Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEATER DAN DRAMA

KELOMPOK 2

Disusun
Oleh:
 M. Arya Ramadan
 Eka Wijaya
 Dandy Maulana
 M. Erwin
 Daman Huri
 Anita Rahmawati
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya,
sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul “TEATER”.
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian TEATER atau yang lebih khususnya membahas tentang JENIS
JENIS TEATER MODERN TRADISIONAL dan CONTOH-CONTOH TEATER dalam SENI BUDAYA Diharapkan Makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang TEATER. saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan Makalah ini. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI

NAMA ................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................... 3
Pengertian Teater ................................................................................... 4
-Munurut Para Tokoh ........................................... 4
Jenis Seni Teater .................................................................................. 5
Jenis Teater Modern Tradisional .................................................................................. 5
Contoh-Contoh Teater : .................................................................................. 7
Glosarium .................................................................................. 14
Daftar Pustaka .................................................................................. 15

PENGERTIAN TEATER
T eater berasal dari kata Yunani, “theatron” (bahasa Inggris, Seeing Place) yang artinya tempat atau
gedung pertunjukan. Dalam perkembangannya, dalam pengertian lebih luas kata teater diartikan
sebagai segala hal yang dipertunjukkan didepan orang banyak. Dengan demikian, dalam rumusan
sederhana teater adalah pertunjukan. misalnya ketoprak, ludruk, wayang, wayang wong, sintren,
janger, mamanda, dagelan, sulap, akrobat, dan lain sebagainya.
Adapun pengertian teater menurut para tokoh, antara lain :
1. Menurut Harymawan, 1993 : Teater merupakan manifestasi pembentukan strata sosial
kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah ritual. Misalnya, upacara adat maupun upacara
kenegaraan, keduanya memiliki unsur-unsur teatrikal dan bermakna filosofis. Berdasarkan paparan di
atas, kemungkinan perluasan definisi teater itu bisa terjadi. Tetapi batasan tentang teater dapat dilihat
dari sudut pandang sebagai berikut: “tidak ada teater tanpa aktor, baik berwujud riil manusia maupun
boneka, terungkap di layar maupun pertunjukan langsung yang dihadiri penonton, serta laku di
dalamnya merupakan realitas fiktif”.
2. Menurut Bakdi Soemanto, 2001 : Teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari kata
Yunani Kuno “draomai” yang berarti bertindak atau berbuat dan “drame” yang berasal dari kata
Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang
kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat berarti lakon serius yang menggarap satu
masalah yang punya arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika. Kata “drama” juga
dianggap telah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani Kuno (800-277 SM).
Hubungan kata “teater” dan “drama” bersandingan sedemikian erat seiring dengan perlakuan
terhadap teater yang mempergunakan drama lebih identik sebagai teks atau naskah atau lakon atau
karya sastra.
3. Menurut Kasim Achmad, 2006 : Istilah Teater sekarang lebih umum digunakan tetapi sebelum itu
istilah drama lebih populer sehingga pertunjukan teater di atas panggung disebut sebagai pentas
drama. Hal ini menandakan digunakannya naskah lakon yang biasa disebut sebagai karya sastra drama
dalam pertujukan teater. Di Indonesia, pada tahun 1920-an, belum muncul istilah teater. Yang ada
adalah sandiwara atau tonil (dari bahasa Belanda: Het Toneel). Istilah Sandiwara konon dikemukakan
oleh Sri Paduka Mangkunegoro VII dari Surakarta. Kata sandiwara berasal dari bahasa Jawa “sandi”
berarti “rahasia”, dan “wara” atau “warah” yang berarti, “pengajaran”. Menurut Ki Hajar Dewantara
“sandiwara” berarti “pengajaran yang dilakukan dengan perlambang” (Harymawan, 1993).
Rombongan teater pada masa itu menggunakan nama Sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan
dinamakan drama. Sampai pada Zaman Jepang dan permulaan Zaman Kemerdekaan, istilah sandiwara
masih sangat populer. Istilah teater bagi masyarakat Indonesia baru dikenal setelah Zaman
Kemerdekaan.
Jadi, teater adalah visualisasi dari drama atau drama yang dipentaskan di ataspanggung dan disaksikan
oleh penonton. Jika “drama” adalah lakon dan “teater” adalah pertunjukan maka “drama” merupakan
bagian atau salah satu unsur dari “teater”.

Jenis Seni Teater

a. Teater Rakyat (tradisional)


Pertunjukan hanya dilaksanakan dalam kaitan dengan upacara tertentu, seperti
khitanan, perkawinan, selamatan dan sebagainya. Contoh-contoh teater rakyat adalah
sebagai berikut Ketoprak, Srandul, Jemblung, Gatoloco di Jawa Tengah,
b. Teater Klasik (keraton)
Segala sesuatunya sudah teratur, dengan cerita, pelaku yang terlatih, gedung
pertunjukan yang memadai dan tidak lagi menyatu dengan kehidupan rakyat(penontonnya).
Lahirnya jenis teater ini dari pusat kerajaan. Contohnya Wayang Kulit, Wayang Orang, Wayang
Golek, dan Langendriya.
c. Teater Modern
Teater modern merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya
penyajiannya sudah dipengaruhi oleh teater Barat. Jenis teater seperti Komedi Stambul,
Sandiwara Dardanela, Sandiwara Srimulat, dan sebagainya merupakan contoh teater modern.
Dalam Srimulat sebagai contoh, pola ceritanya sama dengan Ludruk atau Ketoprak, jenis
ceritanya diambil dari dunia modern. Musik, dekor, dan properti lain menggunakan teknik
Barat. Teater sudah membudaya dalam kehidupan bangsa kita. Dalam teater, penonton tidak
hanya disuguhi pengetahuan tentang baik/buruk, dan indah/ jelek, tetapi ikut menyikapi dan
melihat action. Contoh Teater Modern yaitu drama, teater, sinetron dan film. Ciri-ciri
Teater Modern adalah panggung tertata, ada pengaturan jalan cerita, tempat panggung
tertutup.
JENIS TEATER MODERN TRADISIONAL

1. Teater Boneka

Pertunjukan boneka telah dilakukan sejak Zaman Kuno. Sisa peninggalannya ditemukan di
makam-makam India Kuno, Mesir, dan Yunani. Boneka sering dipakai untuk menceritakan legenda
atau kisah-kisah religius. Berbagai jenis boneka dimainkan dengan cara yang berbeda. Boneka tangan
dipakai di tangan sementara boneka tongkat digerakkan dengan tongkat yang dipegang dari bawah.
Marionette, atau boneka tali, digerakkan dengan cara menggerakkan kayu silang tempat tali boneka
diikatkan.

2. Drama Musikal
Merupakan pertunjukan teater yang menggabungkan seni menyanyi, menari, dan akting.
Drama musikal mengedepankan unsur musik, nyanyi, dan gerak daripada dialog para pemainnya. Di
panggung Broadway jenis pertunjukan ini sangat terkenal dan biasa disebut dengan pertunjukan
kabaret. Kemampuan aktor tidak hanya pada penghayatan karakter melalui baris kalimat yang
diucapkan tetapi juga melalui lagu dan gerak tari. Disebut drama musikal karena memang latar
belakangnya adalah karya musik yang bercerita seperti The Cats karya Andrew Lloyd Webber yang
fenomenal. Dari karya musik bercerita tersebut kemudian dikombinasi dengan gerak tari, alunan lagu,
dan tata pentas.

Selain kabaret, opera dapat digolongkan dalam drama musikal. Dalam opera dialog para
tokoh dinyanyikan dengan iringan musik orkestra dan lagu yang dinyanyikan disebut seriosa. Di
sinilah letak perbedaan dasar antara Kabaret dan opera. Dalam drama musikal kabaret, jenis musik
dan lagu bisa saja bebas tetapi dalam opera biasanya adalah musik simponi (orkestra) dan seriosa.
Tokoh-tokoh utama opera menyanyi untuk menceritakan kisah dan perasaan mereka kepada
penonton. Biasanya juga berupa paduan suara. Opera bermula di Italia pada awal tahun 1600-an.
Opera dipentaskan di gedung opera. Di dalam gedung opera, para musisi duduk di area yang disebut
orchestra pit di bawah dan di depan panggung.

3. Teater Gerak

Teater gerak merupakan pertunjukan teater yang unsur utamanya adalah gerak dan
ekspresi wajah serta tubuh pemainnya. Penggunaan dialog sangat dibatasi atau bahkan dihilangkan
seperti dalam pertunjukan pantomim klasik. Teater gerak, tidak dapat diketahui dengan pasti
kelahirannya tetapi ekspresi bebas seniman teater terutama dalam hal gerak menemui puncaknya
dalam masa commedia del’Arte di Italia. Dalam masa ini pemain teater dapat bebas bergerak sesuka
hati (untuk karakter tertentu) bahkan lepas dari karakter tokoh dasarnya untuk memancing perhatian
penonton. Dari kebebasan ekspresi gerak inilah gagasan mementaskan pertunjukan dengan berbasis
gerak secara mandiri muncul.

Teater gerak yang paling populer dan bertahan sampai saat ini adalah pantomim. Sebagai pertunjukan
yang sunyi (karena tidak menggunakan suara), pantomim mencoba mengungkapkan ekspresinya
melalui tingkah polah gerak dan mimik para pemainnya. Makna pesan sebuah lakon yang hendak
disampaikan semua ditampilkan dalam bentuk gerak. Tokoh pantomim yang terkenal adalah Etienne
Decroux dan Marcel Marceau, keduanya dari Perancis.

4. Teater Dramatik
Istilah dramatik digunakan untuk menyebut pertunjukan teater yang berdasar pada dramatika lakon
yang dipentaskan. Dalam teater dramatik, perubahan karakter secara psikologis sangat diperhatikan
dan situasi cerita serta latar belakang kejadian dibuat sedetil mungkin. Rangkaian cerita dalam teater
dramatik mengikuti alur plot dengan ketat. Mencoba menarik minat dan rasa penonton terhadap
situasi cerita yang disajikan. Menonjolkan laku aksi pemain dan melengkapinya dengan sensasi
sehingga penonton tergugah. Satu peristiwa berkaitan dengan peristiwa lain hingga membentuk
keseluruhan lakon. Karakter yang disajikan di atas pentas adalah karakter manusia yang sudah jadi,
dalam artian tidak ada lagi proses perkembangan karakter tokoh secara improvisatoris (Richard
Fredman, Ian Reade: 1996). Dengan segala konvensi yang ada di dalamnya, teater dramatik mencoba
menyajikan cerita seperti halnya kejadian nyata.

5. Teatrikalisasi Puisi
Pertunjukan teater yang dibuat berdasarkan karya sastra puisi. Karya puisi yang biasanya
hanya dibacakan dicoba untuk diperankan di atas pentas. Karena bahan dasarnya adalah puisi maka
teatrikalisasi puisi lebih mengedepankan estetika puitik di atas pentas. Gaya akting para pemain
biasanya teatrikal. Tata panggung dan blocking dirancang sedemikian rupa untuk menegaskan makna
puisi yang dimaksud. Teatrikalisasi puisi memberikan wilayah kreatif bagi sang seniman karena
mencoba menerjemahkan makna puisi ke dalam tampilan laku aksi dan tata artistik di atas pentas.
CONTOH-CONTOH TEATER

1. Wayang
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat
Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang
atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
Dalam pertunjukan wayang kulit, wayang dimainkan di belakang layar tipis dan sinar lampu
menciptakan bayangan wayang di layar. Penonton wanita duduk di depan layar, menonton bayangan
tersebut. Penonton pria duduk di belakang layar dan menonton wayang secara langsung.
Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali.
Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya
kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat
berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
G.A.J. Hazeu mengatakan bahwa wayang dalam bahasa/kata Jawa berarti: bayangan , dalam
bahasa melayu artinya: bayang-bayang, yang artinya bayangan, samar-samar, menerawang. Bahasa
Bikol menurut keterangan Profesor Kern, bayang, barang atau menerawang. Semua itu berasal dari
akar kata "yang" yang berganti-ganti suara yung, yong, seperti dalam kata: laying (nglayang)=yang,
dhoyong=yong, reyong=yong, reyong-reyong, atau reyang-reyong yang berarti selalu berpindah
tempat sambil membawa sesuatu, poyang-payingen, ruwet dari kata asal: poyang, akar kata yang.
Menurut hasil perbandingan dari arti kata yang akar katanya berasal dari yang dan sebagainya tadi,
maka jelas bahwa arti dari akar kata: yang, yung, yong ialah bergerak berkali-kali, tidak tetap,
melayang.

2. Makyong
Makyong adalah seni teater tradisional masyarakat Melayu yang sampai sekarang masih digemari dan
sering dipertunjukkan sebagai dramatari dalam forum internasional. Makyong dipengaruhi oleh
budaya Hindu-Buddha Thai dan Hindu-Jawa. Nama makyong berasal dari mak hyang, nama lain untuk
dewi sri, dewi padi. Makyong adalah teater tradisional yang berasal dari Pulau Bintan, Riau. Makyong
berasal dari kesenian istana sekitar abad ke-19 sampai tahun 1930-an. Makyong dilakukan pada siang
hari atau malam hari. Lama pementasan ± tiga jam

3. Drama Gong
Drama Gong adalah sebuah bentuk seni pertunjukan Bali yang masih relatif muda usianya yang
diciptakan dengan jalan memadukan unsur-unsur drama modern (non tradisional Bali) dengan
unsur-unsur kesenian tradisional Bali. Dalam banyak hal Drama Gong merupakan pencampuran dari
unsur-unsur teater modern (Barat) dengan teater tradisional (Bali). Karena dominasi dan pengaruh
kesenian klasik atau tradisional Bali masih begitu kuat, maka semula Drama Gong disebut "drama
klasik". Nama Drama Gong diberikan kepada kesenian ini oleh karena dalam pementasannya setiap
gerak pemain serta peralihan suasana dramatik diiringi oleh gamelan Gong (Gong Kebyar). Drama
Gong diciptakan sekitar tahun 1966 oleh Anak Agung Gede Raka Payadnya dari desa Abianbase
(Gianyar).
Drama Gong mulai berkembang di Bali sekitar tahun 1967 dan puncak kejayaannya adalah
tahun1970. Namun semenjak pertengahan tahun 1980 kesenian ini mulai menurun popularitasnya,
sekarang ini ada sekitar 6 buah sekaa Drama Gong yang masih aktif.

4. Randai
Randai adalah kesenian (teater) khas masyarakat Minangkabau, Sumatra Barat yang dimainkan oleh
beberapa orang (berkelompok atau beregu). Randai dapat diartikan sebagai “bersenang-senang
sambil membentuk lingkaran” karena memang pemainnya berdiri dalam sebuah lingkaran besar
bergaris tengah yang panjangnya lima sampai delapan meter. Cerita dalam randai, selalu
mengangkat cerita rakyat Minangkabau, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan
Tongga, dan cerita rakyat lainnya. Konon kabarnya, randai pertama kali dimainkan oleh masyarakat
Pariangan, Padang Panjang, ketika mereka berhasil menangkaprusa yang keluar dari laut.
Kesenian randai sudah dipentaskan di beberapa tempat di Indonesia dan bahkan dunia. Bahkan
randai dalam versi bahasa Inggris sudah pernah dipentaskan oleh sekelompok mahasiswa di
University of Hawaii, Amerika Serikat.
Kesenian randai yang kaya dengan nilai etika dan estetika adat Minangkabau ini, merupakan hasil
penggabungan dari beberapa macam seni, seperti: drama (teater), seni musik, tari dan pencak silat.

5. Mamanda
Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.
Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari segi
hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi
aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih
hidup.
Bedanya, Kesenian lenong kini lebih mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada alur
cerita kerajaan. Sebab pada kesenian Mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku
seperti Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Harapan Pertama, Harapan
kedua, Khadam (Badut/ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri).
Disinyalir istilah Mamanda digunakan karena di dalam lakonnya, para pemain seperti Wazir,
Menteri, dan Mangkubumi dipanggil dengan sebutan pamanda atau mamanda oleh Sang Raja.
Mamanda secara etimologis terdiri dari kata "mama" (mamarina) yang berarti paman dalam bahasa
Banjar dan “nda” yang berarti terhormat. Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu
“sapaan” kepada paman yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan.
Asal muasal Mamanda adalah kesenian Badamuluk yang dibawa rombongan Abdoel Moeloek dari
Malaka tahun 1897. Dulunya di Kalimantan Selatan bernama Komedi Indra Bangsawan.
Persinggungan kesenian lokal di Banjar dengan Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk
kesenian baru yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar dengan Badamuluk.
Kesenian ini hingga saat ini lebih dikenal dengan sebutan mamanda.
Bermula dari kedatangan rombongan bangsawan Malaka (1897 M) yang dipimpin oleh Encik
Ibrahim dan isterinya Cik Hawa di Tanah Banjar, kesenian ini dipopulerkan dan disambut hangat oleh
masyarakat Banjar. Setelah beradaptasi, teater ini melahirkan sebuah teater baru bernama
"Mamanda".
Seni drama tradisional Mamanda ini sangat populer di kalangan masyarakat kalimantan pada
umumnya

6. Longser
Longser merupakan salah satu bentuk teater tradisional masyarakat sunda, Jawa barat. Longser
berasal dari akronim kata melong (melihat dengan kekaguman) dan saredet (tergugah) yang artinya
barang siapa yang melihat pertunjukan longser, maka hatinya akan tergugah. Longser yang
penekanannya pada tarian disebut ogel atau doger. Sebelum longser lahir dan berkembang,
terdapat bentuk teater tradisional yang disebut lengger. Busana yang dipakai untuk kesenian ini
sederhana tapi mencolok dari segi warnanya terutama busana yang dipakai oleh ronggeng. Biasanya
seorang ronggeng memakai kebaya dan kain samping batik. Sementara, untuk lelaki memakai baju
kampret dengan celana sontog dan ikat kepala.

7. Ketoprak
Ketoprak merupakan teater rakyat yang paling populer, terutama di daerah Yogyakarta dan daerah
Jawa Tengah. Namun di Jawa Timur pun dapat ditemukan ketoprak. Di daerah-daerah tersebut
ketoprak merupakan kesenian rakyat yang menyatu dalam kehidupan mereka dan mengalahkan
kesenian rakyat lainnya seperti srandul dan emprak.
Kata ‘kethoprak’ berasal dari nama alat yaitu Tiprak. Kata Tiprak ini bermula dari prak. Karena
bunyi tiprak adalah prak, prak, prak. Serat Pustaka Raja Purwa jilid II tulisan pujangga R. Ng. Rangga
Warsita dalam bukunya Kolfbunning tahun 1923 menyatakan “… Tetabuhan ingkang nama
kethoprak tegesipun kothekan” ini berarti kethoprak berasal dari bunyi prak, walaupun awalnya
bermula dari alat bernama tiprak.
Kethoprak juga berasal dari kothekan atau gejogan. Alat bunyi-bunyian yang berupa lesung oleh
pencipta kethoprak ditambah kendang dan seruling.
Ketoprak merupakan salah satu bentuk teater rakyat yang sangat memperhatikan bahasa yang
digunakan. Bahasa sangat memperoleh perhatian, meskipun yang digunakan bahasa Jawa, namun
harus diperhitungkan masalah unggahungguh bahasa. Dalam bahasa Jawa terdapat tingkat-tingkat
bahasa yang digunakan, yaitu:
- Bahasa Jawa biasa (sehari-hari)
- Bahasa Jawa kromo (untuk yang lebih tinggi)
- Bahasa Jawa kromo inggil (yaitu untuk tingkat yang tertinggi)
Menggunakan bahasa dalam ketoprak, yang diperhatikan bukan saja penggunaan tingkat-tingkat
bahasa, tetapi juga kehalusan bahasa. Karena itu muncul yang disebut bahasa ketoprak, bahasa Jawa
dengan bahasa yang halus dan spesifik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kethoprak adalah seni pertunjukan teater atau drama
yang sederhana yang meliputi unsur tradisi jawa, baik struktur lakon, dialog, busana rias, maupun
bunyi-bunyian musik tradisional yang dipertunjukan oleh rakyat.

8. Ludruk
Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa Timuran yang cukup terkenal, yakni seni panggung yang
umumnya seluruh pemainnya adalah laki-laki. Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang
diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita
tentang kehidupan rakyat sehari-hari (cerita wong cilik), cerita perjuangan dan lain sebagainya yang
diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik.
Dialog/monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa,
menggunakan bahasa khas Surabaya, meski kadang-kadang ada bintang tamu dari daerah lain seperti
Jombang, Malang, Madura, Madiun dengan logat yang berbeda. Bahasa lugas yang digunakan pada
ludruk, membuat dia mudah diserap oleh kalangan non intelek (tukang becak, peronda, sopir
angkutan umum, dll).
9. Lenong
"Lenong" adalah seni pertunjukan teater tradisional masyarakat Betawi, Jakarta. Lenong berasal dari
nama salah seorang Saudagar China yang bernama Lien Ong. Konon, dahulu Lien Ong lah yang sering
memanggil dan menggelar pertunjukan teater yang kini disebut Lenong untuk menghibur masyarakat
dan khususnya dirinya beserta keluarganya. Pada zaman dahulu (zaman penjajahan), lenong biasa
dimainkan oleh masyarakat sebagai bentuk apresiasi penentangan terhadap tirani penjajah.
Kesenian teatrikal tersebut mungkin merupakan adaptasi oleh masyarakat Betawi atas kesenian
serupa seperti "komedi bangsawan" dan "teater stambul" yang sudah ada saat itu. Selain itu, Firman
Muntaco, seniman Betawi, menyebutkan bahwa lenong berkembang dari proses teaterisasi musik
gambang kromong dan sebagai tontonan sudah dikenal sejak tahun 1920-an.
Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan dengan mengamen dari kampung ke kampung.
Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa panggung. Ketika pertunjukan berlangsung, salah
seorang aktor atau aktris mengitari penonton sambil meminta sumbangan secara sukarela
Terdapat dua jenis lenong yaitu lenong denes dan lenong preman. Dalam lenong denes (dari kata
denes dalam dialek Betawi yang berarti “dinas” atau “resmi”), aktor dan aktrisnya umumnya
mengenakan busana formal dan kisahnya ber-seting kerajaan atau lingkungan kaum bangsawan,
sedangkan dalam lenong preman busana yang dikenakan tidak ditentukan oleh sutradara dan
umumnya berkisah tentang kehidupan sehari-hari. Selain itu, kedua jenis lenong ini juga dibedakan
dari bahasa yang digunakan; lenong denes umumnya menggunakan bahasa yang halus (bahasa
Melayu tinggi), sedangkan lenong preman menggunakan bahasa percakapan sehari-hari.

10. Ubrug
"Ubrug" di Pandeglang dikenal sebagai kesenian tradisional rakyat yang semakin hari semakin
dilupakan oleh penggemarnya. Istilah ‘ubrug’ berasal dari bahasa Sunda ‘sagebrugan’ yang berarti
campur aduk dalam satu lokasi.
Kesenian ubrug termasuk teater rakyat yang memadukan unsur lakon, musik, tari, dan pencak silat.
Semua unsur itu dipentaskan secara komedi. Bahasa yang digunakan dalam pementasan, terkadang
penggabungan dari bahasa Sunda, Jawa, dan Melayu (Betawi). Alat musik yang biasa dimainkan
dalam pemenetasan adalah gendang, kulanter, kempul, gong angkeb, rebab, kenong, kecrek, dan
ketuk.
Selain berkembang di provinsi Banten, kesenian Ubrug pun berkembang sampai ke Lampung dan
Sumatera Selatan yang tentunya dipentaskan menggunakan bahasa daerah masing-masing.
Teater Ubrug pada awalnya dipentaskan di halaman yang cukup luas dengan tenda daun kelapa atau
rubia.
Untuk penerangan digunakan lampu blancong, yaitu lampu minyak tanah yang bersumbu dua buah
dan cukup besar yang diletakkan di tengah arena. Lampu blancong ini sama dengan oncor dalam
ketuk tilu, sama dengan lampu gembrong atau lampu petromak. Sekitar tahun 1955, ubrug mulai
memakai panggung atau ruangan, baik yang tertutup ataupun terbuka di mana para penonton dapat
menyaksikannya dari segala arah.
Seni teater bangkit lagi setelah jaman Renaisans (sekitar tahun 1500M-1700M). Pada masa itu,
lahirlah pengarang-pengarang besar seperti William Shakespeare (dengan karya Hamlet, Romeo dan
Juliet, Pedagang Venesia, Mimpi di Tengah Malam Musim Panas, dll). Pada era modern, tokoh yang
berkembang adalah Henrik Ibsen dan George Bernard Shaw.Wayang

11. Wong (wayang orang)


Wayang Wong dalam bahasa Indonesia artinya wayang orang, yaitu pertunjukan wayang kulit, tetapi
dimainkan oleh orang. Wayang wong adalah bentuk teater tradisional Jawa yang berasal dari Wayang
Kulit yang dipertunjukan dalam bentuk berbeda: dimainkan oleh orang, lengkap dengan menari dan
menyanyi, seperti pada umumnya teater tradisional dan tidak memakai topeng. Pertunjukan wayang
orang terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan di Jawa Barat ada juga pertunjukan wayang
orang (terutama di Cirebon) tetapi tidak begitu populer. Lahirnya Wayang Orang, dapat diduga dari
keinginan para seniman untuk keperluan pengembangan wujud bentuk Wayang Kulit yang dapat
dimainkan oleh orang. Wayang yang dipertunjukan dengan orang sebagai wujud dari wayang kulit -
hingga tidak muncul dalang yang memainkan, tetapi dapat dilakukan oleh para pemainnya sendiri.
Sedangkan wujud pergelarannya berbentuk drama, tari dan musik.

Wayang orang dapat dikatakan masuk kelompok seni teater tradisional, karena tokoh-tokoh dalam
cerita dimainkan oleh para pelaku (pemain). Sang Dalang bertindak sebagai pengatur laku dan tidak
muncul dalam pertunjukan. Di Madura, terdapat pertunjukan wayang orang yang agak berbeda,
karena masih menggunakan topeng dan menggunakan dalang seperti pada wayang kulit. Sang dalang
masih terlihat meskipun tidak seperti dalam pertunjukan wayang kulit. Sang Dalang ditempatkan
dibalik layar penyekat dengan diberi lubang untuk mengikuti gerak pemain di depan layar penyekat.
Sang Dalang masih mendalang dalam pengertian semua ucapan pemain dilakukan oleh Sang Dalang
karena para pemain memakai topeng. Para pemain di sini hanya menggerak-gerakan badan atau
tangan untuk mengimbangi ucapan yang dilakukan oleh Sang Dalang. Para pemain harus pandai
menari. Pertunjukan ini di Madura dinamakan topeng dalang. Semua pemain topeng dalang memakai
topeng dan para pemain tidak mengucapkan dialog
12. Gambuh
Gambuh merupakan teater tradisional yang paling tua di Bali dan diperkirakan berasal dari abad ke-
16. Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Bali kuno dan terasa sangat sukar dipahami oleh orang
Bali sekarang. Tariannya pun terasa sangat sulit karena merupakan tarian klasik yang bermutu tinggi.
Oleh karena itu tidaklah mengherankan kalau gambuh merupakan sumber dari tari-tarian Bali yang
ada. Sejarah gambuh telah dikenal sejak abad ke-14 di Zaman Majapahit dan kemudian masuk ke Bali
pada akhir Zaman Majapahit. Di Bali, gambuh dipelihara di istana raja-raja.
Kebanyakan lakon yang dimainkan gambuh diambil dari struktur cerita Panji yang diadopsi ke dalam
budaya Bali. Cerita-cerita yang dimainkan di antaranya adalah Damarwulan, Ronggolawe, dan Tantri.
Peran-peran utama menggunakan dialog berbahasa Kawi, sedangkan para punakawan berbahasa Bali.
Sering pula para punakawan menerjemahkan bahasa Kawi ke dalam bahasa Bali biasa.
Suling dalam gambuh yang suaranya sangat rendah, dimainkan dengan teknik pengaturan
nafas yang sangat sukar, mendapat tempat yang khusus dalam gamelan yang mengiringi gambuh,
yang sering disebut gamelan “pegambuhan”. Gambuh mengandung kesamaan dengan “opera” pada
teater Barat karena unsur musik dan menyanyi mendominasi pertunjukan. Oleh karena itu para penari
harus dapat menyanyi. Pusat kendali gamelan dilakukan oleh juru tandak, yang duduk di tengah
gamelan dan berfungsi sebagai penghubung antara penari dan musik. Selain dua atau empat suling,
melodi pegambuhan dimainkan dengan rebab bersama seruling. Peran yang paling penting dalam
gamelan adalah pemain kendang lanang atau disebut juga kendang pemimpin. Dia memberi aba-aba
pada penari dan penabuh.

13. Arja
Arja merupakan jenis teater tradisional yang bersifat kerakyatan, dan terdapat di Bali. Seperti
bentuk teater tradisi Bali lainnya, arja merupakan bentuk teater yang penekanannya pada tari dan
nyanyi. Semacam gending yang terdapat di daerah Jawa Barat (Sunda), dengan porsi yang lebih banyak
diberikan pada bentuk nyanyian (tembang). Apabila ditelusuri, arja bersumber dari gambuh yang
disederhanakan unsur-unsur tarinya, karena ditekankan pada tembangnya. Tembang (nyanyian) yang
digunakan memakai bahasa Jawa Tengahan dan bahasa Bali halus yang disusun dalam tembang
macapat.
GLOSARIUM

Aktor / Aktris: Orang yang berperan dalam suatu kejadian penting.


Alur : Rangkaian peristiwa dari awal hingga klimaks
Apresiasi : kesadaran terhadap nilai seni & budaya atau penilaianterhadap sesuatu.
Dalang : Orang yang mengatur (merencanakan, mengatur) suatu gerakan dengan
sembunyi-sembunyi.
Etimologis : Bersangkutan dengan etimologi (ilmu yang menyelidiki asal usul kata serta
perubahan dalam bentuk & makna.
Fiktif : Hanya terdapat dalam khayalan atau cerita belaka (bohongan).
Komedi : Sandiwara riang yang penuh dengan kelucuan meskipun kadang bersifat menyindir.
Manifestasi : Perwujudan sebagai suatu pernyataan perasaan atau pendapat.
Melodramatik : Mengetarkan perasaan hati atau kisah yang menyedihkan tetapi sangat
mengesankan.
Pantomim : Pertunjukan drama tanpa kata-kata yang dimainkan dengan gerak dan ekspresi
wajah (biasanya diiringi musik)
Pentas : Lantai yang agak tinggi di gedung pertunjukan tempat memainkan sandiwara
tersebut.
Kabaret : Pertunjukan hiburan berupa nyanyian dan tarian.
Teater : Pertunjukan lakon yang dimainkan diatas pentas dan disaksikan penonton.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?q=pengertian+teater+menurut+para+tokoh&ie=utf-8&oe=utf-
8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCoQFjAA&url=http%3A%2F
%2Fpengertianadalahdefinisi.blogspot.com%2F2013%2F09%2Fpengertian-teater-definisi-menurut-
para.html&ei=TZRLU4ivHsz7rAfyjID4DQ&usg=AFQjCNHG1taLfbeObeyQ4Y4Pkq4MXn6rxA

http://www.e-bookspdf.org/download/jenis-teater-modern-tradisional.html

https://www.google.com/search?q=berbagai+contoh+teater&ie=utf-8&oe=utf-
8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a#q=contoh-
contoh+teater+indonesia&rls=org.mozilla:id:official

http://seninusantaraelly.blogspot.com/2013/02/10-seni-teater-tradisional.html

http://www.bimbingan.org/contoh-teater.html

https://www.google.com/search?q=contoh+teater+mancanegara&ie=utf-8&oe=utf-
8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-
a#q=kumpulan+teater+mancanegara&revid=1482920426&rls=org.mozilla:id:official

http://adina-111.blogspot.com/2013/12/bab-10-teater-mancanegara.html

http://www.e-bookspdf.org/download/jenis-teater-mancanegara.html

Anda mungkin juga menyukai