PPH PASAL 21 DAN 26
PPH PASAL 21 DAN 26
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1. PPh 21
2.1.1. Pengertian PPH Pasal 21
Pajak Penghasilan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib
Pajak Orang Pribadi subjek pajak dalam negeri, yang selanjutnya disebut PPh Pasal
21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa,dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek
Pajak dalam negeri, sebagaimna yang dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang
Pajak Penghasilan.
Tarif PPh 21 dipotong dari jumlah Penghasilan Kena Pajak yang dibulatkan ke bawah
ke ribuan penuh. Tarif PPh 21 dijelaskan pada Pasal 17 ayat (1) huruf a Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015. Tarif PPh 21 berikut ini berlaku
pada Wajib Pajak (WP) yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP):
WP dengan penghasilan tahunan sampai dengan Rp 50 juta adalah 5%
WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 50 juta - Rp 250 juta adalah 15%
WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 250 juta - Rp 500 juta adalah 25%
WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 500 juta adalah 30%
Untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, dikenai tarif pph 21 sebesar
20% lebih tinggi dari mereka yang memiliki NPWP.
Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) adalah sebesar 120% dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya
dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki NPWP.
Pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku
untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final.
Dalam hal pegawai tetap atau penerima pensiun berkala sebagai penerima
penghasilan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mendaftarkan diri untuk memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dalam tahun kalender yang bersangkutan
paling lama sebelum pemotongan PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Desember,
PPh Pasal 21 yang telah dipotong atas selisih pengenaan tarif sebesar 20% (dua
puluh persen) lebih tinggi tersebut diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang
terutang untuk bulan-bulan selanjutnya setelah memiliki NPWP.
2.1.6. Pemotongan PPh 21
Pemotong PPh pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh
UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan
UU No. 17 tahun 2000 dan terakhir UU No 36 tahun 2008 untuk memotong PPh
Pasal 21. Termasuk pemotong PPh Pasal 21 dalam peraturan Menteri Keuangan No.
252/KMK.03/2008 adalah :
a. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat
maupun cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh
pegawai atau bukan pegawai.
b. Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk bendahara atau pemegang
kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI Pemerintah Daerah,
istansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga Negara lainnya, dan
Kedutaan Besar Republik Indonesia diluar negeri, yang membayarkan gaji,
upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan.
c. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan social tenaga kerja dan badan–
badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan
hari tua.
d. Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta
badan.
e. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat
nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi, serta lembaga lainnya
yang menyelenggarakan kegiatan yang membayar honorarium, hadiah atau
penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.
2.2. PPh 26
2.2.1. Pengertian PPh Pasal 26
Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan
oleh Wajib Pajak Orang Pribadi subjek pajak luar negeri, yang disebut dengan Pasal
26 Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak luar
negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 Tentang Pajak Penghasilan. Atau dengan pengertian lain PPh Pasal 26 adalah
pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang dibayarkan, disediakan
untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya kepada Wajib Pajak luar
negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia.
Warga Negara asing (orang asing) yang tinggal atau berniat tinggal di Indonesia lebih
dari 183 hari dalam satu tahun termasuk dalam pengertian wajib pajak orang pribadi
dalam negeri, sehingga atas penghasilan orang asing tersebut apabila lebih dari 183
hari tinggal di Indonesia merupakan objek PPh Pasal 21 kecuali terdapat Tax treaty
atau P3B yang mengatakan batasan 183 hari tidak berlaku tetapi diatur tersendiri.
Sehingga sangat penting bagi Wajib Pajak yang akan memotong PPh Pasal 26 kepada
Wajib Pajak luar negeri untuk mengetahui apakah Wajib Pajak luar negeri tersebut
berasal dari negara yang mempunyai Tax treaty atau P3B (Persetujuan Penghindaran
Pajak Berganda) dengan Indonesia atau tidak.
2.2.2. Subjek Pajak PPh Pasal 26
Subjek PPh pasal 26 terbatas hanya pada wajib pajak luar negeri saja, yang meliputi:
a. Orang pribadi yang bertempat tinggal diluar negeri yang menerima atau
memperoleh penghasilan di Indonesia.
b. Badan yang didikan atau bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan.
2.2.3. Objek Pajak PPh Pasal 21
Penghasilan yang dipotong PPh pasal 26 adalah:
a. Terdiri dari :
Deviden
Bunga, termasuk premium, diskonto dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian utang
Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan
Hadiah dan penghargaan
Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya
Keuntungan karena pembebasan utang dengan nama dan dalam bentuk
apapun, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh
tempo pembayarannya dipotong pajak sebesar 20% dari jumlah bruto oleh
pihak yang wajib membayarkan.
b. Penjualan atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia,
yang diperoleh WP Luar Negeri. Harta yang dimaksud berupa: perhiasan mewah,
berlian, emas, intan, jam tangan mewah, barang antik, lukisan, mobil, motor,
kapal pesiar, dan/ atau pesawat terbang ringan. Dikecualikan dari pemotongan
PPh Pasal 26 adalah: WP OP Luar Negeri yang memperoleh penghasilan tidak
melebihi Rp 10Juta untuk setiap jenis transaksi.
c. Penjualan saham. Saham yang diperjualbelikan adalah saham dari PT di Dalam
Negeri dan tidak berstatus sebagai emiten atau perusahaan publik.
Penjualan/pengalihan saham perusahaan antara (special purpose company atau
conduit company), yang didirikan di Tax Haven Country dan mempunyai
hubungan istimewa dengan WPDN Indonesia atau BUT di Indonesia, dapat
ditetapkan sebagai penjualan/pengalihan saham WP Badan Dalam Negeri.
d. Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan luar negeri dipotong PPh
pasal 25 sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto. Besarnya perkiraan neto
untuk premi asuransi dan premi reasuransi yang dibayarkan pada perusahaan
asuransi luar negeri adalah sebagai berikut :
atas premi dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi di luar negeri
baik secara langsung maupun melalui pialang, sebesar 50% dari jumlah
premi yang dibayar;
atas premi yang dibayar oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan di
Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung
maupun melalui pialang, sebesar 10% dari jumlah premi yang dibayar;
atas premi yang dibayar oleh perusahaan reasuransi yang berkedudukan di
Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung
maupun melalui pialang, sebesar 5% dari jumlah premi yang dibayar.
2.2.4. Tarif PPh 26
http://ilmukita62.blogspot.com/2016/06/pengertian-subjek-objek-
pajak.html
http://naldanazari.blogspot.com/2015/12/pajak-penghasilan-pasal-
26-pengertian.html