ID Uji Kekerasan Baja Konstruksi ST 42 Pada
ID Uji Kekerasan Baja Konstruksi ST 42 Pada
Achmad Syarief 1)
Abstract - In metalurgy term, especially the steel should have certain characters, for example anti wear
resistancause of friction and has hard surface. Getting such components within their characters, it is need
a heat treatment process in addition for getting hard surface and strength of the steel itself. Heat treatment
process basically consists of some steps, at first, heating up to a certain temperature, then colding at
certain speed.
In this research has been done heat treatment process, it is a heating steel at the temperature 850 0C and
holding for 30 minutes at this temperature for some seconds, then colding by soaked it into the water in
which 270C temperature so there is no enough time for austenit to change become pearlit and ferrit or
pearlid and cementit, but austenit changes into martensit directly.
Maximum hardness will be reached after heat treatment process is interfered by more carbon, the higher
carbon in it the higher hardness will be gotten. And the result is the hardness value after heat treatment
process higher compare than before the heat treatment process has been done..
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Untuk mendapatkan komponen dengan
Metalurgi adalah ilmu dan teknologi sifat-sifat tertentu maka perlu dilakukan
logam yang meliputi pengembangan dan pemrosesan logam lebih lanjut untuk
penerapan pengetahuan mengenai komposisi, mendapatkan kekerasan dari baja tersebut dan
struktur dan pemprosesan logam sesuai memperbaiki sifat permukaannya.
dengan sifat dan pemakaiannya.
Besi dan baja paling banyak dipakai Tujuan Penelitian
sebagai bahan industri yang mempunyai nilai Berdasarkan latar belakang di atas maka
ekonomis dan sifat-sifatnya yang bervariasi, dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti
dari yang paling lunak dan mudah dibentuk adalah apakah ada peningkatan kekerasan
sampai yang paling keras dan tajam. Sebagian baja konstruksi st 42 setelah dilakukan proses
besar baja karbon yang digunakan dalam Heat Treatment, sehingga mendapatkan atau
bidang metalurgi banyak dijadikan baja memperbaiki sifat-sifat mekanis seperti
kontruksi dan baja permesinan. Baja-baja ini kekerasan, ketangguhan, keuletan dan
dituntut mempunyai sifat-sifat, misalnya kekuatannya, serta dapat memberikan
tahan aus akibat gesekan antar komponen wawasan dan alternatif baru dalam
(pada bantalan). penggunaan bahan logam yang banyak
digunakan dalam dunia industri, khususnya
logam baja.
1
) Staf pengajar Teknik Mesin Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
Ahmad Syarief, Uji Kekerasan Baja Konstruksi…49
KAJIAN TEORITIS
Klasifikasi Baja Karbon.
Klasifikasi dari baja karbon menurut
Sriati Djaprie (1986 : 90) dapat dilihat dalam
Tabel 1.
140 240
antara 912 - 13940C dengan
C
0 0
cairan727
0
0 (13400F)
+ kemampuan melarutkan karbon
220
+ Fe 0 maksimum 2,11%. Pada
120 0 1 karbida
Karbon, %
2 3 3C 4 5 6 7 temperatur ruang struktur ini
200
(berat) 0 tidak stabil, tetapi pada kondisi
0Gambar 1. Diagram Keseimbangan tertentu masih didapatkan
Fe - Fe3C 180
0
austenit sisa yang stabil pada
temperatur ruang.
100
Pada proses pemanasan besi 160 murni
0
terjadi
0 perubahan struktur dua kali sebelum c. Besi delta ( Fe - )
mencair, yaitu perubahan dari pemusatan
140 Pada kenaikan temperatur sampai
ruang (BBC) menjadi kubus pemusatan 0
diatas 13940C austenit berubah
800 0
sisi (FCC) pada suhu 912 C 120 terjadi lagi fasenya sehingga
transformasi yang sebaliknya menjadi 0 mempunyai struktur BCC. Fase
BCC
600
lagi dan bentuk ini akan tetap stabil ini dinamakan besi delta.
100
sampai temperatur leburnya. 0 Penelitian secara spesifik pada
Adapun fase-fase yang ada pada fase ini sulit dilakukan karena
diagram
400 keseimbangan Fe – Fe3C 800 adalah hanya stabil pada suhu tinggi.
sebagai berikut: Dengan demikian data-data
spesifik mengenai fase ini sangat
a. ferrite (Fe - ) terbatas. Kemampuan melarutkan
Merupakan suatu fase dari besi murni karbon maksimum adalah 0,08%
yang pada temperatur ruang disebut yaitu pada temperatur 14990C.
besi alpha. Fase ini bersifat llunak dan
ulet yang mana pada temperatur dan d. Sementit (Fe3C)
dalam keadaan murni kekuatan Mempunyai komposisi kimia
tariknya kurang dari 310 Mpa dan Fe3C dimana mengandung
bersifat ferromagnetik dengan berat karbon 6,67%. Pada diagram
jenis 7,88 mg/mm3. Ferrit mempunyai kesimbangan fase ini merupakan
struktur BCC yang mempunyai bidang senyawa yang keras dan rapuh.
geser yang relatif sempit. Pada
temperatur ruang kemampuan melarut- e. Pearlit
kan karbonnya hanya 0,008%, Pearlit merupakan lamel-lamel
sedangkan kemampuan maksimum yang terdiri dari fase ferrit dan
untuk melarutkan karbon sekitar simentit. Pada suhu eutektoid
0,025% yaitu pada temperatur 727 0C. yaitu baja mengandung 0,8%C
Kekerasan ferrit tidak lebih dari 90 maka seluruhnya fase pearlit.
Ahmad Syarief, Uji Kekerasan Baja Konstruksi…51
Hardening
8500C
Pra- Hold
Pendingina
Temperatur 0C
Hardening ing
6500C time n
Hold
30’ (Quenchan
ing
t) Air,
time
Waktu (menit) udara dan
30’
oli
Gambar 2. Siklus Perlakuan Panas
70
martensit
KEKERASAN HRC
60
50
Kekerasan
40 Maksimum
Ferrit + perlit
30
20
10
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
0
KOMPOSISI, %C
Tingkat kekerasan struktur austenit material pada baja karbon sering kali
setelah dicelupkan akan sebanding martensit ini menjadi suatu struktur
dengan regangan kisi, semakin rendah yang diinginkan.
kadar karbon maka makin kecil
regangan.
Di industri, baja dengan kadar karbon METODOLOGI
yang terlalu rendah, sangat
memberikan efek pengerasan yang Prosedur Penelitian
sangat berarti, maka baja dipanaskan
Pada penelitian ini dikerjakan
dengan proses hardening. Baja yang dengan membuat 10 spesimen baja
dihasilkan efek pengerasan yang konstruksi st 42 yang berdiameter 20
memadai disebut baja konstruksi. mm dan panjang 10 mm
Martensit adalah struktur yang keras, tetapi
dalam usaha mengeraskan
20 mm 10 mm
* Harga rata-rata ( X ) =
X = 204 / 5
b. Data Kekerasan Setelah Heat
Treatment
n
Dilakukan pengujian ke-
= 40,8 HRC
kerasan permukaan pada 5
Xi X
2
spesimen dan masing-masing 5
* Standart Deviasi (SD)=
n 1 titik dengan :
- Pengujian kekerasan : HRC
1,84 - Beban : 150 kg
= = 0,678
5 1 - Penetrator:Diamond cone
* Standart Deviasi rata-rata ( SD ) = SD/n
= 0,687 / 6 = 0,276
* Hasil Perhitungan= HRC (40,8 + 0,276) Dari pengujian diatas didapatkan
* Kesalahan Relatif= (0,276 / 40,8) x 100 data nilai kekerasan sebagai berikut :
% = 0,676 %
53 INFO TEKNIK, Volume 7 No. 1, Juli 2006
* Harga rata-rata ( X ) =
X = 236,6 / 5 =
eutectoid, sehingga kenaikan angka kekerasan
ini tidak semua struktur menjadi martensit,
n
melainkan ada yang kembali menjadi ferrit,
47,32 HRC
perlit atau juga ledeburit. Sehingga angka
* Standart Deviasi (SD) = 0,576
kekearasan tidak dapat mencapai angka diatas
* Standart Deviasi rata-rata ( SD ) = 0,235 60 HRC.
* Hasil Perhitungan = HRC (47,32 + 0,235) DAFTAR PUSTAKA
* Kesalahan Relatif = (0,576 / 47,32) x 100%
= 0,497 %
Dari perhitungan di atas dapat dituliskan Rochim Suratman. (1994), Panduan Proses
sebagai berikut : Perlakuan Panas, Lembaga Penelitian
1. Harga kekerasan ST- 42 sebelum Heat Institut Teknologi Bandung
treatment adalah : HRC ( 40,8 + 0,276 )
2. Harga kekerasan ST- 42 sesudah Heat Lawrence H. Van Vlack, Sriati Dajprie.
treatment adalah : HRC ( 47,32 + 0,235 ) (1992), Ilmu dan Teknologi Bahan,
Edisi Kelima, Erlangga Jakarta.
Shinroku Saito, Tata Surdia. (1985),
KESIMPULAN Pengetahuan Bahan Teknik, Cetakan
Ketiga, PT Pradnya Paramita Jakarta.
Dari hasil penelitian tentang uji kekerasan
Djaindar Sidabutar. (1979), Petunjuk
baja konstruksi st 42 pada proses heat
Praktek Pengukuran dan Pemeriksaan
treatment, maka dapat disimpulkan bahwa
Bahan, Direktorat Pendidikan
perhitungan angka kekerasan ST – 42
Menengah Kejuruan Jakarta.
sebelum dilakukan heat treatment didapatkan
angka kekerasan 47,32 HRC. Dari angka ini Sriati Djaprie. (1990), Teknologi Mekanik
kita dapatkan kenaikan harga kekerasan pada Jilid II, Erlangga Jakarta.
skala kekerasan Rockwell sebesar 15,9 %. George E.Dieter, Sriati Djaprie. (1986),
Kenaikan ini tentunya bukan tanpa sebab Metalurgi Mekanik Jilid I, Edisi
karena pendinginan dilakukan dengan pen- Ketiga, Erlangga Jakarta.
celupan media air pada temperatur ruangan
yang akan memungkinkan terbentuknya Beumer, Anwir B.S, (1994), Ilmu Bahan
struktur martensit yang mempunyai butir Logam, Bhratara Jakarta
dalam bentuk FCC yang mempunyai sifat
yang sangat keras. Tetapi ST-42 bukan
47