Anda di halaman 1dari 5

Hasil Ekstraksi dengan Metode Maserasi

Penimbangan gelas yang berisi


ekstrak

Penimbangan gelas kosong

Hasil ekstrak dari


ekstraksi maserasi

Dari hasil praktikum ekstraksi simplisia X dengan menggunakan metode maserasi yang telah
dilakukan selama 5 hari, setelah dievaporasi menggunakan rotary evaporator didapatkan ekstrak
sebanyak 5,2 gram.

Bobot ekstrak : bobot total – bobot gelas

: 86,72 gram – 81,52 gram

= 5,2 gram
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
% rendemen hasil ektraksi : 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 x 100%

5,2 𝑔𝑟𝑎𝑚
: x 100%
25 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 20,8%
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN METODE EKSTRAKSI MASERASI


Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam
sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan
penyaringan.
Ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan atau hewan yang
diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat,
menggunakan menstrum yang cocok, uapkan semua atau hampir semua dari
pelarutnya dan sisa endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan standarnya (Ansel,
1989).
Maserasi berasal dari bahasa latin Macerace berarti mengairi dan
melunakkan. Keunggulan metode maserasi ini adalah maserasi merupakan cara
ekstraksi yang paling sederhana dan paling banyak digunakan, peralatannya mudah
ditemukan dan pengerjaannya sederhana. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil
maupun skala industri (Agoes,2007). Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan
kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan,
ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah selesai waktu
maserasi artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel
dengan masuk ke dalam cairan, telah tercapai maka proses difusi segera berakhir.
Selama maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan berulang-ulang.
Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih cepat di
dalam cairan.
Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi yang dilakukan melalui
perendaman serbuk bahan dalam larutan pengekstrak. Metode ini digunakan untuk
mengekstrak zat aktif yang mudah larut dalam cairan pengekstrak, tidak mengembang
dalam pengekstrak, serta tidak mengandung benzoin (Hargono dkk., 1986).
Lama maserasi memengaruhi kualitas ekstrak yang akan diteliti. Lama
maserasi pada umumnya adalah 4-10 hari (Setyaningsih, 2006). Menurut Voight
(1995), maserasi akan lebih efektif jika dilakukan proses pengadukan secara berkala
karena keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan
aktif. Melalui usaha ini diperoleh suatu keseimbangan konsentrasi bahan ekstraktif
yang lebih cepat masuk ke dalam cairan pengekstrak.

B. PRINSIP MASERASI
Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat kelarutannya
dalam suatu pelarut (like dissolved like). Langkah kerjanya adalah merendam
simplisia dalam suatu wadah menggunakan pelarut penyari tertentu selama beberapa
hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya. Selama ini
dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman ataupun
hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut - pelarut tersebut ada yang bersifat
“bisa campur air” (contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang
bersifat “tidak campur air” (contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar
atau pelarut organik). Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau
pelarut non-polar. Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam
pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus dinding
sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada pertemuan
antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam
penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan
mengandung zat aktif. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah terjadi
keseimbangan konsentrasi (istilahnya “jenuh”). Dalam kondisi ini, proses ekstraksi
dinyatakan selesai, maka zat aktif di dalam dan di luar sel akan memiliki konsentrasi
yang sama, yaitu masing-masing 50%. Alat maserasi.

C. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE MASERASI


Kelemahan metode maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyarian
kurang sempurna. Secara tekhnologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarigan maserat pertama dan
seterusnya (Depkes RI, 2000; Depkes RI, 1995).
Kelebihan metode maserasi adalah penggunaan alat yang cukup sederhana
jika dibandingkan dengan metode-metode yang lain. Cocok digunakan untuk bahan
yang tidak tahan terhadap pemanasan dan bahan yang kurang stabil.

D. MODIFIKASI METODE MASERASI


Modifikasi metode maserasi terbagi menjadi beberapa macam yaitu :
1. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitupada
suhu 40-500C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat
aktifnya tahanterhadap pemanasan.
2. Maserasi dengan mesin pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk berputar terus-menerus waktu proses
maserasi dapatdipersingkat 6-24 jam
3. Remaserasi
Dasar-dasar Pemisahan Analitik Page 4 Cairan penyaring dibagi 2 seluruh serbuk
simplisia dimaserasi dengan cairan penyaring pertama, sesudah digenap-
tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairanpenyaring yang
kedua
4. Maserasi melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyaring selalu
bergerak danmenyebar. Dengan cara ini penyaring selalu mengalir kembali secara
berkesinambunganmelalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRAKSI


Dalam proses ekstraksi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara
lain:
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal. Semakin
kecil ukurannya, semakin besar luas permukaan antara padat dan cair; sehingga
laju perpindahannya menjadi semakin besar. Dengan kata lain, jarak untuk
berdifusi yang dialami oleh zat terlarut dalam padatan adalah kecil.
2. Zat pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan
pelarut pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar dapat
dapat bersikulasi dengan mudah. Biasanya, zat pelarut murni akan diapaki pada
awalnya, tetapi setelah proses ekstraksi berakhir, konsentrasi zat terlarut akan
naik dan laju ekstraksinya turun, pertama karena gradien konsentrasi akan
berkurang dan kedua zat terlarutnya menjadi lebih kental.
3. Temperatur
Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di
dalam pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan temperatur untuk
memberikan laju ekstraksi yang lebih tinggi.
4. Pengadukan fluida
Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan menaikkan proses
difusi, sehingga menaikkan perpindahan material dari permukaan partikel ke zat
pelarut. Pemilihan juga diperlukan tahap-tahap lainnya. pada ektraksi padat-cair
misalnya, dapat dilakukan pra-pengolahan (pengecilan) bahan ekstraksi atau

F. PERBANDINGAN HASIL EKSTRAKSI METODE MASERASI DENGAN


METODE ULTRASONIKASI
Berdasarkan hasil praktikum, ekstraksi menggunakan metode maserasi
didapatkan ekstrak sebanyak 5,2 gram dengan berat simplisia sebesar 25 gram.
Perhitungan % rendemen diperoleh hasil sebesar 20,8 %. Sedangkan untuk hasil
ektraksi dengan menggunakan metode ultrasonikasi, berat ekstrak yang dihasilkan
sebanyak 3,15 gram dengan % rendemen sebesar 12,6 %.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa ekstrak yang dihasilkan dengan
metode maserasi lebih banyak jika dibandingkan dengan ekstraksi menggunakan
metode ultrasonikasi. Hal ini dapat disebabkan karena pada metode ekstraksi maserasi
simplisia dilakukan perendaman selama 5 hari, kemungkinan penarikan zat kimia
dalam simplisia terjadi lebih maksimal sehingga ekstrak yang didapatkan jauh lebih
banyak.

Anda mungkin juga menyukai