70
martensit
KEKERASAN HRC

60

50
Kekerasan
40 Maksimum
Ferrit + perlit
30

20

10
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
0
KOMPOSISI, %C

Gambar 3 Hubungan Kekerasan Maksimum dan


Kadar Karbon Dalam Baja Karbon
53 INFO TEKNIK, Volume 7 No. 1, Juli 2006

Tingkat kekerasan struktur austenit material pada baja karbon sering kali
setelah dicelupkan akan sebanding martensit ini menjadi suatu struktur
dengan regangan kisi, semakin rendah yang diinginkan.
kadar karbon maka makin kecil
regangan.
Di industri, baja dengan kadar karbon METODOLOGI
yang terlalu rendah, sangat
memberikan efek pengerasan yang Prosedur Penelitian
sangat berarti, maka baja dipanaskan
Pada penelitian ini dikerjakan
dengan proses hardening. Baja yang dengan membuat 10 spesimen baja
dihasilkan efek pengerasan yang konstruksi st 42 yang berdiameter 20
memadai disebut baja konstruksi. mm dan panjang 10 mm
Martensit adalah struktur yang keras, tetapi
dalam usaha mengeraskan

 20 mm 10 mm

Gambar 4. Spesimen uji kekerasan

Perlakuan yang dilakukan terhadap Dengan sudut puncak 1200 dan


masing-masing sampel sebagai berikut: gaya tekan adalah 150 kg. Dan hasil
Lima spesimen dimasukan dimasukkan kekerasan sudah dapat dibaca pada
kedalam dapur listrik untuk dilakukan skala kekerasan Rockwell.
pemanasan sampai 850 0C diholding 30
menit dan didinginkan dengan mencelup- Peralatan dan Bahan yang
kan kedalam air pada suhu kamar 27 0C. Digunakan
Setelah selesai, semua spesimen (yang
di heat treatment dan yang tidak di heat a. Peralatan :
treatment) berjumlah 10 buah, kemudian 1. Dapur listrik (Electronic
dilakukan uji kekerasan Rockwell (HRC) Furnace):
skala C. Mula-mula permukaan yang akan - Merk : Heraeus D-
diuji dibersihkan permukaannya dengan 6450
menggunakan kertas gososk supaya lebih - Type : M 110
halus dan rata permukaannya. Kemudian - Maks temp : 11000C
dilakukan penekanan dengan indentor - Tegangan : 220 V 50–160 Hz
kerucut intan 2,9 kw
55 INFO TEKNIK, Volume 7 No. 1, Juli 2006

2. Kompresor Udara : ANALISA DAN PEMBAHASAN


- Model : D11 – 20
- Press : 8 Kg/cm2 Data yang diperoleh dari
- Power : 2 HP penelitian ini adalah data dari
- Tank cap : 951 pengujian nilai kekerasan sebelum
3. Mesin uji kekerasan : dilakukan perlakuan panas dan
- Merk : Torsee, sesudah perlakuan panas
- Type : RH – 3 N, a. Data Kekerasan Sebelum Heat
- Beban : 150 Kg, Treatment.
- MFG. No : 8386, Dilakukan pengujian kekerasan
- Produksi : Tokyo, Japan. permukaan pada 5 spesimen dan
4. Peralatan pendukung lainnya: masing-masing 5 titik dengan :
Stopwatch dan Tang jepit. - Pengujian kekerasan : HRC,
- Beban : 150 kg
b. Bahan uji (spesimen) : Baja Konstruksi - Penetrator : Diamond cone.
ST 42
Dari pengujian diatas didapatkan
Sedangkan untuk media pendingin data nilai kekerasan sebagai berikut :
digunakan air dengan suhu kamar 270C

Tabel 2. Data Kekerasan Sebelum Heat Treatment


Rata-rata
No Nilai Kekerasan (HRC) kekerasan (X) (Xi – X ) (Xi – X )2
A 41 41 40 41 42 41 0,2 0,04
B 39 40 39 41 41 40 -0,8 0,64
C 42 43 41 41 42 41,8 1,0 1,0
D 42 39 41 40 42 40,8 0,0 0,0
E 41 39 39 42 41 40,4 -0,4 0,16
 = 204  = 0,0  = 1,84

* Harga rata-rata ( X ) =
X = 204 / 5
b. Data Kekerasan Setelah Heat
Treatment
n
Dilakukan pengujian ke-
= 40,8 HRC
kerasan permukaan pada 5
  Xi  X 
2
spesimen dan masing-masing 5
* Standart Deviasi (SD)=
n  1 titik dengan :
- Pengujian kekerasan : HRC
1,84 - Beban : 150 kg
= = 0,678
5 1 - Penetrator:Diamond cone
* Standart Deviasi rata-rata ( SD ) = SD/n
= 0,687 / 6 = 0,276
* Hasil Perhitungan= HRC (40,8 + 0,276) Dari pengujian diatas didapatkan
* Kesalahan Relatif= (0,276 / 40,8) x 100 data nilai kekerasan sebagai berikut :
% = 0,676 %
53 INFO TEKNIK, Volume 7 No. 1, Juli 2006

Tabel 3. Data Kekerasan Sesudah Heat Treatment


Rata-rata kekerasan
No Nilai Kekerasan (HRC) (X) (Xi –) (Xi – X)2
F 46 48 48 49 48 47,8 0,48 0,2304
G 49 46 49 47 49 48,0 0,68 0,4624
H 47 48 45 46 47 46,6 -0,72 0,5184
I 46 49 48 48 45 47,2 -0,12 0,0144
J 45 49 49 46 46 47,0 -0,32 0,1024
 = 236,6  = 0,0  = 1,3280
merupakan baja hypereutektoid atau baja

* Harga rata-rata ( X ) =
X = 236,6 / 5 =
eutectoid, sehingga kenaikan angka kekerasan
ini tidak semua struktur menjadi martensit,
n
melainkan ada yang kembali menjadi ferrit,
47,32 HRC
perlit atau juga ledeburit. Sehingga angka
* Standart Deviasi (SD) = 0,576
kekearasan tidak dapat mencapai angka diatas
* Standart Deviasi rata-rata ( SD ) = 0,235 60 HRC.
* Hasil Perhitungan = HRC (47,32 + 0,235) DAFTAR PUSTAKA
* Kesalahan Relatif = (0,576 / 47,32) x 100%
= 0,497 %
Dari perhitungan di atas dapat dituliskan Rochim Suratman. (1994), Panduan Proses
sebagai berikut : Perlakuan Panas, Lembaga Penelitian
1. Harga kekerasan ST- 42 sebelum Heat Institut Teknologi Bandung
treatment adalah : HRC ( 40,8 + 0,276 )
2. Harga kekerasan ST- 42 sesudah Heat Lawrence H. Van Vlack, Sriati Dajprie.
treatment adalah : HRC ( 47,32 + 0,235 ) (1992), Ilmu dan Teknologi Bahan,
Edisi Kelima, Erlangga Jakarta.
Shinroku Saito, Tata Surdia. (1985),
KESIMPULAN Pengetahuan Bahan Teknik, Cetakan
Ketiga, PT Pradnya Paramita Jakarta.
Dari hasil penelitian tentang uji kekerasan
Djaindar Sidabutar. (1979), Petunjuk
baja konstruksi st 42 pada proses heat
Praktek Pengukuran dan Pemeriksaan
treatment, maka dapat disimpulkan bahwa
Bahan, Direktorat Pendidikan
perhitungan angka kekerasan ST – 42
Menengah Kejuruan Jakarta.
sebelum dilakukan heat treatment didapatkan
angka kekerasan 47,32 HRC. Dari angka ini Sriati Djaprie. (1990), Teknologi Mekanik
kita dapatkan kenaikan harga kekerasan pada Jilid II, Erlangga Jakarta.
skala kekerasan Rockwell sebesar 15,9 %. George E.Dieter, Sriati Djaprie. (1986),
Kenaikan ini tentunya bukan tanpa sebab Metalurgi Mekanik Jilid I, Edisi
karena pendinginan dilakukan dengan pen- Ketiga, Erlangga Jakarta.
celupan media air pada temperatur ruangan
yang akan memungkinkan terbentuknya Beumer, Anwir B.S, (1994), Ilmu Bahan
struktur martensit yang mempunyai butir Logam, Bhratara Jakarta
dalam bentuk FCC yang mempunyai sifat
yang sangat keras. Tetapi ST-42 bukan
47

55 INFO TEKNIK, Volume 7 No. 1, Juli 2006

Anda mungkin juga menyukai