Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FARMAKOGNOSI

ALKALOID PURIN, TROPAN DAN AMINA

KELOMPOK VI

NI LUH PUTU ANITA PRATIWI (1408505049)


A.A AYU FAMILIA SUCIA DEVI (1408505050)
NI MADE KENCANA SARI (1408505051)
KADEK DESYTA CYNTHIA DEWI (1408505052)
NI KADEK CHINTYA SANITA DEWI (1408505053)
NI NYOMAN KRISNA TRI SUPUTRI (1408505054)
IDA BAGUS DHARMA ESA (1408505055)
NI MADE DWI ANDANI (1408505056)
NI PUTU SYNTIA EKA CAHYANI (1408505058)
KOMANG WIRAYUDHA ADI PUTRA (1408505059)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN ALKALOID
Alkaloid adalah senyawa-senyawa oraganik yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan,
bersifar basa, dan struktur kimianya mempunyai sistem lingkar heterosiklik dengan
nitrogen sebagai hetero atomnya. Unsur-unsur penyusun alkaloid adalah karbon,
hydrogen, nitrogen, dan oksigen. Alkaloid yang struktur kimianya tidak mengandung
oksigen hanya ada beberapa saja. Ada pula alkaloid yang mengandung unsure lain selain
keempat unsure yang telah disebutkan. Adanya nitrogen dalam lingkar pada struktur
kimia alkaloid menyebabkan alkaloid tersebut bersifat alkali (Damin, 2008).
Alkaloid merupakan golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam,
hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai
jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil
sedangkan untuk tumbuhan monokotildan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar
yang sedikit. Alkaloid pada umumnya berbentuk padatan kristal, padatan amorf
contohnya emetin dan berbentuk cair, seperti coniine, nikotina, dan higrina. Sebagian
besar alkaloid mempunyai rasa yang pahit. Alkaloid juga mempunyai sifat farmakologi,
contohnya morfina sebagai pereda rasa sakit, reserpin sebagai obat penenang, atropin
sebagai antispamodia, kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf
(Ikan, 1991).

B. SIFAT FISIKA ALKALOID


Umumnya alkaloid mempunyai satu atom N meskipun ada beberapa yang
memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N
ini dapat berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa
(tingkat kebasaannya bergantung pada struktur molekul dan gugus fungsionalnya).
Alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur tertentu
atau mempunyai kisaran dekomposisi. Beberapa alkaloid berbentuk amorf, contohnya
emetin dan ada yang berupa cairan contohnya coniine. Kebanyakan alkaloid tidak
berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, mempunyai warna (contoh berberin
berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid
hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkaloid dan protoalkaloid
larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air (Bruneton,
1999).
C. SIFAT KIMIA ALKALOID
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut bergantung pada adanya
pasangan elektron pada nitrogen, jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen
bersifat melepaskan elektron, sebagai contohnya gugus alkil, maka ketersediaan elektron
pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hasilnya, trietilamin lebih basa
daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin, sebaliknya bila
gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron contohnya gugus karbonil,
maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid
dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam, contohnya senyawa yang mengandung
gugus amida. Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa ini sangat mudah mengalami
dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini
sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat
menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama.
Garam dibentuk dari senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida
atau sulfat) untuk mencegah dekomposisi, itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid
lazim berada dalam bentuk garamnya (Bruneton, 1999).

D. PENGGOLONGAN
Alkaloid dapat digolongkan menjadi tiga bagian sebagai berikut:
1. Alkaloid Sesungguhnya
Alkaloid sesungguhnya merupakan senyawa yang menunjukkan aktivitas fisiologi
yang luas. Hampir seluruhnya bersifat basa, lazim mengandung Nitrogen dalam cincin
heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai
garam asam organik (Cordel, 1981).
2. Protoalkaloid
Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen dan asam
amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan
biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian ”amin biologis” sering
digunakan untuk kelompok ini. Contohnya adalah meskalin, ephedin dan N,N-
dimetiltriptamin (Cordel, 1981).
3. Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa biasanya
bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu alkaloid
steroidal dan purin (Cordel, 1981).
PEMBAHASAN

1. ALKALOID PURIN
Purin adalah inti heterosiklik yang mengandung 6 cincin pirimidin yang
bergabung dengan 5 cincin imidazol. Purin sendiri tidak ada di alam, tetapi secara
biologis derivatnya signifikan. Alkaloid purin merupakan turunan dari metabolit
sekunder dan turunannya berupa xantin. Tiga contoh yang paling dikenal, antara lain
kafein (1,3,7-trimetilxantin), teofilin (1,3-dimetilxantin) dan teobromin (3,7-
dimetilxantin) (Evans, 2009).
a. KAFEIN
Kafein, kofein, atau tein terdapat dalam biji-biji kopi dan daun teh. Kristal
kafein berbentuk jarum-jarum, berwarna putih, tidak berbau, dan berasa pahit.
Kafein yang tidak mengandung air Kristal mencair pada suhu 238°C. Kafein larut
dalam larutan pirol dan tetrahidrofuran. Kelarutan kafein dalam air berkurang
dengan adanya asam-asam organik. Kafein berkhasiat untuk meningkatkan kerja
sistem saraf pusat dan sebagai diuretik (Damin, 2008).

Gambar 1. Kafein (Damin, 2008)

Salah satu sumber utama dari kafein adalah biji kopi yang merupakan benih
dari tanaman Coffea robusta (famili Rubiaceae) dan varietas lainnya. Kandungan
kafein dalam kopi sangat bervariasi tergantung pada jenis biji kopi dan metode
penyiapan yang digunakan

Gambar 2. Coffea robusta (kopi) (Kakhia, 2012)


Biosintesis Kafein

Pada dasarnya, jalur biosintesis kafein terdiri dari empat proses yang
terdiri dari tiga proses metilasi dan satu proses reaksi nukleosid. Kerangka dari
senyawa xantin diturunkan dari nukleosid purin. Proses awal dari biosintesis
kafein adalah proses metilasi dari xantosin oleh SAM (S-adenosylmethionine)
yang bergantung pada enzim N-metiltransferase. Jalur umum dalam biosntesis
kafein adalah xantosin → 7-metilxantosin → 7-metilxantin → teobromin →
kafein. Pada umumnya jalur biosintesis ini sama dengan alkaloid purin lainnya,
seperti pada kakao (Theobroma cacao) (Ashihara et al., 2008).

Gambar 3. Biosintesis Kafein


b. TEOBROMIN
Teobromin adalah molekul alkaloid yang dikenal juga sebagai metilxantin.
Teobromin adalah metilxantin utama yang ditemukan pada pohon kakao atau
coklat (Theobroma cacao) (Amit, et al., 2010).
Senyawa ini diperoleh dari biji-biji coklat dan isolasi dari biji-biji tersebut
dengan cara ekstraksi. Coklat kristal teobromin berwarna putih, rasanya pahit dan
mencair pada 3570C. Teobromin sukar larut dalam air dan pelarut-pelarut organik
yang umum. Sedangkan garam-garam teobromin umumnya dapat larut dalam air.
Teobromin mempunyai khasiat sebagai diuretik (Damin, 2008).

Gambar 4. Teobromin (Damin, 2008)


Daun kola, bissy atau kacang gooroo berasal dari daun kering berbagai spesies
dari Cola (famili Sterculiaceae). Pohon cola ditemukan di Afrika Barat, India
Barat, Brasil, dan Jawa. Daun kola mengandung kafein 1-2,5% dan sedikit
teobromin, yang mana sebagian ditemukan dalam bentuk bebas dan sebagian
lainnya ditemukan dalam bentuk senyawa (Evans, 2009).

Biosintesis Teobromin
Biosintesis dari teobromin dilakukan dengan tiga cara, antara lain :
a) AMP route (adenine nucleotides route) → IMP dehidrogenase → XMP route
(xanthosine nucleotides route) → xantosin→ 7-metilxantosin → 7-
metilxantin → teobromin.
b) GMP route (guanine nucleotides route) → guanosin → xantosin → 7-
metilxantosin → 7-metilxantin → teobromin.
c) Xantin → 3-metilxantin → teobromin.
(Ashihara, et al., 2008).

Gambar 5. Biosintesis dari Teobromin (WHO, 2007)

c. TEOFILIN
Teofilin dapat ditemukan dalam jumlah kecil di dalam daun teh dan diperoleh
dengan cara ekstraksi. Teofilin mengkristal dengan satu molekul air kristal.
Kristal teofilin berwarna putih dengan titik lebur 2680C. Teofilin sukar larut
dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air panas dan larutannya bereaksi
netral. Kristal teofilin tidak berbau, berasa pahit, dan berkhasiat diuretik (Damin,
2008).

Gambar 6. Teofilin (Damin, 2008)

Teh mengandung kafein dan teofilin (theophylline) yang dapat merangsang


sistem saraf pusat.

2. Alkaloid Tropan
Tropan merupakan bagian dari alkaloid dan metabolit sekunder yang
mengandung cincin tropan dalam struktur kimianya. Alkaloid memiliki struktur inti
bisiklik mengandung nitrogen yaitu azabisiklo [3,2,1] oktan atau 8-metil-8-azabiziklo
[3,2,1] oktan. Alkaloid tropan ditemukan pada angiospermae yaitu family Solanaceae
(Atropa, Brugmansia, datura, Scopolia, Physalis), Erythroxylaceae (Erythroxylem),
Protaeceae (Bellendena dan Darlingia) dan Convolvulaceae (Convovulus dan
Calystegia). Alkaloid tropan banyak ditemukan pada tanaman Bruguilera, Phyllanthus
dan Cochlearia. Alkaloid tropan juga ditemukan pada beberapa tanaman yang berbeda
seperti famili Brassicaceae (Cruciferae), Olacaceae, dan Rhizophoraceae (Egmond,
2010).

Gambar 7. Struktur Tropan (Egmond, 2010)


Mekanisme aksi dari alkaloid tropan memiliki hubungan dengan antagonism
kompetitif mereka pada reseptor muskarinik asetilkolin, mencegah pengikatan pada
asetilkolin. Menurut spesifisitas dan selektivitas reseptor asetilkolin muskarinergik
pada organ yang berbeda, fungsi otot halus dan sel-sel kelenjar eksokrin, serta
denyut jantung, pernapasan dan fungsi dalam sistem saraf pusat yang termodulasi
(Egmond, 2010)

Biosintesis Alkaloid Tropan


Karakteristik alkaloid adalah ester dari hydroxytropanes dan berbagai asam
(tropic, tiglic). Biosintesis alkaloid tropan melibatkan fenilalanin sebagai precursor
pembentukan C6-C1 dan C6-C3 asam aromatik. Untuk pembentukan C5 asam alifatik
seperti asam tiglik atau 2-metil asam butanoat dibutuhkan isoleusin sebagai prekursor.
Untuk pembentukan cincin pirolidin yang merupakan inti tropan dibutuhkan ornitin
sebagai prekursor.
Karakter alkaloid yang mengandung inti tropan adalah jika direaksikan dengan
asam nitrat kemudian residu dilarutkan dalam aseton maka akan muncul warna ungu
gelap. Hal ini disebabkan karena munculnya larutan dalam etanol dalam KOH. Reaksi
ini dikenal sebagai reaksi Vitalli Morin.
a. ATROPIN
Atropin, hiosiamin, dan hiosin merupakan alkaloid tropan yang berasal dari
family Solanaceae. Atropin juga dapat ditemukan pada tumbuhan contohnya
Erythroxylaceae, Convolvulaceae, Proteaceae, Orchidaceae, Euphorbiaceae,
Cruciferae, Rhizophoraceae.

Gambar 8. Struktur Atropin (Ashtiana dan Sefidkonb, 2011)


Akar dan daun tumbuhan Atropa belladonna (family Solanaceae) merupakan
sumber dari senyawa atropin, digunakan sebagai antispasmolitik, antikolinergik, anti-
asma, dan midriatik. Zat ini merupakan hasil dari hiosiamin selama ekstraksi
sehingga tak dapat ditemukan dalam tanaman (Dewik, 2009).
Mekanisme kerja atropin adalah dengan cara inhibisi reseptor muskarinik pada
organ perifer. Atropin menginhibisi asetilkolin berikatan dengan reseptornya secara
reversible dan menimbulkan efek simpatomimetik (Ashtiana, 2011).

Biosintesis Atropin
Biosintesis atropin mulai dari L-Fenilalanin mengalami transaminasi membentuk
asam phenylpyruvic yang kemudian direduksi menjadi asamfenil-laktat. Ko-enzim A
kemudian berpasangan dengan asamfenil-laktat dengan tropin membentuk Littorine,
yang kemudian mengalami penataan ulang radikal diawali dengan enzim P450
membentuk aldehida hyoscyamin dehidrogenase A kemudian aldehid direduksi
menjadi sebuah alkohol primer membentuk (-)-hyoscamine dan terbentuk atropin
(Dewik, 2009).

Gambar 9. Biosintesis Atropin (Dewik, 2009)


b. HYOSCYAMIN

Hyoscyamin merupakan alkaloid tropan yang ditemukan dalam jumlah yang

berlimpah. Hyoscyamin merupakan metabolit sekunder yang ditemukan pada

tanaman tertentu dari family Solanaceae. Hyoscyamine banyak ditemukan pada

Atropa belladonna di bagian berry, Datura stramonium ditemukan pada bagian

daun, akar dan bunga, Datura suaveolens ditemukan pada bagian daun, bunga dan

biji, Hyoscyamus niger ditemukan pada bagian daun, bunga dan biji, Latua

pubiflora ditemukan pada bagian berry dan daun, Mandragora officinarum

ditemukan pada bagian akar dan berry, Scopolia carniolica Jacq. ditemukan pada

bagian daun dan akar. Hyoscyamin merupakan prekursor dari scopolamine

(Egmond, 2000).

Gambar 10. Atropa belladonna (Egmond, 2000)

Hyoscyamin digunakan sebagai parasympatholitik yang berkompetisi


dengan asetikolin. Antikolinergik umumnya digunakan sebagai mydriatics,
mengendalikan sekresi air liur dan asam lambung, hyoscyamin digunakan untuk
mengontrol gejala yang berhubungan dengan gangguan saluran
gastrointestinal (GI). Hyoscyamin bekerja dengan mengurangi gerakan lambung
dan usus dan sekresi cairan lambung, termasuk asam. Hyoscyamin juga digunakan
dalam pengobatan kejang kandung kemih, penyakit ulkus peptikum, divertikulitis,
kolik, iritasi sindrom usus, sistitis, dan pankreatitis. Hyoscyamin juga dapat
digunakan untuk mengobati kondisi jantung tertentu, untuk mengendalikan
gejala penyakit Parkinson dan rhinitis (pilek) (American Society of Health-
System Pharmacists, 2010).
Biosintesis Hyoscyamin
Cincin tropan yang hadir dalam bentuk hyoscyamin berasal dari putresin
melalui garam N-methylpyrrolinium yang menunjukkan adanya dua asam amino
yaitu ornithin dan arginin yang terlibat dalam biosintesis putresin dalam jalur
alternatif. Dekarboksilasi ornithin menghasilkan putresin, sedangkan arginin
diubah menjadi agmatin untuk menghasilkan putresin. Selanjutnya, metilasi S-
adenosyl-metionin (SAM) tergantung pada putresin dikatalis oleh putresin N-
methyltransferase membentuk N-methylputrescine.

Gambar 11. Biosintesis N-methylputrescine dari arginin dan ornithine


(Palazon, et all., 2008)
c. CALYSTEGIN
Calystegin adalah kelompok baru alkaloid polihidroksi dengan kerangka
nortropan. Calystegin adalah alkaloid nortropan terhidroksilasi berasal dari jalur
biosintesis tropan alkaloid. Calystegin adalah inhibitor glycosidase kuat dan
terdapat pada sayuran seperti kentang, tomat, dan kubis. Akumulasi Calystegine
dalam kultur akar digambarkan meningkat dengan ketersediaan karbohidrat
(Richter, 2007).
Calystegin terbukti ditemukan pada tanaman Convolvulaceae, Solanaceae,
dan Moraceae. Dalam jumlah besar calystegin diproduksi oleh family Solanaceae.
Calystegin ditemukan pada tumbuhan Atropa belladona dalam jumlah besar,
selain itu juga ditemukan di Datura wrightii pada bagian akar dan Datura
stramonium pada bagian akar dan daun (Asano, et al., 1997). Selain itu, dalam
beberapa penelitan juga menyebutkan bahwa calystegin ditemukan pada
Hyoscyamus niger pada bagian daun, bunga, dan biji. Calystegia sepium
merupakan salah satu tanaman yang memproduksi calystegin pada bagian daun
dan akar, yaitu Convolvulus arvensis pada bagian daun dan akar sedangkan
Physalis alkekengi pada bagian daun (Egmond, 2010). Calystegin memiliki khasiat
yang hampir sama dengan tropan lainya seperti antikolinergik, antiemetik,
parasympatholytic, anestesi dan banyak tindakan farmakologis lainnya (Asano, et
al., 1997). Calystegine B2 dan C1 yang terkandung dalam murbei bermanfaat
untuk menurunkan kadar gula darah dan memiliki aktivitas antioksidan.

Biosintesis Calystegin
Biosintesis Calystegin juga berasal dari cincin tropan. Seperti halnya
Hyoscyamin, scopolamin, atropin dan golongan tropan lainya, calystegin juga
melalui rangkaian biosintesis yang sama seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya. Namun ketika reduktase tropione, calystegin terbentuk dari
pseudotropin yang merupakan salah satu hasil reduktase tropione selain tropine.
Biosintesis Calystegines ditandai dengan hilangnya kelompok metil pada
nitrogen dengan menjadi gugus hidroksil pada heterosiklik. Tiga sampai lima
gugus hidroksil dalam berbagai posisi (Palazon, et al., 2008).

Gambar 12. Calystegine berasal dari jalur biosintesis tropane alkaloid


(Palazon, et all., 2008)

d. KOKAIN
Kokain adalah alkaloid tropan yang merupakan anestesi lokal. Sebagai anestesi
kontak, kokain memblok kanal ion dalam membran neuronal dan menginterupsi
propagasi dari potensial aksi yang berhubungan dengan pesan sensori. Kokain juga
merupakan parasimpatomimetik, bekerja dengan cara memblok pengambilan
kembali dopamin dan noradrenalin pada presinaps neuron dengan cara berikatan
dengan transporter. Stimulasi adrenergik ini menyebabkan hyperthermia, midriasis
dan vasokontriksi. Vasokontriksi ini menyebabkan resistensi meningkat dan
meningkatkan tekanan darah serta denyut jantung. Kokain mempengaruhi system
saraf pusat sehingga pemakai merasakan euphoria, hiperaktif, dan halusinasi.
Kokain juga digunakan dalam minuman ringan tertentu. (Satendra, 2000).

Gambar 13. Struktur Kokain (Satendra, 2000)

Kokain ketika tercium, terhisap, tertelan, atau digunakan pada selaput


lendir akan diserap dari semua situs paparan menuju intravena. Terjadinya aksi
kokain tergantung pada modus asupannya, misalnya, sekitar 30 menit untuk
inhalasi dan 1-2 menit untuk injeksi intravena. Waktu paruh eliminasi kokain
adalah sekitar 40-60 menit, kecuali pada dosis yang sangat tinggi. Kokain
dimetabolisme oleh plasma dan hati, kolinesterase diubah metabolit yang larut
air dan diekskresikan pada urin. Metabolit tersebut di dalam urin berfungsi
sebagai penanda penggunaan kokain yang dapat dideteksi hingga 24-36 jam
setelah penggunaan pertama dari kokain, tergantung pada rute pemberian dan
aktivitas kolinesterase (Satendra, 2000).

Biosintesis Kokain
Atom karbon tambahan yang diperlukan untuk sintesis kokain yang berasal
dari asetil-KoA, dengan penambahan dua unit asetil-KoA untuk kation N-metil-
1-pirolinum. Penambahan pertama adalah reaksi Mannich dengan anion enolat
dari asetil-KoA yang bertindak sebagai nukleofil terhadap kation pirolinum.
Penambahan kedua terjadi melalui kondensasi Claisen. Hal ini menghasilkan
campuran rasemat dari substitusi kedua pirolidin, dengan retensi tioester dari
kondensasi Claisen. Dalam pembentukan tropinon dari rasemat etil [2,3-
13C2]4(N-metil-2-pirolidinil)-3-oksobutanoat tidak terdapat preferensi untuk
kedua stereoisomer. Dalam biosintesis kokain, hanya enansiomer-(S) dapat
mensiklik untuk membentuk sistem cincin kokain tropan. Stereoselektivitas
reaksi ini diteliti lebih lanjut melalui studi prokiral diskriminasi dari hidrogen
metilen. Hal ini disebabkan karena pusat kiral ekstra di C-2. Proses ini terjadi
melalui oksidasi, yang menimbulkan kembali kation pirolinium dan
pembentukan anion enolat, dan reaksi intramokuler Mannich. Sistem cincin
tropan mengalami hidrolisis, metilasi dependen SAM, dan reduksi melalui
NADPH untuk pembentukan methylecgonine. Bagian benzoil yang diperlukan
untuk pembentukan kokain diester disintesis dari fenilalanin melalui asam
sinamat. Benzoil-Co-A kemudian menggabungkan dua unit molekulnya untuk
membentuk kokain.

Gambar 14. Biosintesis Cocaine (Satendra, 2000)

Erythroxylon coca merupakan tanaman penghasil kokain. Daun koka telah


digunakan di Amerika Selatan sebagai pengunyahan dari zaman yang sangat
awal. Mereka sebelumnya disediakan untuk penggunaan tunggal dari pemimpin
pribumi dan Inca. Coca diperkenalkan ke Eropa sekitar 1688 dan kokain
diisolasi pada tahun 1860. Dengan menerapkan alkaloid dalam operasi mata
pada tahun 1884 Carl Koller adalah orang pertama yang memperkenalkan ke
dalam praktek klinis sehingga menggemborkan era anestesi modern. (Evans,
2006).

Gambar 15. Tanaman Erythroxylon coca (Evans, 2006).

e. SKOPOLAMIN
Skopolamin adalah bagian dari alkaloid tropan yang paling penting karena
memiliki aktivitas fisiologis yang lebih tinggi dan efek samping yang lebih sedikit.
Permintaan untuk Skopolamin diperkirakan sekitar 10 kali lebih besar daripada
hiosyamin dan bentuk atropin lainnya. Dengan demikian, telah muncul
ketertarikan dalam meningkatkan jumlah Skopolamin di dalam produksi tanaman
dan vitrokultur. Dalam hal produksi bioteknologi Skopolamin, dengan
meningkatkan jumlah sel tumbuhan dapat menghasilkan senyawa ini (Melmon,
1992).

Gambar 16. Struktur Skopolamin (Melmon, 1992).

Skopolamin biasanya ditemukan pada tanaman dari famili Solanaceae


dan Erythroxylaceae. Skopolamin diproduksi dalam jumlah besar pada tanaman
Duboisia spp dan Datura metel. Sumber utama bahan baku untuk produksi
alkaloid tropan di seluruh dunia adalah daun Duboisia spp, yang mengandung 2-
4% dari total alkaloid, dengan lebih dari 60% Skopolamin dan 30% dari
hiosiamin. Budidaya konvensional beberapa varietas yang dapat menumpuk
hingga 6% Skopolamin telah didirikan di Australia, Ekuador dan Brasil (Melmon,
1992).

Gambar 17. Tanaman Duboisia spp Gambar 18. Biosintesis Skopolamin


(Melmon, 1992). (Melmon, 1992).

Skopolamin dalam tubuh manusia bertindak sebagai kompetitor asetilkolin


pada reseptor muscarine perifer dan pusat; pelecehan dengan mudah dapat
dikenali oleh luas berkeringat dan air liur. Seperti banyak amina tersier
Skopolamin menghambat reseptor SSP dan hasil penyalahgunaan dalam psikosis
akut atau delirium.
Skopolamin adalah alkaloid yang sebagian besar digunakan dalam
pengobatan oleh aktivitas antikolinergiknya. Antikolinergik umumnya digunakan
sebagai mydriatics dan untuk mengendalikan sekresi air liur dan asam lambung,
memperlambat motilitas usus dan mencegah muntah. Dapat juga digunakan untuk
pengobatan kejang otot, asma, kram usus, dan diare. Pada orang lanjut usia
digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit.
Gejala awal penyalahgunaan Skopolamin termasuk mulut kering, melebar
pupil, kemerahan pada wajah dan leher, tekanan darah dan suhu tubuh tinggi,
jantung berdebar. Gejala ini dapat diikuti oleh halusinasi ekstrim, agitasi, agresi,
koma bahkan kematian (Palazon, 2008).

Biosintesis Skopolamin
Skopolamin adalah alkaloid tropan yang paling relevan secara luas
digunakan. Jalur metabolisme mereka dimulai di putresin, poliamina yang dibagi
oleh beberapa jalur metabolik (misalnya: alkaloid piridin). Peran putresin metil
transferase adalah menyerap putresin dari gugus poliamina, yang merupakan
lintas-titik antara metabolisme primer dan sekunder terhadap jalur alkaloid tropan.
Enzim PMT mengkatalisis reaksi dari putresin N-metil putresin dengan S-
adenosyl metionin sebagai donor metil. Bagian terakhir dari jalur biosintesis
alkaloid tropan adalah reaksi enzimatik yang dikatalisis oleh enzim hiosiamin-6β-
hidroksilase (H6H), 2-oksoglutarat bergantung pada dioksigenase yang
mengkatalisis hidroksilasi yang dari hiosiamin ke skopolamin dalam dua langkah.
Langkah pertama adalah hidroksilasi hiosiamin sampai 6β-hidroksihiosiamin,
reaksi yang memerlukan 2-oxoglutarate, Fe2+, molekul oksigen, dan askorbat.
Langkah kedua adalah epoksidasi intermediate6β-hidroksihiosiamin memproduksi
6,7-β-hiosiaminepoksida (skopolamin) (Alejandra, 2010).

Gambar. 19. Hyoscine N-butil bromida diperoleh dari hyoscyamine (A) atau
atropin (B). Skopolamin adalah produk akhir dalam jalur alkaloid tropanyang
merupakan prekursor dari hyoscyamine ( Alejandra,2010).

3. ALKALOID AMINA
Amina adalah senyawa sederhana yang berasal dari amonia (NH3) dengan satu
atau lebih atom hidrogen digantikan oleh atom karbon. Penggantian satu, dua atau tiga
atom hidrogen masing-masing akan menghasilkan amina primer, amina sekunder dan
amina tersier. Prekursor untuk alkaloid amina adalah asam amino aromatik-fenilalanin,
tirosin dan triptofan (Palason, 2008). Alkaloid golongan amina tidak mengandung N-
heterosiklik. Banyak yang merupakan turunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-
senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin (Palason, 2008).
Gambar 20. Amina (Palason, 2008)

a. EFEDRIN
Efedrin berasal dari herba tumbuhan Ephedra distachya, Ephedra sinica, dan
Ephedra equisetina yang termasuk dalam Famili Gnetaceae yang berfungsi
sebagai bronkodilator. Tumbuhan ini juga dikenal dengan nama “Ma Huang”
dalam bahasa Cina “Ma” berarti sepat sedangkan “Huang” berati kuning, hal ini
mungkin dihubungkan dengan rasa dan warna simplisia ini. Selain dari
persenyawaan alam, alkaloid ini juga dibuat dalam bentuk sintetis garam seperti
Efedrin Sulfat dan Efedrin HCl yang berbetuk kristal, sifat-sifat farmakologiknya
sama dengan Efedrin dan digunakan sebagai simpatomimetik (Palason, 2008).
Seluruh bagian tanaman dari Ephedra sinica digunakan dalam pengobatan.
Efedrin merupakan stimulan sistem saraf pusat atau simpatomimetikum. Efeknya
meliputi vasokonstriksi, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi,
bronkodilatasi dan diuresis. Dalam penggunaan berlebihan akan menyebabkan
insomnia, takikardia dan pusing. Dalam pengobatan herbal Ephedra digunakan
dalam pengobatan asma dan alergi. Ephedra juga dapat menyembuhkan bronkitis,
emfisema, rhinitis, serta masuk angin dan flu (Pengelly, 2004).
Senyawa Efedrin memiliki jalur biosintesis sendiri, Efedrin terbentuk dari
penyatuan unit C6-C1 dan unit C2, kemudian diubah menjadi benzaldehida atau
asam benzoat. Gabungan asam benzoat gugus CH3CO asam piruvat untuk
membentuk efedrin dengan alkaloid 1-phenylpropan-1,2-dion dan (S)-(-)-2-amino-
1-phenylpropan-1-one (cathinone) sebagai perantara. 1-Phenylpropan-1,2-dion dan
cathinone adalah konstituen Catha edulis (Evans, 2009). Rute ini diilustrasikan
pada gambar dibawah ini:
Gambar 21. Biosintesis Ephedrine (Evans, 2006)

b. KOLSIKIN
Merupakan alkaloid toksik dan karsinogenik yang diperoleh dari ekstrak biji
tumbuhan Colchicum autumnale dari famili Liliaceae. Rumus kimianya
C22H25NO6 yang berfungsi sebagai antineoplasmik dan stimulan SSP (Pellettier,
1983). Selain itu, kolsikin juga berkhasiat untuk pengobatan asam urat dengan
menghambat migrasi leukosit dan mereduksi asam laktat yang dihasilkan leukosit
sehingga mengurangi deposit asam urat, dan untuk pengobatan gout (Pengelly,
2004). Kolsikin meringankan penyakit gout dengan menekan aksi inflamasi yang
muncul akibat serangan leukosit pada endapan kristal urat pada cairan sinovial.
Keefektifan kolsikin mengarah pada kemampuannya memodifikasi fungsi
Polymorphonuclear neuthrophil (PMN) yang berperan untuk menurunkan respon
inflamasi yang diinduksi kristal urat tersebut (Melmon, 1992).
Biosintesis kolsikin melibatkan prekursor asam amino fenilalanin dan tirosin.
Induksi penyerapan radioaktif fenilalanin-2-C14 oleh Colchicum byzantinum
(tanaman lain dari famiili Colchicaceae), mengakibatkan efisiensi penyerapan
dengan kolsikin (Leete, 1963). Percobaan pemberian radioaktif pada Colchicum
autumnale mengungkapkan bahwa kolsikin dapat disintesis dari (S)-Autumnaline.
Jalur biosintesis terjadi terutama melalui para-para phenolic coupling reaction
yang melibatkan isoandrocymbine. Molekul yang dihasilkan mengalami O-
metilasi diarahkan oleh S-adenosylmethionine (SAM). Proses oksidasi yaitu
pembelahan cincin siklopropana mengarah pada pembentukan cincin tropolone
dikandung oleh N formyldemecolcine. N-formyldemecolcine menghidrolisis
kemudian menghasilkan molekul demecolcine yang juga berjalan melalui
demethylation oksidatif yang menghasilkan deacetylcolchicine. Molekul kolsikin
akhirnya muncul setelah penambahan asetil-Koenzim-A ke deacetylcolchicine
(Maier,1997).
c. MESKALINA
Diperoleh dari sejenis tumbuhan cactus Lophophora williamsii yang termasuk
dalam famili Cactaceae dikenal dengan nama Peyote yang dapat menyebabkan
halusinasi dan euphoria. Efek halusinasi dan euphoria tersebut memberikan rasa
tenang dan rileks (Pellettier, 1983).
Meskalina disintesis dari tirosin atau fenilalanin terhidroksilasi. Dalam
Lophophora williamsii, dopamin mengkonversi menjadi mescaline dalam jalur
biosintesis yang melibatkan Mo-metilasi dan hidroksilasi aromatik. (Dewick,
2009). Tirosin dan fenilalanin berfungsi sebagai prekursor metabolisme untuk
sintesis mescaline. Tirosin melalui proses dekarboksilasi dengan tirosin
dekarboksilase akan menghasilkan tyramine dan kemudian menjalani oksidasi
pada karbon 3 oleh hidroksilase monophenol atau menjadi hidroksilasi pertama
oleh tirosin hidroksilase untuk membentuk L-DOPA dan dekarboksilasi oleh
DOPA dekarboksilase. Ini membuat dopamin mengalami metilasi oleh catechol-O-
methyltransferase (COMT) oleh S-adenosyl metionin (SAM). Hasil ini kemudian
dioksidasi lagi oleh enzim hidroksilase. Alkohol disubstituen alkil mengalami
metilasi final di 4 karbon oleh guaiakol-O-methyltransferase. Metilasi akhir ini
hasil langkah dalam produksi mescaline (Dewick, 2009).
Fenilalanin berfungsi sebagai prekursor dengan terlebih dahulu diubah menjadi
L-tirosin hidroksilase oleh asam L-amino. Setelah dikonversi, itu mengikuti jalur
yang sama seperti dijelaskan di atas (Dewick, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Alenjandra, Maria. 2010. Genetic Transformation for Metabolic Engineering of Tropane


Alkaloids. Argentina Institute of Sciences and Technology Dr.C. Milstain Saladillo.

American Society of Healt System Pharmacist, 2010. Hyoscyamine : Medline Plus Drug
Information, The American Society onHealt-System.United State :Pharmacist Inc
Disclaimer.

Amit J. Kasabe, Ganesh B. Badhe. 2010. Extraction and Estimation of Theobromine in


Marketed Tea by HPTLC and UV Method. International Journal of Applied Biology
and Pharmaceutical Technology. Volume 1, Issue 2. August – October 2010. Hal.
367-373.

Asano, Naoki., et al. 1997. Spesific alfa-galactosidase Inhibitors, N-methylcalystegines


Structure/ Activity Relationships of Calystegines from Lycium Chinense. EJB
970590/5.

Ashihara, Hiroshi, Hiroshi Sano, Alan Croizer. 2008. Caffeine and Related Purine
Alkaloids:Biosynthesis, Catabolism, Function and Genetic Engineering.
Phytochemistry 69 (2008). Hal. 841-856, 353-413.

Bruneton, Jean, 1999.Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants.Perancis: Lavoisier


Publishing Inc.

Cordell, G.A.1981. Introduction to Alkaloids. Awiley-Interscience Publication. N.Y.

Dewick, P. M. 2009. Medicinal Natural Products. Chicester: Wiley-Blackwell.

Egmond, H.P van., 2010. Tropane Alkaloidsin Food. Netherland : RIKILT-Institute of Food
Safety.

Ikan, Raphael, 1991, NATURAL PRODUCTS A Laboratory Guide 2nd Edition,


California:Academic Press.

Maier, U. H.; Meinhart, H. Z. 1997.Colchicine is Formed by Para Para Phenol-Coupling


from Autumnaline. Tetrahedron Lett.38, 7357-7360.

Melmon, K.L., et al. 1992. Melmon and Morrelli’s Clinical Pharmacology : Basic Principles
in Therapeutics. McGraw-Hill Inc. : USA. Antagonist. Oklahoma : University of
Oklahoma Health Sciences Center
Palazon, Javier., Navarro-Ocana, Arturo., Hernandez-Vazquez, Liliana., Mirjalili, Mohammad
Hossein, 2008. Molecules Application of Metabolic Engineering to the Production of
Scopolamine, Vol. 13 ISSN 1420-3049.

Pengelly, Andrew. 2004. The Constituen Of Medicinal Plants 2nd Edition. Australia
:Sunflower Herbals

Richter, Ute., Sonnewald, Uwe., Drager, Birgit, 2006. Calystegines in Potatoes with
Genetically Engineeres Carbohydrate Metabolism. Vol. 58.

Satendra Singh. 2000. Chemistry design and Structure- Activity Relationship of Cocain
Antagonist. Oklahoma : University of Oklahoma Health Sciences Center

Sumardjo, Damin. 2008. Pengantar Kimia. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran

Trease and Evans. 2009. Pharmacognosy 16th Edition. London : Saunders Elsevier. Hal. 353-
413.

WHO. 2007. IARC Monographs on the Evaluation of Carcinogenic Risks to Humans. Volume
51. Lyon :World Health Organization, International Angency for Research of Cancer.
Hal. 427.

Anda mungkin juga menyukai