Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Berny M. Prawiro,
Sp.KK yang telah memberikan bimbingannya dalam proses penyelesaian referat ini, juga untuk
dukungannya baik dalam bentuk moril maupun dalam mencari referensi yang lebih baik.
Penyusunan referat ini bertujuan untuk mengetahui definisi, sinonim/nama lain, etiologi,
epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan,
prognosis eritrasma, serta sebagai syarat untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik pada Sub
Departemen Kulit dan Kelamin di RS Tk. II dr. Soepraoen Malang. Selain itu, diharapkan referat
ini dapat memberikan manfaat berupa informasi mengenai kasus dan berguna bagi pembaca lain.

Malang, Juni 2018

Penyusun

1
BAB I

PENDAHULUAN

Eritrasma adalah salah satu penyakit bakteri yang selama lebih dari 100 tahun lamanya di
anggap sebagai penyakit jamur namun pada 50 tahun terakhir di konfirmasi bahwa penyebab
infeksinya adalah bakteri Corynebacterium minutissimun.5
Eritrasma merupakan infeksi kronik stratum korneum akibat infeksi dari kelompok bakteri
coryneform aoerob yang di kenal dengan nama Corynebacterium minutissimun di tandai dengan
lesi berupa eritema dan skuama halus terutama di daerah axilla dan inguinal. Lesi pada daerah
inguinal akan terasa gatal dan panas seperti terbakar namun pada lokasi yang lain lesi berupa
asimptomatik. Pada pasien dengan eritrasma yang luas sering di temukan pada penderita diabetes
mellitus atau imunocompromised lainnya. 4
Corynebacterium minutissimun merupakan bakteri berbentuk batang gram positif yang tidak
membentuk spora ini kadang-kadang dapat menyebabkan granuloma cutaneous atau bacteremia
pada pasien imunocompromised.4
Infeksi ini terjadi terutama di negara subtropis dan tropis termasuk di Indonesia. Studi pada
tahun 2008 menemukan bahwa eritrasma interdigitalis lebih umum terjadi pada wanita (83% dari
24 pasien) Orang-orang yang banyak keringat, kegemukan, peminum alkohol dan debilitas lebih
sering terkena penyakit ini. Pada ras kulit hitam lebih banyak daripada kulit putih.5

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Eritrasma adalah penyakit kronik pada stratum korneum yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium minutissimum, ditandai dengan adanya lesi berupa eritema dengan batas
yang tidak teratur dan skuama halus. Terjadi di area intertriginosa, atau fissura dan maserasi
putih di interdigiti kaki. 1,2

B. Epidemiologi
Insiden eritrasma dilaporkan sekitar 4% di dunia. Penyakit ini lebih banyak terlihat di
daerah tropik. Penyakit ini dapat menyerang semua usia, pasien termuda yang pernah
dilaporkan menderita eritrasma adalah anak usia satu tahun. Frekuensinya sama pada pria
dan wanita. Eritrasma pada regio kruris lebih banyak ditemukan pada pria. Studi pada tahun
2008 menemukan bahwa eritrasma interdigitalis lebih umum terjadi pada wanita (83% dari
24 pasien) Orang-orang yang banyak keringat, kegemukan, peminum alkohol dan debilitas
lebih sering terkena penyakit ini. Pada ras kulit hitam lebih banyak daripada kulit putih.
Daerah beriklim panas lebih sering terkena daripada daerah dingin. Higiene buruk berperan
penting dalam menimbulkan penyakit ini.3

C. Etiologi
Seperti yang telah disebutkan di atas etiologi dari penyakit ini adalah Corynebacterium
minutissimum.2 Bakteri ini adalah bakteri gram positif (difteroid). Bakteri ini tidak
membentuk spora dan merupakan basil yang bersifat aerob atau anaerob yang fakultatif.
Corynebacterium minitussismum merupakan flora normal di kulit yang dapat menyebabkan
infeksi epidermal superfisial pada keadaan-keadaan tertentu.3

D. Patogenesis
Corynebacterium minutissimum merupakan bakteri batang gram positif yang berdiameter
1 sampai 2 μm dengan granul-granul substernal. Terkadang terdapat penambahan granul
yang terletak di sentral. Perubahan ini disertai oleh kurangnya fluoresensi pada koloni.5

3
Bakteri ini bersifat lipofilik, tidak memiliki spora, aerobik dan katalase positif. Organisme
lipofilik ini berkolonisasi pada daerah yang kaya akan lipid atau sebum seperti axilla.
Bakteri memfermentasikan glukosa, dextros, sukrosa, maltos dan mannitol. Corynebacterium
minutissimum dalam siklus hidupnya tidak membutuhkan inang, jadi penularannya langsung
dari manusia ke manusia. Berkembang biak dalam darah dengan baik pada suhu 35-37ºC,
dan bisa juga dikembangkan dari kulit terinfeksi. Kemungkinan terdapat lebih dari satu jenis
bakteri Coryneform sebagai penyebabnya. 5
Corynebacterium minutissimum berada pada lapisan superfisial stratum korneum dan
tidak berpenetrasi ke lapisan epitelium yang masih baik atau jaringan ikat dalam keadaan
normal. Bakteri ini menginvasi bagian superfisial stratum korneum pada kondisi udara yang
cenderung panas dan lembab, organisme-organisme ini berkembang biak akibat gangguan
pada flora normal yang diikuti oleh kerusakan pada barrier kulit sehingga menyebabkan
stratum korneum menjadi lebih tebal. Bakteri ini dapat dilihat di rongga antarsel seperti juga
di dalam sel-sel serta menghancurkan fibril-fibril keratin. Bakteri ini menghasilkan porfirin
seperti pada hampir seluruh Corynebacteria. Substansi floresensi adalah senyawa porfirin
yang larut air sehingga tidak dapat terlihat pada daerah yang baru saja dicuci.4

E. Gambaran klinis
Lesi eritoskuamosa, berskuama halus kadang-kadang dapat terlihat merah kecoklatan.
Tempat predileksi dimulai dari tempat yang paling sering, yaitu toe webspaces (diantara jari
kaki), di mana erythrasma muncul sebagai plak maserasi hiperkeratotik berwarna putih,
terutama antara jari kaki keempat dan kelima. Area genitocrural, aksila, inframamary
(submammary) lesi hadir dengan demarkasi, coklat kemerahan, superfisial, bercak halus dan
kerutan halus. Bisa ditemukan di daerah intertriginosa lain (terutama pada penderita gemuk)
yaitu intergluteal. Lesi di daerah inguinal dapat menunjukkan gejala berupa gatal dan terasa
terbakar. Sedangkan lesi pada tempat lain asimtomatik. 2
Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang eritematosa dan serpiginosa. Lesi tidak
menimbulkan vesikulasi. Skuama kering yang halus menutupi lesi dan pada perabaan terasa
berlemak. Beberapa penulis beranggapan ada hubungan erat antara eritrasma dan
diabetesmelitus. Penyakit ini terutama menyerang pria dewasa dan dianggap tidak begitu
menular, berdasarkan observasi pada pasangan suami) isteri yang biasanya tidak terserang

4
penyakit tersebut secara bersama-sama. Eritrasma tidak menimbulkan keluhan subyektif,
kecuali bila terjadi ekzematisasi oleh karena penderita berkeringat banyak atau terjadi
maserasi pada kulit. Durasi eritrasma dari rentang bulan sampai tahunan.2,4

F. Diagnosis
Diagnosis eritrasma ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
penunjang.1 Gambaran klinis yang khas ialah dengan pemeriksaan lampu wood yang positif
seperti didapatkannya warna merah koral serta pemeriksaan gram tampak gambaran batang
halus. Pembiakan tidak memiliki arti penting, apalagi kalau pemeriksaan dengan lampu wood
positif.2
Pada riwayat pemeriksaan, biasanya didapatkan gejala bervariasi dari asimptomatik
sepenuhnya, lalu bentuk di genitocrural dengan pruritus, hingga bentuk generalisata dengan
plak berskuama pada trunkus, daerah inguinal, dan sela jari kaki. Ketika gatal, iritasi dan lesi
dapat menyebabkan perubahan sekunder menjadi ekskoriasi dan likenifikasi.2

G. Pemeriksaan Penunjang
Bahan untuk sediaan langsung dengan cara mengerok. Lesi dikerok dengan scalpel
tumpul atau pinggir gelas obyek. Bahan kerokan kulit diwarnai dengan gram atau giemsa
atau bahkan izin KOH sederhana. satu tetes eter, dibiarkan menguap. Bahan tersebut yang
lemaknya sudah dilarutkan dan kering ditambah birumetilen atau biru laktofenol, ditutup
dengan gelas penutup dan dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 10-100x. Bila
sudah ditambah biru laktofenol, susunan benang halus belum terlihat nyata, sediaan dapat
dipanaskan sebentar di atas api kecil dan gelas penutup ditekan, sehingga preparat menjadi
tipis.2,5
Pada pemeriksaan dengan lampu wood, lesi terlihat berfluoresensi merah (coral-red).
Fluoresensi ini disebabkan oleh coproporphyrin III. Pencucian atau pembersihan daerah lesi
sebelum diperiksa akan mengakibatkan hilangnya fluoresensi.5

H. Diferensial Diagnosis
Pityriasis versicolor paling sering dikelirukan dengan eritrasma, tetapi sebagian besar
terjadi pada batang atas, dan individu kurang kecil dan tidak eritematosa. pada paha,
selangkangan dan daerah kemaluan tinea cruris dapat disimulasikan, tetapi relatif kurangnya

5
inflamasi, tidak adanya vesikulasi dan tidak adanya lesi satelit menunjukkan tinea yang
mengganggu. sulit untuk membedakan erythrasma dari ujung jari kaki dari tinea pedis atau
infeksi candida, tetapi seperti pada semua varietas erythrasma, keberadaan fluorentensi
merah karang di bawah cahaya kayu adalah diagnostik. karena banyak pasien memiliki tinea
pedis dan erythrasma, pemeriksaan mikologi timbangan tidak penting.2

I. Penatalaksanaan
Adapun cara untuk mencegah eritrasma atau tindakan yang bisa dilakukan untuk
mengurangi resiko eritrasma, yaitu :5
1. Menjaga kebersihan badan
2. Menjaga agar kulit tetap kering
3. Menggunakan pakaian yang bersih dengan bahan yang menyerap keringat
4. Menghindari panas atau kelembaban yang berlebih

Penularan Corynebacterium minutissimun (eritrasma) yaitu melalui sentuhan secara


langsung, sentuhan dengan kulit antara penderita dengan manusia lainnya. Pengobatan
eritrasma bisa melalui 2 cara, yaitu :2
1. Topikal
Untuk eritrasma yang terlokalisasi, terutama dari interdigiti pada kaki, pencucian peroksida
benzoil dan gel 5% efektif dalam banyak kasus. klindamisin (2% larutan) atau krim azole
adalah beberapa dari banyak agen topikal yang efektif. Anti bakteri benzoyl peroxyde saat
mandi cukup efektif.
2. Sistemik
Untuk keterlibatan luas, eritromisin oral efektif dengan pemberian 4 x 250 mg/hari selama 14
hari.. Dosis tunggal klaritromisin 1g telah berhasil digunakan untuk profilaksis sekunder.
Penggunaan kloramfenikol dapat menimbulkan neutropenia, agranulositosis dan anemia
aplastik.

J. Prognosis
Prognosis tanpa pengobatan kondisi cenderung bertahan tanpa batas, meskipun mungkin ada
fluktuasi spontan dalam keparahan.2

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja U. Eritrasma. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu penyakit kulit
dan kelamin, Edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2007. Hal 334-335.
2. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s
Dermatology in general medicine. 8th Ed. United state of America: Mc Graw Hill; 2012.
Page 2146-2147.
3. Blaise G, Nikkels AF, Hermanns-Le T, Nikkels-tassoudji N, Pierard GE. Corynebacterium-
associated skin infections. International Journal of Dermatology: 2008. Vol 47(9). p 884-
890(7).
4. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rook’s Textbook of Dermatology. 7th
Edition. United States of America: Blackwell Publishing Company; 2004. h. 27.37-27.39.
5. Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP. Dermatology. Volume 1. London: Mosby; 2003. p.
1128.

Anda mungkin juga menyukai