Anda di halaman 1dari 8

Amaliah, et al, Analisis Strenght, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT) di Instalasi Gawat Darurat..

Analisis SWOT di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit


Fathma Medika Gresik
untuk Meningkatkan Kunjungan Tahun 2016

SWOT Analysis in the Emergency Room (ER) of Fathma Medika


Hospital Gresik in Order to Increasing Visits 2016
Nurika Amaliah., Yennike Tri Herawati, Eri Witcahyo
Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Jember
Jln. Kalimantan 65, Jember 68121
e-mail : amaliahwinanda@gmail.com

Abstract
Trauma Center is one of Fathma Medika Hospital’s featured services to handle the trauma patients in the
hospital. Trauma Center is closely related to the ER where ER is a major gateway entry of patients with
emergency conditions to prevent the risk of disability and death to respond time for 5 minutes and definitive
time <2 hours. In addition, data showed that the number of patient visits in ER of Fathma Medika Hospital
in period of January-December 2015 did not achieve the set targets. Therefore, the matter will be examined
using SWOT approach to determine a strategy that could be recommended to improve traffic based on the
analysis. The purpose of this study is to analyze the strength, weakness, opportunity, and threat in the ER.
This type of research is descriptive with the number of respondents as many as 12 people during October
2016. The results showed that the strength of internal components include human resources, facilities,
promotion, planning, organizing, implementing, and monitoring and evaluation while the weaknesses are
and the amount of service tariff visit. External components into opportunities are the government policy,
social, and economic while the threat is competitive. The conclusion of this study is IGD RS Medika Fathma
Gresik get a score of internal and external 0.796 and 0.817 are in the first quadrant so that the strategies
are rapid and aggressive growth.

Keywords : Planning Strategy, SWOT Analysis, Emergency Room

Abstrak
Trauma Center merupakan salah satu layanan unggulan RS Fathma Medika yang berfungsi menangani
pasien trauma di rumah sakit. Trauma Center erat kaitannya dengan IGD dimana IGD merupakan gerbang
utama masuknya pasien dengan kondisi gawat darurat untuk mencegah resiko kecacatan dan kematian
dengan respons time selama 5 menit dan waktu definitif < 2 jam. Data menunjukkan bahwa jumlah
kunjungan pasien IGD RS Fathma Medika Gresik periode Januari-Desember 2015 tidak mencapai target
yang telah ditetapkan. Oleh karena itu permasalahan tersebut akan dikaji dengan menggunakan
pendekatan SWOT guna mengetahui strategi yang dapat direkomendasikan untuk meningkatkan
kunjungan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis strength, weakness, opportunity, dan threat di IGD
RS Fathma Medika. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan jumlah responden sebanyak 12 orang selama
Oktober 2016. Hasil penelitian menunjukkan komponen internal yang menjadi kekuatan meliputi SDM,
Fasilitas, promosi, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan dan evaluasi
sedangkan komponen internal yang menjadi kelemahan adalah tariff pelayanan dan jumlah kunjungan.
Komponen eksternal yang menjadi peluang adalah kebijakan pemerintah, social, dan ekonomi sedangkan
yang menjadi ancaman adalah competitive. Kesimpulan penelitian ini adalah IGD RS Fathma Medika
Gresik mendapatkan skor internal 0,817 dan eksternal 0,796 serta berada pada kuadran I berdasarkan
kuadran SWOT sehingga strategi yang digunakan adalah Growth Strategy.

Kata kunci : Perencanaan Strategi, Analisis SWOT, IGD

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol. 5, (No. 2), Mei 2017 223


Amaliah, et al, Analisis Strenght, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT) di Instalasi Gawat Darurat..

Pendahuluan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu


permasalahan tersebut akan dikaji dengan
Perencanaan strategis adalah proses yang menggunakan pendekatan SWOT guna
dilakukan suatu organisasi untuk menentukan mengetahui strategi yang dapat
strategi atau arahan, serta mengambil keputusan direkomendasikan untuk meningkatkan
untuk mengalokasikan sumber dayanya kunjungan berdasarkan analisa tersebut [3].
termasuk modal dan sumber daya manusia untuk Tujuan Penelitian ini adalah
mencapai strategi ini.. Salah satu teknik analisis menganalisis strenght, weakness, opportunity,
bisnis dapat digunakan dalam proses tersebut and threat (SWOT) di IGD Rumah Sakit Fathma
yaitu analisis strenght, weakness, opportunity, Medika Gresik untuk menyusun strategi
and threat (SWOT). Dalam melakukan analisis peningkatan kunjungan
strategi untuk menyusun strategi perlu dilakukan
analisis lingkungan dalam (internal) dan
Metode Penelitian
lingkungan luar (exsternal). Dalam analisis
lingkungan internal dibahas kekuatan (strenght) Jenis penelitian yang digunakan yaitu
dan kelemahan (weakness) yang dimiliki, penelitian deskriptif. Tempat penelitian dilakukan
sedangkan dalam analisis lingkungan eksternal di bagian IGD dan waktu penelitian dilksanakan
dibahas peluang (opportunity) dan ancaman yakni bulan Oktober 2016. Responden pada
(threat) yang ada [1]. penelitian ini berjumlah 12 orang terdiri dari
Kabupaten Gresik dikenal sebagai kota Direktur Rumah Sakit, Kepala IGD, dan staff
industri. Pada tahun 2015 tercatat sedikitnya perawat IGD. Pengumpulan data pada penelitian
terdapat 1.423 industri besar dan kecil yang ini untuk memperoleh data primer dilakukan
berdiri di Kota Gresik. Saat ini pemerintah dengan menggunakan teknik wawancara
setempat telah menyiapkan rencana tata ruang sedangkan data sekunder dengan menggunakan
dan tata wilayah (RT/RW) dengan memperluas studi dokumentasi. Instrumen penelitian ini
kawasan industri ke Kecamatan Manyar. menggunakan kuisioner dan lembar data
Rencana Pembangunan tersebut dituangkan checklist. Teknik analisis data dilakukan sesuai
dalam RT/RW jangka panjang 2010-2030selain langkah dalam analisis SWOT yakni memberikan
itu anggaran pembangunan bidang kesehatan bobot masing-masing faktor tersebut pada kolom
Kabupaten Gresik tahun 2015 mencapai Rp. 291 dengan menggunakan skala ordinal, melakukan
milyar dimana jumlah tersebut sudah melebihi skoring untuk menyusun matriks Strenght,
jumlah yang diamanatkan undang-undang yakni Weakness, Opportunity, and Threat, membuat
minimal 10% dari APBD. Kondisi ini seharusnya diagram matriks SWOT untuk menentukan posisi
bisa menjadi peluang bagi sektor kesehatan IGD dalam diagram analisis SWOT (Kuadran I-IV)
khususnya Rumah Sakit Fathma Medika dalam dan yang terakhir pemilihan strategi yang tepat
hal ini Trauma Center sebagai layanan unggulan berdasarkan posisi dalam matriks SWOT [4].
yang memiliki keterkaitan terhadap asuransi
ketenagakerjaan. Hasil Penelitian
RS Fathma Medika Gresik merupakan RS
Tipe C yang mulai beroperasi sejak Maret 2014 Komponen Kekuatan dan Kelemah IGD
dan saat ini sudah menjadi FKTL yang 1. Sumber Daya Manusia
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan [2]. Visi a. Jumlah Tenaga Dokter Umum
RS adalah “Menjadikan RS Fathma Medika Berdasarkan data sekunder menunjukkan
sebagai Rumah Sakit Rahmatan Lil’alamin yang tenaga dokter umum berjumlah 3 orang dokter.
Memberikan Pelayanan Terbaik kepada Jumlah tersebut terdiri dari satu dokter tetap
Masyarakat Gresik dan Sekitarnya dengan sedangkan dokter yang lainnya merupakan
Trauma Center sebagai Layanan Unggulan”. dokter tidak tetap yang bertugas sesuai
Trauma Center erat kaitannya dengan IGD pembagian shift kerja Berdasarkan kategori
dimana IGD merupakan gerbang utama penilaian maka skor nilai jumlah dokter adalah +2
masuknya pasien dengan kondisi gawat darurat
untuk mencegah risiko kecacatan dan kematian
(to save life and limb) dengan respons time
selama 5 menit dan waktu definitif < 2 jam. Selain
itu data menunjukkan bahwa jumlah kunjungan
pasien IGD RS Fathma Medika Gresik periode
Januari-Desember 2015 tidak mencapai target

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol. 5, (No. 2), Mei 2017 224


Amaliah, et al, Analisis Strenght, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT) di Instalasi Gawat Darurat..

b. Jenis Diklat Dokter Umum penilaian maka skor nilai jumlah bagian ruangan
di IGD adalah -1.
Tabel 4.1 Jenis diklat tenaga dokter umum di
b. Kondisi Kebersihan dan Kenyamanan
IGD RSFM
Berdasarkan data dokumentasi hasil
Nama DIKLAT Tempat Waktu Indeks Kepuasan Masyarakat periode Jan-Des
Universitas 2015 dengan jumlah pasien sebanyak 150 orang
dr. 28-30
Wijaya diperoleh rata-rata sebesar 77,83 yang berada
Bambang ACLS Juni
Kusuma pada rentang skala 62,51-81,25 dengan kategori
Y. 2013
Surabaya nyaman. Sehingga skor nilai kategori ini adalah
Sumber : Data SDM RSFM Tahun 2016 +1.
skor nilai jenis DIKLAT tenaga dokter c. Jumlah Prasarana R. Triase
umum adalah -1. Tabel 4.4 Data prasarana medis ruang triase
c. Jumlah Tenaga Dokter Spesialis IGD RSFM
Berdasarkan data sekunder No Jenis Ada Tidak
menunjukkan jumlah tenaga kepala perawat 1. Kit Pemeriksaan √
yang berada di IGD adalah 1 maka skor nilai
2. Brankar Pasien √
jumlah tenaga kepala perawat S1/DIII adalah +2
3. Label √
d. .Jenis Diklat Kepala Perawat
Sumber : Data Inventaris RSFM Tahun 2016
Tabel 4.2 Jenis diklat tenaga kepala perawat di
Skor nilai kategori diatas adalah +1.
IGD RSFM
d. Jumlah Prasarana R. Resusitasi
Nama Jenis DIKLAT
Berdasarkan hasil penelitian ruang
Ahmad Muhari, A.Md.Kep resusitasi memiliki 19 jenis prasarana,dari 21
BLS, BLS, PPGD
jumlah standar yang ditetapkan yakni
Sumber : Data SDM RSFM Tahun 2016 Nasopharingeal tube, Oropharingeal tube,
Skor nilai jenis Diklat yang pernah diikuti Laringoscope set anak, Laringoscope set
kepala perawat IGD adalah +2. dewasa, Nasotrakheal tube, Orotracheal, Suction,
e. Jumlah Tenaga Perawat IGD Bag valve mask, Kanul oksigen, Oksigen mask,
Berdasarkan data sekunder Chest tube, ECG, Vena suction, Defibrilator,
menunjukkan jumlah perawat di IGD RSFM Gluko stick, Stetoskop, Termometer, Nebulizer,
adalah 9 orang. Berdasarkan kategori penilaian dan Oksigen medis/concentrators. Sehingga
maka skor nilai j adalah +2. berdasarkan kategori penilaian maka skor nilai
f. Jenis Diklat Tenaga Perawat jumlah prasarana medis ruang triase adalah -2.
Tabel 4.3 Jenis diklat tenaga perawat di IGD e. Jumlah Prasarana Immobilization Set
RSFM Tabel 4.5 Data prasarana medis Immobilization
Nama Jenis Diklat set IGD RSFM
Eka H.R., A.Md.Kep BLS dan BTLS No Jenis Ada Tidak
Choiruddin, A.Md.Kep BLS 1. Neck collar √
Choirun Nisa, A.Md.Kep BTCLS 2. Splint √
Skor nilai kategori jenis Diklat perawat 3. Long spine board √
adalah -1. 4. Scoop strecher √
g. Jumlah Tenaga Non Medis 5. KED √
Berdasarkan data sekunder 6. Urine bag √
menunjukkan jumlah tenaga non medis di IGD 7. NGT √
adalah 3 orang yang terbagi menjadi 3 shift setiap 8. Wound toilet set √
harinya. Berdasarkan kategori penilaian maka Sumber : Data Inventaris RSFM Tahun 2016
skor nilai jumlah tenaga non medis adalah +2. Skor nilai jumlah prasarana medis
2. Fasilitas Immobilization Set adalah -2.
a. Jumlah Bagian Ruangan f. Jumlah Obat dan Alat Habis Pakai
Hasil observasi menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian ruang
jumlah bagian ruangan yang ada di IGD resusitasi memiliki 15 jenis obat-obatan dan alat
berjumlah 10 meliputi bagian informasi, toilet, habis pakai yang sesuai dengan jumlah standar
pendaftaran pasien, rekam medis, ruang triase, yang ditetapkan meliputi Cairan Infus Koloid,
ruang penyimpanan stretcher, ruang resusitasi, Cairan Infus Kristaloid, Cairan Infus, Dextrose,
ruang tindakan bedah, ruang tindakan non bedah, Adrenalin, Sulfat Atropin, Kortikosteroid, Lidokain,
dan ruang observasi. Berdasarkan kategori Dextrose 50 %, Aminophilin, ATS , TT, Trombolitik,

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol. 5, (No. 2), Mei 2017 225


Amaliah, et al, Analisis Strenght, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT) di Instalasi Gawat Darurat..

Amiodaron (inotropik), APD, Manitol, Furosemid. petugas, keadilan petugas, dan kesopanan
Sehingga berdasarkan kategori penilaian maka petugas keseluruhannya menunjukkan nilai rata-
skor nilai jumlah obat-obatan dan alat habis pakai rata yang berada pada rentang skala 62,51-81,25.
adalah +2. Sehingga skor nilai kategori ini adalah +1.
3. Tarif 8. Pengawasan dan Evaluasi
Berdasarkan data dokumentasi hasil Berdasarkan hasil pengawasan dan
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) periode Jan- pengendalian internal dilakukan oleh Satuan
Des 2015 dengan jumlah pasien sebanyak 150 Pengawas Internal (SPI) Rumah Sakit Fathma
orang diperoleh rata-rata sebesar 56,99 yang Medika Gresik yang meliputi pengawasan
berada pada rentang skala 43,76-62,50 dengan sumber daya manusia, anggaran dan
kategori kurang terjangkau. Sehingga skor nilai sebagainya. Sedangkan untuk pengawasan
kategori ini adalah -1. eksternal dilakukan oleh surveilens ISO.
4. Promosi Sedangkan evaluasi evaluasi dilakukan oleh
Berdasarkan hasil wawancara promosi dilakukan manajemen rumah sakit tiap setahun sekali.
dengan menggunakan media cetak berupa Penilaian kinerja karyawan dilakukan oleh pihak
pengadaan leaflet secara rutin. Media elektronik Sumber Daya Manusia melalui penilaian
berupa pembuatan website dan siaran radio. langsung oleh atasan mereka yang kemudian
Sedangkan media luar ruangan berupa X-Banner disampaikan kepada karyawan yang dinilai agar
yang diletakkan di ruang tunggu rumah sakit dan ada transparansi penilaian serta menghindari
Banner yang dipasang di sebelah gerbang masuk subjektivitas. Berdasarkan kategori penilaian
rumah sakit serta terkadang juga melalui surat maka skor nilai pengawasan dan evaluasi adalah
kabar atau koran.. Berdasarkan kategori +1.
penilaian maka skor nilai promosi adalah +2 9. Standar Jumlah Kunjungan
dengan pertimbangan promosi dilakukan Berdasarkan hasil studi dokumentasi
dengan menggunakan 3 media yang berbeda. dan wawancara direktur RSFM diketahui bahwa
5. Perencanaan target jumlah kunjungan IGD ditetapkan oleh
Berdasarkan hasil wawancara direktur rumah sakit dimana setiap bulannya
perencanaan di rumah sakit sudah memiliki visi, target akan ditingkatkan 10% dari target bulan
misi, kebijakan, dan rencana strategi dimana tiap sebelumnya. rata-rata pencapaian target dalam
tahunnya dirapatkan dan disahkan. Perumusan satu tahun terhitung mulai Januari – Desember
kebijakan dasar dibuat dan diterbitkan sebagai 2015 adalah 28%. Berdasarkan kategori
garis pedoman mengenai apa yang boleh penilaian maka skor nilai standar jumlah
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan kunjungan mendapat nilai -1
oleh IGD dalam rangka tercapainya visi misi
rumah sakit. Komponen Peluang dan Ancaman
6. Pengorganisasian
1. Sosial
Berdasarkan hasil wawancara dan data
Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Pendidikan
sekunder menunjukkan bahwa semua staf yang
Pendidikan Jumlah %
terdiri dari tenaga dokter, perawat, dan tenaga
non medis memiliki job description yang tetuang 1. Tidak/Belum Tamat SD 15.551 4%
di dalam sebuah dokumen resmi. Dokumen 2. SD 116.959 28%
tersebut dilengkapi dengan identitas jabatan 3. SMP/sederajat 104.720 26%
berupa nomor dokumen, nomor revisi, tanggal 4. SMA/sederajat 144.052 35%
penyusunan, nama jabatan, hubungan kerja 5. Akademi/PT 29.261 7%
internal, fungsi utama jabatan, target pekerjaan, 410543 100%
tugas rutin, tanggung jawab, wewenang Sumber : BPS Kab. Gresik Tahun 2015
pengawasan, pengendalian, kedudukan dalam Tabel 4.16 menunjukkan bahwa
struktur organisasi. Berdasarkan kategori mayoritas tingkat pendidikan penduduk wilayah
penilaian maka skor nilai pengorganisasian Kabupaten Gresik adalah tamat SMA/sederajat
adalah +2. dengan jumlah 144.052 atau 35%, sehingga
7. Pelaksanaan Pelayanan berdasarkan kategori penilaian maka skor nilai
Berdasarkan data dokumentasi hasil untuk tingkat pendidikan untuk wilayah
Indeks Kepuasan Masyarakat periode Jan-Des Kabupaten Gresik adalah +1.
2015 dengan jumlah pasien sebanyak 150 2. Ekonomi
dengan lima indikator meliputi kemudahan Berdasarkan data dokumentasi BPS
prosedur, kejelasan informasi, kedisiplinan Kabupaten Gresik menunjukkan Produk

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol. 5, (No. 2), Mei 2017 226


Amaliah, et al, Analisis Strenght, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT) di Instalasi Gawat Darurat..

Domestik Regional Bruto (PDRB) per-kapita


Kabupaten Gresik 2013 yang pada umumnya Penentuan Posisi IGD
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) yakni 46.666,
sedangkan PDRB perkapita ADHB Propinsi Jawa
Timur adalah 29.620. Hal tersebut menunjukkan
bahwa PDRB perkapita atas dasar harga berlaku
untuk Kabupaten Gresik adalah 46.666 atau
157,5 % dari PDRB perkapita atas dasar harga
berlaku Propinsi Jawa Timur, sehingga
berdasarkan kategori penilaian maka skor nilai
untuk pendapatan masyarakat untuk wilayah
Kabupaten Gresik mendapat nilai +2.
3. Competitive
Berdasarkan hasil observasi untuk
pesaing yang memiliki pelayanan kesehatan
serupa dalam satu wilayah kabupaten adalah RS
Muhammadiyah Gresik, RS Petrokimia Gresik, Gambar 4.1 Posisi IGD berdasarkan diagram
RS Semen Gresik, RS Denisa, RS PKU SWOT
Muhammadiyah Sekapuk,RS Mabarrot MWC NU,
Penentuan Strategi Peninhkatan Kunjungan
RS Wates Husada Gresik, RS Sumber Sehat,
Berdasarkan hasil analisis SWOT yang
RSI Al Aziziyah, RSI Almunawaroh, dan RS Wali
sudah dilakukan maka diketahui posisi IGD
Songo. Seluruh rumah sakit tersebut merupakan
RSFM terletak pada kuadran I yaitu terdapat lebih
rumah sakit dengan tipe yang sama yakni RS tipe
banyak kekuatan dan peluang dibandingkan
C yang juga memiliki pelayanan IGD. Oleh
dengan kelemahan internal dan ancaman
karena itu berdasarkan kategori penilaian maka
eksternal. Hal ini berarti strategi yang digunakan
skor nilai aspek pesaing adalah -2.
adalah strategi pertumbuhan cepat atau agresif
4. Kebijakan Pemerintah
(growth strategy). Strategi agresif merupakan
Berdasarkan hasil observasi bahwa
strategi dengan memperkenalkan produk-produk
peraturan yang mengatur tentang IGD terdiri dari
yang sudah ada, meningkatkan pangsa pasar
dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik
yang ada untuk produk-produk tertentu memalui
Indonesia Nomor 856 Tahun 2009 tentang
usaha pemasaran secara besar-besaran.
Standar IGD, permen Nomor 340 Tahun 2010
tentang Klasifikasi Rumah Sakit, dan Undang-
Pembahasan
Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan. Peraturan kebijakan
Analisis Komponen Kekuatan dan Kelemahan
tersebut dianggap sepenuhnya mendukung
1. Sumber Daya Manusia
pelayanan gawat darurat karena di dalamnya
Jumlah tenaga dokter spesialis sudah
sudah diatur secara lengkap bagaimana standar
sesuai dengan standar Keputusan Menteri
pelayanan di IGD. Sehingga dengan
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 856 Tahun
pertimbangan tersebut berdasarkan kategori
2009 tentang Standar IGD. Dalam hal ini jumlah
penilaian maka skor nilai kebijakan pemerintah
dokter spesialis menjadi kekuatan bagi IGD
adalah +2.
dengan skor +2 karena memiliki masing-masing
2 tenaga dokter spesialis.
Pembobotan dan Skoring
Jumlah tenaga perawat kepala dan jenis
Berdasarkan hasil pembobotan dan
DIKLAT yang diikuti juga sudah sesuai dengan
skoring yang sudah dilakukan, menunjukkan
standar Kepmenkes diatas karena sudah mem-
bahwa didalam matriks SWOT, IGD RSFM
iliki kepala perawat lulusan DIII dan pernah
berada pada posisi kuadran I. Posisi kuadran
mengikuti beberapa jenis pelatihan kegawat-
tersebut diperoleh karena sumbu X yang
daruratan antara lain BLS dan PPGD dengan
merupakan garis komponen internal
skor masing-masing +2.
menunjukkan nilai positif sebesar 0,8170
Jumlah tenaga perawat di IGD sebanyak
sedangkan sumbu Y yang merupakan garis
9 orang perawat, namun dari 9 orang perawat ter-
komponen eksternal menunjukkan nilai positif
sebut hanya 3 orang perawat yang pernah
juga sebesar 0,796
mengikuti pelatihan kegawatdaruratan sehingga
yang menjadi kekuatan adalah jumlah tenaga

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol. 5, (No. 2), Mei 2017 227


Amaliah, et al, Analisis Strenght, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT) di Instalasi Gawat Darurat..

perawat dimana setiap 3 tempat tidur wajib mem- IGD RSFM. Hal tersebut dikarenakan kegiatan
iliki 1 perawat (jumlah TT 9) sesuai dengan Per- promosi yang dilakukan bertujuan untuk
men Nomor 340 Tahun 2010 tentang Klasifikasi mendorong masyarakat agar memanfaatkan
Rumah Sakit sedangkan yang menjadi kelema- pelayanan IGD yang disediakan sehingga
han adalah jenis DIKLAT yang pernah diikuti ole diharapkan dapat meningkatkan pendapatan
tenaga perawat dimana berdasarkan Kepmenkes rumah sakit melalui kunjungan tersebut. Hal ini
diatas masing-masing perawat wajib mengikuti senada dengan pendapat Supartiningtuti (2006),
pelatihan kegawatdaruratan namun hanya 1/3 yang menyatakan bahwa rumah sakit/ pemberi
dari perawat keseluruhan yang pernah mengikuti pelayanan kesehatan seharusnya tidak terlepas
pelatihan kegawatdaruratan [5]. dari promosi karena jasa yang sudah didesain
Tenaga non medis di IGD memiliki peran dengan baik tanpa adanya promosi yang tepat
yang cukup penting pula bagi kelangsungan pe- sasaran tidak akan menghasilkan keuntungan.
layanan IGD. Hasil penelitian menunjukkan 5. Perencanaan
jumlah tenaga non medis berjumlah 3 orang yang Kesesuaian antara hasil penelitian
terbagi menjadi 3 shift setiap harinya. Sesuai dengan teori yang ada didukung dengan
dengan Kepmenkes diatas maka jumlah tenaga pendapat Direktur Rumah Sakit Fathma Medika
non medis yang sudah sesuai menjadi kekuatan Gresik menganggap perencanaan merupakan
bagi rumah sakit dengan skor +2. fungsi manajemen yang sangat penting, karena
2. Fasilitas semua keberhasilan pelaksanaan untuk
Dalam variabel fasilitas komponen- mencapai tujuan yang telah ditetapkan salah
komponen yang menjadi kekuatan meliputi satunya tergantung dari baik tidaknya
kondisi IGD, jumlah prasarana ruang Triase, perencanaan yang telah dibuat. Hal senada juga
jumlah obat dan alat habis pakai. Sedangkan diungkapkan oleh [6], bahwa secara umum
yang menjadi komponen kelemahan yaitu jumlah disebutkan apabila pelaksanaan suatu upaya
ruangan di IGD, jumlah prasarana medis ruang kesehatan tidak didukung oleh suatu
Resusitasi, jumlah prasarana Imobilizatin Set. perencanaan yang baik, maka sulit dapat
Untuk mengatasi kondisi kelemahan tersebut diharapkan tercapainya tujuan dari uapaya
sebaiknya pihak rumah sakit menambah kesehatan tersebut.
kelengkapan fasilitas IGD yang mendukung dan 6. Pengorganisasian
menjadi standar yakni dengan melengkapi Kesesuaian antara hasil penelitian dan
prasarana di Ruang Resusitasi dan teori yang ada didukung oleh pendapat Kepala
Immobilization Set yang saat ini belum lengkap. RS dan Koordinator IGD menganggap bahwa
Kelengkapan standar tersebut sangat penting semua kegiatan pelayanan akan terlaksana
bagi rumah sakit khususnya IGD karena dalam dengan baik, maka harus diatur pembagian tugas
pendekatan sistem (input), fasilitas merupakan antar para staffnya (job description). Hal tersebut
salah satu komponen material yang akan diperkuat dengan pendapat yang dikemukakan
menunjang pemberian pelayanan kesehatan di oleh [6], bahwa secara umum disebutkan suatu
IGD [5]. organisasi dinilai sebagai suatu organisasi yang
3. Tarif Pelayanan baik, apabila tugas yang ada dalam organisasi
Kesesuaian antara hasil penelitian tersebut dapat terbagi habis antar anggota
dengan teori yang sudah ada menunjukkan organisasi, untuk selanjutnya anggota organisasi
bahwa tarif yang diberikan oleh IGD dianggap tersebut mengetahui serta dapat melaksanakan
masih terjangkau oleh pasiennya. Hal tersebut setiap tugas dan tanggung jawabnya masing-
didukung oleh hasil IKM dimana sebagian besar masing.
responden menyatakan tarif masih bisa 7. Pelaksanaan Pelayanan
terjangkau. Hal senada juga diungkapkan oleh Kesesuaian antara hasil penelitian
[6]), bahwa pihak pelayanan kesehatan juga dengan teori yang ada didukung oleh misi dari
perlu memperhatikan syarat pokok pelayanan rumah sakit yakni memberikan pelayanan prima
kesehatan yakni mudah dijangkau (affordable) berdasarkan nilai budaya islami dan
oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan pengembangan pelayanan, pendidikan dan
yang dimaksud disini adalah darisudut biaya/tarif. pelatihan Trauma Center sebagai layanan
4. Promosi unggulan RSFM. Pengukuran IKM dilakukan
Kesesuaian antara hasil penelitian secara berkala untuk mengetahui tingkat kinerja
dengan teori yang ada menunjukkan dengan unit pelayanan IGD agar dapat digunakan
adanya promosi diharapkan dapat membentuk sebagai bahan menetapkan kebijakan dalam
citra atau pandangan yang lebih baik tentang rangka peningkatan kualitas pelayanan

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol. 5, (No. 2), Mei 2017 228


Amaliah, et al, Analisis Strenght, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT) di Instalasi Gawat Darurat..

selanjutnya. Hal serupa juga diungkapkan oleh 2. Ekonomi


[7], dalam pelaksanaan suatu pross pelayanan Kesesuaian antara hasil penelitian
kesehatan maka dalam standar proses tersebut dengan teori yang ada memberikan peluang
harus ditetapkan persyaratan minimal unsur tersendiri bagi IGD. Hal ini disebabkan dengan
proses yang harus dilakukan untuk dapat pendapatan per-kapita masyarakat Gresik 1,5
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang kali lipat dari pendapatan per-kapita Provinsi
bermutu dan berkualitas, baik tindakan medis Jawa Timur. Hal tersebut menunjukkan bahwa
maupun non medis pelayanan kesehatan. masyarakat Gresik memiliki status ekonomi yang
8. Pengawasan dan Evaluasi baik. Karena menurut [9], pendapatan
Kesesuaian antara hasil penelitian dan masyarakat merupakan salah satu faktor yang
standar menunjukkan bahwa pengawasan dan berpengaruh terhadap keputusan dalam
evaluasi perlu dilakukan secara berkala untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Kelompok
mengendalikan mutu pelayanan. Hal senada pendapatan tinggi yaitu mereka yang mempunyai
juga didukung oleh [7], bahwa pengawasan atau kemampuan untuk membeli barang dan jasa
supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang yang lebih tinggi sehingga tidak mempunyai
berkala. Pengawasan atau supervisi yang hambatan untuk membeli barang/jasa yang
dilakukan sekali bukanlah supervisi yang baik. diinginkan hanya karena pertimbangan finansial.
Organisasi juga lingkungan selalu berkembang 3. Competitive
sehingga agar selalu dapat tampil prima, perlu Ketidaksesuaian antara hasil penelitian
dilakukan berbagai penyesuaian. dengan teori yang ada memberikan ancaman
9. Standar Jumlah Kunjungan tersendiri bagi rumah sakit. Hal tersebut didukung
Ketidaksesuaian hasil penelitian dengan oleh pendapat Direktur Rumah Sakit yang
standar yang ditetapkan, menurut Koordinator menyatakan bahwa dalam hal pemberian
Instalasi Hiperbarik disebabkan oleh masyarakat pelayanan gawat darurat tidak hanya RS Fathma
yang belum banyak mengetahui keberadaan RS Medika saja yang memiliki pelayanan tersebut
Fathma Medika yang baru beroperasi serta melainkan hampir semua fasilitas pelayanan
adanya pesaing dimana hampir tiap pemberi kesehatan seperti puskesmas, RS pemerintah,
pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan dan RS swasta yang tersebar di wilayah
rumah sakit memiliki fasilitas pelayanan gawat kabepaten Gresik sehingga dalam hal ini cukup
darurat. Oleh karena itu, pihak rumah sakit masih sulit bagi pihak rumah sakit untuk menigkatkan
berusaha untuk mencari jalan keluarnya salah kunjunagn. Namun hal tersebut tidak
satunya dengan berusaha melakukan promosi ke menghalangi pihak rumah sakit untuk terus
FKTP seperti puskesmas agar nantinya melakukan pemasaran dan promosi serta
melakukan rekomendasi rujukan ke RSFM. kerjasama dengan FKTP disekitarnya.
Selain itu juga perlu dilakukan pengkajian ulang 4. Kebijakan Pemerintah
oleh pihak managemen rumah sakit terkait Kesesuaian anatara hasil penelitian
standar yang ditetapkan agar tidak terjadi dengan teori yang ada memberikan peluang
kesenjanagn yang berlebihan antara target dan tersendiri bagi IGD. Hal senada diungkapkan
capaian. oleh [10], bahwa kebijakan atau hukum sangat
penting dalam melindungi pelaksana pelayanan
Analisis Komponen Peluang dan Ancaman dari kemungkinan munculnya gugatan hukum.
1. Sosial Dalam melindungi kemungkinan munculnya
Kesesuaian antara hasil penelitian gugatan hukum dari masyarakat yang tidak puas
dengan teori yang ada diharapkan bisa menjadi terhadap pelayanan kesehatan, tidak ada pilihan
peluang bagi pihak Rumah Sakit Fathma Medika lain yang dapat dilakukan kecuali berupa
Gresik. Menurut Direktur RSFM dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
pendidikan yang lebih baik menyebabkan terjamin mutunya sesuai dengan peraturan atau
masyarakat akan cenderung memperhatikan hukum yang berlaku.
status kesehatannya serta kemudahan bagi
pihak rumah sakit dalam menyampaikan segala Penentuan Strategi Berdasarkan SWOT
informasi dan mengajak untuk memanfaatkan Kesesuaian antara hasil penelitian dan
pelayanan kesehatan. Hal senada juga strategi yang direkomendasikan dengan teori
diungkapkan oleh [8], bahwa dengan pendidikan yang ada yakni dengan adanya strategi
tinggi seseorang akan cenderung memiliki pemasaran, diharapkan akan memberikan
pengetahuan yang lebih tinggi pula dan begitu arahan yang lebih jelas dan terarah. Hal tersebut
juga sebaliknya. didukung oleh [10], yang menyatakan bahwa

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol. 5, (No. 2), Mei 2017 229


Amaliah, et al, Analisis Strenght, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT) di Instalasi Gawat Darurat..

adanya strategi pemasaran akan memberikan c. Membangun networking dengan pihak BPJS
arahan yang lebih jelas dan terarah dalam rangka Ketenagakerjaan yang dapat menjadi mitra
pembuatan program yang kan dalam upaya memperkenalkan layanan
dijalankan.Beberapa alternatif strategi yang bias rumah sakit misalnya terkait layanan
diaplikasikan oleh pihak rumah sakit antara lain : unggulan Trauma Center.
1. Mempertahankan citra dan kualitas jasa/ pe- d. Melakukan analisis SWOT secara berkala
layanan dengan melakukan pengontrolan minimal satu tahun sekali untuk mengetahui
secara periodik terhadap layanan yang kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
dihasilkan. Agar dapat bertahan di pasar serta yang sifatnya dinamis sehingga menuntut
mampu menghadapi pesaing, baik pesaing adanya penyesuaian secara terus menerus.
yang sudah ada maupun pesaing baru masuk.
2. Meningkatkan inovasi pelayanan melalui riset Daftar Pustaka
dan pengembangan layanan yang selama ini
menjadi kelemahan perusahaan dengan [1] Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik
didukung dengan teknologi peralatan yang Membedah Kasus Bisnis. Jakarta. PT
lebih canggih. Gramedia Pustaka Utama.
[2] Undang-Undang Republik Indonesia No. 44
Simpulan dan Saran Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
[3] RSFM. 2015. Profil Rumah Sakit Fathma
Berdasarkan hasil penelitian, maka Medika. Gresik.
kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai [4] Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
berikut : Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
a. Komponen internal yang menjadi kekuatan [5] Keputusan Menteri Kesehatan Republik
IGD adalah SDM, fasilitas, promosi, Indonesia No 856 Tahun 2009 Tentang
perencanaan, pengorganisasian, Standar IGD.
pelaksanaan pelayanan, serta pengawasan [6] Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi
dan evaluasi. Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta. Binarupa
b. Komponen internal yang menjadi kelemahan Aksara.
IGD adalah tarif pelayanan dan standar [7] Prayitno, R, H. Manajemen Sistem
jumlah kunjungan. Peningkatan SDM di Lingkungan Industri PT.
c. Komponen ekternal yang menjadi peluang Indokemas). Tidak Dipublikasikan. Disertasi.
IGD adalah kebijakan pemerintah, sosial, dan UPI. Bandung. 2001. (diakses pada 19
ekonomi. Desember 2016).
d. Komponen ekternal yang menjadi hambatan [8] Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan
IGD adalah competitive. Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
e. Perhitungan nilai pembobotan IFAS dan EFAS [9] Supriyanto, Stefanus. 2003. Manajemen
yakni penilaian untuk komponen internal Pemasaran Jasa Pelayanan Kesehatan.
menunjukkan nilai positif, sedangkan Surabaya: FKM Universitas Airlangga.
penilaian untuk komponen eksternal juga [10] Sabarguna, S. 2005. Analisa Pemasaran
menunjukkan nilai positif. Rumah Sakit. Yogyakarta. Konsorsium
f. Posisi IGD RSFM Gresik berdasarkan Rumah Sakit Islam Jateng.
diagram SWOT terletak pada kuadran 1 yakni
strategi pertumbuhan cepat atau agresif
(Growth Strategy).

Dari kesimpulan tersebut dapat diberikan


saran sebagai berikut:
a. Meningkatkan keikutsertaan dalam
pendidikan dan pelatihan terkait
kegawatdaruratan terutama bagi tenaga
dokter umum dan tenaga perawat di IGD
terutama pelatihan yang berkaitan dengan
Trauma Center seperti ATLS dan BTLS.
b. Melakukan pengkajian ulang terkait
penetapan standar jumlah kunjungan dengan
pertimbangan yang tepat dan sesuai.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol. 5, (No. 2), Mei 2017 230

Anda mungkin juga menyukai